Anda di halaman 1dari 23

WRAP UP SKENARIO 1

BLOK BIOMEDIK 2

KELOMPOK : A-2

Ketua : Grandy Ilham Hutama (1102017099)


Sekretaris : Fellya Noveliony Dheona (1102017090)
Anggota : Dina Islamia (1102017073)
Fadilah Dirayati (1102017080)
Fauzan Miftahulfalah (1102017089)
Firman Cipta Maulana (1102017093)
Galda Feriyalda Galeb (1102017096)
Hanif Hajjaj Miftah Fathan (1102017101)
Muhammad Aqil Irwansyah .T (1102017146)
Mohammad Rifqi Sauqi Sanusi (1102017142)

FAKULTAS KEDOKTERAN - UNIVERSITAS YARSI


2018/2019
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62 214244574 Fax 62 21 4244574
JAKARTA

1
DAFTAR ISI

Skenario…………………………………………………………………………………3
Kata sulit………………………………………………………………………………...4
Pertanyaan……………………………………………………………………………….4
Jawaban………………………………………………………………………………….5
Hipotesis…………………………………………………………………………………6
Sasaran belajar (Learning Object)……………………………………………………7-22
Daftar pustaka…………………………………………………………………………...23

2
SKENARIO

Dampak Cuaca Ekstrem Saat Penerbangan


Serangan Hipoksia, saat oksigen di pesawat menipis karena ketinggian
Yulinda Medistiara – detikHealth
Selasa, 30/12/2014 10:28 WIB

Hipoksia merupakan keadaan tubuh kekurangan oksigen untuk menjamin keperluan


hidupnya. Kondisi ini bisa terjadi di dalam pesawat yang terbang dengan ketinggian di atas
10 ribu kaki. Seperti diketahui, kurangnya oksigen mengakibatkan gangguan fungsi sel
karena oksigen yang dikirim ke sel berkurang.

“Di dalam penerbangan yang terjadi adalah hypoxic hypoxia,” kata dr. Soemardoko
Tjokrowidigdo, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penerbangan Indonesia,
dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (30/12/2014)

Hypoxic hypoxia merupakan hipoksia yag terjadi karena menurunya tekanan parsiil
oksigen dalam paru-paru atau karena terlalu tebalnya dinding paru-paru. Jadi semakin
tinggi terbang maka makin rendah tekanan barometernya. Akibatnya tekanan parsiil
oksigen juga semakin kecil.

Hipoksia patut diwaspadai karena terjadi perlahan-lahan tanpa ada tanda-tada awal.
Apalagi sifat gejalanya sangat individual, sehingga tidak sama pada masing-masing orang.

“Penerbang dan semua penumpang akan mengalami hal ini(hipoksia), tetapi untuk
penerbang dan awak kabin sudah dilatih dengan menggunakan O2 untuk mencegah gejala
yang berakibat fatal.” Ucap dr. Soemardoko.

(Diedit seperlunya untuk bahan pembelajaran)

3
KATA SULIT

1. Oksigen : Unsur kimia berbentuk gas, rumus O2, tidak berwarna, tidak berbau,
nomor atom 8 dan bobot 15,99.
2. Tekanan Parsiil :Tekanan hipotesis gas pada saat gas terus menempati volume
campuan pada suhu yang sama.
3. Barometer : Alat untuk mengukur tekanan udara digunakan untuk meramalkan
cuaca dan mengetahui ketinggian suatu tempat diatas permuakaan laut.

PERTANYAAN
1. Apa saja gejala hipoksia?
2. Apa faktor yang menyebabkan hipoksia?
3. Apakah hubungan ketinggian dengan terjadinya hipoksia?
4. Apa saja macam-macam hipoksia?
5. Pada ketinggian berapa hipoksia dapat terjadi?
6. Apa bentuk pencegahan dan terapi hipoksia?
7. Bagaimana pengaruh Hb terhadap hipoksia?
8. Mengapa saat penerbangan dapat terjadi hipoksia?
9. Peristiwa apa yang dapat menyebabkan Hipoksia?
10. Bagaimana cara tubuh beradaptasi dengan terkanan udara yang berbeda?
11. Apa resiko klinis dari hipoksia?

4
JAWABAN
1. Lemas, wajah pucat, pingsan, mual, pusing, tidak mampu berkomunikasi, cemas,
peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah.
2. Suhu udara, tekanan udara, ketinggian, sumbatan pada pembuluh darah, cara tubuh
beradaptasi dengan lingkungan, turunnya tekanan O2 Intra Alveolar, rendahnya kadar Hb
3. Semakin tinggi suatu permukaan maka tekanan pada barometer rendah, sehingga
tekanan O2 di udara juga rendah yang menyebabkan tekanan O2 di paru-paru rendah dan
terjadilah hipoksia.
4. Hipoksia hipoksik, hipoksia stagnant, Hipoksia hipokinetik (Ischemic dan Kongestif),
Hipoksia anemik, Hipoksia histotoksik, Hipoksia Overventilasi, Hipoksemia (Hipotonik
dan Isotonik)
5. Ketinggian diatas 10.000 kaki atau lebih dari 3000m dpl
6. Olahraga berupa latihan fisik, terapi O2
7. Hipoksia terjadi apabila afinitas/daya tarik Hb terhadap oksigen menurun dan terdapat
kelainan pada Hb seperti karboksihemoglobinemia.
8. Karena didalam pesawat cabin tidak dilengkapi dengan rekayasa tekanan udara sehingga
tekanan udara diluar dan didalam sama.
9. Tenggelam, asma, radang paru, asap keakaran, kelainan jantung, paru dan Hb, anemia
berat, keracunan CO2, perokok pasif dan aktif, peminum alcohol.
10. Dalam tekanan udara rendah sumsum tulang memproduksi sel darah merah muda lebih
banyak dari biasanya sehingga diharapkan Hb bisa mengikat okseigen lebih banyak dan
dengan meningkatkan frekuensi pernapasan.
11.Peningkatan denyut jantung, peningkatan frekuensi pernapasan, terganggunya
metabolisme, terganggunya kinerja enzim.

5
HIPOTESIS
Hipoksia adalah kondisi dimana sel kekurangan oksigen. Penyebab dari hipoksia
yaitu kekurangan oksigen, rendahnya hemoglobin, polusi udara dan berada pada tekanan
yang tinggi. Tanda – tanda dari hipoksia berupa sesak nafas, kejang, menurunnya
kesadaran ( pingsan ), frekuensi pernapasan lebih cepat, dan bibir membiru. Jenis – jenis
hipoksia yaitu hipoksia hipoksik, hipoksia anemik, hipoksia hitotoksik, hipoksia stagnan
dan hipoksemia. Dampak dari hipoksia yaitu kerusakan fungsi sel yang lama – kelamaan
dapat menyebabkan kematian sel.

6
SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan menjelaskan hipoksia pada aktivitas sel


1.1 Definisi
1.2 Jenis – jenis
1.3 Penyebab
1.4 Gejala
1.5 Mekanisme
1.6 Penanggulangan & pencegahan
1.7 Resiko Klinis
2. Memahami dan menjelaskan oksigen
2.1 Peran oksigen dalam tubuh

3. Memahami dan menjelaskan hemoglobin


3.1 Peran hemoglobin dalam transpor elektron

7
PEMBAHASAN
1. Memahami dan menjelaskan hipoksia

1.1 Definisi hipoksia

Hipoksia adalah penurunan konsentrasi oksigen di dalam jaringan. Konsentrasi oksigen


dalam jaringan mencerminkan konsentrasi oksigen dalam darah. Yang bergantung
pada jumlah oksigenyang masuk paru dan jumlah yang dibawa darah , baik terlarut atau
terikat dengan hemoglobin. ( Corwin : 2009 )

Hipoksia merupakan keadaan dimana terjadi difensiasi oksigen, yang mengakibatkan


kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatif aerob sel. Hipoksia merupakan
penyebab penting dan umum dari cidera kematian sel.tergantung pada beratnya
hipoksia, sel dapat mengakami adaptasi, cedera atau kematian.

Hipoksia adalah keadaan tubuh kekurangan oksigen untuk menjamin keperluan


hidupnya. Dengan menipisnya udara pada ketinggian, maka tekanan parsial oksigen
dalam udara menurun atau mengecil. Mengecilnya tekanan parsial oksigen dalam udara
pernapasan akan berakibat terjadinya hipoksia (Sukotjo Danusastro : 2008).

Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai dibawah tingkat


fisiologis meskipun difusi jaringan oleh darah memadai ( kamus Dorland ).Hipoksia
adalah kekurangan oksigen ditingkat jaringan ( W.F Ganong : 2012).

1.2 Jenis – jenis hipoksia

1. Hipoksia hipoksik
Hipoksia hipoksik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena
kurangnya oksigen yang masuk ke paru paru. Sehingga oksigen tidak dapat
mencapai darah, dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi darah. Beberapa
penyebabnya antara lain :

1) Kondisi di mana tekanan parsial oksigen menurun seperti pada ketinggian


tertentu dari permukaan laut;
2) Kondisi yang memblokade pertukaran oksigen pada tingkat alveolus dengan
pembuluh darah kapiler, seperti: pneumonia (radang paru), asma, tenggelam;
3) Lain-lain, seperti penjeratan leher, terhirupnya asap (pada kebakaran),
penyakit jantung bawaan sepertiTetralogy of Fallot.

2. Hipoksia anemik
Hipoksia anemik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah (
hemoglobin ) tidak dapat mengikat atau membawa oksigen yang cukup untuk
metabolisme selular. Penyebab hal ini antara lain :
1) Anemia berat karena kehilangan darah baik akut maupun kronis.

8
2) Keracunan karbon monoksida (CO);
3) Obat-obatan seperti aspirin, sulfonamid, nitrit;
4) Methemoglobinemia (kondisi di mana terdapatnya methemoglobin, suatu
pigmen darah hemoglobin yang tidak normal, pada darah);
5) Penyakit seperti anemia sel sabit, anemia defisiensi besi, anemia aplastik,
anemia hemolitik.

3. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh
racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena
dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal ( oksigen darah vena meningkat
). Penyebab hal ini antara lain:
1) Gagal jantung;
2) Menurunnya volume darah yang bersirkulasi;
3) Melebarnya pembuluh darah vena;
4) Darah vena yang tidak bisa mengalir baik akibat G-forces (seperti yang
dialami oleh para pengemudi pesawat-pesawat tempur atau aerobatik).

4. Hipoksia hipokinetik (stagnant hipoksia)


Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan
atau sumbatan.
Hipoksia hipokinetik dibagi dua, yaitu :
1) Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada
jaringan disebabkan karena kurangnya suplai darah ke jaringan tersebut
akibat penyempitan arteri.
2) Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara
berlebihan atau abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan
suplai oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jaringan kekurangan oksigen.

5. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.

6. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas dua
jenis, yaitu :
1) Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen darah arteri rendah
karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi.
2) Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen
yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia,
keracunan karbondioksida.

9
7. Hipoksia sirkulasi

Terjadi jika darah beroksigen yang dialirkan ke jaringan terlalu sedikit.


Hipoksia sirkulasi mungkin terbatas di daerah tertentu karena spasme atau
sumbatan pembuluh darah. Tubuh dapat mengalami hipoksia sirkulasi secara
umum akibat gagal jantung atau kongestif atau syok sirkulasi. PO2 dan
kandungan O2 arteri biasanya normal tetapi darah beroksigen yang mencapai sel
terlalu sedikit.

1.3 Penyebab hipoksia

Hipoksia dapat terjadi karena :

1. Oksigenasi paru yang tidak memadai karena keadaan ekstriknsik, bias karena kekurangan
oksigen dalam atmosfer ata7 hipoventilasi (gangguan saraf otot).
2. Penyakit paru sehingga terjadi hipoventilasi karenapeningkatan tahanan saluran nafas.
3. Shunt vena kearteri padajaringan
4. Transport dan pelepasan oksigen yang tidak memadai (inadekuat) seperti pada penderita
anemia, penurunan sirkulasi umum dan edem jaringan.
5. Pemakaian oksigen kejaringan yang tidak memadai seperti keracunan enzim atau defisiensi
vitamin B.

Efek hipoksia terhadap kinerja tubuh adalah perubahan pada sistem saraf pusat,
khususnya di pusat-pusat otak yang lebih tinggi hipoksia akut akan mengakibatkan
judgement, inkoordinasi motorik dan gangguan klinis yang menyerupai alkoholisme
akut. Jika keadaan hipoksia berlangsung lama terjadi gejala keletihan, pusing, apatis,
gangguan daya konsentrasi, kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja.
Jika telah mengenai batang otak maka akan menyebabkan kematian otak.
Ketika kita berpergian kedaerah yang tinggi, tubuh kita membentuk respon fisiologi
yang inefsien. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat karena jantung memompa
lebih kuat untuk mendapatkan lebih banyak oksigen.
Kemudian sel tubuh membentuk respon efisien secara normal, yaitu aklimatisasi. Sel
darah merah dan kapiler lebih banyak diproduksi untuk membawa oksigen lebih
banyak. Paru-paru akan bertambah ukurannya untuk memfasilitasi osmosis oksigen dan
karbondioksida lebih banyak. Terjadi pula peningkatan vaskularisasi otot atau kontraksi
otot pernafasan untuk memperkuat transfer gas. Akan tetapi, perubahan fisiologi kini hanya
berlangsung singkat. Dalam beberapa minggu tubuh akan kembali pada kondisi normal setelah
kembali dari ketinggian.

10
1.4 Gejala hipoksia

Gejala dan tanda utama dari hipoksia, yaitu :


1. Peningkatan frekuensi pernapasan terjadi ketika saraf penerima ( reseptor ) di
pembuluh darah tepi terangsang karena rendahnya tekanan oksigen di pembuluh
darah ( arteri ). Hal ini juga dapat terjadi pada hipoksia hipoksik dan histotoksik.
Akan tetapi, peningkatan frekuensi napas ini tidak terlihat pada hipoksia anemik
karena tekanan oksigen di arteri normal dan juga pada hipoksia stagnant karena
tekanan pada reseptor di pembuluh darah tepi tinggi ( bahkan lebih tinggi dari
normal ).

2. Sianosis merupakan perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput
lendir. Keadaan ini terjadi ketika kadar hemoglobin yang tidak mengikat oksigen
lebih dari 5 g/dL. Terdapat 2 tipe sianosis :
1) Sianosis perifer terlihat pada kuku dan mengarah pada hipoksia stagnant.
Bagian terluar dari tubuh ( seperti ujung - ujung jari ) sangat kurang
mendapat aliran darah ketika tekanan darah rendah dan melepaskan oksigen
dalam jumlah besar dari hemoglobin, sehingga
kadar deoksihemoglobin meningkat.
2) Sianosis sentral terlihat pada selaput lendir seperti ujung lidah dan bibir; dan
cuping telinga, di mana kulit sangat tipis. Area-area ini merupakan area yang
biasanya menerima darah dalam jumlah besar dan menjadi sianosis jika
kadar oksigen dalam darah rendah seperti pada hipoksia hipoksik.

3. Gejala-gejala otak berupa pertimbangan yang terganggu, mengantuk,


sensitivitas terhadap nyeri yang berkurang, disorientasi, dan sakit kepala.

4. Gejala lain seperti mual, muntah, denyut nadi yang meningkat, dan tekanan
darah yang tinggi.

Akan tetapi, gejala - gejala di atas muncul sesuai dengan tingkatan dari hipoksia.
Empat tingkatan hipoksia adalah:
1. Tidak Bergejala
Orang biasanya tidak mengetahui akan efek dari hipoksia pada tingkat ini.
Gejala biasanya adalah berkurangnya pandangan saat malam hari dan
berkurangnya penglihatan warna. Biasanya perubahan ini dapat terjadi pada
ketinggian sedang ( 4000 kaki ) dan terutama sangat signifikan untuk pilot saat
malam hari. Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 90-95%.

2. Kompensasi

11
Pada orang sehat, tingkat ini terjadi pada ketinggian antara 10.000 - 15.000
kaki. Tubuh masih dapat mengkompensasi dengan peningkatan frekuensi dan
kedalaman napas dan curah jantung ( volume darah yang dipompakan jantung
ke seluruh tubuh tiap menit ). Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 80-
90%.

3. Perburukan / Gangguan
Pada tingkat ini, tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi kekurangan
oksigen. Sayangnya, tidak semua orang dapat merasakan gejala dan tanda yang
berhubungan pada tingkat ini. Jika tidak bergejala, tentunya orang tidak dapat
melakukan untuk mengoreksi masalah ini. Berikut beberapa gejala yang dapat
terjadi pada tingkat ini: sianosis ( perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit
dan selaput lender ), mengantuk, sakit kepala, agresif, pertimbangan yang
terganggu, inkoordinasi (kekikukan gerakan), kesulitan melakukan tugas
sederhana, berkurangnya penglihatan, kesemutan, napas pendek, dsb. Kadar
oksigen dalam darah biasanya antara 70-80%.

4. Kritis
Tingkat ini merupakan tingkat terakhir yang dapat menyebabkan kematian.
Orang tidak berdaya secara fisik dan mental pada tingkat ini. Gejala seperti
kehilangan kesadaran, kejang, henti napas, hingga kematian dapat terjadi.
Kadar oksigen dalam darah biasanya di bawah 70%.

1.5 Mekanisme

Ketika kita berpergian kedaerah yang tinggi, tubuh kita membentuk respon fisiologi yang
inefsien. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat karena jantung memompa lebih kuat
untuk mendapatkan lebih banyak oksigen.

Kemudian sel tubuh membentuk respon efisien secara normal, yaitu aklimatisasi. Sel darah
merah dan kapiler lebih banyak diproduksi untuk membawa oksigen lebih banyak. Paru-paru
akan bertambah ukurannya untuk memfasilitasi osmosis oksigen dan karbondioksida lebih
banyak. Terjadi pula peningkatan vaskularisasi otot atau kontraksi otot pernafasan untuk
memperkuat transfer gas.

12
Akan tetapi, perubahan fisiologi kini hanya berlangsung singkat. Dalam beberapa minggu
tubuh akan kembali pada kondisi normal setelah kembali dari ketinggian.
Pada level seluler, hipoksia dapat mengakibat kan stres oksidatif pada sel. Sel
menghasilkan energi melalui reduksi molekul Oksigen menjadi H2O. Dalam proses
metabolisme normal, molekul-molekul oksigen reaktif yang tereduksi dihasilkan dalam
jumlah kecil sebagai produk sampingan respirasi mitokondria. Molekul-molekul oksigen
reaktif tereduksi dihasilkan dalam jumlah kecil sebagai produk sampingan respirasi
mitokondrial. Molekul-molekul oksigen reaktif tereduksi ini dikenal sebagai spesies oksigen
reaktif (ROS).
Sel memiliki sistem pertahanan untuk mecegah kerusakan akibat moleku lini, yang dikenal
sebagai antioksidan. Kesetimbangan antara proses pembentukandan eliminasi (scavenging)
radikal bebas berakibat pada stres oksidatif.

Efek hipoksia terhadap kinerja tubuh adalah perubahan pada sistem saraf pusat, khususnya
di pusat-pusat otak yang lebih tinggi hipoksia akut akan mengakibatkan judgement,
inkoordinasi motorik dan gangguan klinis yang menyerupai alkoholisme akut. Jika keadaan
hipoksia berlangsung lama terjadi gejala keletihan, pusing, apatis, gangguan daya
konsentrasi, kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja. Jika telah mengenai
batang otak maka akan menyebabkan kematian otak.
Mula-mula hipoksia menyebabkan fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP oleh
mitokondria. Penurunan ATP merangsang fruktokinase dan fosforilasi, menyebabkan
glikolisis aerobic. Glikogen dapat menyusut, asam laktat dan fosfat anogranik terbentuk
sehingga menurunkan pH intrasel.
Pada saat istirahat rata-rata laki-laki dewasa membutuhkan kira-kira 225-250 ml oksigen
permenit, dan meningkat sampai 10 kali saat beraktifitas. Jaringan akan mengalami hipoksia
apabila aliran oksigen tidak kuat dalam memenuhi kebutuhan metabolism jaringan, hal ini
dapat terjadi kira-kira 4-6 menit setelah ventilasi spontan berhenti.
Berdasarkan mekanismenya, penyebab hipoksia jaringan dibagi dalam 3 kategori:
1. Hipoksemia arteri
2. Berkurangnya aliran oksigen karena adanya kegagalan transport tanpa adanya
hipoksemia arteri.

13
3. Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan

Jika aliran oksigen ke jaringan berkurang, atau jika penggunaan berlebihan di jaringan maka
metabolisme akan berubah dari aerobik ke metabolisme untuk menyediakan energi yang
cukup untuk metabolisme. Apabila ada ketidakseimbangan akan mengakibatkan produksi
asam laktat berlebihan menimbulkan asidosis dengan cepat, metabolisme seluler terganggu
dan mengakibatkan kematian sel.
Pemeliharaan okseginasi jaringan tergantung pada 3 sistem organ:
1. Sistem kardiovaskular
2. Hematologi
3. Respirasi
Walaupun pada hipoksema biasanya berhubungan dengan rendahnya PaO2 yang merupakan
gangguan fungsi paru, namun kegagalan pengangkutan oksigen dapat disebabkan oleh
kelainan system kardiovaskular atau system hematologi.
1.6 Penanggulangan hipoksia
Penilaian dari pengelolaan jalan napas harus dilakukan dengan cepat, tepat
dan cermat. Tindakan ditujukan untuk membuka jalan napas dan menjaga agar jalan
napas tetap bebas dan waspada terhadap keadaan klinis yang menghambat jalan
napas. Penyebab sumbatan jalan napas yang tersering adalah lidah dan epiglotis,
muntahan, darah, sekret, benda asing, trauma daerah maksilofasial. Pada penderita
yang mengalami penurunan kesadaran maka lidah akan jatuh ke belakang
menyumbat hipofarings atau epiglotis jatuh kebelakang menutup rima glotidis.
Dalam keadaan seperti ini, pembebasan jalan napas dapat dilakukan tanpa alat
maupun dengan menggunakan jalan napas buatan.
Membuka jalan napas tanpa alat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1) Chin lift yaitu dengan empat jari salah satu tangan diletakkan dibawah rahang
ibu jari diatas dagu, kemudian secara hati-hati dagu diangkat ke depan. Bila
perlu ibu jari dipergunakan untuk membuka mulut/bibir atau dikaitkan pada
gigi seri bagian bawah untuk mengangkat rahang bawah. Manuver Chin lift
ini tidak boleh menyebabkan posisi kepala hiperekstensi.
2) Jaw Thrust yaitu dengan mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke
depan dengan jari-jari kedua tangan sehingga barisan gigi bawah berada di
depan barisan gigi atas, kedua ibu jari membuka mulut dan kedua telapak
tangan menempel pada kedua pipi penderita untuk melakukan immobilisasi
kepala. Tindakan jaw thrust buka mulut dan head tilt disebut airway manuver.
Ada beberapa cara untuk menangani Hipoksia,yaitu :
1. Terapi Oksigen (O2)
Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama
pemberian O2 adalah untuk mengatasi keadaan hipoksemia sesuai dengan hasil

14
Analisa Gas Darah, dan untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja
miokard. Syarat-syarat pemberian O2 meliputi : Konsentrasi O2 udara inspirasi
dapat terkontrol, tidak terjadi penumpukan CO2 , mempunyai tahanan jalan nafas
yang rendah, efisien dan ekonomis, dan nyaman untuk pasien.

Metode-metode yang digunakan dalam terapi oksigen:


1) Kateter nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara
kontinudengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%
Keuntungan : Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter
penghisap.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%,
tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat
terjadidistensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring,
alirandengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.

2) Kanula nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu
denganaliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
Keuntungan : Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur,mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas
makan,bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai
O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalamkanul hanya 1cm, mengiritasi selaput lender.

3) Sungkup muka sederhana merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang


seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%.
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
kanulanasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui
pemilihansungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian
terapiaerosol.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%,
dapatmenyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.

4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing merupakan suatu teknik


pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% denganaliran 8 – 12
L/mnt
Keuntungan : Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana,
tidak mengeringkan selaput lender
Kerugian : Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran
lebih rendahdapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.

5) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing merupakan teknik


pemberian O2 dengan konsentrasi O2 mencapai 99% denganaliran 8 – 12
L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.

15
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%,
tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian : Kantong O2 bisa terlipat.

2. Terapi Oksigen Hiperbarik


Suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% O2 kepada pasien dalam
suatu hyperbaric chamber yaitu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara
atmosfir normal.

3. Pemberian Asetozolamid
Obat ini menghambat kerbonat anhidrase menyebabkan peningkatan ekresi
HCO3- di urin merangsang pernapasan meningkatkan PCO2 dan mengurangi
pembentukan cairan serebrospinal.

1.7 Resiko klinis

Pada level selular, hipoksia dapat menginduksi mekanisme adpatasi kerusakan


hingga kematian sel. Sel menghasilkan energi melalui reduksi molekul oksigen
menjadi air. Dalam proses metabolisme normal, molekul-molekul oksigen reaktif yang
tereduksi dihasilkan sedikit dari produk sampingan respirasi mitokondria yang dikenal
sebagai ROS sel memiliki mekanisme pertahanan untuk mencegah kerusakan akibat
molekul ini yaitu system antioksidan. Pada hipoksia gangguan hemeostasis antara
proses pembentukan eliminasi radikal bebas dapat berakibat stress oksidatif, produksi
spesies oksigen reaktif/ ROS juga meningkat.

Efek hipoksia terhadap kinerja tubuh adalah perubahan pada sistem saraf pusat,
khususnya di pusat-pusat otak yang lebih tinggi hipoksia akut akan mengakibatkan
judgement, inkoordinasi motorik dan gangguan klinis yang menyerupai alkoholisme
akut. Jika keadaan hipoksia berlangsung lama terjadi gejala keletihan, pusing, apatis,
gangguan daya konsentrasi, kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja.
Jika telah mengenai batang otak maka akan menyebabkan kematian otak.

2. Memahami dan menjelaskan oksigen


2.1 Peran oksigen dalam tubuh
Menurut kamus kedokteran Dorland, Oksigen adalah unsur yang menyusun sekitar
20% udara atmosfer, merupakan unsur penting dalam pernapasan tumbuhan dan
hewan, dan diperlukan untuk mendukung pembakaran.

Oksigen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa yang mengisi
20% dari udara yang kita hirup (dan setidaknya setengah dari berat seluruh
kerak bumi yang padat). Oksigen bergabung dengan sebagian besar unsur-unsur lain

16
untuk membentuk oksida. Oksigen merupakan gas dengan rumus 𝑂2 dan unsur
dengan nomor atom 8 berlambang O dan bobot atom 15,9994.
Sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mempertahankan kelangsungan
metabolisme sel dan menyelamatkan nyawa. Oksigen merupakan suatu komponen
yang sangat penting di dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP)
secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara
optimal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan
keperluan berbagai aktivitas untuk memelihara efektivitas segala fungsi tubuh.

Bila oksigen tersedia di dalam tubuh secara adekuat, maka mitokondria akan
memproduksi ATP. 3. Tanpa oksigen, mitokondria tidak dapat membuat ATP.
Walaupun dalam kondisi kekurangan oksigen akan diproduksi ATP melalui proses
glikolisis di dalam sitosol, akan tetapi ATP yang dihasilkan tidak sebanyak di dalam
mitokondria.
Oksigen memiliki peran vital dalam proses bernafas dan dalam kehidupan
metabolisme organisme. Mungkin, sel hidup yang tidak membutuhkan oksigen adalah
beberapa bakteria anaerob.

Berikut beberapa fungsi dari oksigen bagi tubuh, yaitu:


1. Fungsi otak
Untuk menjalankan fungsi otak dibutuhkan oksigen 20% dari kebutuhan
tubuh akan oksigen. Otak tidak mempunyai rongga untuk menampung kelebihan
oksigen. Jika terjadi kekurangan oksigen 8-10 detik dapat menimbulkan stroke
sehingga timbul gangguan fungsi otak. Jika terjadi 6-8 menit dapat terjadi koma.
Jika tidak bisa dipulihkan, penderitanya dapat meninggal.

2. Fungsi jantung
Fungsi ini membutuhkan oksigen 5%. Ini untuk menjaga kestabilannya
dalam memompa darah ke seluruh tubuh.

3. Fungsi otot
Otot memerlukan 15% oksigen. Otot merupakan penunjang kekuatan
aktivitas tubuh. Jika seseorang berlari kencang, kemudian terengah-engah, ini
menandakan otot kekurangan oksigen. Akibatnya, jantung harus kerja keras
memenuhi energi kebutuhan otot. Kerja jantung bisa sangat berat saat tubuh juga
sudah kekurangan oksigen.

4. Fungsi ginjal
Ginjal memerlukan pasokan oksigen 20% agar kerjanya untuk membersihkan
darah berjalan normal. Ginjal dalam waktu 24 jam bekerja terus-menerus dengan
menyaring darah 200 liter. Kemiskinan oksigen dalam jangka panjang, lambat-
laun akan mengganggu kesehatan ginjal.

5. Fungsi usus

17
Usus memerlukan oksigen 35% agar mampu mencerna makanan dalam perut.
Kebutuhan ini meningkat setelah makan.

6. Fungsi tulang, kulit, dan lain-lain. Bagian ini memerlukan oksigen 10% untuk
menunjang semua fungsinya.

Peran Oksigen :
a. Peran oksigen pada oksidasi :
Secarakimiawi, oksidasi didefinisikan sebagai pengeluaran elektron diikuti dengan reaksi
reduksi yang merupakan reaksi penangkapan elektron. Reaksi oksidasi disebut juga reaksi
dehidrogenasi karena pada reaksi ini terjadi pelepasan molekul hidrogen. Enzim yang
bekerja pada reaksi ini disebut enzim dehidrogenase. Pada system biologis makhluk hidup,
reaksi oksidasi-reduksi berperan sebagai reaksi yang menghasilkan energi. Dapat
dikatakan bahwa reaksi oksidasi merupakanreaksi lengkap karena CO2 hasil reaksi tidak
dapat di oksidasi kembali.

b. Peran oksigen pada respirasi :


Oksigen pada proses respirasi diangkut dalam bentuk terikat dengan hemoglobin ke kapiler
jaringan. Pengiriman oksigen kejaringan membutuhkan kerjasama sistem pernapasan dan
system kardiovaskular. Jumlah oksigen yang diangkut kejaringan bergantung pada :
1. Banyaknya oksigen yang memasuki paru-paru
2. Pertukaran gas yang terjadi di alveolus
3. Aliran darah ke dalam jaringan
4. Kemampuan darah membawa oksigen
Sementara banyaknya oksigen dalam darah ditentukan oleh jumlah oksigen terlarut dan
afinitas hemoglobin terhardap oksigen.

b. Peran Oksigen sebagai metabolism :


Organisme hidup aerob untuk mendapat ATP dari perombakan glukosa melalui proses
glikolisis dengan peran oksigen sebagai Akseptor electron di Mitokondria. Akseptor
electron yaitu serah terima electron atau penerimaan electron.

3. Memahami dan menjelaskan Hemoglobin


3.1 Peran hemoglobin dalam transpor elektron
Hemoglobin adalah pigmen pembawa oksigen pada eritrosit, dibentuk oleh eritrosit
yang sedang berkembang didalam sum – sum tulang ( Dorland ).
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi
dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu
protein dalam sel darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan
di seluruh tubuh dan mengambilkarbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru
untuk dibuang ke udara bebas ( Evelyn, 2000 )

18
Hemoglobin adalah suatu pigmen yang berwarna secara alami. Karena kandungan
besinya maka hemoglobin tampak kemerahan jika berikatan dengan 𝑂2 dan
keunguuan jika mengalamai deoksigenasi. Karena itu, darah arteri yang teroksigenasi
penuh akan berwarna merah dan darah vena yang telah kehilangan sebagian dari
kandungan 𝑂2 nya di tingkat jaringan, memiliki rona kebiruan. Selain mengangkut
𝑂2 , hemoglobin juga dapat berikatan dengan yang berikut :
 Karbon dioksida. Hemoglobin membantu mengangkut gas ini dari sel jaringan
kembali ke paru.

 Bagian ion hidrogen asam (𝐻 + ) dari asam karbonat terionisasi, yang dihasilkan
di tingkat jaringan 𝐶𝑂2. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga asam ini
tidak banyak menyebabkan perubahan ph darah.

 Karbon monoksida (CO). Gas ini dalam keadaan normal tidak terdapat di dalam
darah, tetapi jika terhirup maka gas ini cenderung menempati bagian hemoglobin
yang berikatan dengan 𝑂2 sehingga terjadi keracunan CO.

 Nitrat oksida (NO). Di paru, nitrat oksida yang bersifat vasodilator berikatan
dengan hemoglobin. NO ini dibebaskan di jaringan, tempat zat ini melemaskan
dan melebarkan arteriol lokal. Vasodilatasi ini membantu menjamin bahwa darah
kaya 𝑂2 dapat mengalir dengan lancar dan juga membantu menstabiilkan tekanan
darah.
Jenis paling umum Hemoglobin Normal :
1. Hemoglobin F : biasanya ditemukan pada janin.
2. Hemoglobin A merupakan jenis yang paling umum dari Hb normal, ditemukan
pada orang dewasa. Beberapa penyakit seperti thalassemia dapat menyebabkan
level A menjadi rendah dan kadar Hb F akan tinggi.
3. Hemoglobin A2 merupakan jenis normal hemoglobin yang ditemukan dalam
jumlah kecil pada orang dewasa.
Hemoglobin abnormal paling umum :
1. Hemoglobin S, hadir pada penyakit sel sabit
2. Hemoglobin C, Hb yang tidak membawa oksigen dengan baik
3. Hemoglobin E, ditemukan pada orang keturunan Asia Tenggara
4. Hemoglobin D, hadir pada penyakit sel sabit
5. Hemoglobin H ( hemoglobin berat ), hadir pada beberapa jenis thalassemia.
Kadar hemoglobin tergantung pada jenis kelamin dan usia, yaitu :
 Bayi baru lahir : 17 – 22 gr/dL
 Bayi 1 minggu : 15 – 20 gr/dL
 Bayi 1 bulan : 11 – 15 gr/dL
 Anak – anak : 11 – 13 gr/dL
 Laki – laki dewasa : 14 – 18 gr/dL
 Perempuan dewasa : 12 – 16 gr/dL
 Laki – laki diatas 50 tahun : 12,4 – 14,9 gr/dL
19
 Perempuan diatas 50 tahun : 11,7 – 12,8 gr/dL

Struktur hemoglobin
Hemoglobin ditemukan hanya di sel darah merah.Molekul hemoglobin memiliki
dua bagian :
1. Bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang
sangat berlipat-lipat.

2. Empat gugus nonprotein yang mengandung besi yang dikenal sebagai gugus hem,
dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida di atas.

Pada pusat molekul hemoglobin terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan
porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan
oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin
merupakan gabungan dari heme dan globin, globin sebagai istilah generik untuk
protein globular.

Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit


protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat
secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama.
Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan
hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen.

Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus


prastitik yang disebut heme. Gugus heme yang menyebabkan darah berwarna merah.
Gugus heme terdiri dari komponen anorganik dan pusat atom besi. Komponen
organik yang disebut protoporfirin terbentuk dari empat cincin pirol yang
dihubungkan oleh jembatan meterna membentuk cincin tetra pirol . Empat gugus
mitral dan gugus vinil dan dua sisi rantai propionol terpasang pada cincin ini ( Nelson
dan Cox, 2005 )

20
Struktur Mioglobin :
Mioglobin ( disingkat Mb ) merupakan protein pengikat oksigen yang relatif
sederhana, ditemukan dalam konsentrasi yang besar pada tulang dan otot jantung,
membuat jaringan ini berwarna merah yang berfungsi sebagai penyimpan oksigen
dan sebagai pembawa oksigen yang meningkatkan laju transpor oksigen dalam sel
otot. Protein seperti mioglobin juga banyak ditemukan pada organisme sel tunggal.
Mioglobin merupakan polipeptida tunggal dengan 153 residu asam amino dan satu
molekul heme. Komponen protein dari mioglobin yang disebut globin, merupakan
rantai polipeptida tunggal yang berisi delapanheliks.Sekitar78%residu asam amino
dari protein ditemukan dalam α-heliks ini.

Lipatan rantai globin membentuk celah yang hampir terisi gugus heme .
Heme bebas [Fe2+] mempunyai afinitas tinggi terhadap O2 dan dioksidasi searah
membentuk hematin [Fe3+]. Hematintidak dapat mengikat O2.( Nelson dan Cox,
2005).

Fungsi hemoglobin
Menurut Depkes RI adapun fungsi hemoglobin antara lain:
a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh,
b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar,
c. Membawa karbon dioksida dari jaringan - jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru – paru untuk di buang,
d. Mengikat oksigen (fungsi utama),
e. Mempertahankan bentuk eritrosit,
f. Mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jaringan-jaringan
tubuh,
g. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan- jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

Kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin


Pada ketinggian 3 km ( 3000 m ), tekanan parsial oksigen sekitar 0,14 atm,
sedangkan pada permukaan laut adalah 0,2 atm. Menurut hukum Le Chatelier,
penurunan konsentrasi oksigen akan menggeser kesetimbangan reaksi ke kiri,
perubahan inilah yang menyebabkan oksihemoglobin menjadi lebih sedikit sehingga
menyebabkan hipoksia.

Pada waktu yang cukup lama, tubuh dapat mengatasi masalah ini dengan
memproduksi lebih banyak molekul hemoglobin. Banyaknya molekul hemoglobin
yang dihasilkan akan menggeser kesetimbangan ke arah kanan ( pembentukan
oksihemoglobin). Hal ini membutuhkan waktu sekitar 2 - 3 minggu bahkan bertahun-
tahun.

21
Penelitian membuktikkan bahwa penduduk yang tinggal di dataran tinggi memiliki
jumlah hemoglobin sekitar 50% lebih banyak dibandingkan orang yang yang hidup
pada ketinggian permukaan laut.

Asas le chatelier menyatakan bahwa jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada
suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa
untuk mengimbanggi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang
kembali. Kata tekanan “stress” disini berarti perubahan konsentrasi,tekanan,volume
atau suhu yang menggeser sistem dari keadaan setimbangnya. (Sutresna,Nana:2008)

Apabila jumlah oksigen yang terikat ke protein digambarkan dalam sebuah grafik
terhadap tekanan parsial oksigen (pO2), untuk mioglobin akan diperoleh kurva
hiperbolik sedangkan untuk hemoglobin akan diperoleh kurva sigmoidalis .

Kurva – kurva tersebut memperlihatkan bahwa bila pO2 tinggi, mioglobin


mengandung lebih banyak oksigen dibandingkan hemoglobin. Oleh karena itu,
hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut oksigen yang efektif. Hemoglobin akat
mengikat oksigen di paru tempat pO2 tinggi dan melepaskan oksigen di jaringan
tempat pO2 rendah. Dipihak lain, mioglobin tetap jenuh oleh oksigen pada pO2
jaringan, Dengan demikian, pada sel otot yang beristirahat, mioglobin mengikat
oksigen yang dilepaskan dalam darah oleh hemoglobin. Sewaktu otot beraktivitas
dan tekanan oksigen turun, mioglobin melepaskan oksigen.

22
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008.Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta:Salemba Medika.


Campbell, Neil. A dan Jane B.Peece (2008). Biologi.Edisi 8.Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Corwin, j elizaberh. 2009. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Danusastro,S (2004). Aspek Aerofisiologi dalam penerbangan. Gramedia:Jakarta.
Dawn b. Marks,.et al.2010.Biokimia Dasar Kedokteran.Jakarta:EGC.
Diperoleh pada Rabu, 10 Desember 2014 daripada http://www.kerjanya.net/faq/6612-
hipoksia.html
Diperoleh pada Selasa, 9 Desember 2014 daripada
http://lampung.tribunnews.com/2012/04/25/hipoksia-terbagi-menjadi-empat-jenis
Diperoleh pada Selasa, 9 Desember 2014 daripada http://lontar.ui.ac.id
Sutresna,Nana.2008.KIMIA.Jakarta:Grafindo Media Pratama.
Swanson,T (2012). Biokimia.Edisi 5.Binarupa Aksara: Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai