Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dewasa ini konsep kedokteran mengenai pengobatan gangguan psikotik masih


berputar pada penggunaan antipsikotik.Sejarah tentang obat anti psikotik di mulai sejak
50 tahun yang lalu . Sejak awal perkerbangannya hingga kini , antipsikotik menjadi
pilihan utama pengobatan skizofrenia dan pengetahuan tentang susunan kimia dan
farmakologi dari obat ini banyak menjelaskan bagaimana perubahan kimia yang terjadi
pada skizofrenia . Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik. Obat
psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek
utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior altering drugs), digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik ( psychotherapeutic medication).
Menurut WHO, obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau
pengalaman. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif dan dapat
menerima psikoterapi dengan lebih baik. Berdasarkan penggunaan klinik, psikoterapi dibagi
menjadi 4 golongan yaitu: (1) antipsikotik; (2) antianxietas; (3) antidepresi; dan (4) psikotogenik.
Antipsikotik atau dikenal juga dengan istilah neuroleptik (major tranquilizer) bermanfaat pada terapi
psikosis akut maupun kronik. Antipsikotik bekerja dengan menduduki reseptor dopamin ,
serotonin dan beberapa reseptor neurotransmiter lainnya . Antipsikotik dibedakan atas antipsikotik tipikal
(antipsikotik generasi pertama) antara lain klorpromazin, flufenazin, tioridazin, haloperidol;
serta antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua) seperti klozapin, olanzapin,
risperidon dan lain sebagainya.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan Meet The Expert ini adalah :
a. Untuk mengetahui secara rinci tentang obat anti anxietas
b. Untuk mengetahui jenis obat anti anxietas non benzodiazepin
c. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari obat anti anxietas non benzodiazepin

1
1.3 Manfaat Penulisan
Semoga Meet The Expert ini dapat berguna bagi penulis maupun pembaca untuk
lebih mengetahui dan memahami tentang mekanisme kerja, jenis – jenis serta efek
samping dari obat anti anxietas non benzodiazepin

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Antipsikotik


Antipsikotik adalah obat – obat tranquilizr mayor yang menyebabkan terjadinya
revolusi di bidang psikiatri dengan memberikan penatalaksaan yang fektif terhadap
sejumlah besar kasus penderita pskiotik . Efek antipsikotiknya bukan akibat efek sedasi
tetapi melalui kerja spesifik pada gangguan proses piker dan gangguan mood .
Berbagai antipsikotik yang berbeda tersedia dan dibagi dalam golongan besar : untuk 30
tahun pertama digunakan antipsikotik tipikal yaitu obat – obat yang bekerja melalui
penghambatan yang kuat terhadap reseptor D2 dan sejak awal tahun 1990 ditambahkan
dengan ibat – obat antipsikotik atypical yaitu obt yang mempengaruhi reseptor D2 dengan
derajat lebih ringan samnil melakukan penghambatan yang bermakna pada reseptor 5-
HT2A(1,2). Walaupun kedua tipe obat tersebut sama efektif , obat yang baru memiliki
beberapa keuntungan yang bermakna yang dengan cepat membuat obat – obat ini menjadi
golongan obat - obat terpilih.1

Penggolongan Obat Anti-Psikosis

1. Obat Anti-Psikosis Tipikal ( Typical Anti Psychotics )


 Rantai Aliphatic : Chlorpromazine ( Largactil )
Levomepromazine ( Nozinan )
 Rantai piperazine : Perphenazine ( Trilafon )
Trifluoperazine ( Stelazine )
Fluphenazine (Anatensol )
 Rantai Piperidine : Thioridazine ( Melieril )
2. Butyrophenone : Haloperidol ( Haldol, serenace, dll )
3. Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide ( Orap )

Penggolongan Anti-Psikosis Atipical (Typical Anti Psychotics )

1. Benzamide : Sulpiride ( Dogmatil )


2. Dibenzodiazepine : Clozapine ( Clozaril )
Olanzapine ( Zyprexa )
Quetiapine ( Seroquel )
3. Benzisoxazole : Risperidon ( Risperdal )2

3
2.2 Antipsikotik Tipikal

2.2.1 Mekanisme Kerja


Hipotesis dopamine mendalilkn bahwa skizofrenia terjadi secara sekunder akibat
peningkatan aktivitas dopamine sentral .Antipsikotik tipical diyakini bekerja secara
primer melalui penghambatan pasca sinaps yang luas dan kuat pada reseptor D2. Tiga
jaras dopamine susunan saraf pusat yang dipengaruhi oleh pengobatan dengan dugaan
cara kerjanya :
 Nigrostriatal – kerja ekstrapiramidal
 Tuberoinfundibular – bekerja pada endokrin ( polakrin meningkat)
 Mesolimbik – kerja antipsikotik
Perbedaan pola efek samping berbagai obat antipsikotik diyakini menjaddi akibat
perbedaan lokasi aktivitas primernya .meskipun, demikian antipsikotik tipikal juga
menghambat reseptor noradrenergic sentral, sehingga kita tidak dapat mengetahui dengan
pasti penghambatan DA atau NE ( atau mekanisme lainnya ) yang menimbulkan efeek
antipsikotik.

2.2.2 Farmakokinetik
Clorpromazin ( sebagai contoh klasik ) diabsrosi dar usus secara brvariasi dan
mungkin terurai sebagian di dinding mukosa usus hamper 95 % terikat pada protein .
Kadar yang lebih tinggi didalam darah didapat kan seteelah pemberian secara IM atau IV
daripada PO . Waktu paruh 1 – 2hari atau lebih dan bervariasi dengan sebagian besar
disimpan didalam leemaak tubuh .Terdapat perbedaan individual yang nyata pada kadar
dalam darah ( Alasannya belum jelas ).
Metabolismenya kompleks( misalnya, klorpromazin terurai oleh sulfoksidasi,
bidoksilasi, deaminasi, demetilasi, dll untuk membentuk lebih dari 100 bentuk metabolit).
Akibat kompleksitas ini, pengukuran kadar plasma untuk banyaknya antipskotik secara
klinis tidak brguna . Sebaliknya antipsikotik tertentu lainnya (misal haloperidol, tiotiksen)
mempunyai metabolism yang sederhana , walaupun pengukuran kadar plasma sebagai
petunjuk hasil pengobatan kegunaanya masih belum pasti .

2.2.3 Efek Samping

4
Efek samping lazim terjadi dan hamper tidak bisa dihindari pada pmberin
dosis tinggi. Masalah efek samping yang lbih sedikit merupakan salah satu alas an
utama untuk keutamaan antipsikotiik yang lebih baru . Pola khas efek samping
sebagian ditentukan oleh golongan kimia masing – masing antipsikotik .
Efek samping ini juga memiliki variasi antara individu yang nyata . Efek
samping pengobatan ini yang paling lazim meliputi sedasi , gejala ekstrapiramidal
dan antikolinergik, hipotensi, peningkatan berat badan dan pnurunan libido, juga
banyak efek samping lainnya sering terjadi .

2.3 Antipsikotik Atipikal


2.3.1 Definisi

Antipsikotik Atipikal (AAP), yang juga dikenal sebagai antipsikotik generasi


kedua, adalah kelompok obat penenang antipsikotik digunakan untuk mengobati
kondisi jiwa. Beberapa antipsikotik atipikal disetujui FDA untuk digunakan dalam
pengobatan skizofrenia.Beberapa disetujui FDA untuk indikasi mania akut, depresi
bipolar, agitasi psikotik, pemeliharaan bipolar, dan indikasi lainnya.Kedua generasi
obat cenderung untuk memblokir reseptor dalam jalur dopamin otak, namun obat
antipsikotik atipikal juga dapat mengahambat reseptor serotonin.Antipsikotik atipikal
berbeda dari antipsikotik tipikal yang efeknya lebih minimal kecenderungan untuk
menyebabkan gangguan ekstrapiramidal pada pasien, yang meliputi penyakit gerakan
parkinsonisme, kekakuan tubuh dan tremor tak terkontrol.Gerakan-gerakan tubuh yang
abnormal bisa menjadi permanen obat bahkan setelah antipsikotik dihentikan.

2.3.2. Farmakodinamik
Kerja obat antipsikotik atipikal pada dopamine pathway.
1. Mesokortikal Pathways
Antagonis 5HT2A tidak hanya akan menyebabkan berkurangnya blokade terhadap

5
antagonis D2tetapi juga menyebabkan terjadinya aktivitas dopamin
pathwayssehingga terjadi keseimbangan antara serotonin dan dopamin. APG II lebih
berpengaruh banyak dalam memblok reseptor 5HT2Adengan demikian meningkatkan
pelepasan dopamin dan dopamin yang dilepas daripada dihambat di jalur
mesokortikal.Hal ini menyebabkan berkurangnya gejala negatif maka tidak terjadi
lagi penurunan dopamin di jalur mesokortikal dan gejala negatif yang ada dapat
diperbaiki.
APG II dapat memperbaiki gejala negatif jauh lebih baik dibandingkan APG I
karena di jalur mesokortikal reseptor 5HT2A jumlahnya lebih banyak dari reseptor
D2, dan APG II lebih banyak berkaitan dan memblok reseptor 5HT2A dan sedikti
memblok reseptor D2akibatnya dopamin yang di lepas jumlahnya lebih banyak,
karena itu defisit dopamin di jalur mesokrtikal berkurang sehingga menyebabkan
perbaikan gejala negatif skizofrenia.

2. Mesolimbik Pathways
APG II di jalur mesolimbik, antagonis 5HT2A gagal untuk mengalahkan
antagonis D2 di jalur tersebut.jadi antagonsis 5HT2A tidak dapat mempengaruhi
blokade reseptor D2 di mesolimbik, sehingga blokade reseptor D2menang. Hal ini
yang menyebabkan APG II dapat memperbaiki gejala positif. Pada keadaan normal
serotonin akan menghambat pelepasan dari dopamin. 3.

3. Tuberoinfundibular Pathways
APG II di jalur tuberoinfundibular, antagonis reseptor 5HT2A dapat mengalahkan
antagonis reseptor D2.Hubungan antara neurotransmiter serotonin dan dopamin
sifatnya antagonis dan resiprokal dalam kontrol sekresi prolaktin dari hipofise.
Dopamin akan menghambat pengelepasan prolaktin, sedangkan serotonin
menigkatkan pelepasan prolaktin. Pemberian APG II dalam dosis terapi akan
menghambat reseptor 5HT2Asehingga menyebabkan pelepasan dopamin menigkat.
Ini mengakibatkan pelepasan prolaktin menurun sehingga tidak terjadi
hiperprolaktinemia.4

4. Nigrostriatal Pathways
Jalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju ganglia basalis.Fungsi jalur
nigrostriatal adalah untuk mengontrol pergerakan. Bila jalur ini diblok, akan terjadi
kelainan pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut extrapyramidal
reaction (EPR). Gejala yang terjadi antara lain akhatisia, dystonia (terutama pada
wajah dan leher), rigiditas, dan akinesia atau bradikinesia.3

6
2.3.3Klasifikasi dan Farmakokinetik Obat Antipsikotik Atipikal
1) Benzamide

 AMISULPIRIDE
Dosis: -

1. Untuk akut psikotik : Oral dosis antara 400 mg/hari dan 800 mg/hari
direkomendasi. Dosis maksimal adalah 1200mg/hari
2. Untuk pasien dengan gejala positif dan negatif: Dosis untuk control gejala
positifnya 400-800mg/hari.
3. Untuk pasien dengan predominan gejala negative: Dosis antara 50-300mg.hari
direkomendasi.
Merupakan selektif dopamin antagonis. Dosis yang lebih tinggi (400-
800mg/hari) bertindak atas post-sinaptik reseptor dopamin yang
mengakibatkan pengurangan dalam gejala positif skizofrenia, seperti psikosis.
Dosis yang lebih rendah, (100mg/hari) bagaimanapun, bertindak atas dopamin
autoreceptors, mengakibatkan peningkatan dopamin transmisi, memperbaiki
gejala negatif skizofrenia.Dosis rendah amisulpride juga telah terbukti
mempunyai antidepresan dan anxiolytic efek non-pasien skizofrenia,
menyebabkan dysthymia dan fobia sosial.

Farmakokinetik.
Amisulpiride cepat diserap setelah pemberian oral, dan memiliki 50%
bioavailabilitas absolut. Konsentrasi maksimum adalah 42-56 mg / L, dan dicapai
dalam 1-4 jam (Masa maksima); steady-state dicapai setelah 2-3 hari.
Volumedistribusi amisulpride adalah 5,8 L / kg dan protein plasma mengikat
sekitar 17%. Waktu paruh eliminasi plasma adalah 12 jam, dengan klirens ginjal
dari 17- 20 L / jam.Ekskresi utama terjadi melalui ginjal, dengan 22-25% dari
dosis oral yang asal dalam urin sebagai obat yang tidak terubah. Pada pasien
dengan gangguan ginjal, obat paruh tidak berubah tapi klearans sistemik
dikurangi dengan sepertiga dan memerlukan dosis penyesuaian memerlukan
amisulpride mengalami metabolisme minimal di hati, dan hanya menghasilkan
dua metabolit utama, yang keduanya inaktif. Dieliminasikan terutamanya melalui
ginjal dan menariknya laju ekskresi ginjal adalah 2,5 kali lebih tinggi daripada
yang mungkin diharapkan dari filtrasi glomerulus. Oleh karena itu memungkinkan
sekresi obat aktif terjadi. Amisulpiride tidak berinteraksi dengan obat yang lain
dan tidak mempengaruhi aktivitas sistem sitokrom P450. Usia dan jenis kelamin
mempengaruhi kesan signifikan terhadap konsentrasi plasma amisulpride dosis-
koreksi. Pasien yang berusia dan perempuan mempunyai kesan yang lebih tinggi
mungkin karena perbedaan jenis kelamin dalam obat klirens pada ginjal. Co-
medikasi dengan lithium dan clozapine meningkatkan konsentrasi plasma
amisulpride dosis-koreksi.

7
 Dibenzodiazepine
1. CLOZAPINE (Clozaril)
Dosis
a. Hari 1 : 1 – 2 x 12,5 mg.
b. Berikutnya ditingkatkan 25 – 50 mg / hari sp 300 - 450 mg / hari dengan
pemberian terbagi.
c. Dosis maksimal 600 mg / hari.
Sediaan yang ada di pasaran tablet 25 mg dan 100 mg Clozapine efektif
untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif
(irritabilitas) maupun yang negative (social disinterest dan incompetence,
personal neatness) efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti
perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat ini berguna
untuk pengobatan pasien yang refrakter dan terganggu berat selama pengobatan.
Selain itu, karena resiko efek samping ekstrapiramidal yang sangat rendah, obat
ini cocok untuk pasien yang menunjukkan gejala ekstrapiramidal yang berat bila
diberikan antipsikosis yang lain, maka penggunaanya hanya dibatasi pada pasien
yang resisten atau tidak dapat mentoleransi antipsikosis yang lain. Pasien yang
diberi clozapine perlu dipantau jumlah sel darah putihnya setiap minggu.

Farmakokinetik
. Clozapine diabsorbsi secara cepat dan sempurna pada pemberian per
oral; kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian obat.
Clozapine secara ektensif diikat protein plasma (>95%), obat ini dimetabolisme
hamper sempurna sebelum diekskresi lewat urin dan tinja, dengan waktu paruh
rata-rata 11,8 jam.

2. OLANZAPINE (Zyprexa)
Dosis
- Untuk skizofrenia mulai dengan dosis 10 mg 1 x sehari.
- Untuk episode manik mulai dengan dosis 15 mg 1 x sehari.

8
- Untuk pecegahan kekambuhan gangguan bipolar 10 mg / hari. Merupakan
derivat dari clozapine dan dikelompokkan dalam golongan
dibenobenzodiazepine. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan. Plasma
puncak olanzapine dicapai dalam waktu 5-6 jam setalah pemberian oral,
sedangkan pada pemberian intramuskular dapat dicapai setelah 15-45 menit
dengn waktu paruh 30 jam (antara 21-54 jam) sehingga pemberian cukup 1
kali sehari.

Farmakokinetik.
Olanzapine merupaka antagonis monoaminergik selektif yang mempunyai afinitas
yang kuat terhadap reseptor dopamin (D1-D4), serotonin (5HT2A/2c), Histamin (H1) dan
α1 adrenergik.Afinitas sedang dengan reseptor kolinergik muskarinik (M1-5) dan
serotonin (5HT3).Berikatan lemah dengan reseptor GABAA, benzodiazepin dan
βadrenergik.Metabolisme olanzapine di sitokrom P450 CYP 1A2 dan 2D6. Metabolisme
akan meningkat pada penderita yang merokok dan menurun bila diberikan bersama
dengan antidepresan fluvoxamine atau antibiotik ciprofloxacin. Afinitas lemah pada
sitokrom P450 hati sehingga pengaruhnya terhadap metabolisme obat lain rendah dan
pengaruh obat lain minimal terhadap konsentrasi olanzapine. 4

3. QUETIAPINE (Seroquel)
Dosis
Pemberian pada pasien pertama kali mendapat quetiapine perlu dilakukan titrasi
dosis untuk mencegah terjadinya sinkope dan hipotensi postural.
- Dimulai dengan dosis 50 mg per hari selama 4 hari
- kemudian dinaikkan menjadi 100 mg selama 4 ahri
- kemudian dinaikkan lagi menjadi 300 mg.
- Setelah itu dicari dosis efektif antara 300-450 mg/hari. Struktur kimia yang
mirip dengan clozapine, masuk dalam kelompok dibenzodiazepine derivates.
Quetiapine dapat memperbaiki gejala positif, negatif, kognitif dan mood.
Dapat juga memperbaiki pasien yang resisten dengan antipsikotik generasi
pertama tetapi hasilnya tidak sebaik apabila di terapi dengan clozapine.

9
Farmakokinetik.
Absorpsinya berlangsung cepat setelah pemberian oral, konsentrasi
plasma puncak dicapai dalam waktu 1,5 jam setelah pemberian. Metabolisme
terjadi di hati, pada jalur sulfoxidation dan oksidasi menjadi metabolit tidak aktif
dan waktu paruhnya 6 jam.
Quetiapine merupaka antagonis reseptor serotonin (5HT1A dan 5HT2A),
reseptor dopamin (D1dan D2), reseptor histamin (H1), reseptor adrenergik α1 dan
α2. Afinitasnya lemah pada reseptor muskarinik (M1) dan reseptor
benzodiazepin. 4

 Benzisoxazole
RISPERIDONE (Risperidal)
Dosis :
- Hari 1 : 1 mg, hari 2 : 2mg, hari 3 : 3 mg.
- Dosis optimal - 4 mg / hari dengan 2 x pemberian.
- Pada orang tua, gangguan liver atau ginjal dimulai dengan 0,5 mg,
ditingkatkan sp 1 – 2 mg dengan 2 x pemberian.
- Umumnya perbaikan mulai terlihat dalam 8 minggu dari pengobatan awal,
jika belum terlihat respon perlu penilaian ulang.
- Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral. 4,7
Risperidone dapat memperbaiki skizofrenia yang gagal di terapi dengan APG
I tetapi hasil pengobatannya tidak sebaik clozapine. Obat ini juga dapat
memperbaiki fungsi kognitif tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga pada
penderita demensia misalnya demensia Alzheimer. 4

Farmakokinetik.
- Metabolisme risperidone sebagian besar terjadi di hati oleh enzim CYP 2D6
menjadi 9-hydroxyrisperidone dan sebagian kecil oleh enzim CYP 3A4.
Hydroxyrisperidonemempunyai potensi afinitas terhadap reseptor dopamin
yang setara dengan risperidone. Eksresi terutama melalui urin. Metabolisme
risperiodne dihambat oleh antidepresan fluoxetine dan paroxetine, karena
antidepresan ini menghambat kerja dari enzim CYP 2D6 dan CYP 3A4
sehingga pada pemberian bersama antidepresan ini, maka dosis risperidone

10
harus dikurangi untuk meminimalkan timbulnya efek samping dan toksik.
Metabolisme obat ini dipercepat bila diberikan bersamaan carbamazepin,
karena menginduksi CYP 3A4 sehingga perlu peningkatan dosis risperidone
pada pemberiaan bersama carbamazepin disebabkan konsentrasi risperidone
di dalam plasma rendah.4,8
-
2.3.4 Efek Samping Obat Anti Psikotik Atipikal

Efek samping yang dilaporkan terkait dengan berbagai antipsikotik atipikal


bervariasi dan spesifik pada masing-masing obat. Secara umum, antipsikotik atipikal
diharapkan memiliki kemungkinan lebih rendah untuk terjadinya tardive dyskinesia
daripada antipsikotik tipikal. Namun, tardive dyskinesia biasanya berkembang setelah
penggunaan antipsikotik jangka panjang (mungkin beberapa dekade). Jika antipsikotik
atipikal, yang telah di gunakan untuk waktu yang relatif singkat, menghasilkan insiden
tardive dyskinesia yang lebih rendah.

Akathisia lebih cenderung kurang intens dengan obat daripada antipsikotik tipikal.
Walaupun banyak pasien akan membantah klaim ini. Pada tahun 2004, Komite untuk
Keselamatan Obat-obatan (CSM) di Inggris mengeluarkan peringatan bahwa olanzapine
dan risperidone tidak boleh diberikan kepada pasien lansia dengan demensia, karena
peningkatan risiko stroke. Kadang-kadang antipsikotik atipikal dapat menyebabkan
perubahan abnormal pada pola tidur, dan kelelahan ekstrim dan kelemahan.Pada tahun
2006, USA Today mempublikasikan sebuah artikel tentang efek obat antipsikotik pada
anak-anak.Tak satu pun dari antipsikotik atipikal (Clozaril, Risperdal, Zyprexa, Seroquel,
Abilify, dan Geodon) telah disetujui untuk anak-anak, dan ada sedikit penelitian tentang
dampaknya pada anak-anak.Dari 2000-2004, ada 45 kematian dilaporkan, di mana
sebuah antipsikotik atipikal tercatat sebagai tersangka utama.Ada juga 1.328 laporan efek
samping yang serius, dan kadang-kadang mengancam kehidupan.Ini termasuk tardive
dyskinesia dan distonia. Beberapa efek samping lain yang telah diusulkan adalah bahwa
antipsikotik atipikal meningkatkan resiko penyakit jantung.Penelitian Kabinoff et al
mengatakan peningkatan penyakit kardiovaskular dilihat terlepas dari perlakuan yang
mereka terima, melainkan disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaya hidup atau diet.

11
Terdapat juga obat yang bisa memperpanjangkan masa QTc yang terekam di EKG
(elektrokardiogram) yang normalnya hanya 400ms yang bisa menyebabkan fatal .
Efek samping seksual juga telah dilaporkan.Antipsikotik mengurangi gairah
seksual laki-laki, merusak performa seksual dengan kesulitan utama berupa kegagalan
untuk ejakulasi.Pada wanita mungkin ada siklus haid yang tidak normal dan
infertilitas.Pada laki-laki dan perempuan mungkin payudara membesar dan kadang-
kadang akan mengeluarkan cairan dari puting. Terdapat juga penelitian yang mengatakan
bahwa obat antipsikotik atipikal ini bisa menyebabkan tingginya resiko untuk Diabtes
Mellitus (DM). Cara kerjanya yang berkaitan dengan insulin belum diketahui, namun
berkemungkinan karena peningkatan berat badan yang bisa menyebabkan dislipidemia
yang merupakan salah satu faktor resiko terjadinya DM pada pasien yang mengkonsumsi
obat ini.

12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Tomb, David A. 2004.Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta: EGC


2. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan klinis obat Psikotropik Edisi Ketiga.
3. Perry, Paul J,; Alexander, Bruce; Liskow, Barry I.; DeVane, C. Lindsay, Antipsychotics,
Psychotropic Drug Haandbook, Eigth Edition. U.S: Lippincott Williams and Wilkins,
2007, p: 1-29
4. 2.Antipsychotics, Understanding Psychiatric Medications, 2012, Toronto : A Pan
American Health Organization : downloaded from www.camh.ca
5. 3.Obat Antipsikotik, Artikel Kedokteran diambil dari
http://www.artikelkedokteran.com/865/obat-antipsikotik.html
6. 4.Antipsychotic Medications, Consumer Medication Brochure Series, Published: 2009,
Sydney South West Area Health Service, NSW Health Mental Health Service.
7. Obat-obat Antipsikotik, Adaptasi dari Prof D. Castle dan N. Tran: Psychiatric Medication
Information, St. Vincent’s Hospital Melbourne, February 2008.
8. Grace M. Kaunang, Recognizing and Managing Antipsychotic Drug Treatment Side
Effects in the Elderly, Journal of the Clinical Psychiatry.
9. Solian-Summary of Product Charactheristic (SPC)-(eMC): 2011.
https://www.medicines.org.uk/emc/medicine/10442
10. Alp Wuchok and Wolfgang Gaebel, Side Effects of Atypical Antipsychotics: a brief
overview: 2008, World Psychiatry, Official Jpurnal of the World Psychiatric Association
(WPA)

13

Anda mungkin juga menyukai