Seorang pria usia 40 th berat badan 70 kg dengan keluhan cepat lelah, kurang
tangkas, mudah lupa, gairah hidp menurun, libido menurun, disfungsi ereksi,
bahkan sering mudah sekali tidur, meskipun pagi hari. Hasil pemeriksaan
gula darahnya menunjukkan 100 mg% (puasa) dan 120 mg% (2 jam PP),
kolesterol total 450, LDL 400, HDL 35, kadar testoteron 200 mg/dl, LH 15
mg/dl. Kepada dokter Ia ingin sehat kembali seperti semula.
Soal:
1. Berdasarkan pada gejala dan tanda orang tersebut, apa yang dialami
oleh pria tersebut?
Pria pada kasus tersebut dapat dikatakan mengalami suatu keadaan
yang disebut dengan andropause.
Andropause merupakan suatu sindrom pada pria lansia yang terdiri
dari gejala fisik, seksual, dan psikologis, meliputi : kelemahan, kelelahan,
pengurangan masa otot dan tulang, gangguan hematopoiesis, oligospermia,
disfungsi seksual, despresi, kecemasan, iritabilitas, insomnia, gangguan
memori dan penurunan fungsi kongnitif (Gandaputra dan Wratsangka,
2001).
Hipogonadisme adalah suatu kondisi yang ditandai oleh kadar
testosteron darah yang menurun dan keluhan gejala yang menyertainya. Di
antara berbagai kondisi yang disebut sindrom andropause atau menopause
pada laki-laki, kluster gejala yang terkait dengan penurunan testosteron
baru-baru ini mulai menarik banyak perhatian. Bentuk-bentuk
hipogonadisme pada laki-laki yang relatif lama tua dikenal sebagai “late
onset hypogonadism of the aging male” (LOH) di negara-negara Barat.
Tanda dan gejala LOH termasuk penurunan fungsi seksual, kekuatan, dan
pengertian umum kesehatan, serta kelelahan, gejala depresi, gangguan
fungsi kognitif, penurunan kekuatan otot, otot dan nyeri sendi, penurunan
kepadatan tulang, dan anemia (Horie, 2006).
2. Bagaimana profil hormon reproduksi dari penderita tersebut?
Uraikan secara singkat
Testosteron (T) adalah androgen utama yang beredar pada pria. Androgen
yang beredar lainnya adalah androstenedione, dihydrotestosone (DHT)
(yang paling aktif secara biologis) dan metabolit DHT androstanediol
glucoronide, yang merupakan penanda untuk aktivitas 5a reduktase. T
sebagian besar terikat dengan globulin pengikat hormon seksual (SHBG)
(44%) (protein pengangkut steroid yang diproduksi oleh hati), albumin
(50%) dan globulin pengikat kortisol (4%). Hipogonadisme pria, atau
andropause, diagnosisnya membutuhkan adanya gejala klinis dan kadar T
serum yang rendah (Samaras et al., 2012).
†
Busnelli et al. ‘Forever Young’ —Testosterone replacement therapy: a
blockbuster drug despite flabby evidence and broken promises. 2017.
Human Reproduction, Vol.32, No.4 pp. 719–724.
Ellen p. Gandaputra*, Raditya Wratsangka. Andropause : kemungkinan terapi
sulih testosteron pada pria lansia. 2001. J Kedokter Trisakti, Januari-April
2001- Vol.20, No.1.
Samaras et al. Andropause: A review of the definition and treatment. 2012.
European Geriatric Medicine 3 (2012) 368–373.
Shigeo Horie. Symptoms and Treatment of Andropause. 2006. JMAJ,
November / December 2006 — Vol. 49, No. 11 • 12.
Tsametis, C. P., & Isidori, A. M.. Testosterone replacement therapy: For whom,
when and how?. 2018. Metabolism, 86, 69–78.
doi:10.1016/j.metabol.2018.03.007