“KULTUR JARINGAN”
Disusun Oleh:
Nama : Widya Lampe
NIM : 514 17 011 189
Kelas : Konversi F
Dosen :
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan
khususnya bagi saya untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai kultur jaringan pada tumbuhan. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Kultur Jaringan.
2. Untuk mengetahui Sejarah Kultur Jaringan
3. Untuk mengetahui Manfaat dan Masalah Pada Kultur Jaringan.
4. Untuk mengetahui tipe-tipe pada Kultur Jaringan.
5. Untuk mengetahui Cara Kerja Kultur Jaringan.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis media pada kultur jaringan
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip dasar kultur jaringan berpegangan pada teori sel dari Schwan
dan Schleiden pada tahun 1834. Teori sel atau yang lebih dikenal dengan
teori totipotensi menyatakan bahwa setiap sel tanaman hidup mempunyai
informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh jika kondisinya sesuai.
Sel-sel tersebut merupakan kesatuan biologis terkecil yang mempunyai
kemampuan untuk mengadakan berbagai aktivitas hidup, seperti:
metabolisme, reproduksi, pertumbuhan dan beregenerasi.
a. Pembuatan Media
Merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman
yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari
garam mineral, vitamin, dan hormon. Media yang sudah jadi ditempatkan
pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga
harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf pada
suhu 121º C selama 45 menit.
Knudson C digunakan untuk kultur pada biji anggrek dan kultur meristem.
Media Knudson dan media Vacin and Went, media ini dikembangkan
khusus untuk kultur anggrek. Tanaman yang ditanam di kebun dapat
tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang hanya mengandung N dari
Nitrat. Knudson pada tahun 1922, menemukan penambahan 7.6 mM
NH4+ disamping 8.5 mM NO3-, sangat baik untuk perkencambahan dan
pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+ ternyata dibutuhkan untuk
perkembangan protocorm.
(Bastomi,2011)
Murashige-Skoog (MS)
(Hendaryono,1994)
Knop’s solution
(Bastomi,2011)
Media White
(Bastomi,2011
Media Nitsch & Nitsch
(Bastomi,2011)
(Bastomi,2011)
merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur kalus tanaman
monokotil dan dikotil (Trigiano & Gray, 2000). Konsentrasi ion-ion dalam
komposisi media SH sangat mirip dengan komposisi pada media
Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan PO4-3
yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant mempelajari pertumbuhan jaringan
dari 37 jenis tanaman dalam media SH dan mendapatkan bahwa: 32 %
dari spesies yang dicobakan, tumbuh dengan sangat baik, 19% baik, 30%
sedang, 14% kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Tetapi karena
zat tumbuh yang diberikan pada tiap jenis tanaman tersebut berbeda.
Media SH ini cukup luas penggunaannya, terutama untuk tanaman
legume.
(Bastomi,2011)
dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen pada tahun 1981, merupakan media
dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari media MS. Media
diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan dikembangkan oleh ahli lain,
tetapi sulfat yang digunakan lebih tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat
ini WPM banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman hias
berperawakan perdu dan pohon-pohon.
Pada umumnya media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar dan
media perlakuan. Resep media dasar adalah resep kombinasi zat yang
mengandung hara esensial (makro dan mikro), sumber energi dan vitamin.
Dalam teknik kultur jaringan dikenal puluhan macam media dasar.
Penamaan resep media dasar pada umumnya diambil dari nama
penemunya atau peneliti yang menggunakan pertama kali dalam kultur
khusus dan memperoleh suatu hasil yang penting artinya.
(Colemann,2003)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kultur jaringan merupakan salah satu jenis pembiakan dengan cara
vegetatif. Pada dasarnya adalah pembudidayaan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman baru untuk mendapatkan sifat yang sama dengan
induknya. Tujuan pokok penerapan perbanyakan dengan teknik kultur
jaringan adalah produksi tanaman dalam jumlah besar pada waktu
singkat, terutama untuk varietas-varietas unggul yang baru dihasilkan.
1. Pembuatan media
2. Inisiasi
3. Sterilisasi
4. Multiplikasi
5. Pengakaran
6. Aklimatisasi
DAFTAR PUSTAKA
Coleman, J. O. D., Evans, D.E., and Kearns, A. 2003. Plant Cell Culture. New
York: BIOS Scientific Publishers.
Yusnita. 2005. Kultur jaringan cara memperbanyak tanaman secara efisien. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta. pp.103.