Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan
organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan
benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan
panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi
kelenjar keringat. Organ-organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah
diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba,
tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang saling
bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: pidermis, dermis,
dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua
lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak
tepat di bawah pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan
retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung
pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi
pada epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan
leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di
bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan bantalan
untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan
energi.

Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang
lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul
dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat
menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis
tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan
amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-
masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen

1
(penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara
lain dermatitis.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melaporkan asuhan keperawatan pada Opa E dengan dermatitis di
wisma cendrawasih panti Werdha Budi Mulia 3, Ciracas Jakarta
Timur.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan pengertian dari dermatitis, tanda dan gejala,
etiologi, patofisiologi dan penatalaksanaan dermatitis.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Opa E dengan
dermatitis
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Opa E dengan
dermatitis
d. Mampu melakukan implementasi Opa E dengan dermatitis
e. Mampu melakukan evaluasi pada Opa E dengan dermatitis.

1.3. Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi penulis
Hasil pengkajian ini membuat pengalaman belajar dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan klien dermatitis.
1.3.2 Bagi institusi
a. Bagi panti
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian pelayanan
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan klien dermatitis.
b. Bagi pendidikan
Sebagai sumber referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan gerontik.
1.3.3 Bagi Lansia
Sebagai pengetahuan bagi lansia tentang penyebab dari dermatitis dan
cara pencegahannya.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Lanjut Usia (Lansia)


2.1.1 Pengertian Lansia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Padila, 2013).
Menurut Setianto (2004) dalam Abdul Muhith dan Sandu Siyoto (2016)
seseorang lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.

Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir
dengan kematian (Padila, 2013).

2.1.2 Perubahan dan Ciri-ciri Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) dikutip dalam buku
Sunaryo, dkk (2016). Batasan-batasan umur yang mencangkup batasan
umur lansia sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 (enam puluh) tahun ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO) usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun

3
4) Usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun
c. Menurut Bee (1996):
1) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
2) Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun)
3) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun)
4) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)
5) Masa dewasa sangat lanjut usia (usia >75 tahun)

2.1.3 Teori Proses Menua


Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2006) yaitu sebagai berikut :
a. Teori Biologis
 Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang
dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya
radikal bebas akan dihancurkan oleh enzim pelindung, namun
beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di dalam organ tubuh.
Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan
bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen
dan kolagen pada proses penuaan. Radikal bebas tidak mengandung
DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat menyebabkan gangguan
genetik dan menghasilkan produk-produk limbah yang menumpuk di
dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul,
akan terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan karena
kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi.
Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam lipofusin, bahan
limbah berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusin pada
penuaan mungkin kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel
dan replikasi DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik
penuaan, adalah dengan produk oksidasi dan oleh karena itu
tampaknya terkait dengan radikal bebas.

4
 Teori cross-link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen
dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama
meningkatkan regiditas sel, cross-linkage diperkirakan akibat reaksi
kimia yang menimbulkan senyawa antara melokul-melokul yang
normalnya terpisah (Ebersole & Hess, 1994 dalam Potter & Perry,
2005).
 Teori imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam
pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh
sehingga pada lamsia akan sangat mudah mengalami infeksi dan
kanker.perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada
jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T
intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada
sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi
merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem
imun itu sendiri.

b. Teori Psikososial
 Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran
masyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia
apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggungjawab telah
diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan
kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat menyediakan eaktu untuk
mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami dan untuk
menghadapi harapan yang belum dicapai.
 Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang
sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut
berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang

5
penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang
penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi
peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan
aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara
kesehatan sepanjang kehidupan.
 Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan
kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa.
Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung
hingga usia lanjut dan akan semakin menurunkan kualitas hidup.

2.1.4 Tugas Perkembangan Lansia


Kesiapan lansia untuk beradaptasi terhadap tugas perkembangan lansia
dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya
(Erickson). Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan penyesuaian terhadap sosial/masyarakat secara santai
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Padila,
2013).

2.2. Sistem Integumen


2.2.1 Pengertian
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang
disebut sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ
yang paling luas.Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk
kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus
(untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal). Integumen
merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “integumentum“, yang
berarti “penutup”. Sesuai dengan fungsinya, organ-organ pada sistem

6
integumen berfungsi menutup organ atau jaringan dalam manusia dari
kontak luar.

Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar
keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu
memperbaiki sendiri (self-repairing)&mekanis mepertahanan tubuh pertama
(pembatasan tara lingkungan luartubuh dengan dalam tubuh).

2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit adalah organ yang sangat penting untuk mengetahui tingkat kesehatan
seseorang.
Struktur dan fungsi integumen :
Sistem integumen merupakan bagian dari tubuh manusia, khususnya organ
yang menutupi permukaan tubuh manusia yang sering disebut sebagai
kulit.Kulit merupakan organ yang paling besar pada tubuh manusia dan
terletak paling luar sehingga mudah mengalami trauma atau terkontaminasi
oleh mikroorganisme serta mudah dilihat individu maupun orang lain. Kulit
merupakan jalinan pembuluh darah, saraf dan kelenjar yang tidak
berujung,semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit.
Secara mikroskopis, struktur kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan
epidermis, lapisan dermis dan lapisan subkutis.

1. Lapisan epidermis adalah lapisan paling atas dari kulit serta tidak
mengandung dari pembuluh darah dan saraf.
Berikut ini dijelaskan batasan setiap bagian dari lapisan epidermis:
a. Stratum korneum adalah lapisan tanduk yang berada paling
luar,terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak
berinti.
b. Stratum lusidum adalah lapisan yang terdapat langsung dibawah
lapisan korneum,merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.

7
c. Stratum granulosum merupakan lapisan epidermis yang mempunyai
fungsi penting dalam pembentukan protein dan ikatan kimia stratum
korneum.
d. Stratum spinosum (Stratum malfigi) adalah lapisan yang mengalami
proses mitosis.
e. Stratum basale merupakan lapisan epidermis yang paling bawah
terdiri atas sel-sel yang berbentuk kubus (Kolumnar) yang berbaris
seperti pagar (talisade).
2. Lapisan dermis adalah lapisan kulit dibawah epidermis yang terbagi dua
bagian :
a. Pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis.
b. Pars retikulare yaitu bagian bawah yang menonjol kearah subkutis.
3. Lapisan subkutis, lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, isolasi
untuk mempertahankan suhu tubuh, dan tempat penyimpanan energi.
4. Fungsi kulit :
Kulit mempunyai beberapa fungsi yang perlu kita ketahui yaitu :
a. Fungsi proteksi, kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan
benteng pertahanan terhadap gangguan kimiawi,bakteri,virus,dan
jamur.
b. Fungsi absorpsi, kulit memiliki sifat vermeabel-selektif artinya
menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut
dalam lemak,sedangkan air dan elektrolit sukar masuk melalui
kulit.
c. Fungsi ekskresi, saat kita kepanasan atau setelah berolahraga kulit
akan mengeluarkan keringat. Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat
yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam bentuk sebum dan
keringat.
d. Fungsi persepsi,semua orang pasti akan merasakan sentuhan. Kulit
mengandung ujung-unjung saraf sensorik di dermis dan subkutis
yang peka terhadap rangsangan panas, dingin, perabaan dan
tekanan.

8
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh,Kulit memiliki kemampuan
vasokonstriksi pada suhu dingin sehingga suhu tubuh dapat
meningkat (hangat) kemampuan vasodilitasi pada suhu panas
sehingga suhu tubuh dapat turun,serta kemampuan termoregulasi
melalui evaporasi (berkeringat).
f. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen ini disebut
melanosit.
g. Fungsi pembentukan vitamin d,dihidroksi kolesterol dapat terjadi
dengan pertolongan sinar matahari sehingga terbentuk vitamin D.

2.3 Dermatitis
2.3.1 Definisi Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal (Djuanda, Adhi, 2007).

Dermatitis adalah peradangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang disertai
dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik (Brunner dan
Suddart 2000). Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh
rasa gatal.

2.3.2 Klasifikasi Dermatitis


1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik
terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dermatitis
kontak terbagi 2 yaitu :
- Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
- Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)

9
No. Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelas Batas tidak begitu jelas
Eritema sangat jelas Eritema minus jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24 Bila sesudah 24 jam bahan
jam, bila iritan di angkat allergen di angkat, reaksi
reaksi akan segera menetap atau meluas
berhenti.

2. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-
anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum
dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa
papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
tempatnya dilipatan atau fleksural.
3. Dermatitis Numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran
sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor
ekstremitas.
4. Dermatitis Seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi,
hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan
sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di
belakang telinga.

2.3.3 Etiologi Dermatitis


Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan
fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon

10
tersebut dapat berhubungan dengan alergi (Arief Mansjoer, Kapita Selekta)
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa),
fisik (sinar matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
2. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik.

2.3.4 Patofisiologi Dermatitis


a. Dermatitis Kontak
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan
iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Kebanyakan baran iritan merusak membran
lemak keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan
merusak lisosom, mitokondria atau komponen inti. Kerusakan membran
mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA),
diasilgliserida (DAG), platelet activating factor = PAF). AA dirubah
menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT
menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan pereabilitas vaskular
sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT
juga bertindak sebagai kemotraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil,
serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, sehingga memperkuat
perubahan vaskular. Keratinosit juga melepaskan TNF alfa, suatu sitokin
proinflamasi yang dapat mengaktifkasi sel T. Lalu terjadi sensitisasi sel T
oleh saluran limfe, terjadi reaksi hipersensitivtas, jika terpajan ulang
maka sel efektor mengeluarkan limfokin.
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan ditempat
terjadinya kontak berupa eritema, panas, lesi, gatal, nyeri, iritasi.
b. Dermatitis Atopik
Faktor dari dermatitis atopik adalah faktor genetik. Konsep dasar
terjadinya ermatitis atopik adalah melalui reaksi imonologik. Kadar IgE
dalam serum penderita dermatitis atopik dan jumlah iosinofilumnya
meningkat. Terbukti bahwa ada hubungan secara sistemik antara

11
dermatitis atopik dan alergi saluran nafas. Karena 80% anak dermatitis
atopik mengalami asma bronchial atau rinitis alergik. IgE dan esinofil
meningkat karena terjadi reaksi histamin yaitu histamin akan dilepas.
Lepasnya histamin mengakibatkan perubahan vaskular pada pembuluh
darah. Sehingga terjadilah iritasi pada kulit dan kulit meradang.

2.3.5 Pathway Dermatitis

Sabun, detergen, zat kimia Bahan iritan merusak lapisan tanduk

Iritan Primer Lisosom, mitokondria, dan


komponen-komponen inti
Kerusakan sel mengalami kerusakan
Mengiritasi Kulit Integritas
Kulit
Rusaknya membran lipid
Peradangan Kulit (Lesi) keratinosit  pengaktifan
fosfolipase

Resiko Pembebasan asam


Infeksi Nyeri arakidonik

Gangguan Rasa Pembebasan histamin, prostaglandin dan leukotrin


Nyaman: Gatal

Gangguan Vasodilatasi dan permeabilitas


Penampakan kulit yang Pola Tidur yang meningkat
tidak baik

Timbul eritema, edema dan


Gangguan
Citra vesikula
Tubuh
Kurang Perubahan status kesehatan 
Pengetahuan tidak mengenal informasi

2.3.6 Manifestasi Klinis Dermatitis


Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya
pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan
genitalia eksterna.

12
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit
stadium kronis.

2.3.7 Pemeriksaan Penunjang Dermatitis


1. Pemeriksaan penunjang :
a. Biopsi kulit, adalah pemeriksaan dengan cara mengambil contoh
jaringan dari kulit yang terdapat lesi. Apabila jaringan yang diambil
cukup dalam, kita perlu menggunakan anestesi lokal. Biopsi kulit ini
digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau imfeksi
yang di sebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitifitas uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya
virus, bakteri, dan jamur pada kulit yang di duga mengalami
kelainan.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus artinya,
dalam melakukan pemeriksaan kulit, kita perlu mempersiapkan
lingkungan pemeriksaan dengan pencahayaan khusus sesuai dengan
kaasus yang dihadapi. Untuk mengetahui jenis lesi kulit dan
menegakkan diagnosis, faktor pencahayaan memegang peranan yang
sangat penting. Hindari ruang pemeriksaan yang menggunakan
lampu berwarna warni karena hal ini akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Pada kasus tertentu, pencahayaan dengan
menggunakan sinar matahari (sinar ultraviolet) justru sangat
membantu dalam menentukan jenis lesi kulit.
d. Uji tempel, uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi
untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan faktor

13
imunologis, juga untuk mengidentifikasi respon alerginya. Misalnya,
untuk membedakan apakah klien menderita dermatitis kontak alergi
atau dermatitis kontak iritan.
2. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi.

2.3.8 Penatalaksanaan Dermatitis


Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a. Terapi sitemik : Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau
kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit–SRS–A dan
pada masalah berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b. Terapi topical : Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup
diberi bedak kocok bila kronik diberi salep.
c. Diet : Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) contoh : daging, susu,
ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.

Manajemen keperawatan pada pasien dermatitis seboroik :


a. Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, faktor
pemicu yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan,
dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
b. Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu
menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap
kering.
c. Instruksikan untuk memanfaatkan shampoo dan menghindari
kebiasaan yang buruk
d. Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat
kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
e. Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari
dermatitis.

14
2.4 Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Tanggal dan waktu pengkajian harus dicantumkan guna mengetahui
perkembagan penyakit.
Biodata, tanyakan nama, umur (penting untuk mengetahui angka
prevalensi) jenis kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit
banyak terkait dengan faktor pekerjaan).
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama: gatal-gatal, rasa terbakar
b. Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya. Dalam mengkaji riwayat kesehatan
sekarang, pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan
klien. Misalnya pada klien dengan keluhan gatal, dapat dikembangkan
pengkajiannya sebagai berikut.
- P : Provocative (pencetus)
Apa penyebab rasa gatal tersebut?
- Q : Quality/Quantity (kualitas)
Bagaimana gambaran rasa gatal tersebut (seperti membakar, hilang
timbul, atau bercampur nyeri?)
- R : Region (lokasi)
Rasa gatal tersebut terasa dimana? Apakah menjalar? Jika menjalar
sampai dimana?
- S : Severity Scale (tingkat keparahan)
Berapa lama berlangsungnya dan apakah menggangu aktivitas sehari-
hari?
- T : Timing (waktu)
Kapan pertama kali dirasakan? Apakah timbul setiap saat atau
sewaktu-waktu?

15
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk informasi riwayat kesehatan yang dahulu, misalnya demam,
penyakit kulit yang pernah diderita penyakit pernapasan atau
pencernaan, riwayat alergi, dan lain-lain.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tentang status kesehatan keluarga, dapat ditanyakan ada tidaknya
anggota keluarga yang menderita gangguan kulit, kapan dimulainya
gangguan itu, dan adakah anggota keluarga yang mempunyai riwayat
alergi.
e. Riwayat pengobatan atau terpapar zat
Tanyakan pada klien obat apa saja yang telah dikonsumsi atau
pernahkah klien terpapar factor-faktor yang tidak lazim. Misalnya,
terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lainya.
f. Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
Kebiasaan dan aktivitas sehari-hari klien perlu ditanyakan Misalnya,
bagaimana pola tidur klien, sebab pola tidur dan istirahat sangat
mempengaruhi kesehatan kulit. Lingkungan kerja klien juga perlu
dikaji untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan bahan-bahan
iritan.
g. Riwayat psikososial
Keadaan psikologis klien yang perlu dikaji misalnya, stress yang
berkepanjangan yang akan mempengaruhi kesehatan kulit seseorang ,
bahkan dapat menimbulkan kelainan kulit.

Pemeriksaan Fisik
Mengkaji ciri kulit secara keseluruhan:
 Eritema yang bersisik, batas tegas/menyolok
 Lesi kering dan timbul pruritus
 Adanya lubang-lubang atau kerusakan total pada kuku dan tangan
 Lesi tidak simetris bilateral
 Lesi dapat timbul pada luka bekas garukan.
 Bila akut : eritema dan nyeri.

16
 Menarik diri

2.4.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit
2. Nyeri Akut/Nyeri Kronik
3. Perubahan pola tidur
4. Gangguan gambaran diri (citra diri)

2.4.3 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kerusakan 1. Menjadi data
Integritas keperawatan selama 5x24 jaringan kulit dasar untuk
Kulit jam diharapkan integritas yang terjadi memberikan
kulit membaik secara pada klien. informasi
optimal dengan kriteria intervensi
hasil: perawatan yang
Pertumbuhan jaringan digunakan
membaik dan lesi 2. Lakukan 2. Untuk
berkurang. tindakan menghindari
peningkatan cedera kulit,
integritas pasien harus
jaringan. dinasehati agar
tidak mencubit
atau menggaruk
daerah yang
sakit. Tindakan
untuk mencegah
kekeringan kulit
perlu di anjurkan
karena kulit
yang kering
akan
memperburuk

17
keadaan
psoriasis.
Tindakan
membasuh lesi
yang terlalu
sering akan
menambah rasa
sakit dan
pembentukan
sisik. Air yang
dipakai harus
hangat dan tidak
panas, kulit
harus
dikeringkan
dengan cara
menepuknya
memakai
handuk dan
bukan
menggososknya
kuat kuat.
Pemberian bath
oil dapat
menambah rasa
nyaman pada
luka dan
mengurangi
pembentukan
sisik. Pelunakan
kulit dapat
mencegah
timbulnya fisura
3. Diet TKTP
3. Tingkatkan
diperlukan untuk
asupan nutrisi

18
meningkatkan
asupan dari
kebutuhan
pertumbuhan
jaringan.
4. Evaluasi 4. Apabila masih
kerusakan belum mencapai
jaringan dan dari kriteria
perkembangan evaluasi 5x 24
pertumbuhan jam,
jaringan. pertumbuhan
dan perbaikan
dari lesi.maka
perlu dikaji
ulang faktor–
faktor
menghambat.
5. Kolaborasi 5. Untuk mencegah
dalam terjadinya gatal
pemberian berlebih.
obat CTM
2. Nyeri Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji nyeri 1. Menjadi
Akut/Nyeri keperawatan selama 2x24 dengan parameter dasar
Kronik jam diharapkan nyeri pendekatan untuk
berkurang atau hilang PQRST mengetahui
atau teradaptasi dapat sejauh mana
diatasi dengan kriteria intervensi yang
hasil : diperlukan dan
a. Secara subjektif sebagai evaluasi
melaporkan nyeri keberhasilan
berkurang atau dapat dari intervensi
diadaptasi manajmen nyeri
b. Dapat keperawatan.
mengidentifikasi
2. Jelaskan dan 2. Pendekatan
aktivitas yang

19
meningkatkan atau bantu pasien dengan
menurunkan aktivitas dengan tindakan menggunakan
nyeri. pereda nyeri non relaksasi dan
c. Pasien tidak gelisah. farmakologi dan non farmakologi
non invasif lainnya telah
menunjukan
keefektifan
dalam
mengurangi
nyeri.
3. Lakukan 3. Posisi fisologis
menejemen akan
keperawatan meningkatkan
(Atur posisi asupan O2 ke
fisiologis, jaringan yang
lakukan mengalami
perawatan peradangan
hygiene, subcutan bagian
istirahatkan tubuh yang
klien, bila perlu mengalami
premedikasi inflamasi lokal
sebelum dilakukan
melakukan imobilisasi
perawatan luka, untuk
menejemen menurunkan
lingkungan : respon
lingkungan peradangan dan
tenang, batasi meningkatkannk
pengunjung, esembuhan,
ajarkan tehnik istirahat
relaksasi, diperlukan
pernapasan selama fase
dalam, ajarkan akut. kondisi ini
tehnik distraksi akan
pada saat nyeri, meningkatkan

20
lakukan suplai darah
menjemen pada jaringan
sentuhan). yang mengalami
peradangan .
4. Analgetik
4. Kolaborasi
memblok
dengan dokter
lintasan nyeri
untuk pemberian
sehingga nyeri
analgetik
akan berkurang
5. Terapi antibiotik
5. Kolaborasi
sistemik yang
dengan dokter
dipilih
untuk pemberian
berdasarkan
antibiotik
pemeriksaan
sensitifitas
umumnya
diperlukan
3. Perubahan Setelah dilakukan asuhan 1. Bantu pasien 1. Gerak badan
Pola Tidur keperawatan selama 3x24 melakukan gerak memberikan
jam diharapkan badan secara efek yang
pencapaian tidur yang teratur menguntungkan
nyenyak dengan kriteria untuk tidur jika
hasil : dilaksanakan
Mencapai tidur yang pada sore hari
nyenyak, Melaporkan 2. Cegah dan obati 2. Pruritus
pereedaan rasa gatal, kulit yang kering noeturnal
Mempertahankan kondisi mengganggu
lingkungan yang tepat, tidur yang
Menghindari konsumsi normal
kafein pada sore hari dan 3. Anjurkan kepada 3. tindakan ini
menjelang tidur pada klien menjaga mencegah
malam hari, Mengenali kulit selalu kehilangan air.
tindakan untuk lembab Kulit yangkering
meningkatkan tidur, dan gatal
Mengalami pola biasanya tidak

21
tidur/istrahat yang dapat
memuaskan. disembuhkan
tetapi bisa
dikendalikan
4. Anjurkan klien 4. Kafein memiliki
menghindari efek puncak 2 –
minuman kafein 4 jam sesudah di
menjelang tidur konsumsi
dimalam hari
5. Anjurkan klien 5. Tindakan ini
mengerjakan hal memudahkan
hal yang ritual peralihan dari
dan rutin keadaan terjaga
menjelang tidur menjadi keadaan
tertidur.
4. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji perubahan 1. Menentukan
Gambaran keperawatan selama 3x24 dari gangguan bantuan
Diri (Citra jam diharapkan citra diri persepsi dan individual dalam
Diri) pasien meningkat dengan hubungan dengan menysusun
kriteria hasil : derajat rencana
Mampu menyatakan atau ketidakmampuan perawatan dan
mengkomunikasikan pemilihan
dengan orang terdekat intervensi.
tentang situasi dan 2. Beberapa pasien
2. Identifikasi arti
perubahan yang sedang dapat menerima
dari kehilangan
terjadi, mampu secara efektif
atau disfungsi
menyatakan penerimaan kondisi
pada pasien.
diri terhadap situasi. perubahan
fungsi yang
dialaminya,
sedangkan yang
lain mempunyai
kesulitan dalam
menerima
perubahan

22
fungsi yang
dialaminya,
sehingga
memberikan
dampak pada
kondisi koping
maladaptif
3. Bina hubungan 3. Hubungan
terapeutik. terapeutik antara
profesional
pelayanan
kesehatan dan
penderita
psoriasis
merupakan
hubungan yang
mencakup
pendidikan, serta
dukungan.
Setelah
hubungan
tersebut
diciptakan,
pasien harus
lebih memiliki
keyakinan diri
dan
pemberdayaan
dalam
melaksanakan
program terapi.
4. Pengenalan
4. Bantu pasien
terhadap strategi
unutk
koping yang
mendapatkan
berhasil
mekanisme

23
koping yang dijalankan oleh
efektif penderita
psoriasis lainnya
dan saran-saran
untuk
mengurangi atau
menghadapi
situasi penuh
stres dirumah,
disekolah atau
tempat kerja
akan
memfasilitasi
ekspektasi
pasien yang
lebih positif
5. Menghidupkan
5. Anjurkan orang
kembali
terdekat untuk
perasaan
mengizinkan
kemandirian dan
pasien melakukan
membantu
sebanyak-
perkembangan
banyaknya hal-
harga diri serta
hal untuk dirinya
memengaruhi
proses
rehabilitasi
6. Pasien dapat
6. Dukung perilaku
beradaptasi
atau usaha seperti
terhadap
peningkatan
perubahan dan
minat atau
pengertian
partisipasi dalam
tentang peran
aktivitas
individu masa
rehabilitasi
mendatang

24
5.3.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.

5.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan
telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada
kriteria hasil.

25
BAB III

Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Opa E Dengan Dermatitis

Tanggal Pengkajian : 23 September 2017 jam 16.00 WIB

A. Data Biografi
Nama : Opa E
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat & tanggal lahir : Pontianak
Umur :-

Golongan darah :-

Pendidikan terakhir : SD

Agama : Kristen

Status Perkawinan : Belum Menikah

TB/BB :

Penampilan : Kulit putih dan kering.

Ciri-ciri fisik : Kulit putih dan kering, rambut beruban,


memakai tongkat saat berjalan

Alamat :-

Telp :-

Orang Yang Dekat Dihubungi : Tidak ada

Hubungan dengan usila: -

Alamat :-

Telp :-

26
B. Riwayat Keluarga
Genogram

x x

Keterangan :
: Perempuan x : Perempuan
Meninggal

x
: Laki-laki : Laki-laki
Meninggal

: Opa E

C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Opa E saat ini tidak bekerja, karena Opa S
tinggal di panti werdha
Alamat Pekerjaan :-
Berapa Jarak Dari Rumah :-
Alat Transportasi :-

27
Pekerjaan sebelumnya : Opa E mengatakan kalau sebelumnya ia
bekerja sebagai penjahit baju
Berapa Jarak Dari Rumah : ± 2 Km
Alat Transportasi : Jalan Kaki
Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan :
Opa E mengatakan tidak ada sumber pendapatan karena tidak bekerja

D. Riwayat Lingkungan Hidup


Tipe tempat tinggal :-
Jumlah Kamar :-
Kondisi Tempat Tinggal :-
Jumlah orang yang tinggal di rumah : -

E. Riwayat Rekreasi
Hobi/minat : Tidur, Berdiam Diri
Keangotaan organisasi : Saat ini Opa E tidak mengikuti organisasi
Liburan/perjalanan : Opa E tidak pernah liburan selama di panti

F. Sistem Pendukung
Perawat/ bidan/ dokter/ fisioterapi :-
Jarak dari rumah :-
Rumah sakit :-
Jarak dari rumah :-
Klinik :-
Pelayanan kesehatan di rumah :-
Makanan yang dihantarkan :-
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : -

G. Deskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual : Kebiasan opa E di panti dalam melakukan hal sesuai
keyakinan Opa E yaitu mengikuti acara doa yang
diadakan di aula panti.

28
H. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun lalu :
Opa E mengatakan kemerahan dan rasa gatal yang ditimbulkan dibagian
kakinya sudah terjadi kurang lebih 3 bulan terakhir. Rasa gatal yang
timbul pada malam hari membuat Opa E sulit tidur.

Kesehatan umum selama 5 tahun lalu :


-

Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan :


Opa E tidak tahu bagaimana cara melakukan penanganan saat rasa gatal
mulai menyerang, Opa E hanya menggaruk area yang gatal.

Obat-obatan :
Alergi (catatan agen dan reaksi spesifik)

Obat-obatan : Tidak ada


Makanan : Udang
Lingkungan : Tidak ada

Penyakit yang diderita : Dermatitis

I. Aktivitas Hidup Sehari-hari


Indeks Katz : A (Kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi)
Oksigenasi : Pergerakan dinding dada simetris,
pengembangan paru kanan dan yang kiri baik,
pernapasan 19 x/menit dangkal, teratur, suara
paru vesikuler.
Cairan dan elektrolit : Opa E mengatakan konsumsi air putih ± 3-4
gelas perhari.

29
Nutrisi : Opa E mengatakan kalau makan kadang habis
kadang tidak habis, sehari makan 3 kali, ada
pantangan makanan yaitu udang (bisa gatal-gatal
kalau makan udang).
Eliminasi : Opa E mengatakan tidak pernah operasi untuk
masalah prostat dan kandung kemih, klien tidak
ada masalah prostat, klien tidak ada masalah
dalam berkemih, klien tidak pernah mengalami
bocor urin, klien tidak mengalami kesulitan untuk
menahan urin, tidak ada masalah dengan
perkemihan, BAK ±4-5x/hari dan BAB frekuensi
1-2 kali sehari.
Aktivitas : Opa E tergolong kurang aktif dan jarang
mengikuti kegiatan yang ada dipanti.
Istirahat dan tidur : Opa E mengatakan susah tidur di malam hari
karena gatal, Opa E tidur kurang dari 8 jam pada
malam hari, sulit tidurnya juga dikarenakan
gelisah dan cemas.
Personal hygiene : Mandi 1 kali sehari, memakai sabun, dan
rambut dikeramas setiap mandi.
Rekreasi :-
Psikologis : Opa E mengatakan bahwa Opa E lebih senang
menyendiri dan jarang berinteraksi dengan
teman-temannya.
Persepsi Klien
- Konsep diri : Opa E merasa malu dengan keadannya, Opa E
lebih sering menyendiri
- Emosi :-
- Mekanisme pertahanan diri : Opa E hanya bisa diam meratapi
keadaannya yang sekarang

30
J. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
Skala koma glascow : 15 (E4= Spontan, V5= Orientasi Baik,
M6=Mengikuti Perintah)
Tanda-tanda Vital : Tekanan darah : 130/70 mmHg, nadi : 83x/menit
pernapasan: 19x/menit, suhu : 36,5 oC.
Kepala : Kepala tidak ada lesi, tidak ada ketombe, bersih
rambut pendek, hitam dan sudah ada uban, saat
dipalpasi tidak ada massa atau benjolan.
Mata : Kedua mata simetris, palpebra tidak edema,
konjungtiva tidak anemis.
Hidung : Hidung bersih tidak ada polip.
Telinga : Simetris, bersih, pendengaran masih baik.
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
distensi vena jugularis
Dada dan punggung : Punggung tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada
lesi, dada simetris, tidak ada nyeri dada. Bunyi
jantung I dan II teratur, kuat tidak ada gallop dan
murmur, frekuensi 83 x/menit, tekanan darah
130/70 mmHg, suhu 36,5 oC.
Abdomen : Tidak ada nyeri ulu hati, BU (+) frekuensi 5x/m,
tidak ada lesi.
Kulit : Tekstur kulit terlihat kendur, keriput (+),
peningkatan pigmen (+), dibagian ektremitas
bawah sinistra terdapat kemerahan, lesi dan kering
(+), ekstremitas bawah dekstra kering dan tidak
elastis (+), turgor kulit menurun (+)
Ekstremitas atas : Edema -/-, kekuatan otot 5555/2222, lesi (-), CRT
<2 detik
Ekstremitas bawah : Edema -/+, kekuatan otot 3333/3333, lesi (+) di
tungkai sinistra

31
Genitalia : Tidak ada keluhan

Sistem Reproduksi :-

System imun : Opa E sering lemas karena proses daya tahan


tubuh yang menurun sesuai dengan kondisi usianya.

System persarafan : Tidak ada kelainan

System pengecapan : Tidak ada kelainan

System penciuman : Tidak ada kelainan

Taktil respon : Tidak ada kelainan

K. Status Kognitif/afektif/social
1. Short Portable Mental Status Quaestionnaire (SPMSQ): Kesalahan 8
(kerusakan intelektual berat)
2. Inventaris Depresi Beck : Klien mengalami depresi minimal, hasil ini
diperoleh dari data pengkajian depresi beck, dimana ditemukan hasil
pengkajian dengan nilai 4.
3. Indeks barthel (IB): 20 (Mandiri).

32
L. ANALISA DATA
nonoo No Data Etiologi Masalah
1. DS: Proses penuaan Gangguan Rasa
- Opa E mengatakan Nyaman: Gatal
gatal diarea kaki Penurunan fungsi Pada Opa E
bawah sebelah kiri integumen
- Opa E mengatakan
gatal dirasakan Elastisitas kulit
sudah hampir ± 3 dan kelembaban
bulan menurun
- Opa E mengatakan
saat gatal Kulit kering dan
menyerang Opa E gatal
hanya bisa
menggaruknya Gangguan rasa
- Opa E mengatakan nyaman: Gatal
sulit tidur pada
malam hari karena
rasa gatal yang
dirasakan

DO:
- Opa E tampak tidak
nyaman dengan rasa
gatalnya
- Opa E tampak sering
meratapi bagian
kakinya yang gatal
- Opa E tampak
menggaruk-garuk
kakinya yang gatal
- Kulit tampak kering

33
- Area kulit yang gatal
tampak berwarna
gelap
- Tampak ada lesi di
area yang gatal
- Edema tungkai kiri
- Klien tampak
gelisah
2. DS: Proses penuaan Gangguan
- Opa E mengatakan Integritas Kulit
gatal diarea kaki Penurunan fungsi Pada Opa E
bawah sebelah kiri integumen
-
DO : Elastisitas kulit
- Opa E tampak tidak dan kelembaban
nyaman dengan rasa menurun
gatalnya
- Opa E tampak sering Kulit kering dan
meratapi bagian gatal
kakinya yang gatal
- Opa E tampak Perilaku
menggaruk-garuk menggaruk
kakinya yang gatal
- Kulit tampak kering Tampak lesi
- Area kulit yang gatal
tampak berwarna Gangguan
gelap integritas kulit
- Tampak ada lesi di
area yang gatal

3. DS: Proses penuaan Gangguan


- Opa E mengatakan Konsep Diri Pada
malu dengan Penurunan fungsi Opa E

34
kondisinya integumen

DO:
Elastisitas kulit
- Opa E tampak lebih dan kelembaban
senang diam dan menurun
menyendiri
- Opa E tampak malas Kulit kering dan
beraktivitas
- Ekspresi Opa E
tampak murung gatal
- Kulit tampak kering Perilaku
- Area kulit yang gatal menggaruk
tampak berwarna
gelap Tampak lesi
- Tampak ada lesi di
area yang gatal Penampakan
kulit yang tidak
baik

Gangguan
Konsep Diri

M. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Rasa Nyaman: Gatal
2. Gangguan Integritas Kulit
3. Gangguan Konsep Diri

35
N. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Rasa Setelah diberikan intervensi 1. Jelaskan gejala gatal-gatal 1. Dengan mengetahui proses
Nyaman: Gatal Pada keperawatan selama 3x24 berhubungan dengan fisiologis dan psikologis serta
Opa E jam, diharapkan Opa E penyebabnya (misal karena penanganannya akan
menunjukkan berkurangnya keringnya kulit) dan prinsip meningkatkan rasa
pruritus dengan kriteria hasil: terapinya. kooperatif.
1. Berkurangnya lecet 2. Berikan pengobatan herbal 2. Pemberian minyak zaitun
akibat garukan. dengan menggunakan olesan akan melembabkan kulit dan
2. Klien tidur nyenyak minyak zaitun pada area yang mengurangi sensasi gatal.
tanpa terganggu rasa gatal. 3. Agar klien mengetahui
gatal. 3. Berikan edukasi pada klien agar bagaimana cara menggaruk
3. Klien tidak menggaruk area yang gatal yang baik ketika gatal
mengungkapkan dengan kuku. menyerang agar mencegah
adanya peningkatan terjadinya lecet dan luka.
rasa nyaman. 4. Beri kompres dingin pada 4. Untuk menghilangkan
tungkai yang bengkak. bengkak.
5. Bersihkan area luka dengan 5. Untuk menghindari infeksi

36
cairan PK. berlanjut.
6. Lakukan nail care. 6. Agar tidak menciderai area
yang digaruk.
2. Gangguan Integritas Setelah diberikan intervensi 1. Inspeksi kulit klien tiap 1. Untuk melihat keefektifan
Kulit Pada Opa E keperawatan selama 3x24 pergantian tugas, jelaskan terapi.
jam, diharapkan klien akan dan dokumentasikan kondisi
mempertahankan kulit agar kulit dan laporkan perubahan.
mempunyai hidrasi yang baik 2. Mandi paling tidak sehari 2. Dengan mandi air akan
dan turunnya peradangan, sekali dan segera oleskan meresap ke dalam kulit dan
dengan kriteria hasil: salep atau minyak zaitun pengolesan salep setelah
1. Mengungkapkan yang telah diresepkan setelah mandi untuk mencegah
peningkatan mandi. penguapan air dari kulit,
kenyamanan kulit pengolesan minyak zaitun
2. Berkurangnya derajat akan melembabkan kulit.
pengelupasan kulit 3. Gunakan air dingin jangan air 3. Air hangat atau air panas
3. Berkurangnya hangat atau panas. akan menyebabkan
kemerahan vasodilatasi dan akan
4. Berkurangnya lecet meningkatkan pruritus.
karena garukan 4. Gunakan sabun yang 4. Sabun antiseptik baik untuk

37
5. Penyembuhan area mengandung antiseptik. membersihkan kulit yang
kulit yang telah rusak gatal dan mengurangi resiko
6. Mampu melindungi infeksi.
kulit dan 5. Berikan kesempatan klien 5. Tindakan ini untuk
mempertahankan untuk mengungkapkan mengurangi persepsi yang
kelembaban kulit perasaan tentang masalah salah tentang keadaan klien.
dengan perawatan kulitnya.
alami
3. Gangguan Konsep Setelah diberikan intervensi 1. Berikan motivasi pada klien 1. Dukungan yang baik akan
Diri Pada Opa E keperawatan selama 3x24 jam untuk menerima keadaannya. memberikan perubahan yang
diharapkan Opa E tidak positif.
mengalami gangguan konsep 2. Kaji persepsi klien tentang 2. Untuk mengeksplorasi
diri, dengan kriteria hasil: gambaran dirinya. perasaan klien.
1. Klien tidak menarik 3. Jaga komunikasi yang baik 3. Untuk mengurangi perilaku
diri dari kontak sosial dengan klien dan bantu klien menyendiri.
2. Klien mau untuk berkomunikasi dengan
berpartisipasi dalam orang lain.
perawatan dirinya 4. Catat adanya tingkah laku 4. Untuk menghindari perilaku
3. Ekspresi wajah klien non-verbal atau tingkah laku yang membahayakan diri

38
tidak menunjukkan negatif. klien.
tanda berduka 5. Evaluasi sikap dan 5. Untuk menentukan intervensi
mekanisme koping klien. selanjutnya mengenai koping
klien.

IMPLEMENTASI HARI KE 1

No Tanggal/ Implementasi Evaluasi


Dx.Kep waktu
I Senin, 1. Menjelaskan gejala gatal-gatal S :
25/09/2017 - Opa E mengatakan masih gatal diarea kaki bawah sebelah kiri
berhubungan dengan penyebabnya
- Opa E mengatakan saat gatal menyerang Opa E masih selalu
(misal karena keringnya kulit) dan
menggaruknya
prinsip terapinya.
- Opa E mengatakan sulit tidur pada malam hari karena rasa gatal yang
2. Memberikan pengobatan herbal
dirasakan
dengan menggunakan olesan
O:
minyak zaitun pada area yang
- Opa E masih tampak tidak nyaman dengan rasa gatalnya
gatal.
- Opa E masih sering meratapi bagian kakinya yang gatal
3. Memberikan edukasi pada klien
- Opa E tampak masih menggaruk-garuk kakinya yang gatal

39
agar tidak menggaruk area yang - Kulit tampak kering
gatal dengan kuku. - Area kulit yang gatal tampak berwarna gelap
- Tampak ada lesi di area yang gatal
- Klien tampak gelisah
A : Masalah belum teratasi
P:
7. Jelaskan gejala gatal-gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal
karena keringnya kulit) dan prinsip terapinya.
8. Berikan pengobatan herbal dengan menggunakan olesan minyak
zaitun pada area yang gatal.
9. Berikan edukasi pada klien agar tidak menggaruk area yang gatal
dengan kuku.
10. Beri kompres dingin pada tungkai yang bengkak.
11. Bersihkan area luka dengan cairan PK.
12. Lakukan nail care.

II Senin, 1. Menginspeksi kulit klien tiap S:


25/09/2017 - Opa E mengatakan gatal diarea kaki bawah sebelah kiri
pergantian tugas, jelaskan dan
O:
dokumentasikan kondisi kulit
- Opa E tampak tidak nyaman dengan rasa gatalnya
dan laporkan perubahan.

40
2. Menganjurkan mandi paling - Opa E tampak sering meratapi bagian kakinya yang gatal
tidak sehari sekali dan segera - Opa E tampak menggaruk-garuk kakinya yang gatal
oleskan salep atau minyak - Kulit tampak kering
zaitun yang telah diresepkan - Area kulit yang gatal tampak berwarna gelap
setelah mandi. - Tampak ada lesi di area yang gatal
3. Menganjurkan menggunakan A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
air dingin jangan air hangat
- Inspeksi kulit klien tiap pergantian tugas, jelaskan dan
atau panas.
dokumentasikan kondisi kulit dan laporkan perubahan.
4. Menganjurkan menggunakan
- Mandi paling tidak sehari sekali dan segera oleskan salep atau
sabun yang mengandung
minyak zaitun yang telah diresepkan setelah mandi.
antiseptik.
- Gunakan air dingin jangan air hangat atau panas.
5. Memberikan kesempatan klien
- Gunakan sabun yang mengandung antiseptik.
untuk mengungkapkan
- Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
perasaan tentang masalah
masalah kulitnya.
kulitnya.
III Senin, 1. Memberikan motivasi pada S :
25/09/2017 - Opa E mengatakan malu dengan kondisinya
klien untuk menerima
keadaannya. O:
2. Mengkaji persepsi klien - Opa E tampak lebih senang diam dan menyendiri

41
tentang gambaran dirinya. - Opa E tampak malas beraktivitas
3. Menjaga komunikasi yang - Ekspresi Opa E tampak murung
baik dengan klien dan bantu - Kulit tampak kering
klien untuk berkomunikasi - Area kulit yang gatal tampak berwarna gelap
dengan orang lain. - Tampak ada lesi di area yang gatal
4. Mencatat adanya tingkah laku A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
non-verbal atau tingkah laku
- Berikan motivasi pada klien untuk menerima keadaannya.
negatif.
- Kaji persepsi klien tentang gambaran dirinya.
5. Mengevaluasi sikap dan
- Jaga komunikasi yang baik dengan klien dan bantu klien untuk
mekanisme koping klien.
berkomunikasi dengan orang lain.
- Catat adanya tingkah laku non-verbal atau tingkah laku negatif.
Evaluasi sikap dan mekanisme koping klien.

42
IMPLEMENTASI HARI KE 2

No Tanggal/ Implementasi Evaluasi


Dx.Kep waktu
I Selasa, 1. Menjelaskan gejala gatal-gatal S :
26/09/2017 - Opa E mengatakan masih gatal diarea kaki bawah sebelah kiri tetapi
berhubungan dengan penyebabnya
hanya sesekali
(misal karena keringnya kulit) dan
- Opa E mengatakan saat gatal menyerang Opa E masih selalu
prinsip terapinya.
menggaruknya
2. Memberikan pengobatan herbal
O:
dengan menggunakan olesan
- Opa E masih tampak tidak nyaman dengan rasa gatalnya
minyak zaitun pada area yang
- Opa E masih sering meratapi bagian kakinya yang gatal
gatal.
- Opa E tampak masih menggaruk-garuk kakinya yang gatal
3. Memberikan edukasi pada klien
- Kulit tampak sedikit lembab
agar tidak menggaruk area yang
- Area kulit yang gatal tampak berwarna gelap
gatal dengan kuku.
- Tampak ada lesi di area yang gatal
- Klien tampak gelisah
A : Masalah belum teratasi
P:
13. Jelaskan gejala gatal-gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal
karena keringnya kulit) dan prinsip terapinya.

43
14. Berikan pengobatan herbal dengan menggunakan olesan minyak
zaitun pada area yang gatal.
15. Berikan edukasi pada klien agar tidak menggaruk area yang gatal
dengan kuku.
16. Bersihkan area luka dengan cairan PK.

II Selasa, 1. Menginspeksi kulit klien tiap S:


25/09/2017 - Opa E mengatakan gatal diarea kaki bawah sebelah kiri
pergantian tugas, jelaskan dan
O:
dokumentasikan kondisi kulit
- Opa E tampak tidak nyaman dengan rasa gatalnya
dan laporkan perubahan.
- Opa E tampak sering meratapi bagian kakinya yang gatal
2. Menganjurkan mandi paling
- Opa E tampak menggaruk-garuk kakinya yang gatal
tidak sehari sekali dan segera
- Kulit tampak kering
oleskan salep atau minyak
- Area kulit yang gatal tampak berwarna gelap
zaitun yang telah diresepkan
- Tampak ada lesi di area yang gatal
setelah mandi.
A : Masalah belum teratasi
3. Menganjurkan menggunakan P : Lanjutkan intervensi
- Inspeksi kulit klien tiap pergantian tugas, jelaskan dan
air dingin jangan air hangat
dokumentasikan kondisi kulit dan laporkan perubahan.
atau panas.
- Mandi paling tidak sehari sekali dan segera oleskan salep atau
4. Menganjurkan menggunakan

44
sabun yang mengandung minyak zaitun yang telah diresepkan setelah mandi.
antiseptik. - Gunakan air dingin jangan air hangat atau panas.
5. Memberikan kesempatan klien - Gunakan sabun yang mengandung antiseptik.
untuk mengungkapkan - Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
perasaan tentang masalah masalah kulitnya.
kulitnya.
III Selasa, 1. Memberikan motivasi pada S :
26/09/2017 - Opa E mengatakan malu dengan kondisinya
klien untuk menerima
keadaannya. O:
2. Mengkaji persepsi klien - Opa E tampak lebih senang diam dan menyendiri

tentang gambaran dirinya. - Opa E tampak malas beraktivitas

3. Menjaga komunikasi yang - Ekspresi Opa E tampak murung

baik dengan klien dan bantu - Kulit tampak kering

klien untuk berkomunikasi - Area kulit yang gatal tampak berwarna gelap

dengan orang lain. - Tampak ada lesi di area yang gatal

4. Mencatat adanya tingkah laku A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
non-verbal atau tingkah laku - Berikan motivasi pada klien untuk menerima keadaannya.
negatif. - Kaji persepsi klien tentang gambaran dirinya.
5. Mengevaluasi sikap dan - Jaga komunikasi yang baik dengan klien dan bantu klien untuk

45
mekanisme koping klien. berkomunikasi dengan orang lain.
- Catat adanya tingkah laku non-verbal atau tingkah laku negatif.
Evaluasi sikap dan mekanisme koping klien.

IMPLEMENTASI HARI KE 3

No Tanggal/ Implementasi Evaluasi


Dx.Kep waktu
I Rabu, 1. Menjelaskan gejala gatal-gatal S :
27/09/2017 - Opa E mengatakan gatal diarea kaki kiri bawah mulai berkurang
berhubungan dengan penyebabnya
O:
(misal karena keringnya kulit) dan
- Opa E tampak sesekali masih menggaruk-garuk kakinya yang gatal
prinsip terapinya.
- Kulit tampak lembab
2. Memberikan pengobatan herbal
- Area kulit yang gatal tampak berwarna gelap mulai memudar
dengan menggunakan olesan
- Tampak lesi di area yang gatal mulai kering
minyak zaitun pada area yang
A : Masalah teratasi sebagian
gatal. P:
17. Berikan pengobatan herbal dengan menggunakan olesan minyak
3. Memberikan edukasi pada klien
zaitun pada area yang gatal.
agar tidak menggaruk area yang
18. Berikan edukasi pada klien agar tidak menggaruk area yang gatal

46
gatal dengan kuku. dengan kuku.
19. Bersihkan area luka dengan cairan PK.

II Rabu, 1. Menginspeksi kulit klien tiap S:


27/09/2017 - Opa E mengatakan gatal diarea kaki bawah sebelah kiri mulai
pergantian tugas, jelaskan dan
berkurang
dokumentasikan kondisi kulit
O:
dan laporkan perubahan.
- Opa E tampak sesekali menggaruk-garuk kakinya yang gatal dengan
2. Menganjurkan mandi paling
punggung tangan
tidak sehari sekali dan segera
- Kulit tampak lembab
oleskan salep atau minyak
- Area kulit yang gatal tampak berwarna gelap mulai memudar
zaitun yang telah diresepkan
- Tampak lesi di area yang gatal mulai kering
setelah mandi.
A : Masalah teratasi sebagian
3. Menganjurkan menggunakan P : Lanjutkan intervensi
- Inspeksi kulit klien tiap pergantian tugas, jelaskan dan
air dingin jangan air hangat
dokumentasikan kondisi kulit dan laporkan perubahan.
atau panas.
- Mandi paling tidak sehari sekali dan segera oleskan salep atau
4. Menganjurkan menggunakan
minyak zaitun yang telah diresepkan setelah mandi.
sabun yang mengandung
- Gunakan air dingin jangan air hangat atau panas.
antiseptik.
- Gunakan sabun yang mengandung antiseptik.
5. Memberikan kesempatan klien

47
untuk mengungkapkan - Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
perasaan tentang masalah masalah kulitnya.
kulitnya.
III Rabu, 1. Memberikan motivasi pada S :
27/09/2017 - Opa E mengatakan malu dengan kondisinya
klien untuk menerima
keadaannya. O:
2. Mengkaji persepsi klien - Opa E tampak lebih senang diam dan menyendiri

tentang gambaran dirinya. - Opa E tampak malas beraktivitas

3. Menjaga komunikasi yang - Ekspresi Opa E tampak murung

baik dengan klien dan bantu - Kulit tampak lembab

klien untukberkomunikasi A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
dengan orang lain. - Berikan motivasi pada klien untuk menerima keadaannya.
4. Mencatat adanya tingkah laku - Kaji persepsi klien tentang gambaran dirinya.
non-verbal atau tingkah laku - Jaga komunikasi yang baik dengan klien dan bantu klien untuk
negatif. berkomunikasi dengan orang lain.
5. Mengevaluasi sikap dan - Catat adanya tingkah laku non-verbal atau tingkah laku negatif.
mekanisme koping klien. Evaluasi sikap dan mekanisme koping klien.

48
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Intervensi Dermatitis Dengan Tindakan Non Farmakologi


Gambar Hari Pertama

Gambar Hari Kedua


Hasil Implementasi Pemberian Minyak Zaitun Pada Opa E Dengan Dermatitis

49
Gambar Hari Ketiga
Hasil Implementasi Pemberian Minyak Zaitun Pada Opa E Dengan Dermatitis

Pemberian minyak zaitun adalah salah satu pengobatan herbal yang bisa
diberikan untuk penderita dermatitis. Tindakan yang terpenting dalam
menjaga integritas kulit adalah menjaga hidrasi kulit dalam batas yang wajar
(tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering). Menurut Registerd Nurse’s
Asosiastion Of Ontorio-RNO (2005) dalam Yolanda (2012) salah satu
intervensi dalam menjaga integritas kulit adalah dengan cara memberikan
pelembab lubrikan seperti lotion, krim dan salep lembab atau menggunakan
barier pelindung kulit. Menurut Hammad (2011) minyak zaitun adalah
minyak yang berasal dari biji zaitun yang kaya akan asam linoleat. Dimana
mengandung 85% mineral (fosfor, sulfat, kalsium). Sedikit protein dan
mengandung vitamin A, B, C, D dan E setiap 100 gram mengandung 224
kalori.

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan pada kulit
bagian tungkai kiri Opa E. Tetapi perubahannya tidak terlalu tampak, hal ini
disebabkan karena faktor pemicu yang berasal dari kebiasaan Opa E yang
sulit sekali diberitahu untuk mengganti handuknya.

50
4.2 Pengkajian
Dari data yang telah dikumpulkan selama pengkajian ternyata tidak
ditemukan kesenjangan antara data hasil pengkajian dengan tanda dan gejala
yang ada didalam teori. Pada pengkajian secara teori dikatakan bahwa
penderita dermatitis tidak selalu muncul berdasarkan urutan stadium akut,
subakut dan kronis. Pada Opa E gejala yang muncul langsung ke arah
stadium kronis yang ditandai dengan munculnya lesi tampak kering, skuama,
hiperpigmentasi. Sesuai dengan berdasarkan teori yang ada bahwa Stadium
tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak
awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

4.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang aktual maupun yang potensial. Masalah keperawatan aktual adalah
masalah yang diperoleh saat pengkajian sedangkan masalah keperawatan
potensial adalah masalah yang timbul kemudian. Diagnosa keperawatan
adalah suatu pernyataan yang jelas dan pasti tentang status masalah kesehatan
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan (Mubarak, 2009). Setelah
dilakukan pengkajian di wisma cendrawasih di PSTW Budi Mulia 3 Ciracas
Jakarta Timur, penulis menemukan masalah keperawatan pada Opa E seperti
yang ada pada teori yaitu gangguan rasa nyaman: gatal, gangguan integritas
kulit dan gangguan konsep diri.

4.4 Rencana Keperawatan


Pada tahap perencanaan. Rencana yang terdapat dalam teori belum disusun
sesuai dengan prioritas masalah yang ada, namun pada asuhan keperarawatan
yang nyata penulis membuat rencana sesuai dengan prioritas yang muncul
berdasarkan yang penulis dapatkan selama 2 minggu dan dari hasil
pengkajian keperawatan. Tidak semua rencana tindakan penulis masukan ke
dalam rencana tindakan pada asuhan keperawatan secara nyata, hal ini karena
penulis ingin merencanakan rencana tindakan dengan keadaan klien saat itu.

51
Rencana tindakan keperawatan pada proses ini diperoleh kesepakatan dengan
Opa E yang dikelola yang meliputi waktu, tempat, dan penanggung jawab
kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan yang akan direncanakan untuk
mengatasi masalah yang muncul antara lain: Upaya peningkatan pengetahuan
Opa E melalui pendidikan kesehatan (penyuluhan).

Rencana pada diagnosa pertama adalah:


1. Jelaskan gejala gatal-gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal
karena keringnya kulit) dan prinsip terapinya.
2. Berikan pengobatan herbal dengan menggunakan olesan minyak zaitun
pada area yang gatal.
3. Berikan edukasi pada klien agar tidak menggaruk area yang gatal dengan
kuku.
4. Beri kompres dingin pada tungkai yang bengkak.
5. Bersihkan area luka dengan cairan PK.
6. Lakukan nail care.

Rencana pada diagnosa kedua adalah:


6. Inspeksi kulit klien tiap pergantian tugas, jelaskan dan dokumentasikan
kondisi kulit dan laporkan perubahan.
7. Mandi paling tidak sehari sekali dan segera oleskan salep atau minyak
zaitun yang telah diresepkan setelah mandi.
8. Gunakan air dingin jangan air hangat atau panas.
9. Gunakan sabun yang mengandung antiseptik.
10. Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
masalah kulitnya.

Rencana pada diagnosa ketiga adalah:


6. Berikan motivasi pada klien untuk menerima keadaannya.
7. Kaji persepsi klien tentang gambaran dirinya.
8. Jaga komunikasi yang baik dengan klien dan bantu klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.

52
9. Catat adanya tingkah laku non-verbal atau tingkah laku negatif.
10. Evaluasi sikap dan mekanisme koping klien

B. Implementasi

a. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menimbulkan perubahan
tingkah laku hidup sehat, baik lingkungan masyarakat dan sosial (Sari,
2012).Sementara pendidikan kesehatan menurut Wafid Iqbal Mubarak &
Nurul C (2009) dalam Sari (2012) yaitu Pendidikan kesehatan adalah
proses perubahan perilaku yang dinamis di mana perubahan tersebut
bukan sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain
dan pula seperangkat prosedur, tetapi perubahan tersebut terjadi karena
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok,atau masyarakat
sendiri.
b. Memberikan olesan minyak zaitun sebanyak 2 kali/hari, mengompres
dingin area tungkai kiri yang bengkak dan membersihkan luka dengan
cairan PK.

53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian di Wisma Cendrawasih saya menemukan
beberapa masalah kesehatan yang bersifat resiko bagi WBS, antara lain:
Dermatitis.
Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
antara lain adalah Opa E bisa menjelaskan sedikit pengertian dari
dermatitis walaupun tidak semuanya, sehingga dia bisa mengetahui bahwa
gatal-gatal yang dirasakan pada kaki kirinya karena penyakit dermatitis.
Pendidikan kesehatan tentang dermatitis pada Opa E, pemberian olesan
minyak zaitun sebanyak 2 kali/hari, pemberian kompres dingin pada kaki
yang bengkak dan pembersihan luka dengan menggunakan cairan PK.
Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah dari
dermatitis yang dialami oleh Opa E mendapatkan penolakan karena Opa E

54
merupakan WBS yang pemalu dan sedikit malas namun dengan
menggunakan pendekatan yang baik Opa E pun bersedia diberikan
intervensi.

B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka disarankan untuk :
1. Mahasiswa
Diharapkan Mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan
menambah bekal tentang konsep keperawatan gerontik, sehingga
terdapat optimalisasi kinerja dalam melakukan praktek klinik
keperawatan gerontik.
2. PSTW
Diharapkan kepada pihak Panti terutama pada tenaga kesehatan di Panti
untuk dilanjutkan kembali proses pengobatan secara alternatif yang
sudah diberikan kepada Opa E karena dilihat dari hasil evaluasi terdapat
perubahan terhadap kulit Opa E dan kulitnya menjadi lembab.

55

Anda mungkin juga menyukai