Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MOUTH ULCER

Disusun Oleh:
Dhiya Anmar S G99181020
M. Salsabil L G99171030
Jonathan Billy C T G99172096
Tita Nur A G99171042
Maitsa Fatharani G99181042

Periode: 21 Januari 2019- 3 Februari 2019

Pembimbing:
Widia Susanti, drg., MKes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi,
fonetik, dan juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut merupakan
tempat paling rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai agen
berbahaya, seperti produk mikroorganisme, agen karsinogek dan rentan terhadap
trauma fisik, kimiawi, dan mekanis.
Ulkus merupakan hilangnya seluruh ketebalan epitel sehingga jaringan
ikat dibawahnya terbuka, biasanya disebabkan oleh peradangan yang menembus
membran mukosa atau kulit, sedangkan traumatik merupakan suatu kejadian yang
berhubungan dengan adanya trauma. Ulkus juga dapat diartikan sebagai
kerusakan epitel rongga mulut yang menyebabkan terbukanya ujung saraf bebas
pada lamina propia dan menyebabkan rasa nyeri pada penderita. Ulkus pada mulut
merupakan manifestasi akhir dari berbagai keadaan. Ulkus pada mulut bisa
disebabkan karena trauma, gangguan imunologi (HIV dan leukemia), infeksi
(herpes, TBC, sifilis), kanker, dan defisiensi vitamin. Dari keadaan diatas, yang
paling sering menyebabkan ulkus pada mulut adalah trauma.
Trauma bisa terjadi akibat jejas secara mekanis, kimiawi dan termal.
Penyebab trauma secara kimiawi antara lain terpapar makanan terlalu asam atau
faktor iatrogenik yang menyebabkan iritasi lokal. Penggunaan aspirin dapat
mengiritasi mukosa mulut yang biasa dikenal dengan sebutan aspirin burn.
Paparan bahan etsa gigi secara tidak sengaja juga dapat menyebabkan sensasi
terbakar pada mukosa mulut. Prosedur bleaching gigi yang mengandung 30%
hidrogen peroksida juga dapat menimbulkan jejas kimiawi pada mukosa mulut.
Penggunaan mouthwash dengan kandungan alkohol tinggi dapat mengakibatkan
efek serupa.
Trauma mekanisdapat terjadi karena gigi yang tajam atau patah, luka
akibat penggunaan alat-alat kedokteran gigi, cara menggosok gigi yang kurang
tepat, bibir yang tergigit, dan subluksasi dari gigi. Lesi tersebut sering ditemukan
pada area tepi lidah, mukosa pipi, mukosa bibir, area yang bersebelahan dengan
gigi yang karies atau patah, juga pada tepi plat gigi tiruan atau ortodontik. Ulkus
pada mulut yang dikarenakan hal seperti ini dapat kembali sembuh segera setelah
factor penyebabnya sudah tidak ada atau tidak terkena trauma lagi. Sedangkan
ulkus pada mulut yang merupakan manifestasi dari penyakit sistemik, dapat
sembuh jika kita sudah mengatasi penyakit sistemik tersebut. Pasien yang
menderita ulkus pada mulut lebih dari 3 minggu disarankan untuk dilakukannya
biopsy atau pemeriksaan penunjang lainnya, untuk mengeluarkan kemungkinan
keganasan.
Dalam mendiagnosa ulkus pada mulut anamnesa merupakan langkah awal
yang penting untuk menyingkirkan ulkus mulut yang dikarenakan penyakit
sistemik, juga riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa biopsy, XRay rongga mulut,
dan lain lain.
Mendiagnosis penyebab umum ulkus pada mulut yang didapatkan pada
gejala klinis termasuk nyeri mulut, bau mulut, rahang bengkak, gigi fraktur,
perdarahan gusi, patch tidak biasa atau ruam di mulut, di bibir, maupun lidah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ulkus mulut merupakan kondisi inflamasi pada mukosa mulut,
terbentuk akibat adanya kerusakan jaringan epitel mukosa yang menyebabkan
terbukanya syaraf tepi pada lapisan lamina propia sehingga menimbulkan rasa
nyeri. Ulkus dapat dibedakan dengan erosi berdasarkan tingkat kedalaman
cekungan, karena ulkus lebih dalam dibandingkan dengan erosi. Ulkus mulut
dapat berupa ulkus akut, kronis atau kambuhan dengan lesi tunggal atau
banyak. Pada kondisi akut terjadi inflamasi akut ulkus tertutup eksudat
kuning putih, dilingkari halo eritematous, ada rasa sakit clan tenderness.
Kondisi kronis biasanya tanpa atau sedikit sakit, ulkus tertutup membran
warna kuning, tepi meninggi, terjadi hiperkeratosis, indurasi dan scar, serta
inflamasi kronis.
B. Etiologi
Etiologi ulkus mulut bervariasi, antara lain karena infeksi bakteri, virus,
jamur dan parasit, kekurangan nutrisi seperti vitamin B kompleks, B12 dan
zat besi, gangguan sistemik seperti gangguan sistem imun dan sistem
pencernaan, trauma, alergi, neoplasma, psikosomatik dan genetik. Beberapa
tipe ulkus pada mulut diantaranya ulkus mulut karena trauma, recurrent
aphthous stomatitis (RAS), Herpes Simpleks, Oral linchen Planus dan
Gingivostomatitis.
C. Patogenesis
Ulkus pada mulut merupakan defek pada epitel dan dasar jaringan
pengikat atau keduanya, yang disebabkan oleh berbagai macam faktor
(Sivapathasundharam B et al., 2018; Mortazavi et al., 2016). Sebagian besar
ulkus pada mulut menandakan trauma kronis pada mulut, beberapa
menandakan adanya gangguan sistemik seperti gangguan pada saluran
pencernaan, keganasan, abnormalitas sistem imun, atau penyakit subkutan.
Ulkus dapat terjadi karena pecahnya suatu vesikel maupun bulla. Pada ulkus
oral mempunyai penampakan klinis yang mirip namun mereka mempunyai
etiologi yang berlainan yaitu dari reaksi reaktif dapat menjadi neoplastik
(Mortazavi et al., 2016).
Ulkus pada mulut merupakan akibat dari inflamasi atau peradangan
pada mukosa mulut, yang meliputi :
1. Dilatasi arteriol yang kadang-kadang didahului vasokontriksi
singkat.
2. Aliran darah menjadi cepat dalam arteriol, kapiler, dan venula.
3. Dilatasi kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler.
4. Eksudasi cairan yaitu keluarnya cairan radang melalui membran
luka termasuk semua protein plasma seperti albumin, globulin, dan
fibrinogen.
5. Konsentrasi sel darah merah dalam kapiler.
6. Stasis atau aliran darah menjadi lambat, kadang–kadang aliran
darah berhenti atau yang disebut stagnasi komplit.
7. Orientasi periferal sel darah putih pada dinding kapiler.
8. Eksudat dari sel darah putih dari dalam pembuluh darah ke fokus
radang. Sel darah putih yang pertama keluar adalah
polimorfonuklear, kemudian monosit, limfosit dan sel plasma.
Urutan kejadian pada pembuluh darah ini merupakan proses yang
kompleks dan dinamis, sehingga sering perubahan di atas terjadi
bersamaan. Oleh karena itu, proses radang dikelompokkan dalam
tiga kejadian yang saling berhubungan, yaitu perubahan pada
pembuluh darah atau perubahan hemodinamik, eksudasi cairan atau
perubahan permeabilitas, dan eksudasi seluler atau perubahan sel
leukosit. Setiap ada cidera, terjadi rangsangan untuk dilepaskannya
zat kimia tertentu yang akan menstimulasi terjadinya perubahan
jaringan pada reaksi radang tersebut. Walaupun belum diketahui
secara pasti, tetapi salah satu zat yang dimaksud adalah histamin.
Selain itu ada pula zat lainnya misalnya, serotonin atau 5-
hidroksitritamin, globulin tertentu, nukleosida, dan nukleotida. Zat-
zat ini akan tersebar di dalam jaringan dan menyebabkan dilatasi
pada arteriol

D. Klasifikasi
Ulkus pada mulut dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok mayor
yaitu akut, kronik dan berulang. Kemudian dapat dibagi kembali menjadi 5
subkelompok, yaitu akut soliter, akut multipel, kronik soliter, kronik multipel,
dan multipel/soliter berulang, berdasarkan pada jumlah dan lamanya lesi
(Mortazavi et al., 2016). Ulkus akut biasanya terjadi tidak lebih dari tiga
minggu, sedangkan ulkus kronis bertahan selama berminggu-minggu dan
berbulan-bulan (Sivapathasundharam B et al., 2018).

Gambar 1. Penentuan klasifikasi ulkus pada mulut (Mortazavi et al., 2016)


Gambar 2. Ulkus mulut pada Recurrent Aphthous Stomatitis

Gambar 3. Ulkus mulut karena trauma

Gambar 4. Ulkus yang disebabkan karena obat (a) lidah (b) palatum
Gambar 5. Ulkus akibat herpes zoster

E. Gejala dan Tanda


Beberapa tanda dari ulkus pada mulut :
1. Satu atau lebih luka yang dangkal dan terasa nyeri, dengan lapisan
berwarna putih dan tepi yang berwarna merah.
2. Terdapat pada mukosa dan dasar dari gusi.
3. Terkadang disertai demam, lesu, dan pembengkakan pada limfonodi.

F. Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan fisik permukaan mukosa mulut yang mengalami ulserasi
dihitung menggunakan Ulcer Severity Score (USS) meliputi jumlah , ukuran,
durasi, periode bebas ulkus, lokasi , dan nyerinya.
Pemeriksaan lab juga membantu dalam diagnosis, meliputi :
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan HIV
3. Pemeriksaan Tzank test/ pemeriksaan virus
4. Pemeriksaan kadar besi, feritin, folat, vit.B 1, B2, B6, B12,
hemocystein
G. Tatalaksana
Terapi stomatitis khususnya yang rekuren tidak memuaskan dan tidak
ada yang pasti. Terapi dilakukan secara simptomatik.
Pentalaksanaan pada ulkus mulut tergantung pada penyebabnya.
1. Ulkus mulut karena trauma
Secara umum pengobatan yang dilakukan dengan pemberian obat
yang bersifat farmakologis dan non farmakologis yang bertujuan
menjaga kebersihan mulut, mengganti obat yang menimbulkan reaksi
alergi, mencegah infeksi sekunder dan timbulnya jamur serta
mengurangi peradangan. Terapi untuk ulkus traumatikus dapat
dilakukan dengan cara cara menghilangkan penyebab lokal dan
apabila diperlukan dapat menggunakan obat-obatan secara topikal
seperti kortikosteroid untuk mengurangi peradangan, obat kumur
mengandung anti septik seperti klorheksidin gluconat 0,2 % atau
benzidamin hidroklorid, diklonin. Sediaan kimiawi (farmakologis)
yang beredar dipasaran saat ini adalah sediaan bahan yang
mengandung PVP (polivinilpirolidon) yang berfungsi membentuk
suatu lapisan tipis diatas ulkus sehingga menutupi dan melindungi
akhiran saraf yang terbuka. Lapisan tipis ini dapat mengurangi rasa
nyeri dan mencegah iritasi pada ulkus, akan tetapi sediaan obat ini di
kontra indikasikan pada penderita ulkus yang hipersensitif terhadap
komponen obat tersebut (Sunarjo et al, 2015).
2. Recurrent aphthous stomatitis (RAS)
Recurrent aphthous ulceration dapat terjadi dalam tiga bentuk:
a. Minor recurrent aphthous ulceration : ini adalah bentuk paling
umum, sekitar 80-90% kasus. Ulkus biasanya bulat atau oval dan
terjadi pada mukosa mulut non keratin. Dengan demikian, mereka
cenderung terjadi pada bibir dan pipi mukosa dan margin lateral
lidah, dorsum lidah, langit-langit dan gingiva. Dalam sulkus bukal
atau labial ulkus berbentuk linear. Satu sampai lima ulkus biasanya
terjadi pada satu waktu dengan ukuran sekitar 5 mm. ulkus sembuh
tanpa bekas setelah 1 sampai 2 minggu dan kemudian kambuh,
biasanya pada interval beberapa minggu atau bulan, meskipun
beberapa pasien tanpa ulkus.
b. Major recurrent aphthous ulceration : sekitar 5-10% kasus dengan
ulkus yang mirip minor recurrent aphthous ulceration, tetapi terjadi
pada setiap bagian dari mukosa mulut termasuk daerah mukosa
berkeratin seperti palatum durum dan dorsum lidah serta orofaring
dan dapat lebih besar dari 10 mm. Satu atau dua ulkus umumnya
terjadi pada satu waktu. Biasanya cenderung persisten, yang
berlangsung selama setidaknya satu bulan, sembuh dengan jaringan
parut, dan kemudian dapat kambuh kembali.
c. Ulkus Herpeticom : memiliki prevalensi yang mirip dengan major
recurrent aphthous ulceration. Bentuk ulserasi dimulai dengan
ulkus bulat kecil, sekitar 1 mm diameter yang muncul dalam
jumlah besar (hingga 100) kemudian bersatu menghasilkan ulkus
lebih besar dengan margin yang tidak teratur. Biasanya terjadi pada
mukosa nonkeratin tetapi bagian lain dari mukosa mulut mungkin
bisa terkena. Ulkus dapat sembuh dalam waktu dua minggu (tanpa
jaringan parut) dan kemudian kambuh (Pertiwi NK, 2016).

Terapi RAS pada prinsipnya memperbaiki faktor predisposisi, menjaga kebersihan


mulut dengan kumur chlorhexidine atau triclosan, dan kortikosteroid topikal bila
diperlukan.
a. Vitamin
Mengkombinasikan antara vitamin B1 (Tiamin) dan vitamin
B6 (phyridoxine)
b. Obat Kumur
Klorheksidin glukonat, benzydamine hidrochloride dan
carbenoxolone disodium.
c. Kortikosteroid topikal
Diantara kortikosteroid topikal yang dipakai adalah
hidrokortison hemisuksinat, triamcinolone acetonide,
fluocinonide, bethamethasone sodium phosphate,
betamethasone valerate dan sebagainya. Penelitian baru-bari
ini menyatakan topical cyclosporine cukup efektif untuk
pengobatan SAR.

d. Antimikroba
Yang biasa dipakai tetrasiklin secara topikal.
e. Imunomodulator
Penggunaan levamisole, faktor transfer, colchicine,
gammaglobulin, dapsone dan thalidomide dianjurkan untuk
ulserasi yang sangat serius.
3. Ulkus mulut pada herpes simpleks
a. Obat sistemik
Obat antivirus untuk gingivostomatitis herpetika primer adalah
acyclovir 200 mg, sedangkan untuk Herpes Simpleks rekuren
adalah famcyclovir dan valacyclovir.
b. Obat topikal
Untuk pasien Herpes Simpleks Rekuren (herpes Labialis )
beberapa obat topikal yang digunakan adalah topikal acyclovir
krem 5 %. Panciclovir krem 1% mulai diberikan pada saat
gejala awal timbul atau dengan Docosanol krem 10 % .
c. Untuk mengeringkan luka baik pada gingivostomatitis
herpetika primer dan herpes simpleks rekuren dapat diberikan
zat pengering antiseptik seperti povidoniodine.
d. Terapi suportif
 Pemberian aspirin atau asetaminofen dalam dosis yang
adekuat pada serangan primer untuk mengatasi demam dan
mengurangi rasa sakit
 Pemberian cairan untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam tubuh agar tidak terjadi
dehidrasi dan asidosis yaitu dengan pemberian infus ringer
laktat
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian vitamin
 Bayi dan anak-anak yang tidak mau makan dan minum
karena mengalami rasa sakit pada mulut harus mendapat
perhatian dan dirujuk ke dokter spesialis anak untuk
memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan
meningkatkan daya tahan tubuh
 Istirahat
4. Ulkus mulut karena kandidiasis
a. Menghindari faktor predisposisi
Lesi-lesi lokal paling baik diobati dengan menghilangkan
penyebabnya, yaitu menghindari basah, mempertahankan
daerah-daerah tersebut tetap sejuk, berbedak dan kering dan
penghentian pemakaian antibiotik.
b. Terapi topikal
1) Larutan ungu gentian ½-1 % untuk selaput lendir, 1-2
% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari
2) Nistatin, berupa krim, salap, emulsi
3) Amfoterisin B
4) Grup azol antara lain :
 Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
 - Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
 - Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
 - Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
 - Antimikotik lain yang berspektrum luas
c. Terapi sistemik
1) Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal
dalam saluran cerna. Pemberian nistatin melalui mulut
tidak diabsorpsi, tetap dalam usus dan tidak
mempunyai efek pada infeksi Candida sistemik.
2) Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis
sistemik. Amfoterisin B yang disuntikkan secara
intravena, merupakan usaha pengobatan efektif yang
telah diterima untuk sebagian besar bentuk kandidiasis
yang mengenai organ dalam. Amfoterisin B diberikan
dalam kombinasi dengan flusitosin melalui mulut
untuk menambah efek pengobatan pada kandidiasis
diseminata.
3) Ketokonazol bersifat fungistatik. Ketokonazol
menimbulkan respons terapeutik yang jelas pada
beberapa penderita infeksi Candida sistemik, terutama
pada kandidiasis mukokutan. Terapi ketokonazol
adalah obat pilihan untuk pengendalian jangka panjang
untuk kandidiasis mukokutan kronik. Anti jamur grup
azol menghambat pembentukan ergosterol dengan
mem blok aksi 14-alpha-demethylase.
5. Ulkus mulut pada gingivostomatitis
a. Debridement
b. Antibiotik
Tindakan pencegahan timbulnya ulkus rekuren dapat dilakukan
diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut, menghindari stres serta
mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan
zat besi. Menjaga kebersihan rongga mulut dapat juga dilakukan dengan
berkumur-kumur menggunakan air garam hangat atau obat kumur. Ulkus rekuren
juga dapat dicegah dengan mengutamakan konsumsi makanan kaya serat seperti
sayur dan buah yang mengandung vitamin C, B12, dan mengandung zat besi.

H. Prognosis
Ulkus mulut karena trauma biasanya dapat sembuh dalam beberapa
hari. Ulkus yang tidak sembuh pada 2 sampai 3 minggu dapat dibiopsi untuk
menyingkirkan kemungkinan keganasan. Sedangkan recurrent aphthous
stomatitis di terapi dalam 1 minggu sampai 10 hari.
I. Komplikasi
Ulkus mulut yang tidak diobati atau pengobatan yang tidak adekuat
akan memicu infeksi sekunder, perluasan inflamasi, sampai abses.
DAFTAR PUSTAKA

Casigli, Jeffrey et al. (2011). Oral Manifestations of Systemic Diseases. Emedicine.


Available at: https://emedicine.medscape.com/article/%201081029-
overview#showall. [Accessed 23 Januari 2019].
Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Andy Setiawan dkk., penerjemah;Hemi
Koesoemawati, penyunting. Ed ke-29. Jakarta: EGC; 2002. Terjemahan dari
Dorland’s Illustrated Medical Dictionary.
Gallo Cde B, Mimura MA, Sugaya NN. Psychological stress and recurrent
aphthous stomatitis. Clinics (Sao Paulo). 2009. 64(7):645-8. [Medline].
Gandolfo, Sergio dkk. Oral Medicine. Ed ke-2. Churchill Livingstone: Elsevier;
2006: 1, 26-29.
Hscbusiness.hscni.net. (2018). Minor Ailments Scheme Algorithms & Information
Sheets. [online] Available at:
http://www.hscbusiness.hscni.net/pdf/MASMouth_Ulcers_Oct12_3.pdf
[Accessed 23 Januari 2019].
Miller-Keane Encyclopedia and Dictionary of Medicine, Nursing, and Allied
Health. 7th ed. 2003. Stomatitis. Philadelphia: W.B. Saunders.
Mortazavi, H., Safi, Y., Baharvand, M. and Rahmani, S., 2016. Diagnostic
features of common oral ulcerative lesions: an updated decision
tree. International journal of dentistry, 2016.
North East Valley Division of General Practice. (2006). Mouth Ulcers.[online]. Available at :
http://www.disability.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/ pages/Mouth_ulcers?open. [
Accessed 23 Januari 2019].
Pertiwi NK. 2016. Pasien Dengan Ulkus Yang Bersifat Rekuren Pada Mukosa
Rongga Mulut. [skripsi]
Roberts G, 2009. Traumatic ulcers. University of arkansas Fort Smith, College of
Health Sciences. http://www.zhub.com/pathology/listings/34.html
Scully, 2005. Aphthous and other common ulcers. BRITISH DENTAL
JOURNAL VOLUME 199.
Sivapathasundharam B et al. 2018. Oral Ulcers - A Review. Journal of Dentistry
& Oral Disorders. volume 4(4).
Sunarjo L, Hendari R, Rimbyastuti H. 2015. Manfaat xanthone terhadap
kesembuhan ulkus rongga mulut dilihat dari jumlah sel pmn dan
fibroblast. ODONTO Dental Journal. Volume 2(2) : 14-21.
T. Axéll, V. Henricsson. (2005). The occurrence of recurrent aphthous ulcers in an
adult Swedish population. [online]. Available at :
http://www.mendeley.com/research/the-occurrence-of-recurrent-aphthous-ulcers-in-
adult-swedish-population/ [Accessed 23 Januari 2019].
Tarakji B, Gazal G, Al-Maweri SA, Azzeghaiby S, Alaizari N. 2015. Guideline
for the diagnosis and treatment of recurrent aphthous stomatitis for
dental practitioners. J Int Oral Health. Volume 7(5): 74–80.

Anda mungkin juga menyukai