PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) sangat penting untuk dilaksanakan di
rumah sakit sebagai tempat fasilitas pelayanan kesehatan, disamping sebagai tolak ukur
mutu pelayanan juga untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung dan keluarga serta
lingkungan dari resiko tertular penyakit infeksi karena perawatan, bertugas dan
berkunjung ke rumah sakit. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai standar yang sudah ditentukan. Pendapat masyarakat jika
di Rumah Sakit pasti di lakukan tindakan infuse dan di injeksi intra vena maka setiap
pasien yang melakukan rawat inap pasti akan di lakukan tindakan tersebut sedangkan
tidak semua Rumah Sakit memiliki standart pelaksanaan tindakan yang ketat terhadap
tindakan infuse dan injeksi intra vena dan pasien dan keluarga pun ikut berperan dalam
terjadinya efek samping dari tindakan infuse dan injeksi.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Menyiapkan agar RSIA dr. Djoko Pramono dengan sumber daya terbatas dapat
menerapkan pencegahan dari efek samping tindakan infuse dan injeksi intravena,
sehingga dapat melindungi tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat dari efek samping
yang tidak di harapkan.
Tujuan Khusus :
Membuat standar pelaksanaan Pencegahan dan efek samping dari tindakan infus dan
injeksi intravena bagi pasien di RSIA dr. Djoko Pramono meliputi :
1. Kegunaan infus
2. Efek samping infus dan obat injeksi intravena
3. Ada atau tidaknya kegawatannya di lakukan tindakan infuse dan injeksi intravena
C. Ruang Lingkup
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di RSIA dr. Djoko Pramono
dalam melaksanakan pemberian infuse dan injeksi intravena pada pelayanan terhadap
pasien yang dilaksanakan tindakan di RSIA dr. Djoko Pramono.
1
BAB II
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT DAN CAIRAN
Pengertian obat
Obat ialah suatu bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosis. Selain itu, obat juga
berfungsi untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit yang berupa luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan. Obat
juga dapat memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
2
Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien, keluarkan
sebanyak mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritau dokter, dan catat dalam
pelaporan.
Resiko kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna dengan semakin
tingginya keparahan sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan semakin banyaknya
penyuntikan obat. Resiko lebih rendah ketika ada system pelaporan kejadian kritis dan
ketika pengecekan rutin pada perubahan shift perawat.
3
plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di
Intrasel dan Ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak.
1. Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45%
2. Nacl 0,45%
3. Nacl 0,2%
c. Hipertonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi dari pada yang ada
dalam plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan
mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotic, sel
kemudian akan menyusut.
1. Dextrose 5% dalam Nacl 0,9%
2. Dextrose 5% dalam Nacl 0,45% (hanya sedikit hipertonis karena dextrose dengan
cepat dimetabolisme dan hanya sementara mempengaruhi tekanan osmotic).
3. Dextrose 10% dalam air
4. Dextrose 20% dalam air
5. Nacl 3% dan 5%
6. Larutan hiperalimentasi
7. Dextrose 5% dalam ringer laktat
8. Albumin 25
4. Komposisi Cairan Terapi Intravena
a. Larutan Nacl, berisi air dan elektrolit (Na+, cl-)
b. Larutan dextrose, berisi air atau garam dan kalori
c. Ringer laktat, berisi air (Na+, K+, cl-, ca++, laktat)
d. Balans isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori ( Na+, K+, Mg++, cl-, HCO,
glukonat).
e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah.
f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma 5%, hespan yang dapat
meningkatkan tekanan osmotic, menarik cairan dari intertisiall, kedalam sirkulasi dan
meningkatkan volume darah sementara.
g. Hiperelimentasi parenteral (cairan, elektrolit, asam amino, dan kalori).
5. Menentukan kecepatan cairan Intravena (Infus)
a. Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV. Tabung makrodrip dapat meneteskan 10
atau 15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip meneteskan 60 tetes per 1 ml. Jumlah tetesan
yang diperlukan untuk 1 ml disebut factor tetes.
b. Atur jumlah mililiter cairan yang akan diberikan dengan jumlah total cairan yang akan
diberikan dengan jumlah jam infuse yang berlangsung. Kemudian kalikan hasil tersebut
dengan faktor tetes.
c. Untuk menentukan berapa banyak tetesan yang akan diberikan permenit, bagi dengan
60.
d. Hitung jumlah tetesan permenit yang akan diinfuskan. Jika kecepatan alirannya tidak
tepat, sesuaikan dengan kecepatan tetesan
6. Hal-hal yang harus diperhatikan terhadap Tipe-tipe Infus
a. D 5 W (dextrose 5% in water)
4
1. Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang hilang, memberikan
suplai kalori, juga dapat dibarengi dengan pemberian obat-obatan atau berfungsi
untuk mempertahankan vena dalam keadaan terbuka dengan infus tersebut.
2. Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan (hiponatremia, sindroma pelepasan
hormon antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan dalam waktu yang
bersamaan dengan pemberian transfusi (darah atau komponen darah).
b. Nacl 0,9%
1. Digunakan untuk menggantikan garam(cairan isotonik) yang hilang, diberikan
dengan komponen darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok hemodinamik.
2. Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik (misalnya : gagal jantung dan gagal
ginjal).
c. Ringer laktat
Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan
untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang.
7. Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus)
1. IV push
IV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum suntik secara langsung
kedalam saluran/jalan infus. Indikasi :
a. Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru, memungkinkan pemberian obat
langsung kedalam intravena.
b. Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat (furosemide dan
digoksin).
c. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui
infus ( lidocain, xilocain).
d. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan akan
injeksi.
e. Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat yang
dicampur. (Setyorini, 2006 : 7)
2. Continous Infusion (infus berlanjut)
Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang
digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra
arteri, dan intra thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus
yang ditanam maupun eksternal. Hal yang perlu dipertimbangkan yatu :
a. Keuntungan
1. Mampu untuk mengimpus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat.
2. Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus
atau adanya penyumbatan.
3. Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan aliran infus.
b. Kerugian
1. Memerlukan selang yang khusus.
2. Biaya lebih mahal.
3. Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrat.
c. Tanggung jawab perawat
5
1. Efektivitas penggunaan pengaturan infus secara mekanis sama dengan perawat
yang memerlukannya.
2. Perawat harus waspada terhahap terjadinya komplikasi (adanya infiltrat atau
infeksi).
3. Ikuti aturan yang diberikan oleh perusahaan yang memproduksi alat tersebut.
4. Lakukan pemeriksaan ulang terhadap kecepatan aliran infus.
3. Intermitten Infusion (Infus Sementara)
Infus sementara dapat diberikan melalui heparin lock, “piggy bag” untuk infus yang
kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus.
a. Komplikasi Terapi Intravena (Infus)
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus :
1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang
tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluhdarah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat
infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah
Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus : Rasa
perih/sakit, Reaksi alergi.
7
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada
pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti
manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan
kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, efek samping
dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan
makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
selama sakit, dan sebagainya.
7. Hak Klien Untuk Menolak
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan
inform consent dalam pemberian obat
8. Benar Pengkajian
Perawat selalu memeriksa TTV (Tanda Tanda Vital) sebelum pemberian obat.
9. Benar Evaluasi
Perawat selalu melihat/memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.
10. Benar Reaksi Terhadap Makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus
diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang
diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin,dan sebaiknya ada
obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.
11. Benar Reaksi Obat Dengan Obat Lain
Pada penggunaan obat seperti ini chloramphenicol diberikan dengan omeprazole
penggunaan pada penyakit kronis. Berdasarkan keamanan dan pengamanan obat, obat
dikelompokan atas obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika, dan
obat narkotika.
Logo narkotik
(Opiat=O) adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, kehilangan
rasa, rangsangan semangat, halusinasi, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat
menimbulkan ketergantungan. Peredaran produk jadi obat narkotika dikemas dalam wadah
kemasan yang diberi bulatan berwarna hitam mengelilingi palang merah dengan dasar putih.
Obat Narkotika bersifat adiksi & penggunaannya diawasi dengan sangat ketat, sehingga
obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh di Apotek dengan menggunakan resep dokter
yang asli (bukan coppy resep). Bebeerapa contoh dari obat
Narkotik diantaranya : Morfin, Heroin, Coca, Codein, Methadone, Cannabis/marijuana/ganja.
Dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan
analgetika/obat penghilang rasa sakit.
9
6. Benzodiazepine. Kelompok obat ini juga dikenal sebagai penenang minor dan sedatif.
Yang banyak dikenal adalah diazepam (dengan nama valium) dan nitrazepam (dengan
nama mogadon).
7. Beta-antagonist. Obat jenis itu misalnya inhaler yang digunakan untuk melegakan
serangan asma, mengandung beta-antagonist.
8. Beta-blocker. Beta-adrenoreceptor sering disebut sebagai beta-blockers, bekerja untuk
jantung dan sistem sirkulasi darah. Fungsinya, mengurangi tekanan darah.
9. Calcium-channel blockers. Obat ini digunakan untuk masalah yang berhubungan
dengan jantung dan sistem peredaran darah, termasuk tekanan darah tinggi dan angina.
10. Kontrasepsi oral kombinasi. Merupakan salah satu dari banyak metode pencegahan
kehamilan. Dinamakan demikian karena obat tersebut merupakan kombinasi dari dua
jenis hormon perempuan, yaitu estrogen dan progesterone.
11. Obat untuk mata. Beberapa kelompok termasuk dalam obat untuk mata, seperti
glaukoma. Ada lima jenis obat yang digunakan untuk pengobatan glaukoma, yaitu
miotik, simpatomimetik, penghambat beta, penghambat karbonik anhydrase, dan
latanoprost.
12. H2 antagonist. Ada beberapa jenis obat untuk mengobati luka lambung dan salah cerna.
Satu yang terpenting adalah obat-obatan dari jenis H2 antagonist.
13. Hormone replacement therapy (terapi sulih hormon). Terapi ini direkomendasikan
kepada perempuan saat dan pasca menopause
14. Inhaler steroid. Obat inhaler jenis kortikosteroid atau steroid, digunakan untuk
mencedah terjadinya gejala asma.
15. Laksatif. Terdapat beberapa jenis obat laksatif yang bekerja dengan berbagai cara untuk
meredakan atau mencegah terjadinya konstipasi (sembelit), seperti jenis diuretik.
16. Nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) atau obat nonsteroid antiperadangan.
Biasa digunakan untuk mengurangi peradangan dan meredakan nyeri. Yang biasa
digunakan adalah ibuprofen.
17. Parasetamol. Merupakan pereda nyeri. Kekuatannya hamper sama, tetapi tidak bekerja
sebagai antiperadangan seperti aspirin.
18. Proton pump inhibitor, obat penghambat pompa proton. Merupakan jenis obat yang
digunakan dalam mengobati luka pada lambung dengan menghambat produksi asam
lambung.
19. Statin. Merupakan kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan kolesterol darah.
20. Steroid topical. Kortikosteroid topical atau dikenal dengan krim steroid, digunakan
pada kulit untuk meredakan eksim dan beberapa gangguan kulit lainnya.
10
- Sifat fisiko-kimia obat : bentuk dan ukuran molekul, kelarutan dalam air, kelarutan
dalam lemak, derajat ionisasi.
- Bioavailabilitas : adalah (ketersediaan hayati)
Jumlah obat (dalam persen terhadap dosis) yang mencapai sirkulasi sistemik dalam
bentuk utuh/aktif. Ketersediaan hayati digunakan untuk memberi gambaran mengenai
keadaan dan kecepatan obat diabsorpsi dari bentuk sediaan. Ketersediaan hayati suatu obat
dapat diukur pada pasien (secara in vivo) dengan menentukan kadar obat dalam plasma
darah dengan interval setiap jam sampai diperoleh kadar puncak dan kadar obat minimum
yang masih berefek Obat yang menghasilkan kadar obat sama antara kadar dalam darah
dan dalam jaringan, disebut mempunyai bioekivalensi. Bila tidak sama, disebut
mempunyai bioinekivalensi. Bila bioinekivalensinya lebih dari 10 % menimbulkan
inekivalensi terapi, terutama obat-obat yang indeks terapinya sempit (dosis terapi hampir
sama dengan dosis toksik) Tidak semua jumlah obat yang diabsorpsi dari tempat
pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik. Banyak faktor yang mempengaruhi
bioavailabilitas obat, terutama bila diberikan per oral, kemungkinan obat dirusak oleh
reaksi asam lambung atau oleh enzim-enzim dari saluran gastrointestinal.
BIOTRANSFORMASI
11
Biotransformasi atau metabolisme obat, adalah proses perubahan struktur kimia obat yang
terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses biotransformasi :
1. molekul obat diubah menjadi lebih polar sehingga mudah diekskresi melalui ginjal
2. pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga proses biotransformasi sangat berperan
dalam mengakhiri kerja obat
3. ada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif atau lebih toksik
4. ada obat yang merupakan calon obat ( pro drug ) yang baru aktif setelah mengalami
biotransformasi oleh enzim tertentu menjadi metabolt aktif yang selanjutnya akan
mengalami biotransformasi lebih lanjut atau diekskresi sehingga kerjanya berakhir
FARMAKODINAMIK
Cabang ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya
disebut farmakodinamik. (pengaruh obat terhadap organ-organ tubuh) Mekanisme kerja obat
yaitu :
1. Obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal (fisiologi) tubuh
2. Obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah
ada (ini tidak berlaku bagi terapi gen)
Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk :
1. meneliti efek utama obat
2. mengetahui interaksi obat dengan sel
3. mengetahui respon khas yang terjadi
4. Interaksi Obat Dengan Biopolimer
BAB III
PENUTUP
12
Pemberian infuse dan iv di RSIA dr Djoko Pramono adalahsemua pasien yang
masukrumah sakit dan dilakukan tindakan pemberian infuse dan injeksi.
13