Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia hidup tidak lepas dari berbagai hal yang disebut kebutuan sehari-
hari. Mulai dari kebutuhan primer (kebutuhan yang paling utama atau
kebutuhan tingkat satu seperti pangan, sandang dan papan), kebutuhan
sekunder (kebutuhan tingkat dua setelah kebutuhan primer seperti peralatan
mandi, obat-obatan dan alat tulis), sampai kebutuhan tersier (kebutuhan
tingkat tiga setelah kebutuhan primer dan sekunder seperti kendaraan, radio,
dan alat rias wajah). Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut,
manusia dapat mengandalkan hasil alam kemudian mengolahnya menjadi
barang yang memiliki daya guna lebih. Selain memanfaatkan hasil alam,
manusia juga menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penunjangnya.

Namun seperi yang kita ketahui, tidak semua manusia memiliki keahlian
atau kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya. Masyarakat Indonesia
pernah melalui zaman dimana mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
melakukan barter. Namun sistem barter kurang efektif karena barang yang
menjadi objek barter memiliki nilai tukar yang tidak sama. Oleh karena itu
diciptakanlah alat tukar yang disebut uang. Uang yang digunakan sampai saat
ini adalah uang berbentuk uang kertas dan uang logam. Mata uang yang
menjadi mata uang di Indonesia adalah rupiah.

Adanya uang membuat manusia yang memiliki keahlian dan kemampuan


menghasilkan barang kebutuhan, membuka sistem jual beli atau berdagang.
Para pedagang atau produsen menjual barang atau jasa kepada para pembeli
atau konsumen. Seiring dengan bertambah banyaknya produsen maka
dibentuklah suatu sistem yang disebut pasar. Pasar adalah adalah salah satu
dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur
dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang
dengan imbalan uang. Pasar terbagi menjadi dua yaitu pasar persaingan
sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna. Pasar persaingan tidak

1
sempurna terbagi lagi menjadi tiga yaitu pasar monopoli, pasar oligopoli dan
pasar monopolistik.

Pasar di Indonesia didukung oleh sumber daya alam yang melimpah yang
memungkinkan untuk seseorang memproduksi barang dengan jumlah yang
banyak sehingga dengan mudah setiap produsen mendapat bahan untuk
berproduksi. Ketika banyak produsen memproduksi barang yang sama,
walaupun dengan kemasan, merk dan kualiatas yang berbeda. Maka disnilah
terjadi pasar persaingan monopolistik. Dalam makalah ini, penulis makalah
akan membahas lebih rinci mengenai pasar monopolistik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah


seperti berikut :

1. Bagaimana penjelasan mengenai pengertian pasar persaingan


monopolistik?

2. Bagaimana Penetapan Harga Dan Output Jangka Pendek ?

3. Bagaimana Dampak Pungutan Pajak Oleh Pemerintah?

4. Bagaimana Penentuan Output Jangka Panjang ?

5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari pasar monopolistik?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Menjelaskan pengertian pasar persaingan monopolistic

2. Menjelaskan Penetapan Harga Dan Output Jangka Pendek

3. .Menjelaskan Dampak Pungutan Pajak Oleh Pemerintah

4. Menjelaskan Penentuan Output Jangka Panjang

5. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari pasar monopolistic

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengerian Persaingan Monopolistik

Persaingan monopolistik adalah struktur pasar yang mengandung sifat-


sifat pasar persangan murni dan pasar monopoli.

Unsur persaingan:

a. Unsur persainagan karena produsen cukup banyak.

b. Kelongaran untuk memasuki pasar.

Unsur monopoli:

a. Adanya perbedaan produk yang dihasilkan antara produsen satu


dengan yang lain dalam bentuk kualitas, kemasan fashion (model)

b. Ada kekuatan untuk mengatur harga pasar.

Dengan demikian pasar persangan monopolistik adalah struktur pasar


dimana terdapat banyak produsen(sekali gus tidak sebanyak produsen dalam
persangan murni) yang menghasilkan produk yang berbeda karena kualitas,
merek kemasan, dan sebagainya.

B. Ciri-ciri persaingan monopolistik

a. Cukup banyak produsen/penjualan.


b. Produk yang dihasilkan heterogen karena dibedakan menurut kualitas,
merek, kemasan dan sebaliknya.
c. Ada kelonggara untuk masuk pasar (tidak seketat monopoli).
d. Dalam batas-batas tertentu produsen dapat memengaruhi harga (sekaligus
tidak sekuat dalam monopoli).
e. Diperlukan promosi untuk memperluas pasar.

Karena sifat dan ciri pasar persangan monopolistik, kurva permintaan yang
dihadapi produsen turun miris kekanan (mempunyai kemiringan yang negatif)
seperti terlihat pada gambar 11.1

3
Gambar 11.1a adalah kurva permintaan yang dihadapi oleh produsendalam
pasar monopoli, dan gambar 11.1b adalah kurva permintaan yang dihadapi
produsen dalam persangan monopolistik. Gambat 11.1c adalah kurva
permintaan yang dihadapi produsen dalam persaingan murni.

Karena produsen dalam persangan monopolistik sedikit banyak menguasai


harga pasar, walau tidak sekuat produsen dalam pasar monopoli, kekuatan
untuk menentukan harga ini tercermin dalam kemiringan kurva permintaan
yang dihadapi.

Keterangan gamabar 11.11,b,dan c

a. Produsen pasar monopoli sebagai price maker, kurva yang dihadapi


mempunyai kemiringan yang lebih tajamdibanding kurva permintaan
pasar monopolistik, (11.1b). pada persangan sempurna, kurva permintaan
yang dihadapi produsen merupakan garis yang horizontal (11.1c). meraka
sebagai price taker.
b. Kurva permintaan yang lebih tajam kemiringanya. Gambar 11.1a
bermakna bahwa monopoli mempunyai kekuatan lebih untuk mengatur
harga dibanding produsen yang berkerja dalam pasar persaingan
monopolistik. Pada wktu harga P1, jumlah Q dipasar monopolis yang
diminati konsumen sebesar Q1 dan di pasar persangan monopolistik Q 1,
pada pasar persaingan murni tadak ada yang membeli. Kemudian kalau
haraga diturunkan menjadi P2, jumlah produk monopolis yang diminta
berubah menjadi Q2, jumlah yang diminta darai produk dalam pasar
persaingan monopolistik menjadi Q2. Tanpak bahwa konsumen produk

4
monopolis kurang responsip dibanding dengan produk produsen persangan
monopolistik. Dengan perkataan lain monopolis mempunyai kekuatan
lebih untuk menentukan haraga dibanding dengan produsen dalam
persangan monopolistik.
c. Produsen dalam pesangan murni, pada harga P1 tidak ada permintaannya.
Sebaiknya pada harga P2, berapa pun yan akan dihasilkan akan laku.
Karena produsen dan konsumen banyak sekali dan sesuai dengan asumsi
ekonom kelasik, penawaran akan menciptakan permintaan.
d. Kesimpulanya dalam hal kekuatan untuk menetapkan harga, monopolis
lebih kuat di banding produsen yang bekerja dalam struktur pasar yang
lain.

2.2 Penetapan Harga Dan Output Jangka Pendek

Produsen dalam struktur apapun mempunyai prinsip yang sama, yaitu


mengoptimalkan output yang dihasilkan. Optimal berarti berapa output yang
dihasilkan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum. Prinsip untuk
memaksimumkan keuntungan ini tetap sama bagi mereka dalam jangka
pendek MR = MC menghadapi pasar, faktor produksi yang bersaing, maka
kondisi struktur biaya akan menentukan kemungkinan kinerja produsen
dalam persaingan monopolistik.

1) mendapat keuntungan ekonomi

2) mendapatkan keuntungan normal

3) menderita kerugian

a. Produsen memperoleh keuntungan ekonomi

5
Keterangan
1) Syarat untuk memperoleh keuntungan maksimum, MR = MC pada
titik E
2) Tarik garis vertikal ke atas dan kebawah, memotong kurva permintaan
di titil A , dan memotong kurva AC di titik B. Ke bawah memotong
sumbu datar di titik Q1
3) Tingginya AC adalah Q1B dan harga Q1A dan harga Q1A. Keuntungan
rata-rata adalah Q1A-Q1B = AB atau OP1-OC=CP1
4) Keuntungan total = luas segiempat OQ1 AP – luas segiempat OQ1BC =
luas segiempat ABCP1
Prinsip untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum ini berlaku
umum bagi produsen yang menghadapi persaingan murni, monopoli,
atau persaingan monopolistik.
Keuntungan ekonomi ( supernormal profit ) diperoleh apabila harga >
biaya rata-rata ( P > AC )

b. Produsen memperoleh keuntungan normal

Keterangan
1) Kondisi seperti yang ditunjukkan pada gambar memperlihatkan bahwa
tingginya biaya rata-rata ( QA ) sama dengan tingginya harga. Dengan
demikian keuntungan total ( luas segiempat OQ1AP1 ) sama dengan

6
biaya total ( luas segiempat OQ1AC ). Keuntungan sama dengan nol
atau pulang pokok.
2) Keuntunga normal ( pilang pokok = break even point ) sebenarnya
didalamnya sudah ada atau mengandung keuntungan yang diinginkan
produsen sebab harga tersebut adalah harga jual yang harus dibayar
konsumen. Dimana ada unsur keuntungan yang diharapakan produsen.

c. Produsen menderita rugi

Keterangan
1) Produsen menderita kerugian total yang minimal sebesar luas
segiempat ABPC.
2) Syarat untuk kerugian minimal MR = MC pada titik E. Pada titik E,
tarik garis vertikal ke atas dan ke bawah yang memotong kurva
permintaan di titik B, dan memotong kurva AC di titik A, ke bawah
memotong sumbu datar di titik Q1.
3) Tingginya AC adalah Q1A, dan harga Q1B. Keuntungan rata-rata
adalah Q1A – Q1B = BA atau OQ1 – OC = CP1
4) Kerugian total = luas segiempat OQ1BP – luas segiempat OQ1AC =
luas segiempat ABPC.

2.3 Dampak Pungutan Pajak Oleh Pemerintah

Kalau pemerintah mengenakan pajak penjualan produk dalam persaingan


monopolistik maka hal itu akan meningkatkan biaya produksi. Kalau pajak
penjualan dikenakan per unit, maka yang akan meningkat adalah biaya rata-
rata dan biaya marginal. Kurvva biayaa rata-rata ataupun biaya marginal akan
bergeser keatas. Tetapi kalau pajak penjualan yang dipungut pemerintah

7
dalam bentuk lump-sum, yang tidak bergantung output, maka bergeser keatas
adalah kurva biaya rata-rata.

Kasus pungutan pajak penjualan, baik pajak per unit ataupun pajak lump-
sum, tidak berbda pada pasar monopoli

a. Pajak penjualan per unit

Keterangan:
1) Produk yang dihasilkan mula-mula sebelum ada pajak adalah OQ1
dengan harga OP1 . Keuntungan maksimum, MR=MC, ada pada titik E.
2) Akibat pajak yang dipungut pemerintah, biaya produksi menjadi naik.
AC meningkat menjadi AC1 dan biaya marginal menjadi MC1
3) Dengan kondisi biaya produksi yang meningkat, produsen
menyesuaikan dengan menaikkan harga menjadi OP2 . Pada harga OP2,
jumlah yang dihasilkan adalah OQ2. Produsen mendapat keuntungan
maksimum dimana MR=MC1 di titik E1.
4) Keuntungan ekonomi total adalah luas segi empat AFCP1 yang lebih
besar dari keuntungan sesudah pajak (luas segiempat BGCP2).

b. Lump-Sum Tax

8
Keterangan:
1) Output yang dihasilkan sebelum ada pajak adalah Q1 dengan harga P1,
keuntungan maksimum dicapai, MR=MC, pada titik E, output Q 1 dan
harga P1 (keuntungan total adalah luas segiempat AFCP1).
2) Pemerintah memungut pajak perunit. AC dan MC bergeser ke atas
menjadi AC1 dan MC1. Produsen berusaha menyesuaikan kenaikan
biaya dengan mengurangi Q menjadi Q2 dan harga menjadi P2 (dimana
pada Q2, MR=MC1 dititik F).
3) Keuntungan maksimum dengan adanya pajak adalah luas segi empat
BGC1P2. Keuntungan sebelum pajak adalah luas segiempat AFCP1.
Pajak ini digeserkan kepada konsumen (pajak tidak langsung. Tentang
berapa besar pajak yang harus ditanggung konsumen, hal ini
tergantung elastisitas permintaan.

2.4 Penentuan Output Jangka Panjang

Penentuan output dan harga dalam jangka panjang tidak banyak berbeda
dengan produsen monopolis. Ada beberapa kemungkinan. Dalam jangka
panjang produsen dalam pasar persaingan monopolistic mendapat keuntungan
ekonomi, atau mendapat keuntungan normal, atau bahkkan menderita rugi.
Perilaku produsen untuk mendapatkan keuntungan maksimum sama dengan
produsen monopolis, yaitu dengan menyamakan LRMC=SRMC=MR, dan
LRAC=SRAC `

a. Produsen Dalam Jangka Panjang Mendapat Keuntungan Ekonomi (Super


Normal Profit)
Dalam jangka panjang, produsen monopolis berusaha untuk memperoleh
keuntungan yang maksimum. Kondisi biaya dan pasar akan menentukan
berapa jumlah output dan harga ditetapkan karena pada dasarnya untuk
mendapatkan factor-faktor produksi (input) itu monopolis harus
menghadapi persaingan.

9
Keterangan :
1) Kalau produsen menghadapi permintaan pasar dan biaya, ia berusaha
memperoleh keuntungn maksimum, maka tingkat output yang akan
dihasilakn dimana SRNC= LRNC=MR(pada titik B)
2) Dan titik B ditarik garis vertical keatas memotong kurva SRAC dan
LRAC pada titik A. pada titik ini SRAC=LRAC, dan memotong kurva
permintaan dititik E.
3) Tingginya harga Q1E dan tingginya biaya rata-rata jangka pendek dan
jangka panjang Q1A. harga OP=Q1E, tinggi biaya rata-rata OC=Q1A.
keuntungan rata-rata = OP-OC =CP.
4) Keuntungan total = luas segiempat AEPC= luas segiempat OQ 1EP –
luas segiempat OQ1AC. Karena harga lebih tinggi dari biaya,
keuntungan yang diperoleh merupakan keuntungan ekonomi.
5) Untuk mencapai keuntungan ekonomi jangka panjang, SRNC+LRNC,
dan SRAC= LRAC

b. Produsen Mendapat Keuntungan Normal

Keterangan :

10
1) Produsen menghadapi ppasar dan biaya dan ia berusaha memperoleh
keuntungan maksimum. Dalam hal ini tingkat output yang akan
dihasilakan dimana SRMC= LRMC=MR ada pada titik B. tetapi
karena kondisi pasar dan struktur biaya yang dihadapi, dia hanya
dimungkinkan untuk mendapat keuntungan normal. Keuntungan yang
diperoleh dimana P sama dengan biaya rata-rata jangka pendek
maupun jangka panjang LRAC = SRAC ada dititik A.
2) Dari titik B dimana SRMC = LRMC = MR ditarik garis vertical keatas
memotong kurva SRAC dan LRAC pada titik A. pada titik ini
SRAC=LRAC, danm memotong kurva permintaan di titik A juga.
3) Tingginya harga Q1A, dan tingginya biaya rata-rata jangkka pendek
dan jangka panjang AQ1. Harga OP=Q1A, tinggi biaya rata-rata
OC=Q1A, keuntungan rata-rata= OP-OC=0. Keuntungan sebenarnya
sudah diperhitungkan pada biaya rata-rata dan pada harga penjualan.
kuntungan dimana harga sama dengan biaya rata-rata disebut
keuntungan normal.

c. Produsen Menderita Rugi

Keterangan:
1) Monopolis menghadapi pasar dan biaya, dimana biaya rata-rata jangka
panjang maupun jangka pendek lebih tinggi dari harga. Dalam hal ini
produsen berusaha agar kerugian minimal. Hal ini akan dapat dicapai
apabila tingkat output yang akan dihasilkan SRMC = LRMC = MR

11
(pada titik B) dan biaya rata-rata biaya jangka pendek maupun jangka
panjang sama, LRAC=SRAC dititk A.
2) Dari titik B, dimana SRMC=LRMC=MR ditarik garis vertical keatas
memotong kurva SRAC dan LRAC pada titik A. Pada titik ini
SRAC=LRAC, dan memotong kurva permintaan dititik E.
3) Tingginya harga Q1E dan tingginya biaya rata-rata jangka pendek dan
jangka panjang Q1A titik harga OP=Q1E, tinggi biaya rat-rata
OC=Q1A, kerugian rata-rata=OC-OP=CP. Kerugian total=luas segi
empat OQ1AC dikurangi luas segi empat OQ1EP=luas segi empat
PEAC. Harga lebih rendah dari biaya rata-rata, kerugian yang diderita
adalah kerugian minimal.
4) Untuk mencapaii keuntungan normal atau kerugian minimal jangka
panjang SRMC=LRMC=MR dan SRAC=LRAC.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pasar Monopolistik

Kelebihan pasar monopolistik:

1. Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen


untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.
2. Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk
selalu melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya`
3. Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam
menentukan produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen
loyal terhadap produk yang dipilihnya.
4. Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar
kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik.

Kekurangan pasar monopolistik:


1. Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi
harga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki
modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.
2. Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar
monopolistik, karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis
yang cukup tinggi.

12
3. Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan
meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang
harus dibayar oleh konsumen.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pasar persaingan monopolistik adalah struktur pasar dimana terdapat
banyak produsen(sekali gus tidak sebanyak produsen dalam persangan
murni) yang menghasilkan produk yang berbeda karena kualitas,
merek kemasan, dan sebagainya.
2. Produsen dalam struktur apapun mempunyai prinsip yang sama, yaitu
mengoptimalkan output yang dihasilkan. Optimal berarti berapa output
yang dihasilkan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum.
Meliputi : mendapat keuntungan ekonomi , mendapatkan keuntungan
normal, menderita kerugian
3. Kalau pemerintah mengenakan pajak penjualan produk dalam
persaingan monopolistik maka hal itu akan meningkatkan biaya
produksi. Kalau pajak penjualan dikenakan per unit, maka yang akan
meningkat adalah biaya rata-rata dan biaya marginal. Kurvva biayaa
rata-rata ataupun biaya marginal akan bergeser keatas. Tetapi kalau
pajak penjualan yang dipungut pemerintah dalam bentuk lump-sum,
yang tidak bergantung output, maka bergeser keatas adalah kurva biaya
rata-rata.
4. Penentuan output dan harga dalam jangka panjang tidak banyak
berbeda dengan produsen monopolis. Ada beberapa kemungkinan.
Dalam jangka panjang produsen dalam pasar persaingan monopolistic
mendapat keuntungan ekonomi, atau mendapat keuntungan normal,
atau bahkkan menderita rugi
5. Kelebihan pasar monopolistik:

13
a. Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi
konsumen untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.
b. Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen
untuk selalu melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya`
c. Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam
menentukan produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat
konsumen loyal terhadap produk yang dipilihnya.
d. Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian
besar kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik.
Kekurangan pasar monopolistik:
a. Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik
dari segi harga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen
yang tidak memiliki modal dan pengalaman yang cukup akan
cepat keluar dari pasar.
b. Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar
monopolistik, karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala
ekonomis yang cukup tinggi.
c. Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga
akan meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga
produk yang harus dibayar oleh konsumen.

14

Anda mungkin juga menyukai