Anda di halaman 1dari 4

Pasal 14 UUD 1945 menyebutkan:

Ayat 1, Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung.

Ayat 2, Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.

Berbeda dengan UUD 1945 sebelum amandemen yang menjadikan semua hak tersebut sebagai
kewenangan absolut dari Presiden, pada UUD 1945 hasil amandemen ini, kewenangan itu harus
dikonsultasikan dengan MA dan DPR. Lantas, apakah itu grasi, rehabilitasi, amnesti dan abolisi?

Grasi

Dasar hukum pemberian grasi adalah UU Nomor 22 Tahun 2002 yang kemudian diubah dengan UU
Nomor 5 Tahun 2010. Menurut Pasal 1 UU Nomor 22 Tahun 2002, grasi adalah pengampunan berupa
perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang
diberikan oleh Presiden.

Dalam ilmu hukum, grasi merupakan upaya hukum luar biasa (bersama dengan peninjauan kembali) dari
seorang terpidana yang telah melewati proses hukum biasa, yaitu pengadilan tingkat pertama, banding
dan kasasi.

Grasi dibutuhkan karena dapat meminimalisir kekhawatiran akan munculnya vonis yang dijatuhkan
hakim tidak sesuai dengan tingkat kesalahan terpidana. Selain itu, grasi juga bisa menjadi solusi atas
kealpaan majelis hakim dalam proses persidangan di peradilan pidana.

Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah tindakan yang diambil Presiden dalam rangka mengembalikan hak seseorang yang
telah hilang karena suatu keputusan hakim yang ternyata kesalahan yang dilakukan orang tersebut tidak
seberapa dibandingkan dengan perkiraan semula atau bahkan tidak bersalah sama sekali.

Rehabilitasi dirasa perlu diberikan karena vonis yang dijatuhkan sebagai terpidana akan sangat
mengganggu kondisi kejiwaan seseorang. Apalagi kalau kemudian vonis itu dijatuhkan tanpa memiliki
bukti yang kuat atau proses yang adil.

Karena itu, kewenangan untuk memperbaiki nama, hak, dan citra seseorang yang terlanjur dihubungkan
dengan perkara hukum tetapi tidak dapat dibuktikan keterlibatannya atau sangkaan yang salah,
diserahkan pada Presiden.

Amnesti

Secara umum, amnesti adalah sebuah tindakan hukum yang dilakukan Presiden untuk mengembalikan
status tak bersalah kepada orang yang sudah dinyatakan bersalah secara hukum sebelumnya.

Amnesti ini diberikan kepada orang-orang yang sudah ataupun belum dijatuhi hukuman, yang sudah
ataupun yang belum diadakan pengusutan atau pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut.

Amnesti agak berbeda dari hak Presiden di bidang yudikatif lainnya, karena ditujukan kepada orang
banyak. Misalnya, pemberian amnesti untuk pidana yang bersifat politik, seperti pemberontakan atau
suatu pemogokan kaum buruh yang membawa akibat luas terhadap kepentingan negara.

Biasanya pula, amnesti diberikan tanpa syarat. Oleh karena itu, dalam pemberiannya, amnesti tidak bisa
diberikan secara sembarangan, tetapi harus melalui pertimbangan yang panjang serta adanya jaminan
bahwa kelompok tersebut tidak lagi melakukan perbuatan yang merugikan negara.

Abolisi
Abolisi berasal dari bahasa Inggris, abolition, yang berarti penghapusan atau pembasmian, yang secara
hukum diartikan sebagai peniadaan tuntutan pidana. Artinya, abolisi merupakan suatu keputusan dari
Presiden untuk menghentikan pengusutan dan pemeriksaan suatu perkara, di mana pengadilan belum
menjatuhkan keputusan terhadap perkara tersebut.

Presiden memberikan abolisi dengan pertimbangan demi alasan umum mengingat perkara yang
menyangkut para tersangka tersebut terkait dengan kepentingan negara yang tidak bisa dikorbankan
oleh keputusan pengadilan.

Dengan kata lain, abolisi merupakan sebuah upaya dari Presiden untuk menghentikan proses
pemeriksaan dan penuntutan kepada seorang tersangka, karena dianggap pemeriksaan dan penuntutan
tersebut dapat mengganggu stabilitas pemerintahan.

Hak dan Kewajiban Presiden

Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD ( Pasal 4 ayat 1 )

Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri ( pasal 17 ayat 2 )

Menetapkan peraturan pemerintahan ( Pasal 5 ayat 2 )

Membuat perjanjian internasional lainnya, dengan persetujuan DPR ( pasal 11 ayat 2 )

Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL dan AU ( Pasal 10 )

Memberi grasi dan rehabilitas dengan memperhatikan pertimbangan MA ( Pasal 14 ayat 1 )

Menyatakan keadaan bahaya ( Pasal 12 ) Mengangkat duta dan konsul ( Pasal 13 ayat 1 ).

Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 13 ayat 2 )

Menerima penempatan duta Negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 13 ayat 3 )

Memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta
berbakti kepada Nusa dan Bangsa ( Pasal 9 ayat 1 )

Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 14 ayat 2 )

Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan persetujuan DPR (
Pasal 11 ayat 1 )

Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dalam UU ( pasal 15 )
Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada
presiden ( Pasal 16 )

Berhak mengajukan RUU kepada DPR ( Pasal 5 ayat 1 )

Anda mungkin juga menyukai