Anda di halaman 1dari 1

Team work berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat, budaya organisasi berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perawat, Team work dan budaya organisasi secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa team
work memberikan kontribusi yang lebih dominan terhadap kinerja perawat.

Mutu pelayanan kesehatan bagi seorang pasien berhubungan dengan dari rasa puas terhadap
pelayanan yang diterima, mutu yang baik sering dikaitkan dengan kesembuhan penyakit,
peningkatan derajat kesehatan, kecepatan pelayanan, lingkungan perawatan yang menyenangkan,
keramahan petugas, kemudahan prosedur, kelengkapan alat, obat-obatan, dan biaya yang
terjangkau. Mutu pelayanan kesehatan dapat dinilai dari lima dimensi. Dimensi pertama adalah
kehandalan (reliability), menyangkut kemampuan petugas puskesmas untuk memberikan
pelayanan secara akurat dan terpercaya. Dimensi kedua yaitu empati (emphaty), meliputi
kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami
kebutuhan para pasien. Dimensi ketiga yaitu berwujud (tangibles) yang menyangkut penampilan,
prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata pelayanan
yang diberikan oleh pemberi jasa. Dimensi keempat ketanggapan (responsiveness), menyangkut
kemampuan membantu dan memberikan pelayanan yang tepat pada pasien serta dimensi kelima
yaitu jaminan kepastian (assurance), yang mencakup pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya petugas kesehatan, bebas dari bahaya, resiko atau keraguraguan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu pelayanan diketahui adalah kompetensi petugas, kerjasama dan
pengembangan karir petugas.

Faktor-faktor individu dokter merupakan unsur utama yang berkontribusi terhadap timbulnya
permasalahan ini terutama kurangnya kepercayaan spesialis terhadap kompetensi dokter umum,
selain itu faktor kedekatan individu antara dokter umum dengan spesialis, serta kurangnya
kepatuhan dokter dalam melaksanakan kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh RS.
Evaluasi terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan oleh manajemen dalam mendukung proses
kolaborasi antara dokter umum dan spesialis terbukti belum efektif dengan adanya beberapa
kondisi yang ditemukan yaitu; 1) belum terlaksananya secara konsisten proses kredensial serta
program pembekalan yang menentukan tingkat kompetensi dokter umum sebagai dokter jaga
IGD sehingga akhirnya membuat kurangnya kepercayaan spesialis terhadap dokter umum; 2)
upaya mendekatkan antar individu dokter melalui untuk menjalin komunikasi dan keakraban
belum dilaksanakan secara rutin; serta 3) standar pelayanan yang tidak lengkap serta belum
tersosialisasinya kebijakan dan standar pelayanan RS kepada seluruh dokter memicu terjadinya
perbedaan pendapat antara dokter umum dan spesialis. Kondisi di atas juga diperberat dengan
belum optimalnya system pengawasan dan pembinaan serta kurangnya ketegasan manajemen
terhadap terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh staf medis.

Anda mungkin juga menyukai