Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kepatuhan Pasien Chronic Kidney Disease

(CKD)

1. Kepatuhan

a. Pengertian Kepatuhan

Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan mengacu

kepada situasi ketika perilaku seorang individu sepadan dengan

tindakan yang dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh seorang

praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari suatu sumber

informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan dalam suatu brosur

promosi kesehatan melalui suatu kampanye media massa (Ian &

Marcus, 2011).

Kepatuhan terapi pada penderita hemodialisa merupakan hal

yang penting untuk diperhatikan, karena jika pasien tidak patuh akan

terjadi penumpukan zat-zat berbahaya dari tubuh hasil metabolisme

dalam darah sehingga penderita merasa sakit pada seluruh tubuh. Jika

hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan kematian. Pada dasarnya

penderita gagal ginjal baik akut maupun kronik sangat tergantung

pada terapi hemodialisa yang fungsinya menggantikan sebagian fungsi

ginjal (Sunarni, 2009).

9
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam

pembatasan asupan cairan, yaitu usia, pendidikan, lamanya HD,

pengetahuan tentang hemodialisa, motivasi, akses pelayanan

kesehatan, persepsi pasien terhadap pelayanan keperawatan, dukungan

keluarga/. Kepatuhan adalah keterlibatan penuh pasien dalam

penyembuhan dirinya baik melalui kepatuhan atas instruksi yang

diberikan untuk terapi, maupun dalam ketaatan melaksanakan anjuran

lain dalam mendukung terapi (Depkes, 2019).

Menurut Kozier (2010), faktor yang mempengaruhi kepatuhan

adalah sebagai berikut:

1) Motivasi klien untuk sembuh

2) Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan

3) Persepsi keparahan masalah kesehatan

4) Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit

5) Kesulitan memahami dan melakukan perilaku khusus

6) Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi

7) Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu atau

tidak membantu

8) Kerumitan , efek samping yang diajukan

9) Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi sulit

dilakukan

10
10) Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan

penyediaan layanan kesehatan

c. Strategi untuk meningkatkan kepatuhan

Berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah :

1) Dukungan professional kesehatan

Dukungan professional kesehatan sangat diperlukan untuk

meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal

dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi.

Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang

baik diberikan oleh professional kesehatan baik dokter / perawat

dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.

2) Dukungan sosial

Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para

profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien

untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka

ketidakpatuhan dapat dikurangi.

d. Prinsip – prinsip dasar kepatuhan

Dalam Sarlito (2009), terdapat enam prinsip dasar kepatuhan,

yaitu:

1) Pertemanan atau rasa suka. Kita cenderung lebih mudah memenuhi

permintaan teman atau orang yang kita sukai daripada permintaan

orang yang tidak kita kenal, atau kita benci.

11
2) Komitmen atau konsistensi. Saat kita telah mengikatkan diri pada

suatu posisi atau tindakan, kita akan lebih mudah memenuhi

permintaan akan suatu hal yang konsisten dengan posisi atau

tindakan sebelumnya.

3) Kelangkaan. Kita lebih menghargai dan mencoba mengamankan

objek yang langka atau berkurang ketersediaannya. Oleh karena

itu, kita cenderung memenuhi permintaan yang menekankan

kelangkaan daripada yang tidak. 

4) Timbal balik. Kita lebih mudah memenuhi permintaan dari

seseorang yang sebelumnya telah memberikan bantuan kepada

kita. Dengan kata lain, kita merasa wajib membayar utang budi

atas bantuannya.

5) Validasi sosial. Kita lebih mudah memenuhi permintaan untuk

melakukan suatu tindakan jika konsisten dengan apa yang kita

percaya orang lain akan melakukannya juga. Kita ingin bertingkah

laku benar, dan satu cara untuk memenuhinya adalah dengan

bertingkah laku dan berpikir seperti orang lain.

6) Otoritas. Kita lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang

memiliki otoritas yang diakui, atau setidaknya tampak memiliki

otoritas.

Perawat hemodialsis mempunyai peran penting sebagai pemberi

edukasi untuk membantu pasien penyakit ginjal kronis agar patuh

pada intak cairan. Peningkatan pengetahuan dan pendidikan adalah

12
pengalaman belajar yang dirancang untuk membantu individu dan

masyarakat dalam meningkatkan kesehatan mereka dengan

meningkatkan pendidikan dan mempengaruhi sikap mereka (WHO

2018)

2. Chronic Kidney Disease (CKD)

a. Pengertian

Gagal ginjal kronis (GGK) biasanya akhir dari kehilangan

fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Penyebab termasuk

glumerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskular (nefroklerosis),

proses obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen

nefrotik (aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). Berlanjutnya

sindrom ini melalui tahap dan menghasilkan perubahan utama pada

semua sistem tubuh.

Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

gangguan fungui ginjal yang menahun bersifat progresif dan

irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolik yang

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam

darah (M. Clevo Rendi, Margareth, 2012).

Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang

disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,

berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi bila laju filtrasi

13
glumerator kurang dari 50 ml/menit. (M. Clevo Rendi, Margareth,

2012)

b. Etiologi

1) Penyebab dari gagal ginjal kronik adalah :

a) Infeksi saluran kemih / pielonefritis kronis

b) Penyakit peradangan glumerulonefritis

c) Penyakit vaskuler hipertensif (nefroklerosis, stenosis arteri

renalis)

d) Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarterites nodusa,

sklerosi sistemik)

e) Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik,

asidosis tubulus ginjal)

f) Penyakit..metabolik..(Diabetes..Mellitus,.Gocit,.dan

hiperparateroidisme)

g) Netropati toksik

h) Nefropati obstruktif (batu daluran kemih) (price dan Wilson

1994 dalam M. Clevo Rendi, Margareth, 2012)

2) Penyakit parenkim ginjal

a) Penyakit ginjal primer : glumerulonefritis, miebnefritis, ginjal

polikistis TBC ginjal.

b) Penyakit ginjal sekunder : nefritis lupus, nefropati, amilordosis

ginjal, poliartritis nodasa, selelosis sistemik. Gout, Diabetes

Mellitus.

14
3) Penyakit ginjal obstruktif

Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluk ureter.

Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan

infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk. Obstruksi

saluran kronik destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan

hipertensi yang lama, secara pada jaringan, dan trauma langsung

pada ginjal.

c. Tanda dan Gejala

1) Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 dalam M. Clevo Rendi,

Margareth, 2012) :

a) Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental,

berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi

b) Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah,

nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau

tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.

2) Menifestasi klinis menurut (Smeltzer, 2001 dalam M. Clevo

Rendi, Margareth, 2012) antara lain:

a) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas

sistem renin – angiotensin – aldosteron)

b) Gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan

berlebihan )

c) Perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh

toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,

15
kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak

mampu berkonsentrasi).

d. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron

(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain

rusak (hipotesa nefron utuh) . nefron yang utuh hipertrofi dan

memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi

walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode

adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari

nefron yang rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih

besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik

disertai poliuri dan haus, selanjutnya karena jumlah nefron yang

rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai retensi produk sisa.

Titik dimana timbulnya gejala–gejala pada pasien menjadi lebih jelas

dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi

ginjal telah hilang 80% - 90% . pada tingkat ini fungsi renal yang

demikian nilai kreatinin clereance turun sampai 15 ml/menit atau

lebih rendah itu (Long, 1996 dalam M. Clevo Rendi, Margareth,

2012).

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein

(yang normalnya dieksresikan ke dalam urin ) tertimbun dalam

darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.

Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan

16
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

(Brunner & Suddarth, 2001 dalam M. Clevo Rendi, Margareth,

2012).

Perjalanan umum gagl ginjal progresif dapat dibagi menjadi

tiga stadium yaitu:

1) Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar garam blood

ureum nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik

2) Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak

(glomerula filtration rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap

ini blood ureum nitrogen mulai meningkat di atas normal , kadar

kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal,

azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.

3) Stadium 3 (gagal ginjal stadium akhir / uremia)

Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai

glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10

ml per menit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan

kadar blood ureum nitrogen meningkat sangat mencolok dan

timbul oliguria. (Price , 1992 dalam M. Clevo Rendi, Margareth,

2012).

e. Komplikasi

1) Gangguan keseimbangan elektrolit

17
2) Aritmia

3) Gagal jantung

4) Edema paru

5) Anemia

6) Disfungsi trombosit

7) Disfungsi seksual

f. Hasil tes diagnostic Chronic Kidney Disease (CKD)

1) Kimia urin : proteinuria, glikosuria, silinder RBD serta leukosit

dan Kristal

2) Kimia darah : peningkatan kadar BUN, kreatinin, natrium , dan

kalium

3) Analisis gas darah arterial (AGD) : asidosis metabolik

4) Hematologi : penurunan Hb, HCT, dan trombosit

5) Biopsi renal : identifikasi penyebab yang mendasarinya melalui

pemeriksaan histologi

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Urine

a) Volume

b) Warna

c) Sedimen

d) Berat jenis

e) Kretinin

f) Protein

18
2) Darah

a) BUN / Kreatinin

b) Sel darah merah

c) Natrium serum

d) Kalium

e) Magnesium fosfat

f) Osmolaritas serum

3) Pielografi intravena

a) Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

b) Pielografi dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang

reversible

c) Arteriogram ginjal

d) Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler

massa

4) Sisteuretrogram berkemih

Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalaman ureter,

retensi

5) Ultrasono ginjal

Menunjukkan ukuran kandung kemih dan adanya massa, kista,

obstruksi pada saluran kemih bagian atas

6) Biopsi ginjal

Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menemukan sel

jaringan untuk diagnosis histologi.

19
7) Endoskopi ginjal nefroskopi

Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal: keluar batu,

hematuria, dan pengangkatan tumor efektif

8) EKG

Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit

dan asam basa, aritmia, hipertropi ventrikel dan tanda-tanda

perikarditis.

h. Penatalaksanaan

Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 tahap,

yaitu tindakan konservatif dan dialisis atau transplantasi ginjal

1) Tindakan konservatif

Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan

atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif

Pengobatan:

a) Pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan

a.a. Pembatasan protein

Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar

BUN, tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat,

serta mengurangi produksi ion hidrogen yang berasal dari

protein. Pembatasan asupan protein telah terbukti

menormalkan kembali kelainan ini dan memperlambat

terjadinya gagal ginjal.

20
a.b. Diet rendah kalium

Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada

gagal ginjal lanjut. Asupan kalium dikurangi. diet yang

dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari. Penggunaan makanan

dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat

menyebabkan hyperkalemia.

a.c. Diet rendah natrium

Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-

2g Na). Asupan natrium yang terlalu longgar dapat

mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru,

hipertensi dan gagal jantung kongestif.

a.d. Pengaturan cairan

Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap

lanjut harus diawasi dengan seksama. Parameter yang

tepat untuk diikuti selain data asupan dan pengeluaran

cairan yang dicatat dengan tepat adalah pengukuran berat

badan harian. Asupan yang bebas dapat menyebabkan

beban sirkulasi menjadi berlebihan, dan edema.

Sedangkan asupan yang terlalu rendah mengakibatkan

dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal.

21
b) Pencegahan dan pengobatan komplikasi

b.a. Hipertensi

b.b.a Hipertensi dapat dikontrol dengan pembatasan

natrium dan cairan.

b.b.b Pemberian obat antihipertensi: metildopa (aldomet),

propranolol, klonidin (catapres). Apabila penderita

sedang mengalami terapi hemodialisa, pemberian

antihipertensi dihentikan karena dapat

mengakibatkan hipotensi dan syok yang diakibatkan

oleh keluarnya cairan intravaskular melalui

ultrafiltrasi.

b.b.c Pemberi diuretik : furosemide (Lasix).

b.b. Hiperkalemia

Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling

serius, karena bila K+ serum mencapai sekitar 7 mEq/L,

dapat mengakibatkan aritmia dan juga henti jantung

Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa

dan insulin intravena, yang akan memasukkan K+ ke

dalam sel, atau dengan pemberian kalsium glukonat 10%.

b.c. Anemia

Anemia pada gagal ginjal kronik diakibatkan

penurunan sekresi eritropoeitin oleh ginjal.

Pengobatannya adalah pemberian hormon eritropeoitin,

22
yaitu recombinan eritropoeitin (r-EPO) (Eschbach et al,

1987). Selain dengan pemberian vitamin dan asam folat,

besi dan transfusi darah.

b.d. Asidosis

Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO,

plasma turun dibawah angka 15 mEq/L. Bila asidosis

berat akan dikoereksi dengan pemberian Na HCO3

(Natrium Bikarbonat) parenteral. Koreksi pH darah yang

berlebihan dapat mempercepat timbulnya tetani, maka

harus dimonitor daengan seksama.

b.e. Diet rendah fosfat

Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang

dapat mengikat fosfat di dalam usus. Gel yang dapat

mengikat fosfat harus dimakan bersama dengan makanan.

b.f. Pengobatan hiperurisemia

Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia pada

penyakit ginjal lanjut adalah pemberian alopurino. Obat

ini mengurangi kadar asam urat dengan menghambat

biosintesis sebagai asam urat total yang dihasilkan tubuh.

2) Dialisis dan transplantasi

Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan

dialisis dan transplantasi ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk

23
mempertahankan penderita dalam keadaan klinis yang optimal

sampai tersedia donor ginjal. Dialisis dilakukan apabila kadar

kreatinin serum biasanya di atas 6 mg / 100 ml pada laki-laki

atau 4 ml/100 ml pada wanita, dengan Laju Filtrasi Glomerular

(GFR) kurang dari 4 ml/menit.

3. Hemodialisa

a. Pengertian

Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi fungsi

ginjal untuk mengeluarkan sisa – sisa metabolisme atau racun tertentu

dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen,

urea, kratinin, asam urat, dan zat zat lain yang melalui membrane semi

permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal

buatan dimana terajdi proses difusi, osmosis, dan ultra filtrasi.

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada

pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis

jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien

dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease

(ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen.

Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang

toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan

(Suharyanto dan Madjid, 2009).

Pasien yang menjalani dialisis jangka panjang mempunyai

resiko lebih tinggi mengalami komplikasi dan kematian dibanding

24
populasi umum. Infeksi dan penyakit kardiovaskuler adalah penyebab

umum sakit dan kematian. Angka bertahan hidup satu tahun untuk

pasien yang mendapatkan dialisis hampir 79% namun angka bertahan

hidup jangka panjang turun hingga 33% untuk lima tahun dan sekitar

10% pada 10 tahun (NKUDIC, 2012).

b. Kapan Harus Hemodialisa

Cuci darah dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan :

1) Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik)

2) Perikarditis (peradangan pada kantong jantung)

3) Asidosis (peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan

respon terhadap pengobatan lainnya

4) Gagal jantung

5) Hiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah )

c. Komplikasi pada Hemodialisa

Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi

pada saat dilakukan terapi adalah :

1) hipotensi

2) kram otot

3) mual atau muntah

4) sakit kepala

5) dakit dada

6) gatal – gatal

7) demam dan menggigil

25
8) kejang

B. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-

tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan

sosial internal, seperti dukungan dari suami, isteri, atau dukungan dari

saudara kandung, dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal

bagi keluarga inti. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal

ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

2. Bentuk – bentuk dukungan

Menurut Friedman (2010), menyatakan bahwa keluarga

berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat

dimensi dari dukungan keluarga yaitu:

a. Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan emosional serta meningkatkan

moral keluarga (Friedman, 2010). Dukungan emosional melibatkan

ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi,

cinta, atau bantuan emosional. Dengan semua tingkah laku yang

mendorong perasaan nyaman dan mengarahkan individu untuk

26
percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain

bersedia untuk memberikan perhatian.

b. Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia.

c. Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam

bentuk nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi

atau memecahkan masalah yang ada

d. Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan praktis dan konkrit.

e. Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan oleh

keluarga secara langsung yang meliputi bantuan material seperti

memberikan tempat tinggal, memimnjamkan atau memberikan uang

dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah sehari-hari..

f. Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak

sebagai sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan

memerantai pemecahan masalah dan merupakan sumber validator

identitas anggota (Friedman, 2010). Dukungan penghargaan terjadi

melalui ekspresi penghargaan yang positif melibatkan pernyataan

setuju dan panilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa

orang lain yang berbanding positif antara individu dengan orang lain.

3. Pengertian Keluarga

U.S Bureau of the census menggunakan definisi keluarga yang

berorientasi tradisional , yaitu sebagai berikut : keluarga terdiri atas

27
individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau

adopsi dan tinggal di dalam suatu rumah tangga yang sama. Saat ini,

definisi keluarga tradisional terbatas, baik dalam hal penerapannya

maupun iknlusivitasnya. Definisi keluarga harus mencakup luasnya

bentuk keluarga yang ada sekarang ini , yang tidak tercakup di dalam

definisi tradisional. Beberapa sarjana dalam bidang keluarga berpendapat

bahwa kita telah mendefinisikan keluarga menurut model keluarga inti,

kulit putih, dan kelas menengah, dan memiliki kecenderungan untuk

memandang keluarga yang tidak sesuai dengan model ini sebagai

“penyimpangan” (U.S Bureau of the cencus, 2009).

Dalam menyatukan kedua gagasan sentra dari definisi-definisi di

atas, keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh

ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Karena

definisi ini bersifat luas, maka definisi ini mencakup beraneka macam

hubungan formal di luar definisi – definisi tradisional. Definisi ini

memasukan juga keluarga besar yang hidup dalam satu atau dua rumah

tangga, pasangan yang hidup bersama sebagai pasangan suami istri,

keluarga – keluarga tanpa anak, keluarga-keluarga dengan orang tua

tunggal.

28
4. Tipe – tipe keluarga

Definisi – definisi tambahan tentang keluarga berikut ini

mengkonotasikan tipe – tipe keluarga secara umum yang dikemukakan

untuk mempermudah pemahaman terhadap literatur tentang keluarga.

a. keluarga inti (konjugal)

Keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau pemberian nafkah,

keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan anak mereka-anak kandung,

anak adopsi, atau keduanya.

b. Keluarga orientasi (keluarga asal)

Unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan

c. Keluarga besar

Keluarga inti dan orang – orang yang berhubungan (oleh darah), yang

paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu satu teman

keluarga inti. Berikut ini termasuk “sanak keluarga” kakek/nenek,

tente, paman, dan sepupu.

5. Fungsi – fungsi keluarga

Fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau

konsekuensi dari struktur keluarga. Meskipun beberapa pengarang

menggunakan kata “fungsi” dengan arti “konsekuensi hasil dari”,

nampaknya sedikit lebih mudah memikirkan fungsi-fungsi keluarga

sebagai apa keluarga lakukan. Mengapa keluarga ada,

maksud-maksud/tujuan apa yang keluarga sajikan, Sebagaimana

digambarkan yaitu fungsi-fungsi dasar keluarga untuk memenuhi

29
kebutuhan – kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat yang

lebih luas. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat saat

mengkaji dan mengintervensi keluarga:

a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas

kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan-kebutuhan para

anggota keluarga

b. Sosialisasi dan fungsi penempatan sosial: untuk sosialisasi primer

anak-anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggoota

masyarakat yang produktif, dan juga sebagai penganugrahan status

anggota keluarga.

c. Fungsi reporduktif : untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga

untuk keberlangsungan hidup masyarakat

d. Fungsi ekonomis : untuk mengadakan sumber – sumber ekonomi yang

memadai dan pengalokasian sumber – sumber tersebut secara efektif

e. Fungsi – fungsi perawatan kesehatan : untuk pengadaan kebutuhan –

kebutuhan fisik – pangan, sandang, papan, perlindungan terahadap

bahaya, dan perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang

mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secra individual)

merupakan bagian yang relevan dari fungsi keluarga.

C. Landasan Teori

Menurut Friedman (2010), menyatakan bahwa keluarga berfungsi

sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan

30
dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan

keluarga yaitu:

1. Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan emosional serta meningkatkan

moral keluarga (Friedman, 2010). Dukungan emosianal melibatkan

ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi,

cinta, atau bantuan emosional. Dengan semua tingkah laku yang

mendorong perasaan nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya

bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia

untuk memberikan perhatian.

2. Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 2010).

Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk

nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau

memecahkan masalah yang ada.

3. Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan praktis dan konkrit (Friedman, 2010). Dukungan

instrumental merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga secara

langsung yang meliputi bantuan material seperti memberikan 13 tempat

tinggal, memimnjamkan atau memberikan uang dan bantuan dalam

mengerjakan tugas rumah sehari-hari.

4. Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak sebagai

sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantai

31
pemecahan masalah dan merupakan sumber validator identitas anggota

(Friedman, 2010). Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi

penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju dan panilaian

positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang

berbanding positif antara individu dengan orang lain.

Sedangkan kepatuhan mengacu kepada situasi ketika perilaku

seorang individu sepadan dengan tindakan yang dianjurkan atau nasehat

yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang

diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya seperti nasehat yang

diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan melalui suatu

kampanye media massa (Ian & Marcus, 2011).

D. Kerangka Pikir

Kerangka konsep penelitian merupakan landasan berpikir untuk

melakukan penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep

dikembangkan berdasarkan kerangka teori yang dibahas dalam tinjauan

teori. Berdasarkan teori dan konsep yang telah penulis paparkan pada

tinjauan teori dapat diambil kesimpulan bahwa penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap

kepatuhan pasien CKD dalam melakukan terapi hemodialisa di unit

hemodialisa RSUD Undata Palu.

32
Variabel Independen Variabel Dependen

kepatuhan pasien
CKD dalam
Dukungan Keluarga
melakukan terapi
hemodialisa

Gambar 2.1 Kerangka pikir

E. Hipotesis

Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien Chronic

Kidney Disease dalam melakukan terapi hemodialisa di unit hemodialisa

rumah sakit umum Daerah Undata Palu.

33

Anda mungkin juga menyukai