Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 5
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6
2.1 Konsep kesiapsiagaan ............................................................................ 6
2.1.1 Pengertian kesiapsiagaan ....................................................................... 6
2.1.2 Pengetahuan ........................................................................................... 7
2.1.3 Pelatihan.............................................................................................. 10
2.1.4 Bencana ............................................................................................... 12
2.1.5 Siswa ................................................................................................... 17
2.2 Kajian teori/Penelitian yang Relevan ................................................. 18
2.2.1 Penelitian yang relevan ........................................................................ 18
2.2.2 Kerangka teori ................................................................................. 19
2.3 Kerangka konsep .................................................................................. 20
2.4 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 20
BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 21
3.1 Tempat dan waktu penelitian .............................................................. 21
3.2 Desain Penelitian .................................................................................. 21
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................... 21
3.3.1Variabel Bebas (independen) ................................................................. 21
3.3.2Variabel Terikat (dependent) ................................................................. 22
3.4 Definisi Operasional ............................................................................. 22
3.5 Populasi dan Sampel ............................................................................ 22
3.5.1 Populasi ........................................................................................... 22
3.5.2 Sampel ............................................................................................. 23

i
3.6 Tehnik Pengumpulan Data .................................................................. 23
3.6.1 Data primer...................................................................................... 23
3.6.2 Data sekunder .................................................................................. 23
3.7 Teknik Pengelolaan Data ..................................................................... 23
3.8 Teknis Analisa Data ............................................................................. 24
3.8.1 Analisis Univariat ................................................................................. 24
3.8.2 Analisis Bivariat .................................................................................. 24
3.9 Hipotesis Statistik ................................................................................. 24
3.10 Etika Penelitian.................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana (disaster) adalah peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang
mengancam dan mengganggu aktivitas normal kehidupan masyarakat. Secara
umum bencana terjadi akibat perilaku, perbuatan, pengaruh manusia maupun
akibat anomali peristiwa alam. Karakteristik bencana seperti gangguan besar yang
datang tiba-tiba mencakup kawasan luas dan durasi yang tidak singkat, dampak
psikologis, gangguan tidak kenyamannan hidup, kesehatan, luka ringan, luka
berat, sampai korban jiwa, rusaknya alam dan lingkungan serta sarana
telekomunikasi dan pelayanan umum. (Adityawan sigit.,dkk,2018).
Definisi WHO (2010) diatas ruang lingkupnya meliputi bencana-bencana
yang menimbulkan banyak korban dan juga bencana yang tidak menyebabkan
bahaya ataupun penyakit bagi manusia. Dalam pelayanan kesehatan bencana juga
didefinisikan sebagai “jumlah pasien yang ada dalam waktu tertentu, melebihi
kapasitas unit gawat darurat untuk memberikan pelayanan dan mengakibatkan
dibutuhkannya penambahan sumber daya manusia dan alat/barang dari luar unit
gawat darurat tersebut.” Definisi ini tidak mencakup bencana-bencana di mana
tidak ada pasien/korban yang selamat yang dibawa ke ruang gawat darurat.
Banyak insiden, seperti kecelakaan pesawat, tidak memiliki atau hanya memiliki
sedikit korban yang selamat (penyintas). Bencana lainnya seperti bencana
teknologi, seringkali tidak menimbulkan kerugian atau penyakit bagi manusia
sama sekali. Namun dalam sistem pelayanan kesehatan jenis ini dapat
memberikan dampak pada pasien yang kelangsungan hidupnya tergantung pada
teknologi (seperti pada pasien yang terpasang ventilator atau mesin pompa
intravena). Meskipun sebagian besar bencana terkait teknologi, seperti pemadam
jaringan listrik masalah atau gangguan sistem komputer, tidak secara langsung
atau menimbulkan penyakit, bencana jenis ini dapat memiliki efek tidak langsung
yang cukup serius terhadap nyawa manusia, terutama berdampak bagi pasien yang
kelangsungan hidupnya tergantung pada teknologi. (Kurniati Amelia, dkk. Tahun
2018)

1
Bencana alam yang pernah terjadi diluar negeri mengakibatkan penungsian
internal berskala besar. Banjir pakistan pada 2010 diperkirakan membuat 6 juta
penduduk kehilangan tempat tinggal. Bencana-bencana ekstensif menyumbang
kira-kira seperlima dari rumah yang hancur, yang menciptakan sumber
pengungsian tambahan yang tidak nampak mengingat mereka yang terkena
dampak peristiwa-peristiwa seperti itu cenderug kurang mendapat bantuan
kemanusiaan internasional. (Unied Nations tahun 2011)
Tanggal 11 maret 2011 pukul 05,46 GMT (12,6 WIB), gempa dengan
kekuatan 9,0 skala richter mengguncang pantai timur lautpulau honsu, jepang.
Gempa ini memicu terjadinya gelombang pasang tsunami yang menjalar ke
berbagai wilayah.musibah gempa disusul tsunami yang melanda jepang
mengakibatkan korban fisik maupun nyawa sangat besar. Polisi menyebutkan
bahwa jumlah orang meninggal bisa mencapai 15 ribu orang di prefektorat
miyagi, sedang jumlah keseluruhannya bisa mencapai 20 ribu orang.(Mukhlis
akhadi tahun 2014)
Selain diluar negri di indonesia juga banyak terjadinya bencana, diketahui
indonesia merupakan negara yang wilayahnya rawan terhadap bencana alam, dari
sekian banyak bencanasecara nasional, 77 persen bencana yang terjadi merupakan
bencana hidrometeorologi. yaitu banjir, angin puting beliung, longsor.
Pada bulan Januari 2013, terdapat sekitar 120 kejadian bencana di Indonesia.
Akibat bencana tersebut maka 123 orang meninggal, 179.659 orang menderita dan
mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.798 rumah
rusak ringan, kerusakan fasilitas umum lainnya BNPB, 2013).
Di provinsi gorontalo kejadian bencana 3 tahun terakhir ini di dominasi oleh
bencana banjir. Pada tahun 2015 sampai dengan 2017 terjadi kejadian. Bencana
banjir terjadi sebanyak 48 kali dari 59kali kejadian bencana korban jiwa 7 orang
meninggal dunia dan 99.497 jiwa mengungsi. Kerusakan yang di akibatkan banjir
ini sebanyak 349 unit rumah, 12 unit rusak berat dan 337 rumah rusak ringan.
selain banjir kejadian yang terjadi pada 3 tahun terakhir ini yaitu tanah longsor
sebanyak 4 kali kejadian, yang memakan korban sebanyak 1 orang meninggal
dunia, kebakaran hutan juga terjadi pada 3 tahun terakhir ini sebanyak 2 kali
kejadian, bukan cuman itu, puting beliung juga terjadi sebanyak 3 kali kejadian

2
yang mengakibatkan 1 rumah warga.Dan 2 kejadian lagi yaitu gempa bumi.
Kejadianmuya terjadi pada tahun 2015 dan pada tahun 2017 tidak ada korban jiwa
dalam terjadinya gempa bumi ini. Tidak hanya itu pada tahun 2018 terjadi
bencana sebanyak 14 kejadian, yaitu kejadian banjir sebanyak 12 kali dan 2 kali
tanah longsor. Pada kejadian banjir membuat masyarakat harus mengungsi,
masyarakat yang mengungsi sebanyak 18.338 dan membuat rusaknya beberapa
bangunan rumah dan rusaknya beberapa fasilitas-fasilitas. Dan pada kejadian
tanah longsor korban jiwa yang meninggal dan hilang sebanyak 4 orang dan
mengakibatkan sebanyak 2 unit rumah warga rusak berat.(BNPB indonesia tahun
2018)
Kabupaten gorontalo dari 3 tahun terakhir bencana yang paling banyak
terjadi yaitu banjir, tapi pada tahun 2015 selain banjir tejadi juga puting beliung
yang mengakibatkan 1 unit rumah rusak berat, pada tahun 2016 bencana yang
terjadi yaitu banjir, banjir terjadi sebanyak 2 kali dari total 2 seluruh kejadian.
Berbeda dengan tahun 2016, pada tahun 2017 banjir terjadi sebanyak 4 kali dari
total 4 seluruh kejadian, dan 2018 terjadi banjir sebanyak 3 kali dari total 3
seluruh kejadian.(BNPB indonesia tahun 2018)
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan masyarakat yang di sebabkan, baik oleh faktor alam atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.(Nurjanah,dkk.2012) Bencana dapat terjadi karena terdapat 3
komponen utama yaitu ancaman luar kerentangan dan kapasitas Bencana akan
terjadi apabila ancaman luar lebih kuat/besar daripada kombinasi antara
kerentanan dan kapasitas. (Widodo pawirodikromo 2012). Pengurangan risiko
bencana merupakan suatu kegiatan jangka panjang sebagai bagian dari
pembangunan berkelanjutan, dengan cara menggunakan pengetahuan dan inovasi
untuk membangun budaya selamat dan tangguh pada semua satuan pendidikan.
Pelatihan program pengurangan risiko bencana perlu diberikan kepada semua
peserta didik untuk membekali mereka dengan konsep kesiapsiagaan bencana.

3
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru dan beberapa
siswa di SMA N1 LIMBOTO mereka masih belum mengetahui sikap siaga
menghadapi bencana dan di sekolah ini belum pernah ada yang melakukan
pelatihan siaga bencana. Jadi pengetahuan mereka tentang sikap menghadapi
bencana masih kurang. Walaupun di sekolah jarang terjadinya bencana setidaknya
ada yang mereka ketahui tentang bagaimana menghadapi bencana jika bencana
terjadi, seperti terjadinya kebakaran, gempa bumi, puting beliung dan lain-lain. Di
sekolah ini pernah terjadi kebakaran, tepatnya pada tahun 2014 pada area
belakang sekolah, tidak ada korban jiwa saat kejadian ini tapi membuat paning
semua orang yang berada di area sekolah itu.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dalam penelitian itu maka
dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan data dari BNPB bencana alam yang terjadi di 10 tahun terakhir di
provinsi gorontalo meliputi banjir, tanah longsor, puting beliung, kekeringan
dan gempa bumi. Dan untuk kabupaten gorontalo 3 tahun terakhir ini lebih
banyak terjadinya bencana banjir.
2. Di SMA N1 LIMBOTO para siswanya masih kurang mengetahui apa yang
akan di lakukan saat terjadinya bencana, yang menjadi salah satu faktor
kurangnya pengetahuan siswa tentang siaga bencana yaitu karena di sekolah ini
belum pernah dilakukan sosialisasi atau pelatihan siaga bencana.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka, rumusan masalah yang akan
diteliti adalah “Apakah ada pengaruh pelatihan siaga bencana dengan pengetahuan
siswa PMR DI SMA NEGRI 1 LIMBOTO?”
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pelatihan siaga
bencana dengan pengetahuan siswa pmr di SMA N 1 LIMBOTO
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi pengaruh pelatihan siaga bencana dengan
pengetahuan siswa

4
2. Untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa sebelum diberikan pelatihan siaga
bencana
3. Untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa sesudah pelatihan siaga bencana
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan juga menambah
wawasan tentang siaga bencana
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Sekolah
Penelitian ini di harapkan dapat dijadikan acuan proses belajar mengajar
sehingga meningkatkan pengetahuan tentang siaga bencana
2. Bagi Siswa
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terhadap siaga bencana, serta
bisa menerapkan ilmu tentang siaga bencana keapada keluarga/masayarakat
yang kurang mengetahui tentang cara menghadapi bencana.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini, dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya
dan juga nantinya dapat melakukan penelitian yang lebih spesifik mengenai
penatalaksanaan pelatihan siaga bencana

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep kesiapsiagaan


2.1.1 Pengertian kesiapsiagaan

Menurut Undang-undang No. 24 tahun 2007, kesiapsiagaan adalah


serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna.Kesiapsiagaan dalam menghadapi banjir membantu masyarakat dalam
membentuk dan merencanakan tindakan apa saja yang perlu dilakukan ketika
banjir. Kesuksesan dalam penanganan dan evakuasi/ pengungsian ketika banjir
sangat bergantung dari kesiapsiagaan masyarakat dan perseorangan itu sendiri.
Ketika banjir terjadi, semua kegiatan akan dlakukan dalam situasi gawat darurat di
bawah kondisi yang kacau balau, sehingga perencanaan, koordinasi dan pelatihan
dengan baik sangat dibutuhkan supaya penanganan dan evakuasi ketika banjir
berlangsung dengan baik, Dahlan Sopiyudin, (2008).

Dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan menjadi kunci


keselamatan Anda. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, 2017). Pada fase kesiapsiagaan dilakukan persiapan yang baik dengan
memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian timbul akibat
bencana, dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan kegiatan
pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana (Japanese Red
Cross Society, 2009).

Banyak upaya kesiapsiagaan bermanfaat dalam berbagai situasi bencana.


Beberapa upaya penting untuk kesiapsiagaan adalah : (1) Memahami bahaya di
sekitar Anda. (2) Memahami sistem peringatan dini setempat. Mengetahui rute
evakuasi dan rencana pengungsian. (3) Memiliki keterampilan untuk

6
mengevaluasi situasi secara cepat dan mengambil inisiatif tindakan untuk
melindungi diri. (4) Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan
mempraktekkan rencana tersebut dengan latihan. (5) Mengurangi dampak bahaya
melalui latihan mitigasi. (6) Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam
pelatihan. (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2017)

2.1.2 Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang di milikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran dan indra penglihatan. (Notoadmodjo,2010)

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar


menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraa, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kongnitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behaviour) (Notoadmodjo,2010)

2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan
yaitu (Notoadmodjo,2010) :

a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat
banyak mengandung vitamin C. untuk mengetahui atau mengukur bahwa
orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaa-pertanyaan, misalnya :
apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC. Tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk

7
mengukurnya antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Icomprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
mengiterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila seorang yang telah memahami objek yang di
maksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorag yang menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang di ketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah
apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut.
e. Sintesis
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang di miliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
sudah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.penilaian ini dengan
sendirinya di dasarkan pada suatu criteria yang di tentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat.

8
3. Sumber-sumber Pengetahuan
Sumber-sumber pengetahuan antara lain (Amsal, 2013)

a. Empirisme
Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dengan jalan observasi
atau dengan pengindraan.
b. Rasionalisme
Pengetahuan yang diperoleh dari pikiran manusia, sehingga mampu
mengetahui kebenaran.
c. Intuisionisme
Secara etmologi istilah intuisi berarti melihat. Intuisi dapat dipergunakan
sehingga kita mengetahui diri kita, karakter, perasaan dan motif orang lain
serta kita mengetahui, mengalami hakekat sebenarnya tentang aktu, gerak
dan aspek yang mendasar dalam jagad raya.
d. Wahyu Allah
Pengetahuan disampaikan oleh Allah S.W.T kepada manusia lewat para
nabi yang diutusnya
e. Factor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan adalah suatu keadaan yang merupakan hasil dari suatu
system pendidikan yang akan mendapatkan pengalaman dimana suatu saat akan
memberikan pengetahuan dan kemampuan tertentu. Pengetahuan dalam
masyarakat dipengaruhi beberapa factor antara lain (Notoadmodjo, 2010 dalam
Ramadhun, 2018) :

1. Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini. Umur
merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru. Semakin
bertambah umur pengetahuan semakin meningkat, semakin tua (umur)
pengetahuan akan mengalami degenerasi.
2. Tempat tinggal
Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari. Pengetahuan
seseorang akan lebih baik jika berada diperkotaan dari pada dipedesaan
karena diperkotaan perkembangan teknologi sangat maju sehingga mudah
dan luas kesempatan untuk mendapatkan informasi.

9
3. Social ekonomi
Lingkungan social akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang
sedang ekonomi di kaitkan dengan pendidikan. Ekonomi baik, tingkat
pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi pula.
4. Kultur (budaya dan agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Karena
informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya
yang ada dan agama yang dianut.
5. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan
mudah menyesuaikan diri dengan hal yang baru tersebut.
6. Pengalaman
Pengalaman disini dikaitkan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya adalah pendidikan yang semakin tinggi maka pengalaman akan
semakin luas, sedangkan semakin tua umur seseorang, maka pengalaman
semakin banyak.
7. Sumber informasi
Informasi yang diperleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka
ia akan cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas, pengetahuan
dapat diukur dengan menggunakan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan di ukur dari subjek peneliti atau
responen. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
2.1.3 Pelatihan
1. Pengertian pelatihan

Ivancevich, (2008) menyatakan pelatihan sebagai usaha untuk


meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam
pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera. Lebih lanjut Ivancevich juga
menegaskan bahwa pelatihan (training) adalah sebuah proses sistematis untuk
mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha
meningkatkan kinerja organisasi. (RamliDaud dkk 2014)

10
Sikula yang dalam Mangkunegara (2012) mengatakan, ”Pelatihan adalah
suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis
dan terorganisir dimana pegawai non managerial mempelajari pengetahuan dan
keterampilan teknis dalam tujuan terbatas”.(Eli yulianti, tahun 2015)
Dari beberapa pengertian pelatihan diatas, dapat disimpulkan Pelatihanadalah
suatu proses untuk mendapatkan keterampilan mengenai pekerjaan baikmelalui
serangkaian prosedur yang sistematis yang dilakukan oleh seorang ahliyang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan.
2. Tujuan pelatihan
Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
kinerja, dan perilaku individu, kelompok maupun organisasi. Oleh karena itu
kegiatan pelatihan harus dirancang sedemikian rupa agar benar-benarmemberikan
manfaat sesuai dengan tujuan pelaksanaannya.
Tujuan yaitu agar peserta pelatihan baik kelompok atau organisasi maupun
perseorangan dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan perilakuyang
dialihkan dalam program pelatihan sehingga dapat diaplikasikan baik untuk
jangka waktu pendek maupun jangka waktu yang lama.
Tujuan pelatihan bisa juga suatu penyataan tentang pengetahuan,
keterampilan dan sikap/perilaku yang diharapkan dapat mencapai atau dikuasai
oleh peserta pelatihan ketika pelatihan telah selesai.
Pada saat ini umumnya tujuan pelatihan dibuat dalam standard kompotensi,
karena biasanya pelatihan bertujuan untuk pemenuhan suatu kompotensi tertentu.
Kadangkala suatu pelatihan disiapkan untuk pemenuhan suatu jenis kompotensi,
atau level kompotensi, atau kompotensi bidang tertentu. Alat pretest
biasanyadigunakan untuk mengetahui pada level kompotensi mana posisi
kemeampuan peserta pelatihan. Sehingga tujuan pelatihan untuk pemenuhan level
kompotensi ditentukan untuk pemenuhan level kompetensi berikutnya. (budi
santoso)
3. Konsep pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang memper
gunakan prosedur sistematis dan terorganisasi (Mangkunegara dalam mamik eko

11
supatmi,dkk 2009) konsep pelatihan diukur atau diwakili oleh variabel-variabel
sebagai berikut:
a. Materi
b. Pelatih
c. Metoe pelatihan
d. Peserta
2.1.4 Bencana

1. Pengertian Bencana
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat
berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun
kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari
satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian. Bencana merupakan kombinasi
antara ancaman (Hazard) dan kerentanan (Vulnerability). Ancaman yaitu
fenomena, bahaya atau resiko, baik alami maupun tidak alami yang dapat (tetapi

12
belum tentu menimbulkan bencana diantaranya banjir, tanah longsor, kekeringan,
wabah penyakit, konflik bersenjata dll. Sedangkan kerentanan adalah keadaan
didalam suatu komunitas yang membuat mereka mudah terkena akibat buruk dari
ancaman diantaranya kerentanan fisik, sosial, dan psikologi/sikap.(Graha BNPB,
tahun 2008)

2. Pengertian Manajemen Bencana


Manajemen Bencana adalah serangkaian kegiatan yang didesain untuk
mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka
untuk membantu orang yang rentan-bencana untuk menghindari atau mengatasi
dampak bencana tersebut. Manajemen bencana berkaitan dengan situasi yang
terjadi sebelum, selama, dan setelah bencana (University of Wisconsin).
Sedangkan menurut rumusan Universitas British Columbia proses pembentukan
atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk
mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan
menghadapi baik bencana potensial maupun aktual.
3. Tujuan Manajemen Bencana
Tujuan manajemen bencana yang baik adalah:

a. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara melalui


tindakan dini (sebelum bencana terjadi).
Tindakan ini termasuk pencegahan. Tindakan ini efektif sebelum bencana
itu terjadi. Tindakan penghindaran biasanya dikaitkan dengan beberapa upaya.
Pertama, penghilangan kemungkinan sebab. Kalau bencana itu bisa disebabkan
oleh kesalahan manusia, tindakan penghilangan sebab tentunya bisa dilakukan.
Tetapi hal ini akan sulit bila penyebabnya adalah alam yang memiliki energi di
luar kemampuan manusia untuk melakukan.
Pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan gempa bumi tektonik,
misalnya, merupakan sebab yang sampai saat ini belum bisa diatasi oleh manusia.
Belum ada satu teknologi yang mampu menghambat pergeseran lempeng bumi,
atau mengatur pergeseran supaya bergerak pelan-pelan dan tidak menimbulkan
getaran hebat. Oleh karena itu, tindakan penghindaran bencana alam lebih
diarahkan pada menghilangkan, atau mengurangi kondisi, yang dapat
mewujudkan bencana. Contoh “kondisi” yang dimaksud adalah struktur

13
bangunan. Kondisi bangunan yang baik bisa meminimalisasi atau menghilangkan
risiko bencana. Struktur bangunan yang sesuai untuk kondisi gempa menyebabkan
bangunan tahan terhadap goncangan, sehingga kerugian manusia, fisik, ekonomi,
dan lingkungan bisa dihindari.
b. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara berupa
kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila
bencana tersebut terjadi.
Tindakan meminimalisasi kerugian akan efektif bila bencana itu telah
terjadi. Tetapi perlu diingat, piranti tindakan meminimalisasi kerugian itu telah
dilakukan jauh sebelum bencana itu sendiri terjadi. Contoh, bencana alam dengan
cepat akan menimbulkan masalah pada kesehatan akibat luka parah, bahkan
meninggal. Maka tindakan minimalisasi yang harus dilakukan sejak dini adalah
penyebaran pusat-pusat medis ke berbagai wilayah, paling tidak sampai ke tingkat
kecamatanan.
Di Inggris, pemadam kebakaran disebar hingga ke tingkat distrik dan kota
(setara dengan kabupaten) dengan koordinasi di tingkat county (setara dengan
propinsi). Bila terjadi bencana kebakaran di satu lokasi, pemadam kebakaran di
berbagai daerah bisa dengan cepat dikerahkan sehingga kerugian bisa
diminimalisasi.
c. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat
yang terkena bencana.
Ada juga yang menyebut tindakan ini sebagai pengentasan. Tujuan
utamanya adalah membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana
supaya bisa bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung
dialami. Bantuan tenda, pembangunan kembali perumahan yang hancur, memberi
subsidi, termasuk dalam kategori ini.
Tindakan yang juga termasuk kategori ini adalah pemulihan kondisi psikis
individu dan masyarakat yang terkena bencana. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan optimisme dan kepercayaan diri. Dengan sikap yang positif
tersebut, pemulihan individu dan masyarakat akan menjadi semakin cepat karena
korban secara aktif membangkitkan diri sendiri.

14
d. Untuk memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat
mengatasi permasalahan akibat bencana.
Perbaikan kondisi terutama diarahkan pada perbaikan infrastruktur seperti
jalan, listirk, penyediaan air bersih, sarana komunikasi, dan sebagainya. Dalam
kasus Yoygakarta, jalan merupakan salah satu infrastruktur yang perlu mendapat
perhatian sekalipun (tampaknya) tidak terlalu parah. Selain itu, berbagai fasilitas
masyarakat seperti pasar, terminal, dan sejenisnya juga termasuk dalam tindakan
ini untuk membuat perputaran ekonomi masyarakat kembali bergulir.
e. Untuk mempercepat pemulihan kondisi sehingga individu dan masyarakat
bangkit ke kondisi sebelum bencana, atau bahkan mengejar ketinggalan dari
individu atau masyarakat lain yang tidak terkena bencana.
Perbaikan infrastruktur tidaklah cukup. Itu hanya mengembalikan ke kondisi
semula sehingga aktivitas ekonomi dan sosial berjalan sebagaimana layaknya
sebuah wilayah. Daerah yang terkena bencana menjadi jauh tertinggal dibanding
daerah lain.
4. Upaya Penanggulangan Bencana
Secara garis besar, upaya penanggulangan bencana meliputi :

a. Kesiapsiagaan
keadaan siap setiap saat bagi setiap orang, petugas serta institusi pelayanan
(termasuk pelayanan kesehatan) untuk melakukan tindakan dan cara-cara
menghadapi bencana baik sebelum, sedang, maupun sesudah bencana.
b. Penanggulangan
upaya untuk menanggulangi bencana, baik yang ditimbulkan oleh alam
maupun ulah manusia, termasuk dampak kerusuhan yang meliputi kegiatan
pencegahan, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
Tujuan dari upaya di atas ialah mengurangi jumlah kesakitan, risiko
kecacatan dan kematian pada saat terjadi bencana; mencegah atau mengurangi
risiko munculnya penyakit menular dan penyebarannya; dan mencegah atau
mengurangi risiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat bencana.

5. Manajemen Sebelum Terjadi Bencana


Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kerugian harta dan
korban manusia yang disebabkan oleh bahaya dan memastikan bahwa kerugian

15
yang ada juga minimal ketika terjadi bencana. Meliputi kesiapsiagaan dan
mitigasi.
Kesiapsiagaan :
a. Mencakup penyusunan rencana pengembangan sistem peringatan,
pemeliharaan persediaan dan pelatihan personil.
b. Mungkin juga merangkul langkah-langkah pencarian dan penyelamatan
serta rencana evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari
bencana berulang.
c. Langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa bencana
terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan layanan,
dan kerusakan saat bencana terjadi.
Mitigasi :
a. Mencakup semua langkah yang diambil untuk mengurangi skala bencana di
masa mendatang, baik efek maupun kondisi rentan terhadap bahaya itu
sendiri .
b. Oleh karena itu kegiatan mitigasi lebih difokuskan pada bahaya itu sendiri
atau unsur-unsur terkena ancaman tersebut.
Contoh : pembangunan rumah tahan gempa, pembuatan irigasi air pada daerah
yang kekeringan.
6. Manajemen Saat Terjadi Bencana
Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana yang bertujuan untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.
Meliputi kegiatan :
a. penyelamatan dan evakuasi korban maupun harta benda
b. pemenuhan kebutuhan dasar
c. perlindungan
d. pengurusan pengungsi
e. penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
7. Manajemen Sesudah Terjadi Bencana (Recovery)
Penanggulangan pasca bencana meliputi dua tindakan utama yaitu
rehabilitasi dan rekonstruksi.

16
a. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar
semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana.
b. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
2.1.5 Siswa
1. Pengertian siswa
Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajar
mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita memiliki tujuan dan
kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa akan menjadi faktor penentu,
sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai
tujuan belajarnya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian siswa berarti orang,
anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah).sedangkan menurut pasal 1 ayat 4
UU RI No. 20 tahun 2013. Mengenai sistem pendidikan nasional, dimana siswa
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka melalui
proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Berdasarkan pendapat dia atas dapat disimpulkan bahwa siswa adalah anak
yang bersekolah untuk mengenmbangkan diri mereka.

17
2.2 Kajian teori/Penelitian yang Relevan
2.2.1 Penelitian yang relevan
No Nama Tahun Judul Persamaan perbedaan
peneliti

1 Rahmad 2014 Pengaruh pelatihan Variabel dependen Meneliti tentang


Afandi simulasi terhadap (pengetahuan siswa) mitigasi bencana gempa
pengetahuan siswa
kelas X IPS tentang bumi
Metode penelitian yang
mitigasi bencana
digunakan adalah Tempat penelitian I sma
gempa bumi DI
experimen dengan muhammadiyah 1
SMA
menggunakan model one surakarta
Muhammadiyah 1
grup pretest posttest
surakarta
design

2 Sri Haryuni 2018 Pengaruh pelatihan Variabel independen Tehnik pengambilan


siaga bencana (pelatihan siaga sampel menggunakan
gempa bumi
terhadap bencana) cluster random
kesiapsiagaan anak sampling.
usia sekolah dasar Rancanangan yang
dalam menghadapi digunakan
tempat penelitian di
bencana gempa experimemen. Esain yayasan
bumi di yayasan penelitian one group pre hidyahtulmubtadiin
hidayatul mubtadiin post test design
kediri
kediri

18
2.2.2 Kerangka teori

Pelatihan
1. Materi
2. Pelatih
3. Metoe pelatihan
4. Peserta

Siaga bencana
siswa PMR SMA N
tindakan
1 LIMBOTO
menghadapi
Pengetahuan bencana
1. Tahu (Know)
2. Memahami
(Comprehension)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisa (Analysis)
5. Sintesa (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)

Gambar I. konsep teori (eko supatmi,2009, notoadmodjo, 2010)

19
2.3 Kerangka konsep

Pengetahuan Siswa
Pelatihan Siaga Bencana
PMR Menghadapi
Bencana

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan

Gambar II. kerangka konsep

2.4 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat diajukan hipotesis yaitu :
1. Ho = Tidak ada pengaruh pelatihan siaga bencana dengan pengetahuan
siswa pmr di sma n 1 limboto
2. Ha= Ada pengaruhpelatihan siaga bencana dengan pengetahuan siswa pmr
di sma n 1 limboto

20
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini akan di laksanakan di SMA N 1 LIMBOTO dan waktu
penelitian direncanakan selama 1 bulan dari bulan Desember 2018 sampai dengan
Januari 2019.

3.2 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan prosedur atau langkah-langkah aplikatif
penelitian yang berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ilmiah
bagi si peneliti yang bersangkutan. Rancangan penelitian harus di tetapkan secara
terbuka sehingga orang lain dapat mengulang prosedur yang di lakukan untuk
membuktikan kebenaran penelitian ilmiah yang telah di lakukan peneliti.
(Hasdianah, 2015)

Jenis penelitian ini adalah experiment dimana tehnik digunakan adalah one
group pre test-post test design yaitu desain penelitian yang terdapat pretest
sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberikan perlakuan dengan
demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena membandingkan
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.desain ini dapat digambarkan seperti
berikut

O1=nilai pretest(sebelum diberi diklat)


O2=nilai posttest(setelah diberi diklat)
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja=O1-O2 (Sugiyono 2011)

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu;

3.3.1 Variabel Bebas (independen)

Variabel independen merupakan suatu variabel yang nilainya menentukan


variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti
menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya
dimanipulasi, diamati, dan di ukur untuk diketahui hubungannya atau

21
pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam ilmu keperawaan, variabel bebas
biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada
klien untuk memengaruhi tingkah laku klien.(Nursalam tahun 2011)

3.3.2 Variabel Terikat (dependent)


Variable dependen merupakan suatu variabel yang nilainya di tentukan oleh
variabel lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi dari
variabel-variabel lain. Dalam ilmu tingkah laku, variabel terikat adalah aspek
tingkah laku yang diamati yang diamati dari suatu organisme yang dikenai
stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur
untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel
bebas.(Nursalam tahun 2011)
3.4 Definisi Operasional
Table 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil ukur Skala

Variable Berikan materi tentang Leaflet - Nominal


Independen pemahaman dan tindakan
siaga bencana sebelum
Pelatihan dan sebelum dan sesudah
bencana

Variable Pengetahuan yang yang Kuesioner Pengetahuan Ordinal


Dependen diberikan pada siswa baik
adalah terkait dengan
Pengetahuan siaga bencana

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi
Populasi target adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan
(digeneralisir). Idealnya penelitian dilakukan pada populasi, karena dapat melihat
gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil penelitian akan diterapkan.
Namun peneliti dibatasi oleh karekteristik demografi (letak wilayah), waktu untuk
menjangkau seluruh anggota populasi, ketersediaan dana untuk melaksanakan
penelitian pada seluruh anggota populasi serta ketersediaan sumber daya manusia
sebagai pelaksana penelitian.( Dharma, 2011). Dalam penelitian ini jumlah
populasi 31 orang.

22
3.5.2 Sampel
Sampel penelitian sebagai unit yang lebih kecil lagi adalah sekelompok
individu yang merupakn bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti langsung
mengumpulkan data atau melakukan pengamatan/pengukuran pada unit ini.
(Dharma, 2011)
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Karna jumlah populasi kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah 31 orang .
3.6 Tehnik Pengumpulan Data
3.6.1 Data primer
Adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok
(orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian.
(Achmad maulidi, 2016)
3.6.2 Data sekunder
Merupakan sumber-sumber data informasi yang dikumpulkan untuk menjadi
dasar kesimpulan dari sebuah penelitian (Achmad maulidi, 2016)
3.7 Teknik Pengelolaan Data
Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan proses pengelolaan data
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Yaitu melakukan pemeriksaan atau koreksi data yang telah dkumpulkan
meliputi kelengkapan, kesesuaian, kejelasan dan konsistensi jawaban.
2. Coding
Yaitu member kode pada setiap komponen variable agar mempermudah
dalam proses tabulasi dan analisis data.
3. Entry
Dilakukan setelah seluruh kuesioner terisi dan diberi kode, selanjutnya
dilakukan pemrosesan data, agar data yang sudah di entry dapat dianalisis.
4. Cleaning (pembersihan data)
Yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada
kesalahan atau tidak.

23
3.8 Teknis Analisa Data
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan menganalisis tiap variable dari hasil penelitian.
Analisis Univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran
sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi
yang berguna, peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistic, table, grafik.
Analisis Univariat dilakukan masing-masing variable yang diteliti. (Donsu, 2016)
). Pada analisis univariat ini sekaligus bertujuan untuk melihat jumlah responden
berdasarkan karakteristik demografi individunya yaitu dilihat dari umur, jenis
kelamin, lama bekerja dan jenis pendidikan. Selain itu juga analisis univariat ini
juga untuk melihat pengetahuan siswa tentang siaga bencana .

3.8.2 Analisis Bivariat


Setelah diketahui karakteristik masing-masing variable maka dilakukan
analisis lebih lanjut yaitu dengan analisis bivariat. Analisis bivariat adalah
dilakukan untuk menganalisa dua variable yaitu variable independen (pelatihan
siaga bencana) dengan variable dependen yaitu pengetahuan sisiwa . Penelitian ini
menggunakan uji paired sample (t-test) dengan bantuan sistim pengelolaan data
statistic komputerisasi SPSS.(Donsu, 2016)

Nilai antara variable bebas terikat dengan variable terikat didapat nilai p
value < α (alpha), berarti ada hubungan yang bermakna antara variable bebas
dengan variable terikat. Sebaliknya bila nilai p value > α (alpha), berarti tidah
hubungan yang bermakna antara kedua variable.

3.9 Hipotesis Statistik


Hipotesis statistik adalah suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya
dan perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya masih sementara atau lemah
kebenarannya
1. Hoditerima bila nilai p > α 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh antara
pelatihan siaga bencana dengan penegetahuan siswa pmr.
2. Haditerima bila nilai p < α 0,05 artinya terdapat pengaruh antara pelatihan
siaga bencana dengan penegetahuan siswa pmr.

24
3.10 Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang sangat penting
mengingat penelitian akan berhubungan dengan manusia, maka segi etik
penelitian penelitian harus diperhatikan kerena manusia mempunyai hak asasi.
Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada kepala puskesmas molingkapoto
terlebih dahulu, kemudian setelah mendapat persetujuan selanjutnya peneliti
melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informed consent (lembar persetujuan penelitian)


Informed consent diberikan kepada sampel penelitian sebelum dilakukan
penelitian. Jika bersedia, sampel peneliti harus menandatangani lembar
persetujuan, tetapi jika menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap
menghormati hak-hak sampel penelitian.
2. Anonimiti (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama
sampel penelitian.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti.
4. Fidelity (keadilan)
Seluruh responden pada penelitian ini sama-sama mendapatkan kuesioner
berupa kuesioner pengetahuan, sikap dan kesiapsiagaan tenaga kesehatan
puskesmas menghadapi bencana banjir.
5. Do not harm
Meminimalkan kerugian dan memaksimalkan manfaat penelitian yang
timbul pada penelitian ini.

25

Anda mungkin juga menyukai