Anda di halaman 1dari 5

H.

Analisis dan Pembahasan


Praktikum kesetimbangan bertujuan untuk mengetahui konstanta
kesetimbangan suatu reaksi dan memperhatikan bahwa konstanta
kesetimbangan tidak tergantung pada konsentrasi awal reaksi. Pada
praktikum konstanta kesetimbangan reaksi yang terlibat antara lain yaitu
reaksi esterfikasi, reaksi esterifikasi yaitu pengubahan dari suatu asam
karboksilat dengan alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan
katalis asam (merupakan reaksi reversible). Reaksi ini juga sering disebut
esterifikasi Fischer. Larutan standar yang digunakan yaitu HCl 2 N yang
akan dititrasi dengan NaOH 2N. Untuk menentukan harga Kc dengan
menggunakan HCl 2N, etanol dan asam asetat yang dititrasi dengan NaOH
2N. Memakai etanol karena rantai karbonnya lebih panjang sehingga akan
lebih cepat bereaksi.
Untuk pembuatan larutan standar (blanko), disiapkan 3 erlenmeyer
250 mL, 5 mL HCl 2N tak berwarna dimasukkan kedalam masing-masing
erlenmeyer 250 mL kemudian ditambahkan 3 tetes indikator PP tak
berwarna menjadi larutan tak berwarna, penambahan indikator digunakan
untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi ketika titik akhir titrasi
telah tercapai . Dipilih Phenolftalein dikarenakan pada pH titik ekivalen =
7 dan pada titik akhir titrasi berada pada range pH indikator phenolftalein
yaitu 8,3 – 9,6 . Setelah masing-masing ditambahkan indikator PP,
kemudian dilakukan titasi, titrasi ini bertujuan untuk melihat berapa
banyak volume NaOH yang dibutuhkan agar diperoleh titik ekivalen dan
titik akhir reaksi. Selanjutnya dititrasi dengan NaOH 2N tak berwarna.
Dilakukan titrasi selama 3 kali pengulangan dengan warna yang dihasilkan
yaitu soft pink. Hal ini dikarenakan pada suasana sedikit basa
Phenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda. Volume NaOH
yang diperlukan secara berturut-turut yaitu 5,2 mL, 5,3 mL dan 5,3 mL.
Volume NaOH yang diperlukan berbeda dengan teori yang seharusnya 5
mL. Titik ekivalen titrasi antara HCl dan NaOH adalah ketika mol
ekivalen asam = mol ekivalen basa . Jadi seharusnya volume yang
dibutuhkan untuk menitrasi HCl adalah sama 5 ml agar mol ekivalen asam
= mol ekivalen basa. Namun pada praktikum volume NaOH yang
dibutuhkan >5 ml . Hal ini mungkin disebabkan pada perbedaan intensitas
warna yang dilihat praktikan pada saat titik akhir yaitu saat indikator
berubah warna.
Reaksi yang terjadi yaitu :
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(aq)
Untuk penentuan Kc disiapkan 4 erlenmeyer 50 mL, masing-
masing erlenmeyer diisi dengan 5 mL HCl, kemudian erlenmeyer 1
ditambahkan 1 mL etanol dan 4 mL asam asetat, erlenmeyer 2
ditambahkan 2 mL etanol dan 3 mL asam asetat, erlenmeyer 3
ditambahkan 3 mL etanol dan 2 mL asam asetat kemudian untuk
elenmeyer 4 ditambahkan 4 mL etanol dan 1 mL asam asetat. Larutan HCl
merupakan larutan tak berwarna, etanol berbentuk larutan dan tidak
berwarna dan asam asetat berbentuk larutan tak berwarna. Fungsi
ditambahkannya 5 mL HCl 2N adalah sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi esterifikasi agar mencapai keadaan yang setimbang. Pada praktikum
ini, dipilih etanol karena rantai karbonnya lebih panjang sehingga lebih
cepat bereaksi.
Pada saat menambahkan masing-masing bahan tersebut kedalam
erlenmeyer menggunakan pipet volume hal ini bertujuan agar volume
yang diinginkan sesuai. Pipet volume digunakan karena memiliki
ketelitian yang lebih dibandingkan dengan gelas ukur. Pada saat
penambahan asam asetat dilakukan di lemari asam karena bau asam asetat
yang sangat menyengat. Setelah tiap erlenmeyer ditambahkan bahan
tersebut kemudian erlenmeyer ditutup dengan menggunakan plastik yang
bertujuan agar gas tidak keluar selama penyimpanan, pada masing-masing
erlenmeyer diberi label supaya tidak tertukar dan diukur suhu ruangan
yaitu sebesar 31C. Setelah itu erlenmeyer didiamkan selama 3 hari karena
reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversible yang berlangsung dengan
laju sangat lambat.
Reaksi yang terjadi yaitu :
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) ⇌ CH3COOC2H5(aq) + H2O(l)
Setelah didiamkan selama 3 hari bau yang dihaslikan dari masing-
masing erlenmeyer seperti bau balon yang sangat menyengat. Pada
masing-masing erlenmeyer yang sudah diiamkan akan dilakukan titrasi
dengan NaOH 2N, sebelum dititrasi masing-masing erlenmeyer
ditambahkan 3 tetes indikator PP yang tak berwarna, penambahan
indikator digunakan untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi
ketika titik akhir titrasi telah tercapai . Dipilih Phenolftalein dikarenakan
pada pH titik ekivalen = 7 dan pada titik akhir titrasi berada pada range pH
indikator phenolftalein yaitu 8,3 – 9,6 . Setelah masing-masing
ditambahkan indikator PP, kemudian dilakukan titrasi, titasi ini bertujuan
untuk melihat berapa banyak volume NaOH yang dibutuhkan agar
diperoleh titik ekivalen dan titik akhir reaksi.
Reaksi yang terjadi yaitu :
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
Pada erlenmeyer 1 volume larutan NaOH yang diperlukan
sebanyak 40,9 mL dengan warna soft pink. Pada erlenmeyer 1 ini
memerlukan NaOH paling banyak dibanding erlenmeyer lainnya, karena
pada erlenmeyer 1 ini pemberian asam paling banyak dibanding
erlenmeyer lainnya. Hal ini menyebabkan pada erlenmeyer 1 terdapat
banyak asam sehingga pada saat titrasi memerlukan basa yang banyak
pula. Banyaknya asam sebanding dengan banyaknya basa yang diperlukan.
Setelah itu dihitung konstanta kesetimbangannya dengan persamaan :
[CH3COOC2H5]
Kc = [CH3COOH][C2H5OH]

Dari persamaan diatas, diperoleh Kc pada erlenmeyer 1 sebesar -0,0092.


Pada erlenmeyer 2 volume larutan NaOH yang diperlukan
sebanyak 22,3 mL dengan warna ungu. Titrasi yang dilakukan pada
erlenmeyer 2 ini kurang tepat mencapai titik ekivalen, karena indikator
sudah berubah menjadi warna ungu yang artinya telah melebihi titik
ekivalen. Setelah itu dihitung konstanta kesetimbangannya dan diperoleh
Kc pada erlenmeyer 2 sebesar 0,3444.
Pada erlenmeyer 3 volume larutan NaOH yang diperlukan
sebanyak 10,8 mL dengan warna ungu. Titrasi yang dilakukan pada
erlenmeyer 3 ini kurang tepat mencapai titik ekivalen, karena indikator
sudah berubah menjadi warna ungu yang artinya telah melebihi titik
ekivalen. Setelah itu dihitung konstanta kesetimbangannya dan diperoleh
Kc pada erlenmeyer 3 sebesar 0,794.
Pada erlenmeyer 4 volume larutan NaOH yang diperlukan
sebanyak 6,9 mL dengan warna ungu. Titrasi yang dilakukan pada
erlenmeyer 4 ini kurang tepat mencapai titik ekivalen, karena indikator
sudah berubah menjadi warna ungu yang artinya telah melebihi titik
ekivalen. Setelah itu dihitung konstanta kesetimbangannya dan diperoleh
Kc pada erlenmeyer 4 sebesar 0,823.

I. Diskusi
Pada erlenmeyer 1 diperoleh nilai Kc negatif. Nilai Kc sebenarnya
tidak ada yang negatif karena Kc adalah suatu konstanta, jadi nilainya
selalu positif. Kc yang diperoleh negatif karena volume larutan NaOH
yang diperlukan terlalu banyak atau melebihi rentang volume NaOH jika
dihitung berdasarkan teori yaitu 32-40 mL agar mol yang bereaksi tidak
negatif pula. Hal ini bisa disebabkan karena pada saat titrasi, titik akhir
jauh melebihi titik ekivalen dan bisa juga terjadi karena kesalahan
praktikan saat membuat larutan ester (reaksi eseterifikasi).
Pada praktikum ini nilai Kc yang diperoleh tidak konstan. Jika
menurut teori nilai konstanta kesetimbangan tidak bergantung pada
konsentrasi awal reaksi. Pada erlenmeyer 3 dan 4 nilai Kc sudah konstan.
Namun pada erlenmeyer 1 dan 2, nilai Kc berbeda jauh dengan erlenmeyer
3 dan 4. Nilai Kc yang tidak tepat pada erlenmeyer 1 dan 2 bisa
disebabkan karena kesalahan praktikan saat membuat larutan ester (reaksi
esterifikasi). Kesalahan pada reaksi esterifikasi bisa terjadi karena suhunya
berubah, karena suhu ruang tidak dapat dikontrol. Selain itu bisa juga
disebabkan karena penutupan erlenmeyer menggunakan plastik tidak
rapat, sehingga reaksi esterifikasi terganggu karena etanol yang menguap.
Hal-hal tersebut dapat menyebabkan nilai konstanta kesetimbangan (Kc)
tidak konstan.
J. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa konstanta
kesetimbangan pada reaksi esterifikasi dapat diketahui melalui titrasi. Dari
keempat erlenmeyer, jika penambahan larutan asam asetat lebih banyak
maka larutan NaOH yang diperlukan juga semakin banyak, sehingga titrasi
berlangsung lebih lambat, begitu juga sebaliknya. Nilai Kc hampir sama
(konstan) yaitu 0,8 karena merupakan konstanta kesetimbangan yang tidak
bergantung pada konsentrasi awal reaksi.

Anda mungkin juga menyukai