Anda di halaman 1dari 42

PENGAM ATAN PARAMETER pH, TSS, KADAR BESI, DAN

KADAR MANGAN DI SUNGAI SEKITAR AREA


TAMBANG BATUBARA PT. KALTIM NUSANTARA COAL
DI KECAMATAN BUSANG

Oleh:

HADRIANSYAH

NIM. 100500158

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013
PENGAM ATAN PARAMETER pH, TSS, KADAR BESI, DAN
KADAR MANGAN DI SUNGAI SEKITAR AREA
TAMBANG BATUBARA PT. KALTIM NUSANTARA COAL
DI KECAMATAN BUSANG

Oleh

HADRIANSYAH

NIM. 100500158

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013
PENGAM ATAN PARAMETER pH, TSS, KADAR BESI, DAN
KADAR MANGAN DI SUNGAI SEKITAR AREA
TAMBANG BATUBARA PT. KALTIM NUSANTARA COAL
DI KECAMATAN BUSANG

Oleh

HADRIANSYAH

NIM. 100500158

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya
pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013
HALAMAN PENGESAHAN

Judul karya ilmiah : Pengamatan parameter pH, TSS, Kadar Fe, dan
Kadar Mn di Sungai Sekitar Area Tambang
Batubara PT. Kaltim Nusantara Coal Di Kecamatan
Busang.

Nama : Hadriansyah

NIM : 100500158

Program Studi : Manajemen Lingkungan

Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

M. Fikri Hernandi, S. Hut., MP Ir. Herijanto Thamrin, MP Taufiq Rinda Alkas, S. Si., M.Pd.
NIP. 19701127 19980 2 001 NIP. 19621107 198903 1 015 NIP. 19780517 200912 1 002

Menyetujui, Mengesahkan,

Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. Dadang Suprapto, MP Ir. Hasanudin, MP


NIP. 19620101 198803 1 003 NIP. 19630805 198903 1 005

Lulus ujian pada tanggal : ……………………


ABSTRAK

HADRIANSYAH, Pengamatan parameter pH, TSS, Kadar Fe, dan Kadar Mn Di


Sungai Sekitar Area Tambang Batubara PT. Kaltim Nusantara Coal Di
Kecamatan Busang (di bawah bimbingan MUHAMMAD FIKRI HERNANDI).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan kualitas sungai,


akibat kegiatan penambangan batubara oleh PT. Kaltim Nusantara Coal di
Kecamatan Busang. Hasil yang diharapkan adalah sebagai data dasar untuk
mengetahui tingkat pencemaran lingkungan perairan akibat kegiatan
pertambangan. Selain itu untuk melihat perbedaan kualitas air sungai yang
dipengaruhi dan tambang PT. Kaltim Nusantara Coal Di kecamatan Busang.
Manfaat lain sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil tindakan
pengendalian dampak lingkungan yang diperlukan oleh pemerintah daerah
maupun penambang batubara.

Tempat penelitian untuk sampling air sungai diambil di sekitar lokasi


tambang batubara yakni Sungai Atan, Sungai Nyelong, Sungai pejeng, Sungai
Ngen dan Sungai Au dan Uji laboratorium dilakukan di Laboratorium Balai
Hiperkes Kemenakertrans Samarinda.

Kualitas air sungai di sekitar area penambangan yakni Sungai Atan,


Sungai Pejeng, Sungai Ngen, Sungai Nyelong dan Sungai Au dibandingkan
dengan Peraturan Daerah Kalimantan Timur No. 02 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, secara umum
masih memenuhi baku mutu lingkungan.

Kata kunci : Pengamatan Parameter pH, TSS, Kadar Fe, dan Kadar Mn
RIWAYAT HIDUP

Hadriansyah lahir pada tanggal 30 April 1990 di Desa


Sesayap, Kabupaten Tana Tidung. Merupakan anak ketiga
Ibu Sri Hartini (Alm) dan Bapak Kahapi. AD.
Pada tahun 1995 memulai pendidikan Sekolah Dasar (SD)
Negeri 014 Sesayap Hilir Kecamatan Sesayap Hilir,
Kabupaten Tana Tidung dan lulus pada tahun 2002. Pada
tahun yang sama melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri
1 Sesayap hilir, Kecamatan Sesayap Hilir dan lulus Pada tahun 2004. Kemudian
melanjutkan sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Sesayap hingga
memperoleh ijazah pada tahun 2007 di Sesayap Kabupaten Tana Tidung.
Pada tahun 2010 melanjutkankan ke jenjang pendidikan tinggi pada
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan memilih jurusan Manajemen
lingkungan. Pada Bulan Maret sampai Bulan Mei 2013 penulis mengikuti
kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Teknik Utama Mandiri Desa Sepala
Dalung, Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung dan CV. Arjuna Coal
Sites Kelurahan Makroman Sambutan Pulau Atas, Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena hanya Dialah dzat yang pantas dipuji,
Rabb semesta alam, Dialah maha pencipta, maha melihat dan maha pemberi
rezeki. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada pimpinan Nabi
dan Rasul, Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat
bagi semesta alam. Atas ijin-Nya pula karya ilmiah ini dapat diselesaikan oleh
penulis dengan judul Studi Pengamatan Parameter pH, TSS, Kadar Mn di
Sungai Sekitar Area Tambang Batubara PT. Kaltim Nusantara Coal di
Kecamatan Busang. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh penulis selama kurang lebih tiga bulan guna memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Manajemen
Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak M. Fikri Hernandi, S. Hut., MP selaku Dosen Pembimbing Karya
Ilmiah.
2. Bapak Ir. Herijanto Thamrin, MP selaku Dosen Penguji I.
3. Bapak Taufiq Rinda Alkas, S. Si., M.Pd selaku Dosen Penguji II.
4. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen
Lingkungan.
5. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
6. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
7. Seluruh staf pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan, Jurusan
Manajemen Pertanian.
8. Keluarga tercinta Bapak, Ibu dan Saudara untuk do’anya dan telah
memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada penulis.
9. Seluruh rekan–rekan mahasiswa/mahasiswi semester VI, khususnya
sahabat–sahabat penulis Manajemen Lingkungan.
Walaupun sudah berusaha dengan sungguh–sungguh, penulis menyadari
kemungkinan terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini, namun
demikian penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Amin

Hadriansyah

Sei Keledang, Agustus 2013.


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv


KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4
A. Tinjauan Umum Kualitas air ...................................................... 4
B. Tinjauan Tambang Batubara PT.Kaltim Nusantara coal……… 9

BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 14


A. Tempat, Waktu dan Penelitian.................................................. 14
B. Alat dan Bahan Penelitian.......................................................... 14
C. Prosedur Kerja Penelitian .......................................................... 15
D. Pengolahan Data ....................................................................... 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 17


A. Hasil............................................................................................ 17
B. Pembahasan .............................................................................. 20

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 23


A. Kesimpulan................................................................................. 23
B. Saran .......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24


LAMPIRAN.................................................................................................... 26
DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Kualitas Air Permukaan Di Area PT. KNC…………………............ 17

2. Kriteria Kualitas Air Lingkungan Pada Kualitas Air


Permukaan…………………………….………………………………. 20
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

1. Baku mutu air limbah untuk kegiatan pertambangan


Batubara….…………………………………………………………… 25
2. Pengelolaan Kualitas air dan pengendalian pencemaran
air………………………………………………………………………. 28
BAB I
PENDAHULUAN

Batubara telah menempati posisi yang strategis sebagai komoditi dan

sumber energi, pemanfaatannya semakin beragam dan meluas seiring dengan

harga minyak bumi yang melambung tinggi. Peningkatan produksi pada lahan

yang telah mengantongi ijin eksploitasi serta eksplorasi pada lahan potensi baru

merupakan jawaban terhadap kebutuhan permintaan batubara yang semakin

meningkat, baik dari pasar internasional maupun domestik. Perkembangan

teknologi mesin pembangkit juga telah mengalami kemajuan sebagai jawaban

tantangan terhadap spesifikasi kualitas batubara yang beragam.

Aspek konservasi perbatubaraan adalah memanfaatkan energi

seoptimal, seefisien dan seekonomis mungkin. Selain bermanfaat, kegiatan

penambangan batubara juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan

dan kesehatan masyarakat sekitar area tambang. Kerusakan lingkungan akibat

penambangan terjadi lebih parah pada sektor kehutanan, karena kegiatan ini

akan mengakibatkan perubahan tutupan hutan dan menghancurkan ekosistem

yang ada di permukaan. Dampak nyata kegiatan penambangan berupa

perubahan tipe penutup tanah dan pembukaan lahan. Lahan menjadi kosong,

keras dan kering sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya erosi. Selain

itu limbah bahan galian ditumpuk pada suatu lokasi yang pada saat hujan rentan

terhadap erosi. Erosi yang terjadi tidak hanya berdampak pada area tambang,

tetapi juga terhadap perairan di sekitar area tambang. Air menjadi tercemar dan

dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang menggunakan air tersebut

maupun biota air yang ada di dalamnya. Sedimen yang terdapat di perairan

dapat menyebabkan pendangkalan sungai.


2

PT. Kaltim Nusantara Coal merupakan salah satu perusahaan swasta

nasional yang memiliki persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi

No. 540.1/K.149/2010 tanggal 18 Februari 2010 di areal seluas ? 15.560 Ha,

yang secara administratif daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Busang,

Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimantan Timur. Metode penambangan

batubara yang akan dilakukan PT. Kaltim Nusantara Coal adalah tambang

terbuka (surface mining), dalam metode ini ada dua cara pengerjaannya

dimana ini tergantung dari letak batubara sendiri dan cara pengambilannya

(cara single bench atau multiple bench) dilakukan pada kemiringan tertentu dan

membentuk wall, untuk yang single bench digunakan slope sebesar 60o,

sedangkan untuk yang multiple bench digunakan slope sebesar 45o. Sumber

daya air yang berada di sekitar lokasi kegiatan pertambangan batubara PT. KNC

adalah sungai Atan sebagai sungai utama sedangkan Sungai Nyelong, Sungai

Lees, Sungai Ngen dan Sungai Au merupakan anak Sungai Atan.

Sungai Atan, Sungai Nyelong, Sungai Pejeng, Sungai Ngen dan Sungai

Au yang terdapat di Kecamatan Busang mengalir melalui area pertambangan

batubara dan pemukiman penduduk. Secara umum kegiatan penambangan

menyebabkan adanya limbah bahan galian. Bahan galian di tempat

pembuangan akan mengalami erosi dan kebocoran air asam tambang, sehingga

tingkat keasaman sungai akan meningkat yang pada akhirnya akan

mengganggu kehidupan biota air. Air sungai dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk kehidupan sehari-hari seperti mandi, mencuci, minum dan memasak.

Selain itu pada beberapa lokasi sungai juga digunakan untuk mencari ikan.

Kualitas dan kuantitas sungai harus tetap terjaga untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat desa dan disekitar Kecamatan Busang.


3

Perairan merupakan komponen lingkungan yang mudah terkena dampak

kegiatan manusia. Pencemaran tersebut harus berada di bawah baku mutu

yang telah ditetapkan pemerintah. Oleh karena itu tingkat pencemaran yang

ditimbulkan perlu diketahui. Teknik pengelolaan yang akan digunakan di

kemudian hari hendaknya berupa teknik yang menimbulkan dampak seminimal

mungkin terhadap lingkungan terutama perairan. Tingkat pencemaran akibat

penambangan batubara harus dikontrol agar tidak menimbulkan dampak yang

berarti bagi kesehatan masyarakat dan kehidupan biota air. Tindakan

pengawasan, penelitian dampak dan penanganan secara serius terhadap

pencemaran perairan perlu dilakukan dengan segera, sejalan dengan

rehabilitasi yang dilakukan pihak perusahaan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan kualitas sungai,

akibat kegiatan penambangan batubara oleh PT. Kaltim Nusantara Coal di

Kecamatan Busang.

Hasil yang diharapkan adalah sebagai data dasar untuk mengetahui

tingkat pencemaran lingkungan perairan akibat kegiatan pertambangan. Selain

itu untuk melihat perbedaan kualitas air sungai yang dipengaruhi dan tambang

PT. Kaltim Nusantara Coal . Manfaat lain sebagai bahan pertimbangan dalam

mengambil tindakan pengendalian dampak lingkungan yang diperlukan oleh

pemerintah daerah maupun penambang batubara.


4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Air

1. Pencemaran Air

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup

No.02/MENKLH/I/1988 menyatakan, polusi atau pencemaran air dan udara

adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau

komponen lain ke dalam air/udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi)

air/udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas

air/udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air/udara menjadi

kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Polusi air

sebagai penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari

kemurniannya. Air tidak terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti

sudah terpolusi. Air permukaan dan air sumur biasanya mengandung bahan-

bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Air dikategorikan sebagai air

terpolusi jika konsentrasi oksigen terlarut menurun di bawah batas yang

dibutuhkan untuk kehidupan biota. Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat

bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang

mengakibatkan polusi (Fardiaz, 1992).

Menurut Sarief (1985) sumber air sungai adalah air hujan langsung,

aliran permukaan, aliran di bawah permukaan dan aliran air bumi.

2. Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi:
5

a. Parameter Fisika : Parameter-parameter fisika yang biasa digunakan

untuk menentukan kualitas air meliputi Cahaya, suhu, kecerahan dan

kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total, padatan terlarut, padatan

tersuspensi dan salinitas.

b. Parameter Kimia: Parameter-parameter fisika yang biasa digunakan

untuk menentukan kualitas air meliputi pH, DO (dissolved oxygen) dan

kadar logam-logam yang terlarut (seperti besi, seng, aluminium, timbal).

c. Parameter Biologi yaitu parameter yang biasa diamati yaitu jumlah

mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri

pathogen.

Indikator lain terjadinya pencemaran air berupa padatan tersuspensi,

bahan terlarut dan koloidal, mikroorganisme, dan radioaktivitas air lingkungan

(Wardhana, 2001). Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan

kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan

tersebut berupa partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari

pada sedimen. Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai

ukuran lebih kecil daripada padatan tersuspensi. Berupa senyawa anorganik

dan organik yang larut air, mineral dan garam-garamnya (Fardiaz, 1992).

Padatan tersuspensi dan terendap akan mengurangi penetrasi sinar

matahari ke dalam air sehingga mempengaruhi produksi oksigen secara

fotosintesis (Wardhana, 2001 dalam Fardiaz, 1992). Pada area hutan yang

tidak terganggu, total padatan terlarut paling rendah, karena permukaan tanah

dilindungi oleh vegetasi penutup. Semua sedimen yang dihasilkan pada hulu

sungai akan terakumulasi pada bagian hilir. Ada kalanya turbulensi

mengakibatkan sebagian sedimen tertahan kembali dalam air.


6

Yusoff et al, 2001) mikroorganisme sangat berperan dalam proses

degradasi bahan buangan dari kegiatan industri. Jika bahan buangan banyak

maka mikroorganisme akan berkembang biak. Perkembangan tersebut kadang

diikuti mikroba patogen (Wardhana, 2001 dalam Fardiaz, 1992). Jumlah dan

jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air bervariasi tergantung dari

berbagai faktor, yaitu: sumber air, komponen nutrien dalam air, komponen

beracun, organisme air dan faktor fisik (Fardiaz, 1992). Pencemaran

lingkungan perairan salah satunya dapat diketahui dengan keberadaan hewan

benthos. Hewan benthos adalah organisme yang melekat atau beristirahat pada

dasar atau hidup di dasar endapan (Odum, 1998). Mason, 1981) dalam

Fitriyana, 2004) menyebutkan bahwa makrozoobenthos cocok digunakan

sebagai indikator pencemaran dan dijadikan indikator kualitas perairan.

Penggunaan sebagai indikator dikarenakan makrozoobenthos mempunyai

kepekaan yang berbeda-beda terhadap jenis pencemaran air, mempunyai

kemampuan mobilitas yang rendah sehingga keberadaannya secara langsung

dapat dipengaruhi dan dianalisa, serta mempunyai kelangsungan hidup yang

panjang.

Kehidupan benthos pada dasar perairan sangat bervariasi, diantaranya

menempel pada batu-batuan, dalam endapan lumpur atau pasir bahkan

bergerak mengikuti arus air. Perairan dengan kulitas air yang masih baik dapat

menunjang keanekaragaman hewan bentos, sebaliknya untuk perairan dengan

kualitas perairan yang menurun keanekaragaman hewan bentosnya akan

menurun pula.
7

Menurut Wilhm, 1975) dalam Fitriyana, 2004), kepekaan spesies

makrozoobenthos dalam air sungai terhadap polusi bahan organik dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok :

a. Kelompok intoleran adalah bentos yang mampu tumbuh dan berkembang

dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di

perairan yang kaya bahan organik. Kelompok ini tidak dapat berkembang

dengan baik apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan. Contohnya: jenis

Siput dari family viviparidae, amnicolidae, insecta atau larva insecta atau

nimfa ordo ephemeridae, odonata, neuroptera, hemiptera dan coleoptera.

b. Kelompok fakultatif adalah bentos yang mampu hidup dalam kisaran kondisi

lingkungan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok intoleran.

Walaupun kelompok fakultatif mampu bertahan di perairan yang kaya bahan

organiknya namun tidak dapat mentolerir kondisi lingkungan yang tercemar

berat. Yaitu jenis: Siput yang menyukai perairan berarus, insecta dan

crustacea.

c. Kelompok toleran adalah bentos yang dapat tumbuh dan berkembang pada

kisaran kondisi lingkungan yang sangat keras, artinya kelompok ini sering

dijumpai pada perairan yang tercemar atau berkualitas jelek. Umumnya

kelompok toleran tidak peka terhadap berbagai bentuk tekanan lingkungan

dan kelimpahan akan terus bertambah di sungai yang tercemar oleh bahan

organik. Yaitu jenis: Cacing tubifisida, lintah, larva, siput toleran khususnya

musculium dan pisidium. Sastrawijaya (2000) dalam Fitriyana, 2004)

menyebutkan bahwa indikator air bersih yaitu adanya jenis ephemera dan

indikator terjadinya pencemaran sedang yaitu adanya lymnaea.

Hubungan kondisi perairan dengan struktur makrozoobenthos di perairan:


8

a. Bersih Komunitas makrozoobentos dengan beberapa spesies intoleran

seimbang kehidupannya dengan diselingi populasi fakultatif, tidak adanya

suatu spesies yang mendominasi.

b. Tercemar sedang Penghilangan atau pengurangan sejumlah spesies

intoleran dan beberapa kelompok fakultatif serta satu atau dua spesies

toleran mulai mendominasi.

c. Tercemar Komunitas makrozoobentos dengan jumlah yang terbatas, diikuti

intoleran dan fakultatif. Kelompok toleran mulai berlimpah tanda perairan

tercemar bahan organik. Tercemar berat Penghilangan hampir semua hewan

makroinvertebrata kemudian diganti oleh perkembangan cacing Oligochaeta

dan organisme yang mampu bernafas ke udara.

Sumber pembakaran batubara dapat meningkatkan radioaktivitas

lingkungan. Zat ini dapat menyebabkan berbagai kerusakan biologis apabila

tidak ditangani dengan benar (Wardhana, 2001). Komponen radioaktif yang

sering merupakan polutan air yaitu stronsium–90 yang mempunyai umur

setengah sebesar 28 tahun (Fardiaz, 1992). Kehidupan makhluk hidup di dalam

air tergantung dari kemampuan kehidupan makhluk hidup di dalam air

tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen

minimal yang dibutuhkan untuk kehidupan biota air. Oksigen terlarut (dissolved

oxygen = DO) dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air dan atmosfer

(udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentasi DO

dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung suhu dan tekanan atmosfer.

Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhannya (Fardiaz, 1992).

Penyebab utama oksigen terlarut di dalam air berkurang adalah adanya

bahan-bahan buangan yang mengkonsumsi oksigen. Bahan tersebut berupa


9

bahan organik dan beberapa anorganik. Polutan ini berasal dari kotoran hewan,

manusia, tanaman mati atau sampah organik, bahan buangan dari industri

pengolahan pangan, pabrik kertas, industri penyamakan kulit, pemotongan

daging, pembekuan udang dan ikan, dan sebagainya. Konsentrasi polutan

dipengaruhi oleh jumlah polutan dan jumlah air yang dicemari (Wardhana,

2001; Fardiaz, 1992). Penurunan kualitas air pada areal pertambangan PT. BA

disebabkan oleh pelumpuran, pencucian batubara dan aktivitas sarana operasi

lain. Jumlah mikroorganisme di dalam air tergantung pada tingkat kebersihan

air. Air yang bersih (jernih) biasanya mengandung sedikit mikroorganisme. Air

yang tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptik atau racun, seperti

asam sianida dan deterjen, mikroorganismenya juga sedikit (Wardhana, 2001).

Menurut Yusoff et al (2001) semakin ke hilir sungai nilai Cheamical Oxygen

Demand (COD) semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari sedimen semakin

banyak dan warna air yang menjadi kekuning-kuningan.

B. Tambang Batubara PT. Kaltim Nusantara Coal

1. Lokasi Tambang Batubara

Batubara adalah salah satu sumberdaya mineral yang penting di

Indonesia dan termasuk dalam golongan bahan tambang mineral organik yang

dieksploitasi untuk kebutuhan sumber energi dalam negeri dan ekspor

(Djajadiningrat, 1999 dalam Qomariah, 2003).

Menurut Bapedal, 2001) batubara termasuk bahan galian non-

metaliferous, dan menurut PP No. 27 tahun 1980 termasuk bahan galian

(mineral) golongan yang strategis. Batubara mengandung berbagai mineral dan

unsur anorganik yang berbentuk ion terlarut dalam air rembesan dan

keberadaannya melimpah pada endapan batu bara muda. Pencemaran


10

tambang batubara terhadap tanah bersifat tidak langsung. Perombakan mineral

dan bahan anorganik serta racun akan menimbulkan pencemaran air. Dampak

penambangan batubara lainnya berupa terjadinya pemadatan tanah oleh alat –

alat pertambangan dan erosi akibat pembukaan lahan (Anonim, 1991).

Tala’oho et al, 1996) menyatakan bahwa daerah deposit batubara pada

umumnya terdapat di bawah tanah merah yaitu diantaranya tanah podsolik

dengan vegetasi hutan belukar, alang-alang dan tanaman bekas perladangan.

Pada vegetasi hutan atau belukar, tanah mempunyai kesuburan yang memadai.

Kesuburan alami akan menurun cepat apabila vegetasi tersebut dibuka

bersamaan dengan hilangnya bahan organik dan rusaknya daya sangga tanah.

Tanpa pengelolaan yang baik maka sebagian besar tanah bekas tambang

batubara akan menjadi kritis. Lamanya waktu kondisi tanah membaik setelah

penambangan, berhubungan erat dengan perubahan sifat-sifat fisik dan kimia

tanah pasca tambang. Berdasarkan hasil penelitian Tim PSLH Unand, 1983)

dalam Djalaluddin, 1989) di daerah bekas tambang batubara Ombilin bahan

induk dan batuan induk muncul di permukaan. Struktur tanah hancur, fisik tanah

rusak, sehingga mudah tererosi. Selain itu bahan organik (humus) tanah hilang,

unsur hara seperti N, P, K, Ca, dan Mg sangat rendah dan mudah tercuci.

PT. Kaltim Nusantara Coal merupakan salah satu perusahaan swasta

nasional yang memiliki persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi

No. 540.1/K.149/2010 tanggal 18 Februari 2010di areal seluas ?15.560 Ha,

yang secara administratif daerah peneltian terletak di Kecamatan Busang,

Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan tahapan

eksplorasi di daerah rencana tambang didapat cadangan terukur 776,109,740

Ton dengan lapisan batuan penutup sebesar 4,969,749,522.59 Bcm, yang


11

apabila diestimasikan recovery sebesar 80% maka cadangan tertambang

sebesar 620,887,792.33 ton sehingga didapatkan Stripping Ratio 8,0 : 1, dengan

produksi optimal 20,239,766 ton/tahun dan umur tambang adalah ? 40 tahun.

Penelitian bahan galian batubara pada konsesi dilakukan di atas lahan seluas ±

15.560 Ha, dengan Surat Keputusan Izin Usaha Pertambangan Tahap

Eksplorasi yang disahkan oleh Bupati Kutai Timur Nomor 540.1/K.149/2010

Tanggal 18 Februari 2010, Tentang persetujuan Ijin Usaha Pertambangan

Eksplorasi kepada PT. KNC, dengan batas-batas sebagai berikut:

1) Sebelah utara berbatasan dengan kawasan budidaya kehutanan.

2) Sebelah timur berbatasan dengan kawasan budidaya kehutanan, wilayah izin

usaha pertambangan PT. Bara Samba Prima dan HGU Perkebunan PT.

Khatulistiwa Lintas Utama.

3) Sebelah selatan berbatasan dengan kawasan budidaya kehutanan dan

wilayah izin usaha pertambangan PT. Nusantara Wahau Coal dan HGU PT.

Lintas Khatulistiwa Utama.

4) Sebelah barat berbatasan dengan kawasan budidaya kehutanan dan

wilayah izin usaha pertambangan PT. Batubara Nusantara Kaltim

2. Metoda Penambangan

Daerah penelitian merupakan Formasi Wahau dan Formasi Balikpapan.

Litologi terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan

batulanau, serpih dan batubara. Berdasarkan data log pemboran dan singkapan

batubara, dapat diinterpretasikan bahwa arah lapisan batubara N 10 - 330° E

dan dengan kemiringan berkisar antara 10°-15° dalam menentukan metode

penambangan batubara di wilayah penyelidikan yang akan diterapkan di daerah


12

ini, berdasarkan hasil eksplorasi yang telah dilakukan, dipilih setelah

mempertimbangkan beberapa aspek antara lain:

a. Kemampuan perusahaan untuk melakukan usaha penambangan yang

meliputi kemampuan teknis dan finansial serta jumlah target produksi

batubara pertahun. Jumlah seam batubara sebanyak 3 seam yang akan

ditambang ketebalan berkisar antara 0,3 meter – > 8,0 meter.

b. Kemiringan lapisan 10° - 15°.

c. Keadaan topografi daerah penyelidikan merupakan perbukitan

bergelombang sedang sehingga penambangan secara terbuka dapat

dilakukan.

d. Lapisan penutup batubara yang relatif agak keras, masih mampu bila

dilakukan kegiatan pembongkaran dengan menggunakan alat mekanis

namun dengan target pembongkaran material Overburden yang cukup besar

maka perlu diadakan peledakan.

Metode penambangan batubara yang akan dilakukan PT. Kaltim

Nusantara Coal adalah tambang terbuka (Surface Mining), dalam metode ini

ada dua cara pengerjaannya dimana ini tergantung dari letak batubara sendiri

dan cara pengambilannya (cara single bench atau multiple bench) dilakukan

pada kemiringan tertentu dan membentuk wall, untuk yang single bench

digunakan slope sebesar 60o, sedangkan untuk yang multiple bench digunakan

slope sebesar 45o. Kegiatan penambangan direncanakan dibagi menjadi 2 Blok

penambangan sesuai dengan daerah prospek hasil dari kegiatan eksplorasi

detail yang telah dilakukan sebelumnya.

Awal kegiatan penambangan dilakukan pada blok I dari arah Timur

menuju Barat, pada saat pengembalian tanah penutup pada blok I dilakukan
13

back filing dari arah Barat menuju bagian Timur blok I, kemudian penambangan

dilanjutkan ke blok II dari Barat ke Timur, dan seterusnya sampai bagian akhir

dari blok II, dimana arah penambangan akan bertolak belakang dengan arah

back filling tanah penutup, dan arah back filling tanah penutup harus searah

dengan arah reklamasi lahan bekas tambang. Penambangan pada blok I

dilakukan pada tahun–1 sampai dengan pertengahan tahun–28 dari umur

tambang. blok II dilakukan pada pertengahan tahun–28 sampai dengan pada

akhir umur tambang di tahun ke 40. Berdasarkan kondisi geologi dan kondisi

batubara, direncanakan untuk metode pengupasan tanah/batuan penutup

menggunakan Back Filling Digging Methode, dimana untuk pengupasan

tanah/batuan penutup dilakukan dengan menggunakan alat berat dan kegiatan

peledakan.
14

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian untuk sampling air sungai diambil di sekitar lokasi

tambang batubara yakni Sungai Atan, Sungai Nyelong, Sungai Lees, Sungai

Ngen dan Sungai Au dan Uji laboratorium dilakukan di Laboratorium Balai

Hiperkes Kemenakertrans Samarinda.

Waktu penelitian selama 2 bulan mulai tahap persiapan dan pengolahan

data serta 1 bulan untuk penulisan karya ilmah. Dalam penelitian ini ruang

lingkup penelitian hanya menyangkut pada 4 parameter yaitu pH, Padatan

tersuspensi (TSS) , Kadar Besi (Fe), dan Kadar Mangan (Mn).

B. Alat dan bahan yang digunakan

1. Alat yang diperlukan:

a. GPS (Global Positioning system)

b. Jerigen plastik, digunakan untuk wadah air sampel.

c. Botol oksigen vol. 250 ml

d. Termos es untuk mendinginkan contoh

e. Tas lapangan

f. Alat tulis

g. Buku catatan (bungkus dengan plastik)

h. Alat dan Bahan untuk periksa parameter (yang diperlukan)

2. Bahan yang digunakan:

Air sampel diambil dari 5 sungai yakni Sungai Atan, Sungai Nyelong,

Sungai Pejeng, Sungai Ngen dan Sungai Au.


15

C. Prosedur Penelitian

1. Orientasi lapangan

Orientasi lapangan untuk mengetahui gambaran secara umum

menunjukkan dimana sampel air akan diambil agar lebih memudahkan

penulis pada saat melakukan pengambilan sampel air.

2. Studi pustaka

Studi pustaka bertujuan untuk mengetahui buku dan referensi yang

berkaitan dengan topik pembahasan untuk digunakan sebagai dasar teori

agar dengan penulisan karya ilmiah ini tidak menyimpang dari pokok

pembahasan.

3. Pegambilan data dilapangan

Metode pengumpulan data yang dilakukan pengumpulan data rona

lingkungan hidup awal untuk komponen kualitas air akan dilakukan dengan

pengambilan sampel air sungai secara langsung dilapangan sebagai data

primer dengan metoda grab sampling (sesaat). Pengambilan sampel kualitas

air dan analisanya akan dilakukan oleh pihak laboratorium yang

berkompeten. Pengambilan sampel kualitas air ini dilakukan berdasarkan

pada rencana lokasi yang akan terkena aktivitas pertambangan batubara dan

keadaan badan air yang diperkirakan akan terkena dampak, yaitu: Sungai

Nyelong, Sungai Atan, Sungai Pejeng, Sungai Ngen dan Sungai Au.

D. Pengolahan Data

Pengolahan data untuk parameter fisika dan kimia air sungai yaitu hasil

analisa kualitas air sungai tersebut akan dibandingkan dengan standar baku

mutu kualitas air yang telah ditetapkan yaitu Peraturan Daerah Kalimantan
16

Timur No. 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air, berdasarkan baku mutu kualitas air Kelas II. Kriteria air Kelas II

yaitu untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama.

Dampak zat pencemar yang dianalisa hanya yang merupakan parameter

penting akibat tambang batubara yakni TSS (residu tersuspensi), pH, Fe (besi),

dan Mn (mangan).
17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pengambilan sampel kualitas air ini dilakukan berdasarkan pada rencana

lokasi yang akan terkena aktifitas penambangan dan keadaan badan air yang

diprakirakan akan terkena dampak. Hasil Pengukuran sampel air sungai

tercantum pada tabel berikut.

Tabel 1. Kualitas Air Permukaan Di Area Penambangan PT. Kaltim Nusantara


Coal
Perda Kaltim
Lokasi Sampling
No. 02/2011
No Parameter Satuan
Baku Mutu
1 2 3 4 5
Kelas II
A. Fisika
Residu
1 mg/L 39 22 16 11 21 50
tersuspensi*)
B. Kimia
1 pH*) - 7.6 7.1 7.8 6.9 7.5 6–9
2 Besi mg/L 0.10 1.19 0.26 1.05 1.32 (-)
3 Mangan mg/L ttd ttd 0.07 0.24 0.06 (-)
Sumber : Data Primer, 2012

1. Sungai Atan Desa Long Lees (00°49’08,2” LS,


Keterangan:
116°33’31,9”BT)
2. Sungai Pejeng (00°47’45,9” LS, 116°35’23,9”BT)
3. Sungai Ngen (00°49’41,9” LS, 116°36’47,9”BT)
4. Sungai Nyelong KNC (00°52’10,0” LS, 116°34’17,4”BT)
5. Sungai Au (00°46’41,9” LS, 116°39’47,9”BT)
Ttd Tidak terdeteksi

Peruntukannya Sungai Atan, Sungai Pejeng, Sungai Ngen, Sungai

Nyelong dan Sungai Au, saat ini belum jelas apakah masuk dalam Mutu Air

Kelas I, II, III atau IV, karena belum ditetapkan oleh pemerintah melalui

peraturan perundang-undangan sesuai dengan Pasal 9, ayat 1 huruf a, b dan c,

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Namun sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No. 82 Tahun 2001 khususnya pada Pasal 55, bahwa untuk badan
18

air yang belum ditetapkan peruntukannya, berlaku kriteria Baku Mutu Air Kelas

II.

Kualitas air sungai di sekitar area penambangan yakni Sungai Atan,

Sungai Pejeng, Sungai Ngen, Sungai Nyelong dan Sungai Au dibandingkan

dengan Peraturan Daerah Kalimantan Timur No. 02 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, secara umum

masih memenuhi baku mutu lingkungan.

Berdasarkan Perda Kaltim No. 02/2011 dinyatakan bahwa kegiatan

penambangan batubara menghasilkan air limbah dengan parameter Residu

Tersuspensi (TSS), pH, Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Untuk itu parameter-

parameter kualitas air yang diamati pada sungai-sungai sekitar tambang adalah

a. Sifat fisik

Parameter sifat fisik air yang diamati adalah residu tersuspensi (TSS).

Dimana semakin tinggi nilai residu tersuspensi (TSS) maka penetrasi cahaya ke

dalam perairan semakin rendah.

Residu tersuspensi (TSS) disekitar lokasi studi berkisar antara 11–39

mg/l, dimana residu tersuspensi (TSS) terendah di jumpai Sungai Nyelong,

sedangkan residu tersuspensi (TSS) yang tertinggi di Sungai Atan.

b. Sifat kimia

1) pH (Keasaman).

Hasil pengamatan menunjukan nilai pH air pada perairan di lokasi

studi berkisar antara 7,1 – 7,8, pH terendah dijumpai di Sungai Pejeng dan

tertinggi dijumpai di Sungai Ngen .


19

2) Logam-logam berat.

a. Besi (Fe)

Besi (Fe) pada konsentrasi tertentu tidak merupakan logam-

logam beracun bagi manusia, hewan maupun biota perairan. Besi (Fe)

selalu terdapat diperairan sebagai hasil pelapukan bahan induk tanah.

Berdasarkan hasil analisis kualitas air di wilayah studi kandungan

Besi (Fe) berkisar antara 0,10 – 1,32 mg/l. Kandungan Besi (Fe) yang

tertinggi yaitu sebesar 1,32 mg/l dijumpai di Sungai Au, dan yang

terendah sebesar 0,10 mg/l dijumpai Sungai Atan.

b. Mangan (Mn)

Mangan (Mn) pada konsentrasi tertentu tidak merupakan logam-

logam beracun bagi manusia, hewan maupun biota perairan. Sama

seperti halnya Besi (Fe), Mangan (Mn) pun juga selalu terdapat

diperairan sebagai hasil pelapukan bahan induk tanah.

Berdasarkan hasil analisis kualitas air di wilayah studi kandungan

Mangan (Mn) berkisar antara tidak terdeteksi – 0,24 mg/l. Berdasarkan

hasil analisis kualitas air di lokasi studi bahwa kandungan Mangan (Mn)

terendah di dua sungai yakni Sungai Atan Desa Long Lees, Sungai

Pejeng diperoleh hasil tidak terdeteksi dan tertinggi dijumpai di Sungai

Nyelong.
20

B. Pembahasan

Menurut Fandely (2005) dinyatakan bahwa kriteria kualitas air

dikategorikan ke dalam lima kelas tercantum pada tabel berikut.

Tabel 2. Kriteria Kualitas Lingkungan Pada Kualitas Air Permukaan


Nilai dan Rentangan Skala Kualitas Lingkungan
Komponen
No. Satuan Sangat
Lingkungan Sangat Baik Baik Sedang Buruk
Buruk
1 pH 1–
2,9
5 – 5,9 dan 4 – 4,9 dan 3 – 3,9 dan dan
- 6-9
9,1 - 10 10,1 - 11 11,1 - 12
12, 1 -
14
2 TSS mg/l < 10 10 - < 20 20 - < 30 30 - < 50 50
3 Fe Tidak dipersyaratkan
4 Mn Tidak dipersyaratkan

Berdasarkan tabel diatas, maka kriteria kualitas air sungai yang diamati

pada sungai-sungai sekitar tambangadalah parameter TSS dan pH adalah :

a. Sifat Fisik

Kandungan residu tersuspensi (TSS) di badan perairan di sekitar lokasi

penambangan yaitu Sungai Atan sekitar pemukiman Desa Long Lees sebesar

39 mg/l tersebut jika dibandingkan dengan Baku Mutu Air Kelas II (Perda Kaltim

No. 02/2011) dapat dikatakan masih berada di bawah baku mutu lingkungan

yaitu sebesar 50 mg/l, dan termasuk dalam kriteria buruk.

Kandungan residu tersuspensi (TSS) di badan perairan di sekitar lokasi

penambangan yaitu Sungai Pejeng sebesar 22 mg/l tersebut jika dibandingkan

dengan Baku Mutu Air Kelas II (Perda Kaltim No. 02/2011) dapat dikatakan

masih berada di bawah baku mutu lingkungan yaitu sebesar 50 mg/l, dan

termasuk dalam kriteria sedang.

Kandungan residu tersuspensi (TSS) di badan perairan Sungai Nyelong


21

sebesar 11 mg/l tersebut jika dibandingkan dengan Baku Mutu Air Kelas II

(Perda Kaltim No. 02/2011) dapat dikatakan masih berada di bawah baku mutu

lingkungan yaitu sebesar 50 mg/l, dan termasuk dalam kriteria baik.

Kandungan residu tersuspensi (TSS) di badan perairan Sungai Ngen

sebesar 16 mg/l tersebut jika dibandingkan dengan Baku Mutu Air Kelas II

(Perda Kaltim No. 02/2011) dapat dikatakan masih berada di bawah baku mutu

lingkungan yaitu sebesar 50 mg/l, dan termasuk dalam kriteria baik.

Kandungan residu tersuspensi (TSS) di badan perairan Sungai Au

sebesar 21 mg/l tersebut jika dibandingkan dengan Baku Mutu Air Kelas II

(Perda Kaltim No. 02/2011) dapat dikatakan masih berada di bawah baku mutu

lingkungan yaitu sebesar 50 mg/l, dan termasuk dalam kriteria sedang.

b. Sifat Kimia

Kandungan pH di badan perairan di sekitar lokasi penambangan yaitu

Sungai Atan Desa Long Lees sebesar 7.6 tersebut jika dibandingkan dengan

Baku Mutu Air Kelas II (Perda Kaltim No. 02/2011) yaitu 6,9 – 7,8, dan termasuk

dalam kriteria sangat baik.

Kandungan pH di badan perairan di sekitar lokasi penambangan yaitu

Sungai Pejeng sebesar 7.1 tersebut jika dibandingkan dengan Baku Mutu Air

Kelas II (Perda Kaltim No. 02/2011) yaitu 6,0 – 9,0, dan termasuk dalam kriteria

sangat baik.

Kandungan pH di badan perairan Sungai Nyelong sebesar 6.9 tersebut

jika dibandingkan dengan Baku Mutu Air Kelas II (Perda Kaltim No. 02/2011)

yaitu6,0 – 9,0, dan termasuk dalam kriteria sangat baik.

Kandungan pH di badan perairan Sungai Ngen sebesar 7.8 tersebut jika

dibandingkan dengan Baku Mutu Air Kelas II (Perda Kaltim No. 02/2011) yaitu
22

6,0 – 9,0, dan termasuk dalam kriteria sangat baik.

Kadungan pH di badan perairan Sungai Au sebesar 7.5 tersebut jika

dibandingkan dengan Baku Mutu Air Kelas II (Perda Kaltim No. 02/2011)

yaitu6,0 – 9,0, dan termasuk dalam kriteria sangat baik.


23

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kualitas air sungai di sekitar area penambangan yakni Sungai Atan, Sungai

Pejeng, Sungai Ngen, Sungai Nyelong dan Sungai Au dibandingkan, secara

umum masih memenuhi baku mutu lingkungan Perda Kaltim No. 02/2011.

2. Hasil pengukuran kualitas air khususnya parameter yang berdampak akibat

kegiatan penambangan : residu tersuspensi (TSS) berkisar antara 11–

39mg/l, pH air berkisar antara 7.1–7.6, besi (Fe) berkisar antara 0,10–1,32

mg/l, mangan (Mn) berkisar antara tidak terdeteksi–0,24 mg/l.

3. Kriteria kualitas air sungai sekitar tambang khususnya parameter TSS

termasuk dalam kriteria baik (S. Ngen dan S Nyelong), Sedang (S. Pejeng

dan S. Au) dan buruk (S. Atan).

4. Kriteria kualitas air sungai sekitar tambang khususnya parameter pH

termasuk dalam kriteria sangat baik.

B. Saran

Penelitian lanjutan mengenai pendugaan besaran perubahan kualitas air

akibat penambangan batubara.

.
24

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1991. Environmental Impact of Coal Mining. Dalam Proceedings of


International Conference on Mining and The Environment. Bandung,
Indonesia, July 2-4, 1991. Department of Mining Engineering, ITB
Key Centre for Mines, Australia.

Bapedal. 2003.Drinking water an Health national academy of Science, US


National Research Councill, Washington DC. Canadian Water
Quality. Canadian Council Resource and Environment Ministers,
Ontario, Canada.

Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Djalaluddin, S. 1989. Pengaruh Pemupukan N, P, dan K Terhadap Produksi


Beberapa Jenis Rumput Pakan Ternak pada Tanah Gusuran
Tambang Batubara Ombilin. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. KPK IPB UNAND. Universitas Andalas. Padang.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Udara dan Air. Kanisius. Yogyakarta.

Fitriyana, I. 2004. Kualitas Perairan Sungai Citarum Berdasarkan Indeks


Kualitas Air dan Indeks Biotik. Skripsi. Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Fandely . 2005. Water Quality Assessments. Edited by Chapman, D Chapman
and Hall Ltd, London. 585 p.

Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.

Sarief, E. S. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung.

Sastrawijaya, AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.

Tala’ohu, S; S. Sukmana; D. Erfandi dan D. Sudjarwadi. 1996. Reklamasi


Tanah Timbunan Sisa Galian Penambangan Batubara dan
Monitoring Erosi di Tanjung Enim. Hal. 41 – 59 dalam Prosiding
Pertemuan Pembahasan Dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah
Dan Agroklimat. Bidang Fisika Dan Konservasi Tanah Dan Air Serta
Agroklimat Dan Hidrologi. Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat
Departemen Pertanian. Bogor.

Wardhana, W. A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Andi.


Yogyakarta.

Yusoff, M. K., S.S. Heng, Nik M. Majid, A.M. Mokhtaruddin, I.F. Hanum, M.A.
25

Alias, dan S. Kobayashi. 2001. effects of Different Land Use


Patterns on the Stream Water Quality in Pasoh, Negeri Sembilan,
Malaysia. Workshop proceedings, 2-4 nov 1999 : Rehabilitation Of
Degraded Tropical Forest Ecosystems. Bogor Indonesia. CIFOR.
Bogor.

Qomariah. 2003. Water Quality Source Book, A Guide to water Quality.


Inlandwaters Directorate, water Quality Branch, Ottawa, Canada.
89 p.
Lampiran
27

Lampiran 1. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun


2011 Tentang Baku Mutu air limbah untuk kegiatan
pertambangan batubara

NO Parameter Kadar Maksimum (mg/l) Metode Uji

1 TSS 300 SNI06-6989,27-


2005

2 Besi Total (Fe) 7 SNI 6989,5-2009

3 Mangan total 4 SNI 6989,5-2009


(MN)

4 PH 6,0-9,0 SNI06-6989,11-
2004

Keterangan :
a. Bila nilai TSS terlampau yang disebabkan pengaruh alam
(hujan) maka perusahaan wajib memberikan penjelasan
keterangan yang disertai data curah hujan.
b. Pemantauan /Sampling minimum dilakukan 2 kali per minggu
untuk parameter TSS.
c. Parameter pH harus diukur setiap hari.
d. Parameter Fe dan Mn harus diukur minimal setiap bulan
e. Untuk parameter pH, Fe dan TSS yang pengujiannya diatur
dalam point b, c dan d dapat dilakukan dilaboratorium milik
perusahaan untuk pengujian harian
28

Lampiran 2. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun


2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian
pencemaran air.

Baku mutu Air pada sumber air berdasarkan Kelas


Parameter Satuan Kelas Keterangan

FISIKA I II II IV

Temperatur Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi


temperatur
dari
keadaan
alamiah
Residu mg/l 1000 1000 1000 2000
terlarut
Residu mg/l 50 50 400 400 Bagi
tersuspensi pengolahan
air minum
secara
konversial
residu
tersuspensi
= 5000 mg/l
Warna Ptc 0 100 180 200 250
KIMIA
ANORGANIK
pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila
secara
alamiah
diluar
rentang
tersebut
maka
ditentukan
berdasarka
n kondisi
alamiah =
0,02 mg/l
NH3
BOD mg/l 2 3 6 12
COD mg/l 10 25 50 100
DO mg/l 6 4 3 0 Angka
batas
minimum
Total fosfat mg/l
Sebagai N
NO3 mg/l 10 10 20 20
sebagai N
NH3 N Mg/l 0,5 (-) (-) (-) Bagi
Prikanan
29

kandungan
ammonia
bebas untuk
ikan yang
peka =0,02
mg/l
sebagai
NH3
NH3 N Mg/l 0,5 (-) (-) (-) Bagi
Prikanan
kandungan
ammonia
bebas untuk
ikan yang
peka =0,02
mg/l
sebagai
NH3
Arsen mg/l 0,05 1 1 1
Kobalt mg/l 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/l 1 (-) (-) (-)
Boron mg/l 1 1 1 1
Selenium Mg/l 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/l 0,05 0,05 0,05 1
Tembaga mg/l 0,02 0,02 0,02 0,02 Bagi
pengolahan
air minum
secara
konvension
al, cu = 1
mg/l
Besi mg/l 0,3 (-) (-) (-) Bagi
pengolahan
air mium
secara
konvension
al , Fe = 5
mg/l
Timbal mg/l 0,03 0,03 0,03 0,03
Mangan mg/l 0,1 (-) (-) (-)
Air raksa mg/l 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/l 0,05 0,05 0,05 2 Bagi
pengolahan
air minum
secara
konvension
al , Zn = 1
mg/l
Khlorida mg/l (-) 600 (-) (-)
Sianida mg/l 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/l 0,5 1,5 1,5 (-)
30

Nitrit mg/l 0-,06 0,06 0,06 (-) Bagi


sebagai N pengolahan
air minum
secara
konvension
al NO2 S =
0,01 mg/l
Sulfat mg/l 400 (-) (-) (-)
Khlorin mg/l 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM
bebas tidak
dipersyaratk
an
Belerang mg/l 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi
sebagai pengolahan
H2S air minum
secara
konvension
al, S
sebagai
H2S = 0,1
mg/l
Kesadahan Mg/l 50 50 50 100
sebagai
CaCO3
MIKRO
BIOLOGI
Fecal jml/100 ml 100 1000 2000 2000 Bagi
coliform pengolahan
air minum
secara
konversiona
l, fecal
coliform =
2000
jml/100 ml
dan total
coliform =
10000
jml/100 ml
RADIOAKTI
FITAS
- GR Bq/1 0,1 01, 0,1 0,1
OS-
A
- GR Bq/1 1 1 1 1
OS-
A
KIMIA
ORGANIK
Minyak dan µg/l 1000 1000 1000 (-)
lemak
Detergen µg/l 200 200 200 (-)
31

sebagai
MBAS
Senyawa µg/l 1 1 1 1
fenol
sebagai
fenol
BHC µg/l 210 210 210 (-)

Keterangan :

1. mg :milligram
2. µg :microgram
3. ml :milliliter
4. L :Liter
5. Bq :bequerel
6. MBAS : Methylene Blue Active substance
7. ABAM :Air baku untuk air iminum
8. Logam berat merupakan logam terlarut
9. Nilai diatas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO
10. Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih
dari nilai yang tercantum
11. Nilai Do merupakan batas minimum
12. Arti (-) diatas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter
tersebut tidak dipersyaratkan.
13. Tanda = adalah lebih kecil atau sama dengan
14. 1Tanda < adalah lebih kecil

Anda mungkin juga menyukai