Anda di halaman 1dari 7

KAJI TERAP PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL)

GUNA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INPARI 15


DI KABUPATEN BOMBANA

Didik Raharjo1 dan Khairuddin2


1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tenggara
Jl. Prof. Muh. Yamin No. 89 Kendari, Sulawesi Tenggara
2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan
Jl. P. Batur Barat No. 4 Banjarbaru – Kalimantan Selatan
e-mail: didikbptpsultra@gmail.com

ABSTRAK

Teknologi peningkatan produkstivitas tanaman pangan terutama padi telah banyak


dilakukan, diantaranya adalah teknologi pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) berbasis
Web (internet). Teknologi PHSL berbasis web ini akan memberikan rekomendasi
pemupukan spesifik lokasi secara cepat dan akurat mengenai kapan waktu pemupukan
dilaksanakan, jenis pupuk yang digunakan dan jumlah pupuk yang dibutuhkan serta target
hasil yang diinginkan. Kabupaten Bombana merupakan sentra tanaman padi di Sulawesi
Tenggara namun tingkat produktivitasnya baru mencapai 4,46 t/ha, hal ini disebabkan
karena belum semua petani menerapkan teknologi pengelolaan padi sawah secara optimal.
Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk menerapkan motode Pemupukan Hara Spesifik
Lokasi (PHSL) berbasis Web, guna peningkatan produktivitas padi sawah di Kabupaten
Bombana Propinsi Sulawesi Tenggara. Kajian ini dilakukan di empat kecamatan di
kabupaten Bombana, yaitu dengan membandingkan antara pertanaman VUB Inpari 15
dengan teknologi pemupukan PHSL berbasis Web, dengan pertanaman dengan pemupukan
existing petani. Pengelolaan tanaman dilakukan secara terpadu antara lain : penanaman
bibit muda < 20 hari, jumlah bibit 2 -3 batang per rumpun, cara tanam legowo 2,
pemupukan menggunakan pupuk majemuk NPK (15, 15,15) dan Urea. Panen dilakukan
dengan cara Ubinan ukuran 3 m x 4 m dengan menggunakan sabit bergerigi kemudian
ditimbang untuk mengetahui hasil GKP (Gabah Kering Panen). Pada kaji terap pemupukan
berdasarkan teknologi pemupukan hara spesifik lokasi ( PHSL) padi sawah berbasis Web
untuk VUB Inpari 15 terjadi peningkatan produktivitas rata-rata yaitu 6,72 t/ha atau
meningkat sebesar 1,22 t/ha atau 22,28 % dari pemupukan existing petani.

Kata kunci : Pemupukan, PHSL, VUB, Inpari 15

Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini menuntut pelaku
pertanian memanfaatkan teknologi yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Kesejahteraan petani akan terwujud apabila kebutuhan sandang, pangan dan papan sehari-
hari tercukupi. Dari ke tiga kebutuhan pokok tersebut maka pangan menjadi sangat penting
untuk tetap dipertahankan saat ini dan untuk masa mendatang.

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,


Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 119
Teknologi peningkatan produktivitas tanaman pangan terutama padi telah banyak
dilakukan. Sebagai bentuk dukungan dalam mempercepat pencapaian swasembada beras 10
juta ton pada tahun 2014, Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian bekerja
sama dengan Internasional Rice Research Institute (IRRI) pada tahun 2011 telah merakit
teknologi untuk peningkatan produktivitas padi, yaitu teknologi pemupukan hara spesifik
lokasi (PHSL) berbasis Web (internet). Selain itu, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi juga
telah menghasilkan beberapa varietas unggul baru (VUB) Inbrida padi sawah irigasi (Inpari)
yang mempunyai potensi hasil tinggi dan mempunyai karakteristik spesifik lokasi.
Perbaikan varietas padi masa yang akan datang secara berkelanjutan diarahkan untuk
menghasilkan varietas-varietas baru yang mememiliki potensi hasil yang lebih tinggi dan
mantap, disertai dengan perbaikan sifat-sifat : ketahanan terhadap hama dan penyakit,
toleransi terhadap kendala abiotik, mutu fisik, dan mutu fungsional produk (Aan A. Drajat
at al., 2012).
Teknologi PHSL berbasis web ini akan memberikan rekomendasi pemupukan
spesifik lokasi secara cepat dan akurat mengenai kapan waktu pemupukan dilaksanakan,
jenis pupuk yang digunakan dan jumlah pupuk yang dibutuhkan serta target hasil yang
diinginkan. Menurut Didik Raharjo (2012), dengan teknologi pemupukan PHSL berbasis
Web, produktivitas padi sawah di Kabupaten Konawe lebih tinggi 19 % dari produktivitas
padi sawah yang dipupuk sesuai dengan metode petani atau mengalami peningkatan hasil
sebesar 900 kg gabah kering giling (GKG) /ha.
Thomas F. et al. (2007), menyatakan bahwa jumlah hara tertentu yang ada dalam
tanah berasal dari berbagai sumber misalnya dari tanah, sisa tanaman dan air irigasi, kecuali
pupuk anorganik yang diberikan ke tanah, yang tersedia selama musim pertanaman.
Penerapan pemupukan dan kebutuhan pupuk perlu memperhatikan : (a) kemampuan
tanah dalam menyediakan hara, (b) kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara, (c)
target hasil yang ingin dicapai dan (d) jenis pupuk yang digunakan. Hal tersebut diperlukan
agar pencapaian produksi pertanian dapat dioptimalkan (Abdulrahman et al. 2002).
Kabupaten Bombana merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara
(Sultra) yang terletak di Kepulauan Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Apabila ditinjau dari
peta Provinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis
khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan diantara 4°22’ 59,4” – 5˚28’ 26,7” LS
sepanjang ±180 km dan membentang dari Barat ke Timur diantara 121˚27’ 46,7” -122˚10’
9,4” BT sepanjang ± 154 km. Jumlah penduduk Provinsi Sultra sekitar 142.006 jiwa (BPS
Sultra, 2012). Kebutuhan pangan masyarakat setempat saat ini masih mengandalkan beras
sebagai bahan pokok untuk dikonsumsi dalam keseharianya.
Daerah ini memiliki daratan seluas ± 3.316,16 km2 atau 331.616 ha, sasaran
pembangunannya dititikberatkan pada sektor pertanian dan perikanan, untuk luas lahan
kering sebesar 290.752 ha, sedangkan untuk lahan sawah seluas 11.994 ha, dengan tingkat
produktivitas padi sawah 4,46 t/ha (Distan Bombana, 2012).
Rendahnya tingkat produktivitas tersebut disebabkan karena petani belum semuanya
menerapkan teknologi padi sawah secara optimal, terutama mengenai pemupukan spesifik
lokasi. Secara agronomis peningkatan produktivitas padi disebabkan oleh dua faktor, yaitu
(1) meningkatnya penggunaan varietas padi berdaya hasil tinggi, dan (2) semakin
membaiknya mutu usahatani yang dilakukan petani seperti pengeloaan tanah, penanaman
dan pemupukan (Kasryono F., 2004).
Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk menerapkan motode Pemupukan Hara
Spesifik Lokasi (PHSL) berbasis Web, guna meningkatan produktivitas padi sawah di
Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.

Didik Raharjo dan Khairuddin : Kaji terap pemupukan hara spesifik lokasi | 120
Metodologi
Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara yang
meliputi 4 (Empat) kecamatan yaitu Poleang Utara, Poleang Timur, Lantari Jaya dan
Rarowatu Utara. Kajian mulai dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Desember
2013. Luas lahan yang digunakan di setiap lokasi kegiatan yaitu 1 ha. Varietas yang
ditanam yaitu Inpari 15. Penentuan dosis pemupukan mengunakan metode PHSL yang
berbasis Web. Kegiatan diawali dengan melakukan wawancara kepada petani-petani pemilik
lahan untuk mendapatkan informasi aktual etrkait dengan kondisi yang sebenarnya dan
mengisi quesioner yang disediakan, terutama mengenai pemupukan existing yang selama ini
diterapkan petani. Pengelolaan tanaman dilakukan secara terpadu, antara lain : penanaman
bibit muda < 20 hari, jumlah bibit 2 -3 batang per rumpun, cara tanam legowo 2,
pemupukan menggunakan pupuk majemuk NPK (15, 15,15) dan Urea. Panen dilakukan
dengan cara Ubinan ukuran 3 m x 4 m dengan menggunakan sabit bergerigi kemudian
ditimbang untuk mengetahui hasil GKP (Gabah Kering Panen).
Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman maksimum, jumlah anakan produktif,
panjang malai, jumlah bulir gabah permalai, bobot 1000 butir dan hasil panen.

Hasil dan Pembahasan

A. Rekomendasi Pemupukan berdasarkan Metode PHSL


Dosis pemupukan berdasarkan hasil rekomendasi PHSL yang berbasis Web disajikan
pada Tabel 1.
Terdapat perbedaan dosis dan target hasil yang ingin dicapai di empat lokasi
pengkajian. Perbedaan dosis pupuk dan target produktivitas padi ini tergantung pada
pengisian jawaban yang terdapat pada Kuisiner PHSL Padi sawah dari mulai menjawab
ketinggian tempat hingga menjawab pupuk apa yang akan digunakan. Untuk memperoleh
target hasil sebesar 6,7 – 7,1 t/ha maka pupuk yang harus disediakan yaitu berupa pupuk
majemuk NPK (15-15-15) dengan dosis sebesar 200 kg/ha dan pupuk Urea dengan dosis
sebesar 200 kg/ha, dan untuk memperoleh hasil sebesar 5,5 – 5,9 t/ha maka pupuk yang
harus disediakan yaitu berupa pupuk majemuk NPK (15-15-15) dengan dosis sebesar 175
kg/ha dan pupuk Urea dengan dosis sebesar 150 kg/ha. Pada pemupukan petani tidak
mempunyai target hasil begitu pula mengenai pemberian dosis serta waktu hanya
berdasarkan pengalaman-pengalaman pada musim tanam sebelumnya. Ketepatan waktu
pemberian pupuk menjadi salah satu faktor penentu untuk peningkatan hasil panen padi
sawah, tepat waktu pada pemupukan berdasarkan metode PHSL yang berbasis internet ini
yaitu pemupukan pertama dilakukan saat tanaman padi berumur 0 - 14 HST, pemupukan
susulan pertama saat tanaman berumur 24 - 28 HST dan pemupukan susulan ke dua saat
tanaman berumur 38 – 42 HST.

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,


Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 121
Tabel 1. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah berdasarkan PHSL Untuk varietas Inpari
15 dan Pemupukan petani untuk varietas eksisting di Kabupaten Bombana
Rekomendasi Pemupukan PHSL Pemupukan existing Petani
Lokasi
Waktu Pemupukan (hari)/ Jenis Target Hasil Waktu Pemupukan (hari)/ Jenis
Kajian
dan dosis (kg/ha) PHSL (t/ha) dan dosis (kg/ha)

Kec. I. 0-14 HST/NPK (15-15-15)= 7,0 I. 20 HST/NPK (15-15-


Poleang 200 15)=200
Utara II. 24-28 HST/Urea = 100 II. 30 HST/Urea = 50 + NPK
III. 35-39 HST/Urea =100 (15-15-15)=100
III. 45 HST/Urea =50

Kec. I. 0-14 HST/NPK (15-15-15)= 6,7 – 7,1 I. 18 HST/NPK (15-15-


Poleang 200 15)=200
Timur II. 24-28 HST/Urea = 100 II. 30 HST/Urea = 100
III. 35-39 HST/Urea =100 III. 45 HST/Urea =100

Kec.Lanta I. 0-14 HST/NPK (15-15-15)= 6,1 – 6,5 I. 20 HST/NPK (15-15-


ri Jaya 200 15)=50
II. 24-28 HST/Urea = 75 II. 50 HST/Urea = 150 +
III. 35-39 HST/Urea =75 NPK (15-15-15)=50

Kec. I. 0-14 HST/NPK (15-15-15)= I. 20 HST/NPK (15-15-


Rarowatu 175 5,5 – 5,9 15)=150 +Urea = 50
Utara II. 24-28 HST/Urea = 75 II. 40 HST/Urea = 100
III. 35-39 HST/Urea =75

B. Keragaan Agronomis Varietas Inpari 15


Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lokasi terhadap kondisi agronomis varietas
Inpari 15 di empat lokasi pengkajian pada tahun 2013 di Kabupaten Bombana disajikan
pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Keragaan Agronomis VUB Inpari 15 di empat lokasi pengkajian di kabupaten
Bombana pada tahun 2013
Keragaan Agronomis
Tinggi Tanaman Panjang Malai Jumlah Anakan
Lokasi Pengkajian (cm) (cm) Produktif
PHSL Existing PHSL Existing PHSL Existing
Desa Tampabulu Kec. Poleang
105 104 25 23 15 13
Utara
Desa Biru Kec. Poleang Timur 100 100 25 26 13 12
Desa Lombah Kasih
97 94 24 23 12 10
Kec.Lantari Jaya
Desa Marga Jaya Kec.
99 100 25 24 12 12
Rarowatu Utara
Rata-rata 100 100 25 24 13 12

Terdapat perbedaan keragaan Agronomis VUB Inpari 15 antara pemberikan pupuk


berdasarkan rekomendasi PHSL dengan cara pemupukan yang selama ini dilakukan oleh

Didik Raharjo dan Khairuddin : Kaji terap pemupukan hara spesifik lokasi | 122
petani, tinggi tanaman VUB Inpari 15 tidak terdapat perbedaan. Namun untuk panjang
malai dan jumlah anakan produktif pada pemupukan berdasarkan PHSL lebih panjang dan
lebih banyak. Ketepatan waktu dan dosis pupuk sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman terutama saat melakukan pemupukan hara N (Nitrogen) yang
terdapat pada pupuk Urea, serta P (Phospor) dan K (Kalium) yang terdapat pada pupuk
majemuk NPK (15-15-15). Menurut Diah Setyorini et al (2006 ), tanaman padi yang
kekurangan P anakannya sedikit, dan pertumbuhan akan menjadi kerdil. Panjang malai dan
jumlah anakan tanaman padi VUB Inpari 15 pada Pemupukan PHSL lebih tinggi ini
diakibatkan selain ketersediaan hara P yang cukup juga karena hara N dan K yang diberikan
ke tanah tersedia dalam jumlah yang cukup dan berimbang.

C. Keragaan Produktivitas VUB Inpari 15


Untuk produktivitas varietas Inpri 15 di empat lokasi pengkajian pada tahun 2013 di
Kabupaten Bombana disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Keragaan Agronomis VUB Inpari 15 di empat lokasi pengkajian di kabupaten
Bombana pada tahun 2013
Keragaan Produktivitas VUB Inpari 15
Lokasi Jumlah gabah isi Jumlah gabah Berat 1000 butir Produktivitas
Pengkajian per malai hampa per malai (gr) (t/ha)
PHSL Existing PHSL Existing PHSL Existing PHSL Existing
Desa Tampabulu
120 118 28 30 36,45 30,25 7,6 6,0
Kec. Poleang Utara
Desa Biru Kec.
124 120 26 30 35,66 33,33 7,17 6,2
Poleang Timur
Desa Lombah Kasih
116 115 22 28 28,27 26,00 5,25 4,7
Kec.Lantari
Desa Marga Jaya
121 118 36 30 34,33 28,00 6,86 5,0
Kec. Rarowatu Utara
Rata-rata 120 118 28 30 33,67 29 6,72 5,47

Pada Tabel 3 nampak bahwa dari keempat komponen keragaan produktivitas VUB
Inpari 15 yaitu jumlah gabah isi permalai, berat 1000 butir dan produktivitas pada
pemupukan PHSL lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan pemupukan existing yang
dilakukan petani. Begitu pula untuk gabah hampa permalai pada pemupukan PHSL lebih
sedikit dibandingkan pemupukan existing yang dilakukan petani.
Produktivitas yang dicapai pada pemupukan PHSL pada tiga lokasi mencapai target
hasil yang diinginkan, bahkan melebihi dari yang ditargetkan. Sementara terdapat satu
lokasi yang tidak mencapai target hasil namun mengalami peningkatan produktivitas dari
yang dihasilkan oleh pemupukan existing petani, rata-rata peningkatan produktivitas yang
dihasilkan dari pemupukan existing petani yaitu 1, 22 t/ha, atau 22, 28 %.
Jika memperhatikan potensi hasil untuk VUB Inpari 15 mencapai 7,5 t/ha
(http://bbpadi.litbang.deptan.go.id), maka produktivitas yang yang dihasilkan yaitu 6,72
t/ha pada kajian ini termasuk produktivitas yang cukup tinggi.

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,


Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 123
Kesimpulan dan Saran
Pada kaji terap pemupukan berdasarkan teknologi pemupukan hara spesifik lokasi
(PHSL) padi sawah berbasis Web untuk VUB Inpari 15 terjadi peningkatan produktivitas
sebesar 1,22 t/ha atau 22,28 % dari pemupukan existing petani.
Pengkajian mengenai pemupukan spesifik lokasi berdasarkan PHSL ini perlu dikaji
lebih lanjut pada lokasi-lokasi sub optimal dengan menggunakan beberapa varietas unggul
baru yang sama dan yang lain.

Ucapan Terima Kasih


Penulis Mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pengkajian ini terutama kepada Surahman dan kepada Penyuluh Pertanian yang berada di
kecamatan Poleang Utara, Poleang Timur, Rarowatu Utara dan kecamatan Lantari Jaya.

Daftar Pustaka
Aan A. Drajat dan Made J. Mejaya, 2012. Peranan Varietas Unggul Padi Inbrida Dalam
Peningkatan Produksi Padi Nasional (Eds) Prosiding Seminar Nasional Hasil
Penelitian Padi “Inovasi TeknologiPadi Mengantisipasi Cekaman Lingkungan Biotik
dan Abiotik”. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi
Abdulrachman, s., C.Witt, dan R.Buresh. 2002. Pengembangan metode pengelolaan unsur
hara spesifik lokasi. Dalam :Anis Fahri, Yunizar dan Ali Jamil (Eds) Prosiding
Seminar Nasional Padi 2008 “Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan
Iklim Blobal Mendukung Ketahanan Pangan” Buku 2.Hal 879-886.Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.Sukamandi.
BPS Sultra, 2012. Sulawesi Tenggara Dalam Angka Pertanian Tahun 2012. Kendari
Didik Raharjo, (2013). Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Melalui Teknologi
Pemupukan Hara Spesifik Lokasi Di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Disampaikan Pada Seminar Nasional Pekan Pertanian Spesifik Lokasi (PPSL) II di
Kendari
Diah Setyorini, Ladiyani RW, dan A.Kasno, 2006. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji
Tanah Sawah (Paddy Soil Test Kit) Versi 1.1.Balai Penelitian Tanah.Bogor
Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Hortikultura Kabupaten Bombana, 2012.
Kabupaten Bombana Dalam Angka Tahun 2012. Bombana
Kasryono F., Pasandaran Efendi., Fagi M achmad. 2004. Ekonomi Padi dan Beras
Indonesia. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Jakarta.
PHSL- Pemupukan Hara Spesifik Lokasih Padi Sawah. http://webapps.irri.org/nm/id/ di
akses pada bulan April 2013.

Didik Raharjo dan Khairuddin : Kaji terap pemupukan hara spesifik lokasi | 124
Thomas Fairhust, Cristian Witt, Roland Buresh, dan Achim Dobermann, (2007). Padi
“Panduan Praktis Pengelolaan Hara” Edisi ke dua : 2007 Terjemahan. Badan
Penelitian dan pengembangan Pertanian. Jakarta

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,


Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 125

Anda mungkin juga menyukai