Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN FEBRIS (DEMAM)

DI RUANG RAWAT INAP (ANAK) RUMAH SAKIT BINA SEHAT


JEMBER

LAPORAN APLIKASI KLINIS KEPERAWATAN

oleh

Shinta Dewi Purnamasari


NIM 162310101130
KELAS C 2016

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Aplikasi Klinis II yang dibuat oleh :

Nama : Shinta Dewi Purnamasari


NIM : 162310101130
Judul : Laporan Pendahuluan Pasien dengan Kasus FEBRIS (DEMAM) di Ruang Anak
Rumah Sakit Bina Sehat Jember

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada :


Hari :
Tanggal :

Penyusun Laporan

Shinta Dewi Purnamasari


NIM 162310101130

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


A. Anatomi Fisiologi

Sel saraf neuron adalah unit atau bagian fungsional sistem saraf
yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma. Bagian-bagian
dari sel saraf neuron sendiri yaitu :
1. Badan sel atau perikarion, yaitu suatu neuron yang berfungsi
mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Badan sel terdiri dari
beberapa bagian diantaranya satu nukleus tunggal, nukleolus yang
menonjol, dan organel lain seperti kompleks golgi dan mitokondria,
tetapi nukleus ini ytidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
Kemudian ada badan nisal, yang terdiri dari retikulum endoplasma
kasar dan ribosom bebas serta berperan didalam sintesis protein.
Bagian yang terakhir yaitu neurofibril, yaitu neurofilamen dan
neurotyubulus yang dapat dilihat melalui mikroskop cahaya jika diberi
pewarna perak.
2. Dendrit, adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan
pendek, serta berfungsi menghantar impuls ke sel tubuh. Permukaan
dendrit dipenuhi dengan spina dendrit yang di khususkan untuk
berhubungan dengan neuron lain.
3. Akson adalah suatu prosesus tunggal yang lebih tipis dan lebih panjang
dari dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke
neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar), atau ke badal sel neuron
yang menjadi asal akson. Panjang akson mungkin berukuran kurang
dari 1 mm sampai 1 m lebih. Dibagian ujungnya sebuah akson dapat
bercabang banyak. Semua akson dalam sistem saraf perifer dibungkus
oleh lapisan Schwan yang disebut juga neurilema yang dihasilkan sel-
sel Schwan. Akson besar memiliki lapisan dalam yang disebut mielin,
mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat hantaran
impuls saraf. Kemudian bagian nodus ranvier menunjukkan celah
antara sel-sel Schwan yang berdekatan. Celah ini merupakan tempat
pada akson dimana mielin dan lapisan Schwan terputus, sehingga
hanya melapisi sebagian akson.

Otak dibagi menjadi 6 divisi utama yaitu salah satunya adalah


Diensefalon. Terletak diantara serebrum dan otak tengah serta tersembunyi
dibalik hemisfer serebral. Bagian ini terdiri dari seluruh struktur yang
berada di sekitar ventrikel ketiga. Terdapat 3 bagian di Diensefalon yaitu :

1. Talamus, terdiri dari 2 massa oval (lebar ¼ cm dan panjang 3 ¾ cm),


talamus merupakan stasiun pemancar sensorik utama untuk serabut
aferen dari medulla spinalis ke serebrum.
2. Hippotalamus terletak di sisi inferior talamus dan membentuk dasar
serta bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga. Berfungsi dalam
pengendalian aktivitas SSO yang melakukan fungsi vegetatif penting
untuk kehidupan seperti pengaturan frekuensi jantung, tekanan darh,
suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan, dan
aktivitas seksual.
3. Epitalamus membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu massa
berukuran kecil, badan pineal, yang mungkin memiliki fungsi
endokrin, menjulur dari ujung posterior epitalamus.
B. Definisi Penyakit

Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di


hipotalamus (Elizabeth J.Corwin, 2010). Dikatakan demam jika suhu
orang mennadi lebih dari 37,5 ºC (E, Oswari, 2009). Demam terjadi karena
pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telat terangsang
oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau
merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasar kan suatu
infeksi (Sjaifoellah Noer, 2008).
Febris merupakan suatu tanda bahwa terdapat adanya suatu
masalah yang terjadi di dalam tubuh yang disebabkan terjadinya
perlawanan oleh imun terhadap suatu penyakit. Jika penanganan pada
kasus febris ini mengalami keterlambatan maka akan mengakibatkan
kejang bahkan lebih fatal lagi yaitu kecacatan. Febris merupakan pertanda
atau gejala dari penyakit-penyakit tertentu, secara umum febris
menandakan bahwa tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap infeksi.
Saat melawan infeksi, ada zat dalam tubuh yang meningkatkan produksi
panas sekaligus menahan pelepasan panas sehingga menyebabkan febris
(Sugani, 2010).

C. Epidemiologi

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama


dalam bidang kesehatan yang terjadi di negara Indonesia, banyak faktor
yang memicu anak mengalami sakit (Hidayat, 2009). Salah satu faktor
yang mempengaruhi seringnya anak mengalami sakit adalah wilayah
tropis, dimana wilayah tropis seperti Indonesia memang baik bagi kuman
untuk berkembangbiak contohnya flu, malaria, demam berdarah, dan
diare. Berbagai penyakit itu biasanya makin mewabah pada musim
peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan maupun sebaliknya.
Terjadinya perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan kondisi
kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan
tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu (Damayati, 2008).
Peningkatan suhu tubuh atau febris merupakan salah satu penyebab
yang sering membuat orang tua segera membawa anaknya berobat
(Suririnah, 2009). Febris pada anak merupakan hal yang paling sering
dikeluhkan oleh orang tua mulai di praktek dokter sampai ke unit gawat
darurat (UGD) anak, meliputi 10-30% dari jumlah kunjungan (Kania,
2010). Menurut UNICEF di seluruh dunia terdapat 12 juta anak mati setiap
tahunnya akibat penyakit atau malnutrisi dan paling sering gejala awalnya
demam (Aslamiah, 2010). Prevalensi penyakit pada anak usia 0-14 tahun
di Indonesia pada tahun 2011 yang menimbulkan gejala febris yaitu
Demam Berdarah Dengue 75,25 %, Diare 35,5%, Pneumonia 20,59%.
Sedangkan di Jawa Barat terdapat 26 kota/kabupaten terjangkit Demam
Berdarah Dengue 100%, Diare 58,3%, Pneumonia 39,11% (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2012).

D. Etiologi
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus perlu dipeehatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain
yang menyertai demam. Febris umumnya terjadi akibat adanya gangguan
pada hipotalamus, atau sebaliknya dapat disebabkan oleh setiap gangguan
berikut: Penyebab umum febris pada bayi antara lain infeksi saluran
pernapasan atas dan bawah, faringitis, otitis media, dan infeksi virus
umum dan enteric. Reaksi vaksinasi dan pakaian yang terlalu tebal juga
seringmenjadipenyebab demam pada bayi. Penyebab febris yang lebih
serius antara lain infeksi saluran kemih, pneumonia, bakteremia,
meningitis, osteomielitis, atritis septic, kanker, gangguan imunologik,
keracunan atau overdosis obat, dan dehidrasi. (Muscari, 2001).

E. Klasifikasi
Tipe-tipe demam yang mungkin terjadi diantaranya yaitu :
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada siang hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai 2
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat dalam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam 2 hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara 2 serangan
demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

F. Patofisiologi
Demam adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi atau
zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Hal tersebut akan merangsang
pelepasan zat tubuh yaitu pirogen, pirogen adalah zat penyebab demam
yang berasal dari dalam tubuh dan juga luar tubuh yang bisa berasal dari
infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap
benda asing. Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh
terhadap pirogen, pada mekanisme ini bakteri ataupun pecahan jaringan
akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh yang disebut juga zat pirogen
leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusatnpengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat
sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pemnbentukan dan pengeluaran panas.

G. Manifestasi Klinis
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013)
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. .Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri


punggung, anoreksia, dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh
lebih tinggi dari 37,5 ºC – 40 ºC, kulit hangat, dan takikardi. Sedangkan
batasan minor

H. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi
permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
anginografi, aortografi atau limfangiografi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit
perdarahan usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin
harus dilakukan.
d. Urinalis
Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam) Leukosit
dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina
harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan
untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan kultur
darah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk
mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan
untuk setiap penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan
perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA
probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang
terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan
(spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat
berupadarah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi (Soedarto,
2007)

I. Penatalaksanaan
1. Secara fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam. Perhatikan apakan anak tidur gelisah, sering terkejut atau Infeksi
zat asing masuk ke dalam tubuh merangsang sistem pertahanan
melepaskan pirogen Dari dalam tubuh (pirogen endogen) Dari luar tubuh
(pirogen eksogen) Membawa pesan ke hipotalamus dirangsang pelepasan
asam arakidonat & produksi prostaglandin meningkat reaksi menaikkan
suhu tubuh pembuluh di arteri sempit dan sekresi kelenjar keringat
terhambat febris hipertermi. Metabolisme basal meningkat Oksigen ke
otak Menurun Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kejang demam. TIK meningkat Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Kekurangan volume cairan mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik keatas atau
apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang
terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen
tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan
berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan napas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen
ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.

2. Obat-obatan antipiretik
Antipiretik bekerja secarasentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehingga set poin hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas di atas
normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi (Suriadi dan
Yuliani, R., 2001)
A. Pathway

Bakteri Virus

Reaksi obt Infeksi Endotoksin Zat peradangan Pirogenik lain

Monosit makrofag sel kupfer

Respon hipotalamus anterior Kesan psikis tidak enak

Penigkatan titik pengaturan suhu Gangguan psikis

Demam Ansietas

Vasodilatasi kulit Berkeringat

Resiko
kekurangan
volume cairan

Hipertermi
ASUHAN KEPERAWATAN FEBRIS (DEMAM)

A. Pengkajian
a. Identitas
1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical
record.
2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal
lahir, jenis kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat
4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat saudara kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan
pendidikan
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum
terjadi keluhan utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya
didahului oleh infeksi traktus respiratorius atas.
 Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan,
bagaimana rasanya seberapa sering terjadinya. Pada pasien
bronchopnemonia keluhan yang dirasakan yaitu sesak nafas, dan
demam tinggi sampai kejang.
 Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut
dirasakan/ditemukan, daerah/area penyebaran sampai kemana.
Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan pada
seluruh daerah dada.
 Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai
seberapa jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak
dirasakan sangat berat diikuti oleh demam tinggi dan kejang
sampai terjadi penurunan kesadaran.
 Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan
pada pasien bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat
malam hari dan aktifitas yang berlebihan. (Carpenito, 2008)
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak
dimana, reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama,
bagaimana reaksi anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis,
berapa lama, dosis), tindakan medis (operasi, vena pungtie dan lain-
lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan
sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar menelan, mual
dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
seperti malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit
saluran pernapasan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan
lain- lain, penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit
menular, penyakit keturunan dan lain-lain.
5. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan
pantangan, pemeriksaan kehamilan.
 Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali
pemeriksaan)
 Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali
pemeriksaan)
 Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir
imunisasi TT 2 kali selama kehamilan
b. Intra Natal
Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan,
Apgar score, berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang
lama, perdarahan, posisi janin waktu lahir.
c. Post Natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal,
kesehatan bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin
nutrisi (colostrums) segera setelah lahir, menunggu asi keluar
diganti pasi, pantangan makanan ibu.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-
kanak seperti tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.
7. Riwayat Psikologis
a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain
b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan
intelegensi
c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-
lain
d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya;
harga diri, bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan
aktualisasi diri.
e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi
masalah yang dihadapi. (Anastasia anne, 2006)
8. Riwayat Sosial
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang
berlaku, rekreasi, lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan
ekonomi.
9. Kebiasaan Sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti
bermain dan personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
 Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan,
lingkar kepala atas dan lingkar dada
 Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan
suhu
 Keadaan sistem tubuh
2. Sistem optalmikus
 Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera
 Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan.
 Pada pasien bronchopneumoni biasanya ditemukan perubahan
warna sklera mata bila terjadi hipertermi.
3. Sistem respiratorik
 Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji
terhadap area intercosta dan penggunaan otot tambahan,
evaluasi kulit, bibir dan membran mukosa, kaji kuku mengenai
warnanya. Palpasi mengetahui adanya masa, pembesaran
kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi, krepitasi dan fokal
fremitus
 Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru
 Auskultasi : untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi
frekuensi, kualitas, tipe dan adanya bunyi tambahan.
 Pada penderita bronchopneumonia biasanya ditemukan dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan
penggunaan otot-otot tambahan, suara nafas abnormal (ronchi)
dan batuk dengan produksi sputum.

4. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa,
pelpebra anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya
oedema palpasi: seluruh dada terhadap impuls apikal, getaran
dan nyeri tekan, palpasi nadi dan oedema perifer
 Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
 Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena
kegiatan jantung.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-
tanda sianosis pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.
5. Sistem gastro intestinal
 Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada
abdomen dan gerakan abdomen.
 Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas
bising usus yang dihasilkan
 Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran
cerna dan pekak hati.
 Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan,
masa krepitasi subkutan dan organ abdomen.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual,
muntah, penurunan berat badan dan distensi abdomen.
6. Sistem neurologis
 Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku
pasien
 Perkusi : mengetahui refleks pasien.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan
gelisah, bila suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan
kejang dan penurunan kesadaran.
7. Sistem muskulo skeletal
 Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan
exstremitas.
 Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot
 Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan
kelelahan, tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan
intoleransi aktifitas.
8. Sistem urogenetalia
 Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan
perhatikan keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran.

B. Diagnosa
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaforesis.
C. Intervensi
Perencanaan
No. Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan  Fever treatment Untuk mengontrol setiap terjadi
berhubungan keperawatan  Monitir suhu sesering mungkin kenaikan suhu serta ketepatan
dengan proses selama…x24jam klien  Monitor IWL waktu terhadap tindakan yang akan
infeksi, proses menunjukkan temperatur  Monitor warna dan suhu kulit diberikan
penyakit. dalam batas normal dengan  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Batasan kriteria hasil:  Monitor WBC, HB dan HCT
karakeristik : Suhu Tubuh dalam batas  Monitor intake dan output
Kenaikan suhu normal
 Kolaborasikan pemberian antipiretik
tubuh diatas rentang Bebas dari kedinginan
 Kompres pasien pada lipat paha dan
0
normal Suhu tubuh stabil 36,5 -
aksila
Serangan atau 37,50c
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
konvulsi (kejang) Termoregulasi dbn
 Monitor TD, nadi dan RR
Kulit kemerahan Nadi dbn
 Monitor warna dan suhu kulit
Pertambahan RR <1 bln : 90-170
Takikardi <1 thn : 80-160
-
Saat disentuh 2 thn : 80-120
tangan terasa 6 thn : 75-115
hangat 10 thn : 70-110
14 thn : 65-100
>14thn : 60-100
Respirasi dbn
BBL : 30-50 x/m
Anak-anak : 15-30 x/m
Dewasa : 12-20 x/m
2. Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan - Sediakan lingkungan yang aman untuk - Meminimalisir terjadinya
berhubungan keperawatan selama pasien risiko injuri pada pasien
dengan infeksi …x24jam anak bebas dari - Identifikasi kebutuhan keamanan serta memberikan rasa
mikroorganisme. cidera dengan kriteria hasil: pasien sesuai dengan kondisi fisik dan aman nyaman terhadap
 Menunjukan fungsi kognitif pasien dan riwayat pasien
homeostatis penyakit terdahulu pasien
 Tidak ada perdarahan - Menghindari lingkungan yang
mukosa dan bebas dari berbahaya misalnya memindahkan
komplikasi lain perabotan
- Memasang side rail tempat tidur
- Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
- Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
- Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
-
3. Resiko kurang setelah dilakukan tindakan - Fluid management: - Mencegah terjadinya risiko
cairan berhubungan keperawatan selama  Pertahankan catatan intake dan output kurang cairan yang lebih parah
dengan intake yang …x24jam volume cairan yang akurat
kurang dan adekuat dengan kriteria  Monitor status dehidrasi (kelembaban
diaphoresis, faktor hasil: membrane mukosa, nadi adekuat,
yang - Mempertahankan urine tekanan darah ortostatik)
mempengaruhi output sesuai dengan  Monitor vital sign
kebutuhan cairan usia dan BB, BJ urine  Monitor asupan makanan/ cairan dan
(hipermetabolik). normal, HT normal hitung intake kalori harian
- Tekanan darah, nadi,  Lakukan terapi IV
suhu tubuh dalam  Monitor status nutrisi
batas normal  Berikan cairan
- Tidak ada tanda- tanda
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik,
membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
Evaluasi keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
A. Discharge Planning (Pemila, U., 2015)
Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Pengetahuan Tindakan Pencegahan berulang Pertemuan keluarga Rencana Tindak Lanjut
Objektif
Evaluasi Objektif Evaluasi Objektif Evaluasi Objektif Evaluasi Objektif Evaluasi
Pengertian Bagaimana anda Pemberian Apa yang Nutrisi Makanan dan Support Apa yang akan Menentukan Puskesma
Diare cair mengetahui cairan anda lakukan minuman apa system keluarga lakukan sarana s atau
akut bahwa anda pengganti bila anda yang bisa bila pasien tidak pelayanan rumah
telah terserang merasakan meningkatkan minum obat ? kesehatan sakit ?
penyakit ? sering buang jumlah cairan Apa yang keluarga yang mudah
air besar ? ? lakukan agar dijangkau
Penyebab Apa yang anda Obat mendapatkan
Diare cair ketahui bila Apa yang dukungan untuk Menentukan Kapan
akut mengalami anda lakukan pengobatan jadwal minum harusnya
buang air besar bila tidak sampai tuntas ? obat minum
cair 3 kali atau Lingkung minum obat ? obat ?
lebih dalam an
sehari ? Bagaimana
upaya anda
Obat apa yang untuk
Tanda & akan anda menciptakan
Gejala Diare minum jika lingkungan
cair akut mengalami sakit yang sehat ?
seperti ini ?

Apa yang akan


Penatalak terjadi bila anda
sanaan tidak cepat
meminum obat

Bagaimana anda
Komplikasi bisa terkena
penyakit ini ?

Apa yang anda


Cara ketahui tentang
Penularan penyakit ini ?

Apa yang anda


lakukan untuk
Pencegahan memastikan
bahwa anda
terkena penyakit
ini ?

Apa yang anda


Diagnosis ketahui tentang
Diare cair tes laboratorium
akut yang dilakukan
untuk
menentukan
diagnosis anda ?
DAFTAR PUSTAKA

Ada, Nur Khoirudin.2015. LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN


FEBRIS STASE KEPERAWATAN ANAK DIBANGSAL TULIP RSUD Dr.
TJITROWARDOJO PURWOREJO.Skripsi.Surabaya:Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UMY.

Hayati, Nur Intan.dkk.2013. Pelaksanaan Kompres Air Hangat Pada Pasien Febris di
Ruang Abednego Rumah Sakit Immanuel Bandung. Prosiding Seminar Nasional
2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya

Julia Klaartje Kadang, SpA .2000. Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com
diakses tanggal 17 Januari 2019.

Pemila, U. (2015). Konsep Discharge Planning [word]. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Perintis Padang.

Sloane, Ethel.2012.ANATOMI DAN FISIOLOGI untuk pemulaJakarta:Penerbit buku


kedoteran EGC
.

Anda mungkin juga menyukai