PENDAHULUAN
1
Walaupun pengobatan pada VKC bertujuan untuk menghilangkan gejala
penyakit, tetapi dengan pengertian yang baik mengenai mekanisme penyakit,
diharapkan kita dapat memberikan pengobatan sebaik mungkin pada penderita.
Pada sari pustaka ini membahas mengenai penatalaksanaan konjungtivitis
vernal menggunakan immunomodulator sebagai pilihan terapi lainnya.
2
BAB II
SARI PUTAKA
Sering terjadi pada beberapa daerah seperti Afrika, Amerika Latin dan
Asia. Prevalensi terjadinya VKC pada anak-anak di Afrika sebesar 4-5%. Di
Afrika, Amerika Latin dan Asia sebanyak 3-6% pasien yang datang ke rumah
sakit dengan VKC. Berdasarkan studi di Eropa menunjukkan prevalensi VKC
adalah antara 1,2-10,6 / 10.000 populasi. Di Eropa dan Asia, kasus terbanyak
terjadi pada anak laki-laki dan cenderung hilang saat pubertas.5, 6
2.2 Etiologi
3
antibodi yang sesuai. Pada reaksi tipe I, alergen yang masuk ke dalam tubuh
menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan penyakit alergi seperti rinitis
alergi, asma, dan dermatitis atopi. Manifestasi klinis hipersensitivitas tipe I dapat
timbul dalam berbagai bentuk yaiyu urtikaria, eczema, rhinitis, konjungtivitis dan
asma.8, 9
4
Plak mengandung fibrin dan mukus dapat terakumulasi dalam makro erosi
membentuk Shield ulcer. Neovaskularisasi kornea dapat terjadi dan menghilang
dengan meninggalkan skar. Terdapat deposit lipid berwarna abu-abu putih di
perifer di lapisan stroma superfisial yang disebut pseudogerontoxon.
Keratoconus juga telah terbukti lebih sering terjadi pada pasien VKC.10, 12
5
pembentukan pembuluh darah baru. Degenerasi hyalin di stroma terjadi
pada fase dini dan semakin menghebat pada stadium lanjut. Tipe ini
terutama mengenai konjungtiva tarsal superior.
2.3.2 Tipe limbus
Hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan
hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi
epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya
pannus, dengan sedikit eosinofil.
2.3.3 Tipe mixed form
Terdapat gambaran kedua tipe palpebral maupun limbal pada satu
mata.
6
Diklasifikasikan menjadi tipe mild, moderate-intermittent, moderate-
chronic, severe dan blinding. Pasien mungkin memiliki temuan yang mengalami
tingkat keparahan yang tidak sama. Dalam kasus ini, temuan pada kornea lebih
penting daripada temuan pada konjungtiva. Misalnya, pasien yang memiliki
papilla besar tapi tidak ada keterlibatan kornea atau limbal yang masih dapat
diklasifikasikan untuk tujuan pengobatan sebagai penyakit ringan karena tidak
menyebabkan erosi kornea. Penilaian dilakukan di kedua mata secara mandiri.11
Periodisitas penyakit merupakan parameter penting untuk
dipertimbangkan saat merencanakan pengobatan. Sebagai contoh, seorang
anak yang memiliki dua atau tiga episode dalam setahun dapat diberi terapi
steroid ringan namun pada anak dengan penyakit kronis sepanjang tahun, ini
mungkin bukan pilihan yang baik untuk memberi terapi steroid secara kontinyu.11
Periodisitas penyakit moderate intermittent didefinisikan sebagai interval
bebas inflamasi >2-3 bulan dimana pasien tidak menggunakan obat. Ini berarti
maksimum terjadi 3-4 episode dalam setahun yang sesuai dengan terapi.11
Periodisitas penyakit moderate chronic didefinisikan sebagai interval
bebas inflamasi <1 bulan, dimana pasien tidak menggunakan obat. Ini berarti
pasien mengalami inflamasi terus-menerus, yang mungkin berulang pada saat
penghentian terapi. Pasien tersebut memiliki penyakit kronis sepanjang tahun.11
7
jamur, kemis) Tidak sigh-
Perennial threatening
allergens (debu,
makanan,
kemis)
Vernal Usia 3-20 tahun Genetik? Mata gatal sangat
Keratoconjungtiviti Laki-laki > Berhubungan berat
s (VKC) perempuan dengan Fotofobia berat
penyakit atopik Ptosis palpebra
(50%) superior
Copious discharge
Horner-trantas dot
Cobblestone
(palpebra superior)
Ulkus kornea dan
skar (shield ulcers)
Sight-threatening
Atopic 2 – 5 dekade Genetik? Mata gatal
Keratoconjungtiviti Laki-laki > Berhubungan Sensasi terbakar
s (AKC) perempuan dengan Berair
dermatitis Fotofobia, mucoid
atopik discharge
Enviromental Merah
allergens: Blepharitis
makanan, debu, Periocular eczema
serbuk sari, Skar konjungtiva
kemis Erosi kornea
Katarak
Horner-trantas dot
Sight-threatening
Giant Papillary 2-5 dekade Benda asing Mata gatal ringan
Conjunctivitis pada mata Intoleran lensa
(GPC) (lensa kontak, kontak
prostesa ocular, Sensasi benda
jahitan yang asing
terekspos
Mild mucoid
Gejala kronik discharge
Giant papillae >0,3
mm
Tidak sight-
threatening
2.6 Komplikasi
Keratitis epitel atau ulkus kornea superfisial sentral atau parasentral
adalah komplikasi yang sering terjadi, dapat diikuti dengan pembentukan
jaringan sikatrik yang ringan. Pannus kadang ditemukan pada kasus VKC tetapi
tidak menutupi seluruh permukaan kornea. Keratitis (50% kasus) dan shield ulcer
merupakan komplikasi yang dapat mengancam penglihatan. Resiko lainnya
adalah dapat terjadi katarak dan glaukoma akibat penggunaan steroid topikal
8
yang kronis dan tanpa pengawasan oleh dokter yang dapat menyebabkan
penurunan penglihatan.15, 16
2.7 Penatalaksanaan
Konjungtivitis vernal adalah penyakit yang dimediasi oleh IgE dan sel T,
yang menyebabkan peradangan kronis di mana eosinofil, limfosit dan aktivasi sel
struktural mengkarakterisasi reaksi alergi konjungtiva. Oleh karena itu, tindakan
yang ditujukan adalah untuk menstabilisasi sel mast atau antagonis reseptor
histamin, tetapi seringkali tidak cukup untuk mengendalikan peradangan pada
konjungtiva dan keterlibatan kornea.10, 17
Mengontrol tanda dan gejala konjungtivitis vernal mungkin menjadi
tantangan bagi dokter mata. Karena lamanya dan tingkat keparahan penyakit,
menghindari pemicu dan perencanaan gaya hidup, harus disertai dengan
perawatan farmakologis yaitu pengobatan dengan medikamentosa okular dan
non-okular, sistemik dan imunoterapi. Pemilihan penatalaksanaan konjungtivitis
vernal dapat berdasar dari luasnya gejala dan tanda klinis yang muncul serta
durasinya.8, 10
9
Tabel 3. Penilaian klinis Vernal Keratoconjunctivitis dan Pendekatan Terapeutik5
Pasien dan orang tua harus diberi informasi mengenai sifat dan lama
penyakit, karakteristik klinis dan kemungkinan komplikasi. Dukungan psikologis
mungkin diperlukan pada kasus yang parah. Hal utama pada konjungtivitis vernal
adalah mengidentifikasi alergen dan menghindari faktor lingkungan yang dapat
memperburuk penyakit ini. Menghindari paparan faktor pemicu non spesifik,
seperti matahari, angin, dan air asin, dengan penggunaan kacamata hitam, topi
dengan pelindung mata, dan kacamata renang harus direkomendasikan. Sering
mencuci tangan, wajah, dan telinga juga harus disarankan. Kompres dingin bisa
membantu sebagai dekongestan alami.5, 7, 10
10
2.7.2 Terapi Topikal
Mast Cell Stabilizer adalah obat lini pertama untuk konjungtivitis vernal.
Topikal Mast Cell Stabilizer umumnya aman dan efek samping yang minimal,
walaupun mungkin ada beberapa masalah tolerabilitas, karena rasa terbakar
sementara saat obat dipakai. Beberapa penelitian telah menunjukkan khasiat
sodium kromoglikat 2% dan 4% (DSCG, cromolyn), nedocromil sodium 2%,
lodoxamide tromethamine 0,1%, dan asam spaglumic 4% dapat mencegah
degranulasi dan lepasnya substansi vasoaktif, sehingga dapat mengurangi
kebutuhan akan kortikosteroid topikal. Dosis yang disarankan adalah 4-6 kali
sehari, dengan periode pemberian awal setidaknya 7 hari dan efek terapi muncul
setelah 2 minggu.5, 10, 19
2.7.2.2 Antihistamine
11
dengan aktivitas antihistamin dapat menawarkan keuntungan terapeutik pada
pasien dengan konjungtivitis alergi, termasuk VKC, dengan menghambat sekresi
sitokin pro inflamasi dari sel epitel konjungtiva.5, 10, 19
12
2.7.2.5 Immunomodulator
Lebih dari setengah pasien VKC dapat menjadi lesi pada kornea seperti
keratopati pungtat superfisial, erosi kornea, kerusakan pada epitel kornea yang
persisten, ulkus kornea, dan plak kornea sehingga penglihatan bisa sangat
terganggu. Eksaserbasi VKC sering dikontrol oleh steroid topikal yang dapat
menghasilkan efek samping yang serius seperti glaukoma, katarak dan infeksi
mata.5, 11
13
Ada beberapa obat immunomodulator yang sekarang dipakai untuk
pengobatan vernal konjungtivitis. Cyclosporine A (CsA) dan tacrolimus (FK 506)
menghambat aktivasi sel T, dan juga menghambat pelepasan histamin yang
bergantung pada IgE dari sel mast dan basofil. Kedua obat tersebut bekerja pada
sel target mereka melalui reseptor cyclophyllin.22, 23
14
pengobatan VKC secara topikal. Topikal Cyclosporine dapat digunakan untuk
mencegah corneal graft rejection dan pengobatan konjungtivitis. Cyclosporine
2% tetes mata telah berhasil digunakan untuk pengobatan pada pasien dengan
VKC berat.24
CsA 1% atau 2% dalam bentuk salep yang diberikan empat kali sehari
dapat dipertimbangkan untuk pengobatan VKC sedang sampai berat dan dapat
menjadi alternatif steroid yang baik. Setelah 2 minggu, CsA 1% empat kali sehari
secara signifikan mengurangi tanda dan gejala pada pasien VKC. Sebuah
tinjauan sistematis terbaru dan studi meta-analisis menunjukkan bahwa CsA
topikal efektif dan aman untuk pengobatan VKC, karena tanda dan gejala
membaik secara signifikan setelah perawatan, terlepas dari dosis CsA.6, 10, 11, 23
2.7.2.5.2 Tacrolimus
15
T-helper (Th) 1 (interleukin [IL]-2, interferon γ) dan Th2 (IL-4 , IL-5). Tacrolimus
juga mengambat pelepasan histamin dari sel mast, yang dapat meringankan
gejala alergi. Tacrolimus 100 kali lebih poten dari cyclosporine. Salep Tacrolimus
digunakan secara luas untuk pengobatan dermatitis atopik. Topical tacrolimus
(0,02-0,1%) juga telah digunakan untuk mengobati giant papillary conjunctivitis,
atopic keratoconjunctivitis (AKC), dan vernal keratoconjunctivitis (VKC) dengan
hasil yang baik. Suspensi tetes tacrolimus 0,1% telah digunakan untuk
pengobatan AKC dan VKC dengan hanya 4 minggu follow up.6, 11
Tacrolimus adalah obat yang poten, mirip dengan CsA dalam cara
kerjanya, namun berbeda secara kimiawi. Tacrolimus adalah imunosupresan 822
kDa pada keluarga makrolida, yang dikelompokkan dengan siklosporin.
Merupakan molekul lipofilik yang larut dalam pelarut semipolar dan tidak larut
dalam air dan heksana. Mekanisme kerjanya telah dipelajari secara ekstensif
karena penggunaannya yang dapat digunakan sebagai imunosupresan untuk
mengendalikan penolakan transplantasi organ dan untuk mengobati penyakit
autoimun. Penelitian tentang mekanisme kerjanya pada awalnya difokuskan
pada kemampuannya untuk menghambat aktivasi limfosit T.22
16
antara 2 sampai 10 ng / mL. Terapi imunosupresif tacrolimus yang diberikan
secara sistemik juga berguna dalam mengendalikan penolakan setelah operasi
allograft limbal, dan juga untuk kondisi inflamasi okular yang parah seperti uveitis
dan penyakit Behcet. Dosis harian 1-2 mg/hari digunakan untuk kondisi inflamasi
okular, dan kombinasi terapi dapat digunakan untuk mengurangi dosis tacrolimus
dalam jangka panjang.22
17
asetat, prednisolone fosfat atau deksametason fosfat 2-3 tablet 4 kali sehari
dalam 1-2 minggu. Yang perlu diingat dalam pemberian steroid adalah gunakan
dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin mengingat efek samping dari
steroid yang dapat mengancam penglihatan.5, 10
18
BAB III
RINGKASAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
14. Kari O, Saari KM. Diagnostics and New Developments in the Treatment of Ocular
Allergies. Curr Allergy Asthma Rep. 2012; 12:232–239.
15. Kumar S, Gupta N, Vivian AJ. Modern Approach to Managing Vernal
Keratoconjunctivitis. Curr Allergy Asthma Rep. 2010; 10:155–162.
16. Patryn EK, Nieuwendaal CP, Meulen IJEvd. Vernal shield ulcers treated with
frequently installed topical cyclosporine 0.05% eyedrops. Int Ophthalmol. 2016.
17. Bielory B, Bielory L. Allergic Diseases of the Eye In: Allergy and Asthma. New York:
Springer International Publishing Switzerland 2016; 2016.
18. Writers AM. Individualize treatment for vernal keratoconjunctivitis based on clinical
features and personal preferences. 2017; 33:272–276.
19. Esposito S, Fior G, Mori A, Osnaghi S, Ghiglioni D. An Update on the Therapeutic
Approach to Vernal Keratoconjunctivitis. [Review Article]. 2016.
20. Joseph Greenbaum MD, Don Cockcroft MD, F. E. Hargreave MD, Jerry Dolovich
MD. Sodium cromoglycate in ragweed-allergic conjunctivitis J. ALLERGY CLIN.
IMMUNOLOGY. 2000; 59:437-439.
21. K B. Sistem Imun. Dalam: Imunologi Dasar. 7 ed: Balai Penerbit FKUI; 2006.
22. Zhai J, Gu J, Yuan J, Chen J. Tacrolimus in the Treatment of Ocular Diseases.
[Review Article]. 2011:89-100.
23. Keklikci U, Soker SI, Sakalar YB, Unlu K, Ozekinci S, Tunik S. Efficacy of Topical
Cyclosporin A 0.05% in Conjunctival Impression Cytology Specimens and Clinical
Findings of Severe Vernal Keratoconjunctivitis in Children. Jpn J Ophthalmol. 2008.
24. Arbab TM, Mirza MA. Topical Use of Cyclosporine in the Treatment of Vernal
Keratoconjunctivitis Pak J Ophthalmol. 2011; 27:121-126.
21