ANALISA CORE
Tujuan dari analisa core ini adalah untuk mendeskripsikan core hasil pemboran di
lapangan baik komposisi mineral, jenis ataupun nama batuan tersebut.
4.2.1 RQD
RQD merupakan metode yang dipakai untuk mengetahui nilai suatu julah rekahan
dengan memakai rumus untuk mendapatkan nilai RQD. Tujuan RQD adalah
untuk mengetahui julah rekahan. Dengan rumus yang digunakan : RQD = Jumlah
rekahan > 0,1 m ( 10 cm) / Penjang kemajuan pipa.
Perhitungan RQD biasa didapat dari perhiungan langsung dari singkapan batuan
yang mengalami ratakan-retakan (Baik lapisan batuan maupun kekar atau sesar)
berdasarkan rumus Hudson.
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada
penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih.
Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung
walaupunmempunyai panjang lebih dari 10cm. Diameter inti optimal yaitu
47.5mm.
Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan penyanggaan terowongan.
Saan ini RQD sebagai parameter standar dalam pemerian inti pemboran dan
merupakan salah satu parameter dalam penentuan klasifikasi massa batuan RMR
dan Q-system.
Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai berikut :
25 - 50 Jelek
50 – 75 Sedang
75 – 90 Baik
Analisa core ( inti batuan) pada prinsipnya adalah menentukan sifat sifat
petrofisika dari batuan reservoir yang sangat diperlukan dalam pengelolaan
suatu lapangan Migas karena sifat-sifat ini dibutuhkan oleh bagian geologi,
pemboran, reservoir maupun produksi.
Analisa rutin menentukan sifat-sifat fisik batuan yang umum untuk menentukan
storage capacity dan flow capacity antara lain porositas, saturasi dan
permeabilitas .
Analisa khusus ini menentukan sifat –sifat khusus dari batuan reservoir antara
lain tekanan kapiler, wettability, kompresilititas, sifat kelistrikan dan lain-lain.
Test yang dilakukan dalam analisa khusus ini dibedakan menjadi dua yaitu static
test dan dimanik test. Statik test menentukan antara lain kompresibilitas,
IV-2
tekanan kapiler , sifat kelistrikan . Sedang dinamik test mencakup permeabilitas
relative, flooding dan EOR
Hubungan dari analisa rutin dan analisa khusus adalah bahwa hasil analisa rutin
akan dipilih untuk digunakan dalam analisa khusus dengan jalan plot antara
permeabilitas dengan porositas atau ( √ k/ø ). Sampel dipilih dengan range harga
permeabilitas dan porositas serta litologi batuan tertentu.
1. Core bit adalah pahat yang khusus untuk coring berbeda dengan pahat
pemboran biasa. Pahat biasa menghancurkan batuan menjadi cutting/serpih akan
tetapi core bit akan memotong batuan berbentuk silinder. Pemilihan jebis core bit
tergantung pada batuan formasi yang akan diambil contohnya. Dibawah ini salah
satu contoh core bit dan rangkaian alat coring
2. Core Barrel alat ini berfungsi untuk tempat contoh yang diperoleh dari coring
yang dapat menjaga keutuhan core dan melindungi core darui pengaruh luar
misalnya kontaminasi dengan lumpur, tekanan/beban dan lain sebagainya. Barrel
ini terletak diatas pahat ( core bit) ada outer barrel ada inner barrel.
3. Core Catcher berfungsi untuk menahan core/contoh batuan agar tidak jatuh
dari inner barrel.
IV-3
1. Coring yang dilakukan bersamaan dengan pemboran dikenal sebagai Bottom
coring
Sesuai dengan alat yang digunakan maka bottom core dibedakan menjadi:
Conventional coring yaitu coring yang menggunakan core bit biasa atau
diamond bit. Ukuran core yang didapat adalah diameter antara 3 – 5 inci dan
panjang
Wire-line Retrievable coring dimana pada cara ini alat diturunkan kedasar
sumur tanpa mengangkat drill string. Ukuran core yang diperoleh dengan cara ini
lebih kecil yaitu 1 1/8 - 1 ¾ inch dan panjang 10 - 20 ft.
Kualitas atau keakuratan core yang diperoleh adalah sangat penting agar analisa
yang dilakukan memberikan hasil yang representative dan akurat. Pada saat core
sampai dipermukaan harus segera dilakukan konservasi atau pengawetan agar
kondisi tidak berubah karena perubahan tekanan & temperature. Cara pengawetan
IV-4
atau konservasi core dilapangan umumnya dilakukan dengan beberapa cara yaitu
antara lain :
1. Dengan dibungkus plastic tipis ( glad warp), lalu dibungkus lagi dengan
aluminium foil ( kertas aluminium), diberi label ( nama sumur, kedalaman) dan
diberi tanda panah arah top & bottom) setelah itu core di bungkus dalam plastic
wax ( seal peel ). Core yang sudah dibungkus disusun dalam kotak kayu
diurutkan sesuai dengan kedalamannya. cara ini umumnya digunakan untuk
batuan yang cukup kompak dan sidewall core.
2. Pengawetan core dengan cara memasukkan core kedalam pipa paralon yang
kedua ujungnya ditutup rapat dan diluar paralon diberi label.
IV-5
Core barrel berfungsi sebagai tempat penyimpanan sampel
1) Menyiapkan core
4) Mengukur core untuk mengetahui panjang, diameter core dan menghitung nilai
RQD untuk mengetahui nilai kualitas batuan
IV-6
4.5 Data
4.5.1 Dimensi
Diameter core : 4 cm
4.5.2 RQD
14 + 13,5 + 47 + 17 91,5cm
𝑅𝑄𝐷 = 𝑥 100% = = 91,5 %
100 cm 100 cm
Komposisi mineral :
4.6 Pembahasan
RQD (Rock Quality Designation) adalah jumlah panjang core > 100 mm (10 cm)
bagi panjang core >100 cm. Syarat panjang sampel pengujian RQD = >1 m.
IV-7
Dari hasil praktikum pemboran yang dilaksanakan di laboratorium pemboran
Institut Teknologi Medan diperoleh jumlah total RQD (Rock Quality Designation)
yaitu 91,5 %. Dengan diameter core 4 cm dan panjang core 100 cm.
4.7 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari modul analisa core adalah sebagai berikut:
Analisa inti batuan adalah tahapan analisa setelah contoh formasi dibawah
permukaan diperoleh.
Prosedur analisa inti batuan pada dasarnya terdiri atas 2 bagian, yaitu :
Nilai RQD yang didapat adalah 91,5 % dan menunjukkan bahwa kualitas
batuan sangat baik.
IV-8