A. SYIRKAH
1. Pengertian Syirkah
Menurut bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih
hingga tidak dapat dibedakan antara bagian satu dengan yang lainnya.
Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang
telah bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
2. Dasar Hukum
ِ اإل ثْ ِم َواْلعُ ْد َو
)2 : ان ( ا لمائدة َ علَى ْال ِب ِ ِّر َو الت َّ ْقو ى َو لَ تَ َعا َو نُ ْوا
ِ علَى َ َو ت َ َع َاو نُ ْوا
Artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Q.S. Al-Maidah : 2)
َّ قَا َل. سلَّ َم
َللاُ تَ َعا َلى َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُللا ِّ س ْو ُل
َ َِللا ُ قَا َل َر: ع ْنهُ قَا َل َّ ى
َ َُللا ِ ع ْن أ َ ِبى ُه َر ي َْر ة َ َر
َ ض َ
اء ْن خَا نَهُ خ ََر ْجتُ ِم ْن بَ ْينِ ِه َما (رواه َ َ
َ ش ِر ْي َكي ِْن َمال ْم َي ُخ ْن أ َحدُ ُه َما
ِ َصا ِحبَهُ ف ُ َ
َّ أ نَا ثا ِلث ال:َ
)أبوداود
Artinya:
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT berfirman “Aku
(Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, selama salah seorang di antaranya
tidak menghianati yang lain. Apabila salah seorang diantaranya menghianati yang lainnya,
maka Aku keluar dari perserikatan itu.” (H.R. Abu Dawud).
3. Rukun Dan Syarat Syirkah
a. Akad/Perjanjian/Kesepakatan/Shigat
Syarat: Dapat dimengerti oleh semua orang yang bersyarikat untuk melakukan jenis usaha tertentu dan
biasanya dituangkan dalam bentuk akta notaris.
4. Macam-Macam Syirkah
a. Syirkah Amlak (Syirkah Hak Milik)
Yaitu, persekutuan antara dua orang atau lebih dalam kepemilikan salah satu barang
dengan salah satu sebab kepemilikan, seperti jual beli, hibah atau warisan.
Syirkah Ikhtiar
Yaitu, perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum orang yang berserikat.
Contoh: Dua orang sepakat membeli satu barang atau dua orang yang bekeja sama secara sukarela untuk
mengelola warnet
Syirkah Jabr
Yaitu, perserikatan yang muncul secara paksa, bukan atas keinginan orang yang
berserikat.
Contoh: Harta warisan yang mereka terima dari bapaknya yang sudah wafat. Harta warisan tersebut
menjadi hak milik bersama bagi mereka yang memiliki hak warisan.
Syikah Wujud
Yaitu, syirkah yang dilakukan dua pihak atau lebih untuk membeli sesuatu dengan
mempergunakan nama baik mereka secara berhutang. Bila menghasilkan keuntungan, mereka
bagi berdua.
Syirkah Mudabarah
Yaitu, persetujuan antara pemilik modal dan seorang pekerja untuk mengelola uang
pemilik modal dalam perdagangan tertentu.
Contoh: A memberikan modalnya sebesar Rp 10 juta kepada B yang bertindak sebagai pengelola modal
dalam usaha perdagangan umum (misal, usaha toko kelontong).
Syirkah Abdan
Yaitu, syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing hanya memberikan
konstribusi kerja, tanpa konstribusi modal.
Contoh: Kerjasama sesama dokter di klinik, atau sesama tukang jahit atau tukang cukur dalam salah
satu pekerjaan.
Syirkah Mufawadah
Yaitu, syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan 4 macam syirkah (Inan,
Wujuh, Mudabarah, Abdan).
6. Hikmah Bersyirkah
a. Adanya rasa saling tolong menolon.
b. Saling membantu dalam kebaikan.
c. Menjauhi sifat egoisme.
d. Menumbuhkan rasa saling percaya
e. Menyadari kelemahan dan kekurangan dan
f. Menimbulkan keberkahan dalam usaha jika tidak berkhianat dan lain sebagainya.
2. Landasan Hukum
a. QS Al Baqarah ayat 275
b. QS Al Baqarah ayat 198
َّ َوأ َ َح َّل
ِّ َّللاُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم
)275 :الربَا (البقرة
Artinya:
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS.Al-Baqarah ayat
275).
Khadis terkait:
Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila dua orang melakukan jual beli
maka masing-masing orang mempunyai hak khiyar (memilih antara membatalkan atau
meneruskan jual beli selama mereka belum berpisah dan masih bersama atau selama salah
seorang di antara keduanya tidak menentukan khiyar pada yang lain, lalu mereka berjual beli
atas dasar itu, maka jadilah jual beli itu. Jika mereka berpisah setelah melakukan jual beli dan
masing-masing orang tidak mengurungkan jual beli, maka jadilah jual beli itu." (Muttafaq
Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim).
d. Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sekarang ini berupa uang)
Syaratnya:
Harga jual yang disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli.
Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-Muqayadah (nilai tukar barang yang dijual
bukan berupa uang, tetapi berupa barang) dan tidak boleh ditukar dengan barang haram.
b. Salam
Jual beli barang secara tunai dengan penyerahan barang ditunda sesuai dengan kesepakatan.
c. Istisna
Jual beli barang dengan pemesanan dan pembayarannya pada waktu pengambilan barang.
d. Istijar
Jual beli antara penjual dengan penyuplai barang.
C. PERBANKAN SYARIAH
1. Pengertian Perbankan Syariah
Perbankan syariah atau perbankan Islam (Arab: المصرفية اإلسالميةal-Mashrafiyah al-
Islamiyah) adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam
(syariah).
2. Prinsip-Prinsip
Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk
meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta
larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram).
Sistem perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam
investasinya, misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman
haram, usaha media atau hiburan yang tidak Islami
Prinsip hukum Islam melarang unsur-unsur di bawah ini dalam transaksi-transaksi
perbankan tersebut:
a. Perniagaan atas barang-barang yang haram,
b. Bunga (riba),
c. Perjudian dan spekulasi yang disengaja (ميسmaisir), serta
d. Ketidakjelasan dan manipulatif ( غررgharar).
3. Riba
Makna harfiyah dari kata riba , yaitu pertambahan, kelebihan, pertumbuhan atau
peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta
pokok atau modal secara bathil. Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang
keharaman riba, diantaranya:
4. Sejarah Perekonomian
Suatu bentuk awal ekonomi pasar dan merkantilisme oleh beberapa ekonomi disebut
sebagai "kapitalisme Islam", telah berkembang antara abad ke-8 dan ke-12
Laporan dari International Association of Islamic Banks dan analisis Prof. Khursid
Ahmad menyebutkan bahwa hingga tahun 1999 telah terdapat lebih dari 200 lembaga keuangan
Islam yang beroperasi di seluruh dunia, yaitu di negara-negara dengan mayoritas penduduk
muslim serta negara-negara lainnya di Eropa, Australia, maupun Amerika.
Diperkirakan terdapat lebih dari AS$ 822.000.000.000 aset di seluruh dunia yang
dikelola sesuai prinsip-prinsip syariah, menurut analisis majalah The Economist.
Ini mencakup kira-kira 0,5% dari total estimasi aset dunia pada tahun
2005. Analisis Perusahaan Induk CIMB Group menyatakan bahwa keuangan syariah adalah
segmen yang paling cepat tumbuh dalam sistem keuangan global, dan penjualan obligasi
syariah diperkirakan meningkat 24 persen hingga mencapai AS$ 25 miliar pada 2010.
Deposito Mudharabah
Nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu yang tertentu. Keuntungan dari
investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah
dengan nisbah bagi hasil tertentu.
b. Bagi Hasil
Al-Musyarakah (Joint Venture)
Konsep ini diterapkan pada model partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih
akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio
ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah
dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah tidak
ada campur tangan.
Al-Mudharabah
Perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan
dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak
Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.
Al-Muzara'ah
Bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidang pertanian atau
perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil panen.
Al-Musaqah
Bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana nasabah hanya bertanggung-jawab
atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah
tertentu dari hasil panen.
c. Jual Beli
Bai' Al-Murabahah
Penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan
pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan
sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank dan pengguna jasa dapat mengangsur barang
tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran sama dengan harga
pokok ditambah margin yang disepakati.
Bai' As-Salam
Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus diukur dan ditimbang secara jelas
dan spesifik dan penetapan harga beli berdasarkan keridhaan yang utuh antara kedua belah
pihak
Bai' Al-Istishna'
Merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang bisa dibayar saat kontrak,
dibayar secara angsuran atau dibayar di kemudian hari. Bank mengikat masing-masing kepada
pembeli dan penjual secara terpisah, tidak seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara
bersama sejak semula. Dengan demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan barang
bertanggung-jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan jaminan yang
timbul dari transaksi tersebut.
d. Sewa
Al-Ijarah
Adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
e. Jasa
Al-Wakalah
Adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan akad (perwakilan)
yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam syariat Islam.
Al-Kafalah
Adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, dengan kata lain mengalihkan
tanggung jawab seorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai jaminan.
Al-Hawalah
Adalah akad perpindahan dimana dalam prakteknya memindahkan hutang dari
tanggungan orang yang berhutang menjadi tanggungan orang yang berkewajiban membayar
hutang. Contoh: lembaga pengambilalihan hutang.
Ar-Rahn
Adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah yang merupakan akad gadai yang
sesuai dengan syariah.
Al-Qardh
Adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan syariah yang tidak lain
adalah memberikan pinjaman baik berupa uang ataupun lainnya tanpa mengharapkan imbalan
atau bunga (riba).
6.
Perbedaan Bank Syariah Dan Konvensional
7. Bank
Syariah
D. ASURANSI
1. Pengertian Asuransi
Asuransi ialah jaminan atau perdagangan yang diberikan oleh penanggung kepada yang
bertanggung untuk risiko kerugian sebagai yang ditetapkan dalam surat perjanjian bila terjadi
kebakaran, pencurian, kerusakan dan sebagainya ataupun mengenai kehilangan jiwa atau
kecelakaan lainnya dengan yang tertanggung membayar premi sebanyak yang di tentukan
kepada penanggung tiap-tiap bulan.
2. Unsur Asuransi
a. Pihak tertanggung (Insured)
Pihak yang berjanji membayar uang kepada pihak penanggung.
d. Kepentingan (Interest)
3. Macam-macam Asuransi
a. Asuransi ditinjau dari aspek peserta
Asuransi Pribadi
Yaitu, asuransi yang dilakukan oleh seseorang untuk menjamin dari bahaya tertentu. Asuransi
ini mencakup hampir seluruh bentuk asuransi, selain asuransi sosial.
Asuransi Sosial, yaitu asuransi (jaminan) yang diberikan kepada komunitas tertentu, seperti
pegawai negri sipil (PNS), anggota ABRI, orang-orang yang sudah pensiun, orang-orang yang
tidak mampu dan lain-lainnya.
Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa adalah sebuah janji dari perusahaan asuransi kepada nasabahnya bahwa
apabila si nasabah mengalami risiko kematian dalam hidupnya, maka perusahaan asuransi akan
memberikan santunan dengan jumlah tertentu kepada ahli waris dari nasabah tersebut.
Asuransi jiwa biasanya mempunyai tiga bentuk, yaitu:
1) Term assurance (Asuransi Berjangka)
Term assurance adalah bentuk dasar dari asuransi jiwa, yaitu polis yang menyediakan
jaminan terhadap risiko meninggal dunia dalam periode waktu tertentu.
Asuransi Syariah
Adalah suatu pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan Syariah, tolong
menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator.
2) Asuransi yang bersifat sosial di perbolehkan dan yang bersifat komersial diharamkan.
Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah. Alasan kelompok
ketiga ini sama dengan kelompok pertama dalam asuransi yang bersifat komersial dan sama
pula dengan alasan kelompok kedua dalam asuransi yg bersifat sosial.
b. Akad yang dilaksanakan pada asuransi syariah berdasarkan tolong menolong. Sedangkan
asuransi konvensional berdasarkan jual beli.
c. Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada
asuransi konvensional memakai bunga (riba) sebagai landasan perhitungan investasinya.
d. Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai
pemegang amanah untuk mengelolanya. Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari
nasabah (premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas menentukan alokasi
investasinya.
Asuransi di perbolehkan dalam praktek seperti sekarang. Pendapat kedua ini
dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf Mustafa Akhmad Zarqa Muhammad Yusuf Musa dan
Abd. Rakhman Isa. Mereka beralasan:
Tidak ada nash yang melarang asuransi.
Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
Saling menguntungkan kedua belah pihak.
Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum sebab premi-premi yang terkumpul dapat
di investasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan pembangunan.
Asuransi termasuk akad mudhrabah.
Asuransi termasuk koperasi.
Asuransi di analogikan dengan sistem pensiun.
Dalam mekanismenya, asuransi syariah tidak mengenal dana hangus seperti yang
terdapat pada asuransi konvensional. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan
pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka dana
yang dimasukan dapat diambil kembali.
Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana tabarru' (dana kebajikan) seluruh
peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai
sebagai dana tolong menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada asuransi
konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan.
Pembagian keuntungan pada asuransi syari'ah dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai
prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi
konvensional seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan.
6. Dasar Hukum
a. Q.S. Al-Maidah ayat 2
َ ْي َو َل ْال َق َال ِئدَ َو َل آ ِ ِّمينَ ْال َبي
ْت َ ام َول ْال َهد َ ش ْه َر ْال َح َر
َّ َللا َو َل ال َ َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا َل ت ُ ِحلُّوا
ِ َّ ش َعا ِئ َر
َآن قَ ْو ٍم أ َ ْن
ُ شنَ طاد ُوا ۚ َو َل يَ ْج ِر َمنَّ ُك ْمَ ص ْ ام يَ ْبتَغُونَ فَض اْال ِم ْن َر ِبِّ ِه ْم َو ِرض َْواناا ۚ َو ِإذَا َح َل ْلت ُ ْم فَا َ ْال َح َر
اإلثْ ِم
ِ ْ علَى َ علَى ْالبِ ِ ِّر َوالت َّ ْق َو ٰى ۖ َو َل تَعَ َاونُوا َ ع ِن ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام أ َ ْن ت َ ْعتَدُوا ۘ َوتَعَ َاونُواَ صدُّو ُك ْم َ
ب ْ
ِ شدِيدُ ال ِعقَا َّ ان ۚ َواتَّقُوا
َّ َللاَ ۖ ِإ َّن
َ ََللا ْ
ِ َوالعُد َْو
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syia´ar-syia´ar Allah dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-
kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah Ayat: 2).
b. Q.S. Al-Hasyr :18
َير ِب َما تَ ْع َملُون َ َّ ت ِلغَ ٍد ۖ َواتَّقُوا
َّ َللا ۚ ِإ َّن
ٌ َللاَ َخ ِب ُ َللاَ َو ْلت َ ْن
ٌ ظ ْر نَ ْف
ْ س َما قَدَّ َم َّ َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS: Al-Hasyr Ayat: 18)
E. SEWA MENYEWA DAN PINJAM MEMINJAM
1. Pengertian Sewa Menyewa
Suatu perjanjian atau kesepakatan di mana penyewa harus membayarkan atau
memberikan imbalan atau manfaat dari benda atau barang yang dimiliki oleh pemilik barang
yang dipinjamkan. Hukum dari sewa menyewa adalah mubah atau diperbolehkan.
Contoh: Kontrak mengontrak gedung kantor, sewa lahan tanah untuk pertanian, menyewa atau carter
kendaraan, sewa menyewa VCD dan DVD original, dan lain-lain.
Dalam sewa menyewa harus ada barang yang disewakan, penyewa, pemberi sewa,
imbalan dan kesepakatan antara pemilik barang dan yang menyewa barang. Penyewa dalam
mengembalikan barang atau aset yang disewa harus mengembalikan barang secara utuh seperti
pertama kali dipinjam tanpa berkurang maupun bertambah, kecuali ada kesempatan lain yang
disepakati saat sebelum barang berpindah tangan.
Sewa menyewa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Sewa menyewa benda atau barang, seperti sewa menyewa rumah, komputer, mobil, peralatan
hajatan, dan sebagainya.
b. Sewa menyewa tenaga atau jasa, seperti menjadi guru, tukang cukur, buruh bahkan sampai
menyewa seorang peempuan untuk menyusui anaknya. Firman Allah SWT:
Artinya: “Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu Maka berikanlah
kepada mereka upahnya.” (QS. Ath-Thalaq : 6).
b. Barang yang disewa, disyaratkan keadaan barang yang disewa diketahui beberapa:
Jenisnya
Kadarnya
Sifatnya
b. Menyewakan harga diri sendiri, misalnya menyewakan tenaga untuk membunuh orang lain
(pembunuh bayaran), WTS dan sebagainya.
c. Menyewa tempat untuk kemaksiatan misalnya sebagai tempat judi dan lain sebagainya.
b. Sunnah, artinya pinjam meminjam yang dilakukan merupakan suatu kebutuhan akan hajatnya,
lantaran dirinya tidak punya. Misalnya meminjam sepeda untuk mengantarkan tamu,
meminjam uang untuk bayar sekolah anaknya dan sebagainya.
c. Wajib, artinya pinjam meminjam yang merupakan kebutuhan yang sangat mendesak dan kalau
tidak meminjam akan menemukan suatu kerugian. Misalnya, ada seseorang yang tidak punya
kain lantaran hilang atau kecurian semuanya, maka apabila atidak pinjam kain pada orang lain
akan telanjang, hal ini wajib pinjam dan yang punya kain juga wajib meminjami.
d. Haram, artinya pinjam meminjam yang dipergunakan untuk kemaksiatan atau untuk berbuat
jahat, misalnya seseorang meminjam pisau untuk membunuh, hal ini dilarang oleh agama.
Contoh lain, pinjam tempat (rumah) untuk berbuat maksiat.
e. Adanya lafadz ijab dan qabul, yaitu ucapan rela dan suka atas barang yang dipinjam.
1. Pengertian Luqotoh
Luqotoh ialah menemukan barang yang hilang karena jatuh, terlupa dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan menemukan barang ialah mengambil barang orang lain yang
ditemukan di tempat yang tidak layak baginya, seperti uang di tengah jalan atau bukan dalam
rumah orang lain dengan maksud untuk diberikan kepada pemiliknya atau yang berwajib bila
yang pemiliknya tidak bertemu, serta sanggup mengumumkannya dengan semestinya, atau
untuk dimiliki selama pemiliknya belum ada, serta sanggup untuk menggantinya. Jadi, bukan
mengambil untuk memilikinya secara mutlak.
b. Sunnah, yakni sunnah mengambil benda-benda temuan bagi penemunya, apabila penemu
percaya pada dirinya bahwa ia akan mampu memelihara benda-benda temuan itu dengan
sebagaimana mestinya tetapi bila tidak diambil pun barang-barang tersebut tidak dikhawatirkan
akan hilang sia-sia atau tidak akan diambil oleh orang-orang yang tidak dapat dipercaya.
c. Makruh, bagi seseorang yang menemukan harta, kemudian masih ragu-ragu apakah dia akan
mampu memelihara benda-benda tersebut atau tidak dan bila tidak diambil benda tersebut tidak
dikhawatirkan akan terbengkalai, maka bagi orang tersebut makruh untuk mengambil benda-
benda tersebut.
d. Haram, bagi orang yan menemukan suatu benda, kemudian dia mengetahui bahwa dirinya
sering terkena penyakit tamak dan yakin betul bahwa dirinya tidak mampu memelihara harta
tersebut dengan sebagaimana mestinya, maka dia haram untuk mengambil benda-benda
tersebut.
3. Rukun Luqotoh
Rukun-rukun dalam Luqotoh ada dua, yaitu:
a. Orang yang mengambil (yang menemukan)
b. Benda-benda atau barang yang diambil
b. Benda-benda yang tidak tahan lama, umpanya makanan, tepung, buah-buahan dan sebagainya.
Benda-benda seperti ini boleh dimakan atau dijual supaya tidak tersia-siakan, bila kemudian
baru datang pemiliknya, maka wajib mengembalikannya atau uang seharga benda-benda yang
dijual atau dimakan.
c. Benda-benda yang memerlukan perawatan, seperti padi harus dikeringkan atau kulit hewan
perlu disamak.
d. Benda-benda yang memerlukan perbelanjaan, seperti binatang ternak unta, sapi, kuda, kambing
dan ayam. Pada hakikatnya binatang-binatang itu tidak dinamakan al-Luqathah tetapi disebut
al-Dhalalah, yakni binatang-binatang yang tersesat atau kesasar.
Adapun binatang-binatang yang ditemukan oleh seseorang secara umum dapat dibagi
dua, yaitu:
1) Binatang yang kuat, yakni binatang-binatang yang mampu menjaga dirinya dari serangan
binatang buas, umpamanya unta, kerbau dan kuda, baik menjaga dirinya dengan cara melawan
ataupun lari, binatang yang mampu menjaga dirinya boleh diambil hanya untuk dijaga saja,
kemudian diserahkan kepada penguasa, maka lepaslah tanggungan pengambil.
2) Binatang-binatang yang tidak dapat menjaga dirinya dari serangan-serangan binatang buas,
baik karena tidak mampu melawan maupun karena tidak dapat menghindari, seperti anak
kambing dan anak sapi, binatang-binatang ini boleh diambil untuk dimiliki, baik untuk
dipelihara, disembelih maupun untuk dijual, bila datang pemilik untuk memintanya, maka
wajib dikembalikan hewannya atau harganya.
Ada 2 kemungkinan tindakan yang bisa diambil manakala seseorang menemukan barang
yang hilang.
1) Diambil
Seorang muslim boleh mengambil barang yang ditemukannya tercecer di suatu tempat,
dengan dua syarat:
Tujuannya bukan untuk memiliki namun untuk menjaganya dari kerusakan, kemusnahan atau
kemungkinan jatuh ke tangan yang tidak bertanggung jawab.
Dirinya adalah orang yang punya kemampuan baik secara sifat amanah maupun secara teknis
untuk memelihara dan menjaga barang tersebut.
Setelah diambil maka segera diumumkan kepada publik bahwa telah ditemukan suatu
barang dan kepada pemiliknya untuk segera mengambilnya. Sehingga mengambil barang yang
hilang dalam hal ini merupakan amal baik, yaitu menjaga harta milik seorang muslim dari
kerusakan dan kepunahan.
Apabila dalam waktu satu tahun, pemiliknya tidak segera muncul mengambilnya, maka
dia boleh menggunakan barang itu atau memilikinya, namun harus menyiapkan uang pengganti
sesuai nilai nominal barang itu.
2) Tidak Diambil
Sebaliknya, seandainya semua syarat di atas tidak terpenuhi, maka sebaiknya tidak usah
diambil saja. Biarlah saudara muslim yang lain yang melakukan pengambilan harta dan barang
luqathah.
H. RIKAZ
1. Pengertian Rikaz
Harta yang terpendam di dalam Islam diistilahkan dengan rikaz. Ada istilah lain yang
hampir sama dengan rikaz, yaitu ma'adin (tambang atau sumber barang tambang) dan kanz.
Jumhur ulama membedakan antara rikaz dan ma'adin. Para ulama mendefinisikannya
berdasarkan orang yang menyimpan atau memendam harta. Rikaz adalah harta terpendam yang
disimpan orang terdahulu (pada masa Jahiliah), sedangkan ma'adin adalah harta terpendam
yang disimpan oleh orang yang telah memeluk agama Islam. Sedangkan, kanz adalah harta
terpendam yang tidak dibedakan siapa yang menyimpannya.
2) Ia menemukannya di jalan yang dilalui orang atau di kampung yang berpenghuni, maka ia
harus mengumumkannya. Jika pemilik harta datang, maka harta itu milik pemilik harta. Jika
tidak ada yang datang, maka harta itu menjadi haknya, berdasarkan hadits Nabi SAW di atas.
3) Ia menemukannya di tanah milik orang lain. Dalam hal ini ada tiga pendapat Ulama:
a. Harta itu untuk pemilik tanah.
Ini adalah pendapat Abu Hanifah dan Muhammad bin al-Hasan, qiyas dari pendapat
Imam Malik, dan salah satu riwayat dari imam Ahmad.
b. Harta itu milik orang yang menemukannya. Ini adalah riwayat yang lain dari imam Ahmad,
dan dianggap bagus oleh Abu Yusuf (Murid Abu Hanifah).
Mereka mengatakan, karena harta terpendam tidaklah dimiliki dengan kepemilikan
tanah. Jadi harta itu menjadi milik orang yang menemukannya.
c. Dengan perincian: jika harta itu diakui oleh pemilik tanah, maka harta itu menjadi miliknya.
Jika ia tidak mengakuinya, maka harta itu milik pemilik tanah yang pertama. Ini adalah
madzhab imam asy-Syafi’i.
4) Ia menemukannya di tanah yang dimilikinya dengan pemindahan kepemilikan, dengan cara
membeli atau selainnya. Dalam hal ini ada dua pendapat:
a. Harta itu milik orang yang menemukannya di tanah miliknya. Ini adalah madzhab Imam Mâlik,
Imam Abu Hanifah dan pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad, yaitu jika pemilik pertama
tidak mengakuinya.
b. Harta itu milik pemilik tanah yang sebelumnya, jika ia mengakuinya. Jika tidak, maka milik
pemilik tanah yang sebelumnya lagi dan seterusnya. Jika tidak diketahui pemiliknya, maka
harta tersebut hukumnya seperti harta hilang, yaitu menjadi luqathah (barang temuan). Ini
adalah pendapat Imam Asy-Syafi’i.
5) Ia menemukannya di Dar Al-Harb (negeri yang diperangi). Jika digali bersama-sama oleh kaum
Muslimin, maka itu adalah ghanimah (harta rampasan perang), hukumnya seperti ghanimah.
Jika ia mengusahakannya sendiri tanpa bantuan orang lain, dalam hal ini ada dua
pendapat Ulama:
a. Harta itu milik orang yang menemukannya. Ini adalah madzhab Ahmad, diqiyaskan dengan
harta yang ditemukannya di tanah yang tidak berpenghuni.
2) Tempat penyalurannya adalah tempat penyaluran harta fai’ (harta rampasan yang diperoleh
dari orang kafir tanpa peperangan, pent). Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
dan sebuah riwayat dari Imam Ahmad yang dishahihkan oleh Ibnu Qudamah.
1 komentar:
1.
Balas
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Arsip Blog
▼ 2015 (1)
o ▼ Maret (1)
PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM
Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.