Anda di halaman 1dari 20

1

PRESBIKUSIS
DEFINISI
Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural pada usia lanjut akibat proses
degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara perlahan dan simetris pada kedua sisi
telinga1
ETIOLOGI
Penyebab berkurangnya pendengaran akibat degenerasi ini dimulai terjadinya atrofi di
bagian epitel dan saraf pada organ Corti. Lambat laun secara progresif terjadi degenerasi sel
ganglion spiral pada daerah basal hingga ke daerah apeks yang pada akhirnya terjadi
degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat dengan manifestasi gangguan pemahaman bicara.
Kejadian presbikusis diduga mempunyai hubungan dengan beberapa faktor risiko, seperti
usia, jenis kelamin, faktor herediter, metabolisme, dan gaya hidup1.
FAKTOR RISIKO
Presbikusis diduga berhubungan dengan faktor herediter, metabolisme, aterosklerosis,
bising, gaya hidup, dan pemakaian beberapa obat.
1. Usia dan jenis kelamin
Presbikusis rata-rata terjadi pada usia 60-65 tahun ke atas. Pengaruh usia terhadap
gangguan pendengaran berbeda antara pria dan wanita. Pria lebih banyak mengalami
penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi dan hanya sedikit penurunan pada frekuensi
rendah bila dibandingkan dengan wanita. Perbedaan jenis kelamin pada ambang dengar
frekuensi tingg ini disebabkan pria umumnya lebih sering terpapar bising di tempat kerja
dibandingkan wanita1
2. Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat memperberat resistensi vaskuler yang
mengakibatkan disfungsi sel endotel pembuluh darah disertai peningkatan viskositas darah,
penurunan aliran darah kapiler, dan transpor oksigen. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan
sel-sel auditori sehingga proses transmisi sinyal mengalami gangguan yang menimbulkan
gangguan komunikasi. Kurang pendengaran sensorineural dapat terjadi akibat mikrosirkuler
pembuluh darah seperti emboli, perdarahan, atau vasospasme1
3. Diabetes melitus
Pada pasien dengan diabetes melitus (DM), glukosa yang terikat pada protein dalam
proses glikosilasi akan membentuk advanced glicosilation end product (AGEP) yang
tertimbun dalam jaringan dan mengurangi elastisitas dinding pembuluh darah
(atreiosklerosis). Proses selanjutnya adalah dinding pembuluh darah semakin menebal dan
2

lumen menyempit yang disebut mikroangiopati. Mikroangiopati pada organ koklea akan
menyebabkan atrofi dan berkurangnya sel rambut, bila keadaan ini terjadi pada vasa nervus
VIII, ligamentum dan ganglion spiral pada sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan
akson maka akan menimbulkan neuropati1
4. Hiperkolesterol
Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan penumpukan plak / aterosklerosis pada
tunika intima. Patogenesis aterosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis yang terdapat
secara bersama. Arteroma merupakan degenerasi lemak dan infiltrasi zat lemak pada dinding
pembuluh nadi pada arteriosklerosis atau pengendapan bercak kuning keras bagian lipoid
dalam tunika intima arteri, sedangkan arteriosklerosis adalah kelainan dinding arteri atau nadi
yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas / pengerasan pembuluh nadi.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan gangguan aliran darah dan transpor oksigen1
5. Merokok
Rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang mempunyai efek
mengganggu peredaran darah, bersifat ototoksik secara langsung, dan merusak sel saraf organ
koklea. sistem sirkulasi darah koklea yang diakibatkan oleh merokok menjadi penyebab
gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yang progresif. Pembuluh saraf yang menyuplai
darah ke koklea tidak mempunyai kolateral sehingga tidak memberikan alternatif suplai darah
melalui jalur lain1

6. Riwayat bising
Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan pendengaran tipe
sensorineural yang awalnya tidak disadari karena belum mengganggu percakapan sehari-hari.
Faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising,
frekuensi, lama pajanan per hari, lama masa kerja dengan paparan bising, kepekaan individu,
usia, dan faktor lainnya yang dapat berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti
bahwa jumlah pajanan energi bising yang diterima akan sebanding dengan kerusakan yang
didapat. Hal tersebut dikarenakan paparan terus-menerus dapat merusak sel-sel rambut
koklea1
PATOGENESIS
Ada beberapa pendapat mengenai kemungkinan patogenesis terjadinya presbikusis,
yaitu degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme molekuler, seperti
faktor gen, stres oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal1
3

1. Degenerasi koklea
Presbikusis terjadi karena degenerasi stria vaskularis yang berefek pada nilai potensial
endolimfe yang menurun menjadi 20 mV atau lebih. Pada presbikusis terlihat gambaran khas
degenerasi stria yang mengalami penuaan, terdapat penurunan pendengaran sebesar 40-50 dB
dan potensial endolimfe 20 mV (normal 90 mV)1
2. Degenerasi sentral
Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorius meningkatkan nilai
ambang dengar atau compound action potensial (CAP). Fungsi input-output dari CAP
terefleksi juga pada fungsi input-output pada potensial saraf pusat, memungkinkan terjadinya
asinkronisasi aktifitas nervus auditorius dan penderita mengalami kurang pendengaran
dengan pemahaman bicara buruk1

3. Mekanisme molekuler
a. Faktor gen
Strain yang berperan terhadap presbikusis, yaitu C57BL/6J merupakan protein
pembawa mutasi dalam gen cadherin 23 (Cdh23), yang mengkode komponen ujung
sel rambut koklea. Pada jalur intrinsik sel mitokondria mengalami apoptosis pada
C57BL/6J yang dapat mengakibatkan penurunan pendengaran1
b. Stres oksidatif
Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat stres oksidatif
bertambah dan menumpuk selama bertahun-tahun yang akhirnya menyebabkan proses
penuaan. Reactive oxygen species (ROS) menimbulkan kerusakan mitokondria
mtDNA dan kompleks protein jaringan koklea sehingga terjadi disfungsi
pendengaran1
4. Gangguan Transduksi Sinyal
Ujung sel rambut organ Corti berperan terhadap transduksi mekanik, merubah
stimulus mekanik menjadi sinyal elektrokimia Gen famili cadherin 23 (Cdh23) dan
protocadherin 15 (PCdh 15) diidentifikasi sebagai penyusun ujung sel rambut koklea yang
berinteraksi untuk transduksi mekanoelektrikal. Terkadinya mutasi menimulkan defek dalam
interaksi molekul ini dan menyebabkan gangguan pendengaran1
KLASIFIKASI
4

Terdapat 4 klasifikasi presbikusis, yaitu sensori (outer hair cell), neural (ganglion
cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the basilary membrane)2.
1. Sensori
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel
penyokong organ Corti. Proses ini berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-;lahan
menjalar ke daerah apeks, hal ini berhubungan dengan penurunan ambang dengar frekuensi
tinggi. Beberapa teori mengatakan perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari granul pigmen
lipofusin. Ciri khas dari tipe sensory presbyacusis ini adalah terjadi penurunan pendengaran
secara tajam pada frekuensi tinggi (sloping). Jenis sensori ini adalah tipe noise-induced
hearing loss (NIHL) dan banyak didapatkan pada pria dengan riwayat bising.

Gambar 1.1 Audiogram sensory presbyacusis2


2. Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi sel-sel saraf koklea dan jalur saraf pusat. Atrofi terjadi
mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena dibandingkan
bagian koklea lainnya. Tidak didapati adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi
bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik
berhubungan dengan presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan
pendengaran. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berusia lanjut sebab gejala tidak akan
muncul sampai 90% neuron akhirnya hilang. Pengurangan jumlah sel-sel neuron ini sesuai
dengan normal speech discrimination. Bila jumlah neuron ini berkurang di bawah yang
dibutuhkan untuk transmisi getaran, terjadilah neural presbyacusis. Menurunnya jumlah
neuron pada koklea lebih parah terjadi pada basal koklea. Gambaran klasik adalah speech
discrimination sangat berkurang dan atrofi yang luas pada ganglion spiralis (cookie bite).
5

Gambar 1.2 Audiogram neural presbyacusis2


3. Metabolik
Tipe presbikusis yang sering didapati dengan ciri khas kurang pendengaran yang
mulai timbul pada dekade ke-6 dan berlangsung perlahan-lahan. Kondisi ini diakibatkan
atrofi stria vaskularis. Dibedakan dari tipe presbikusis lain yaitu pada strial presbyacusis ini
gambaran audiogramnya rata, dapat mulai frekuensi rendah, speech discrimination bagus
sampai batas minimum pendengaran melebihi 50 dB (flat). Penderita dengan kasus
kardiovaskuler dapat mengalami presbikusis tipe ini serta menyerang semua jenis kelamin
namun lebih nyata pada wanita.

Gambar 1.3 Audiogram metabolic presbyacusis2


4. Koklea konduktif
Tipe kekurangan pendengaran ini disebabkan gangguan gerakan mekanis di mebran
basalis. Gambaran khas nya adalah audiogram yang menurun dan simetris. Secara histologi
tidak ada perubahan morfologi pada struktur koklea. Perubahan atas respon fisik khusus dari
membran basalis lebih besar di bagian basal karena lebih tebal dan jauh lebih kurang di
apikal. Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder membrana basilaris
koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan atrofi ligamentum
spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang sangat lambat.
6

Gambar 1.4 Audiogram mechanic presbyacusis2

DERAJAT
Derajat kurang pendengaran dapat dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher,
yaitu :
Ambang Dengar (AD) = AD 500 Hz (Hertz) + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz
3
Menentukan derajat kurang pendengaran yang dihitung hanya ambang dengar
hantaran udara (AC = Air Conduction) saja.
Derajat menurut Jerger :
0-20 dB (desibel) : normal
20-40 dB : tuli ringan
40-55 dB : tuli sedang
55-70 dB : tuli sedang berat
70-90 dB : tuli berat
> 90 dB : tuli sangat berat

DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Gejala yang timbul adalah penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut,
bersifat sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama terhadap
suara atau nada yang tinggi dan kadang disertai tinitus.
B. Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pemeriksaan fisik telinga biaanya normal dan tes penala didapatkan tuli sensorineural.
Pemeriksaan timpanometri tipe A (normal), audiometri nada murni, menunjukkan tuli saraf
nada tinggi, bilateral dan simetris, terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah frekuensi
7

2000 Hz dan berangsur-angsur terjadi pada frekuensi yang rendah. Variasi nilai ambang
audiogram antara telinga satu dengan lainnya pada presbikusis dapat terjadi sekitar 5-10 dB.
Otoacoustic emission (OAE) dapat menunjukkan fungsi koklea, sedangkan presbikusis
merupakan degenerasi koklea sehingga hasil yang didapatkan refer (emisi tidak muncul).
Pemeriksaan BERA pada presbikusis diperlukan apabila kondisi pasien dengan kesadaran
menurun atau terdapat kecurigaan tuli saraf retrokoklear

PENATALAKSANAAN
Rehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan
pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Adakalanya pemasangan alat bantu dengar perlu
dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar
(auditory training), prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech
therapist)2
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, R. S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC.
2. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher Edisi Ketujuh.
2012. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

SERUMEN PROP

Serumen biasanya ditemukan di kanalis akustikus eksternus yang merupakan


pertahanan penting dalam upaya mencegah terjadinya infeksi. Meskipun demikian, orang
8

terkadang mengabaikan pentingnya kebersihan telinga. Keadaan ini akan terus berlanjut dan
menyebabkan hilangnya pertahanan terhadap infeksi dan kemudian dapat pula
mengakibatkan sumbatan oleh serumen, yang menunjukkan gejala berupa gangguan
pendengaran.1

DEFINISI SERUMEN

Serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi apokrin dari kelenjar
seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan rambut. Namun ada pendapat yang
mengatakan bahwa secara teknis kedua kata ini berbeda. Serumen ditujukan hanya pada hasil
sekresi dari kelenjar seruminosa pada kanalis akustikus eksternus. Komponen lainnya berupa
lapisan besar hasil deskuamasi keratin skuamosa (sel-sel mati, penumpukan sel pada lapisan
luar kulit), keringat, sebum dan bermacam-macam substansi asing. Subtansi asing ini dapat
berupa zat-zat eksogen yang dapat masuk ke kanalis akustikus eksternus, contohnya spray
rambut (hair spray) sampo, krim untuk mencukur janggut, bath oil, kosmetik, kotoran dan
sejenisnya. Namun, karena perbedaan serumen dan keratin tidak merupakan suatu hal yang
mendasar maka keduanya akan disebut sebagai serumen.1

KOMPOSISI DAN PRODUKSI SERUMEN

Kelenjar seruminosa terdapat di dinding superior dan bagian kartilaginosa kanalis


akustikus eksternus. Sekresinya bercampur dengan sekret berminyak kelenjar sebasea dari
bagian atas folikel rambut membentuk serumen. Serumen membentuk lapisan pada kulit
kanalis akustikus eksternus bergabung dengan lapisan keratin yang bermigrasi untuk
membuat lapisan pelindung pada permukaan yang mempunyai sifat antibakteri. Terdapat
perbedaan besar dalam jumlah dan kecepatan migrasi serumen. Pada beberapa orang
mempunyai jumlah serumen sedikit sedangkan lainnya cenderung terbentuk massa serumen
yang secara periodik menyumbat liang telinga.1
9

Gambar 2.1. Serumen pada cotton bud, tipe basah dan tipe kering

Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi
menjadi tipe lunak dan tipe keras.1

Serumen tipe basah dan tipe kering

Pada ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan dengan orang
ras non-Oriental. Serumen pada ras Oriental, dan hanya pada ras Oriental, memilki
karakteristik kering, berkeping-keping, berwarna kuning emas dan berkeratin skuamosa.
Serumen pada ras non-Oriental berwarna coklat dan basah, dan juga dapat menjadi lunak
ataupun keras1

Serumen tipe lunak dan tipe keras

Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe lunak dan serumen
tipe kering :

 Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering pada orang
dewasa.
 Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan bersisik.
 Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen tipe keras.
 Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering kita temukan di
tempat praktek.1
10

Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan
konsistensinya dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen yang berwarna
hitam biasanya tidak ditemukan pada anak-anak. Warna sebenarnya dari serumen tidak dapat
diketahui hanya melalui mata telanjang namun harus dilakukan apusan setipis-tipisnya dari
sampel. Pigmen yang menjadi zat pemberi warna pada semen masih belum dapat
teridentifikasi.1

Kanalis akstikus eksternus memiliki banyak struktur yang berperan dalam


produksi serumen. Yang terpenting adalah kelenjar seruminosa yang berjumlah 1000-2000
buah, kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip dengan kelenjar keringat apokrin yang
terdapat pada ketiak. Kelenjar ini memproduksi peptide, padahal kelenjar sebasea terbuka ke
folikel rambut pada kanalis akustikus eksternus yang mensekresi asam1

Sel epidermal terdapat sepanjang telinga luar yang identik pada permukaan
kulit. Sehingga kita dapat memprediksi proses generasi dari kulit tersebut, dari migrasi
hingga pengeluarannya. Bila hal ini terjadi di kulit luar sel-sel dapat dengan mudah jatuh.
Namun pada telinga, kecil kemungkinannya untuk tidak menumpuk. Sel-sel yang mengalami
deskuamasi ini terkumpul pada kanalis akustikus eksternus dalam bentuk lapisan, dan
menjadi 60% dari berat total serumen. Serumen juga terdiri atas lisosim, suatu enzim anti
bakteri yang dapat merusak sel dinding bakteri. Genetik mempengaruhi tipe serumen secara
signifikan. Ras afrika-amerika memiliki serumen dengan warna terang sampai coklat gelap
lengket dan basah. Ras asia dan ras amerika latin memiliki serumen abu-abu atau coklat
muda, mudah patah dan kering yang berhubungan dengan jumlah lemak yang sedikit dan
granula pigmen.1

FISIOLOGI SERUMEN

Serumen memiliki banyak manfaat untuk telinga. Serumen menjaga kanalis akustikus
eksternus dengan barier proteksi yang akan melapisi dan mambasahi kanalis. Sifat lengketnya
yang alami dapat menangkap benda asing, menjaga secara langsung kontak dengan
bermacam-macam organisme, polutan, dan serangga. Serumen juga mempunyai pH asam
(sekitar 4-5). pH ini tidak dapat ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu
menurunkan resiko infeksi pada kanalis akustikus eksternus.1

Proses fisiologis meliputi kulit kanalis akustikus eksternus yang berbeda dari
kulit pada tempat lain. Pada tempat lain, sel epitel yang sudah mati dan keratin
11

dilepaskan dengan gesekan. Karena hal ini tidak mugkin terjadi dalam kanalis akustikus
eksternus migrasi epitel squamosa merupakan cara utama untuk kulit mati dan debris
dilepaskan dari dalam. Sel stratum korneum dalam membran timpani bergerak secara
radial dari arah area anular membran timpani secara lateral sepanjang permukaan dalam
kanalis akustikus eksternus. Sel berpindah terus ke lateral sampai mereka berhubungan
dengan bagian kartilaginosa dan akhirnya dilepaskan, ketiadaan rete pegs dan kelenjar
sub epitelial serta keberadaan membran basal halus memfasilitasi pergerakan epidermis
dari meatus ke lubang lateral pergerakan pengeluaran epitel dari dalam kanal
memberikan mekanisme pembersihan alami dalam kanalis akustikus eksternus, dan bila
terjadi disfungsi akan menyebabkan infeksi.1

Sejumlah kecil serumen ditemukan pada kanalis akustikus eksternus, bila tidak
ditemukan maka menjadi tanda patologis terjadinya otitis eksterna kronis. Serumen
dapat dikeluarkan dengan suction, kuret, dan dengan membersihkan seluruh canal
profunda dan seluruh membran timpani.1

Beberapa pasien mungkin mengeluh tidak nyaman pada telinganya ketika ada
sejumlah serumen dan mungkin dibutuhkan pembersihan. Pembersihan dengan
penyemprotan sebaiknya dihindari pada pasien perforasi membran timpani, pasien
dengan riwayat perforasi yang sudah lama sembuh, karena akan menyebabkan daerah
perforasi menjadi lebih lemah dan mudah rusak.1

Serumen dapat membantu menurunkan resiko otitis eksterna akut difusa. Pada
keadaan ini pasien mengalami kerusakan epidermis pada kanalis akustikus eksternus,
sering disebabkan oleh cara pembersihan telinga yang tidak tepat seperti menggunakan
tusuk gigi, pensil, dan sebagainya. Bila tidak ada serumen yang menjaga dan melapisi
robeknya epidermis organisme dapat menginfeksi daerah tersebut. Organisme yang
sering menginfeksi antara lain Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococci. Bila suhu
dan kondisi tubuh kondusif untuk pertumbuhan, kerusakan epidermis ini akan
berkembang menjadi otitis eksterna akut1

Fungsi Serumen
12

 Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang disebut
hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan seperti rahang. Sel-sel terbentuk
ditengah membran timpani yang bermigrasi kearah luar dari umbo ke dinding kanalis
akustikus eksternus dan bergerak keluar dari kanalis akustikus eksternus. Serumen pada
kanalis akustikus eksternus juga membawa kotoran, debu, dan partikel-pertikel yang
dapat ikut keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan menempatkan kotoran
yang menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan harapan
pengeluaran kotoran.

 Lubrikasi
Lubrikasi mensegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis akustikus
eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari kandungan lipid yang
tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada serumen tipe basah, lipid ini
juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam lemak rantai panjang dalam jumlah
yang banyak, dan alcohol.

 Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal


Fungsi antibacterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak studi yang
menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa strain bakteri.
Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri antara lain
haemophilus influenzae, staphylococcus aureus dan escherichia colli. Pertumbuhan
jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat dengan signifikan oleh
serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini dikarenakan adanya asam lemak
tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang relatif rendah pada serumen (biasanya 6
pada manusia normal).

Serumen biasanya berkumpul di lantai kanalis akustikus eksternus namun terkadang


dapat berkumpul dan menyumbat meatus. Selama sisa keratin bersifat hidrofilik
masuknya air dapat bercampur dengan serumen dan menyebabkan sumbatan yang total,
yang menyebabkan ketulian atau perasaan penuh. Serumen yang tidak menyumbat
secara sempurna kanalis akustikus eksternus tidak akan menyebabkan ketulian. Ini
dapat terjadi bila serumen benar-benar menyumbat kanalis akustikus eksternus,
13

sumbatan ini juga tejadi bila pasien mendorong kumpulan serumen ke bagian dalam
kanalis akustikus eksternus. Biasanya disebabkan oleh cotton bud.1

Ketika serumen terperangkap dalam kanalis akustikus eksternus dengan keadaan hampa
udara dapat melalui membran timpani dan pasien merasa telinganya tersumbat dan
terjadi tuli ringan. Jika serumen menekan membran timpani pergerakan serumen atau
membran timpani dapat menimbulkan nyeri. Serumen harus dikeluarkan dengan hati-
hati sehingga tidak menyebabkan trauma pada kanalis akustikus eksternus atau
membran timpani. Jika itu memungkinkan maka sebaiknya serumen dikeluarkan
dengan suction atau kuret. Irigasi dengan air harus dihindari karena dapat memperburuk
situasi jika ada perforasi membran timpani.1

PENYEBAB AKUMULASI SERUMEN

Pemumpukan serumen mungkin disebabkan ketidakmampuan pemisahan korneosit.


Dermatologist melihat beberapa kondisi yang mereka sebut Gangguan Retensi
Korneosit yang memunjukkan adanya penumpukan serumen.1

Keratosis Obturans

Beberapa pasien mendapati adanya benda yang putih seperti mutiara pada telinga
mereka dan terbentuk dari keratin skuamosa yang terkompresi. Jenis ini sangat sulit
untuk dibersihkan. Bila berlanjut lembar keratin akan berdeskuamasi sampai ke lumen
kanalis akustikus eksternus dan massa akan bertambah banyak. Tekanan dari massa ini
akan menimbulkan erosi pada tulang kanalis akustikus eksternus.1

Terdapat hipotesis yang menyebutkan bahwa impaksi serumen bukan karena


overproduksi dari kelenjar seruminosa, tetapi karena ketidakmampuan korneosit di
stratum korneum untuk terpisah-pisah. Pada orang normal, korneosit terpisah satu sama
lain sejalan dengan migrasi stratum korneum ke lateral dari bagian profunda ke jaringan
ikat superfisial di kanalis akustikus eksternus bagian dalam. Bila proses ini gagal,
lembara keratin tidak mengalami migrasi secara normal, sehingga terjadi akumulasi di
kanal bagian dalam.1

Faktor lain yang mempengaruhi adalah steroid sulfatase yaitu enzim arylsulfatase-C
yang normalnya terdapat di sel epithelial, fibroblast, dan leukosit. Enzim ini diketahui
dapat membantu proses deskuamasi sel epidermal. Kohesi sel di stratum korneum
14

dijaga oleh kolesterol sulfat yang berfungsi sebagai perekat intraselular. Steroid sulfat
diyakini menghambat kerja kolesterol sulfat dan melepaskan ikatan antar sel. Pad orang
normal, aktivitas steroid sulfat lebih banyak di epithelium kanalis akustikus eksternus
profunda dari pada di kanalis superfisial. Jadi, steroid sulfat bertanggung jawab
terhadap pemisahan keratosit dan migrasinya ke arah luar1

PENANGANAN SERUMEN

Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat. Irigasi
yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus
tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa sebelumnya.
Perforasi membran timpani memungkinan masuknya larutan yang terkontaminasi ke
telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis media. Semprotan air yang terlalu keras
kearah membran timpani yang atrofi dapat menyebakan perforasi. Liang telinga dapat
diirigasi dengan alat suntik atau yang lebih mudah dengan botol irigasi yang diberi
tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga keatas dan belakang
dengan pandangan langsung arus air diarahkan sepanjang dinding superior kanalis
akustikus ekstenus sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air
yang keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan
bantuan seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan prosedur ini.2

Gambar 2.2 Cara Membersihkan Kanalis Akustikus Eksternus2


15

Alat-alat yang membantu dalam membersihkan kanalis akustikus eksternus adalah jerat
kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam Hartmann yang halus. Yang penting
pemeriksaan harus dilakukan dengan sentuhan lembut karena liang telinga sangat
sensitif terhadap alat-alat. Dinding posterior dan superior kanalis akustikus eksternus
kurang sensitif sehingga pelepasan paling baik dilakukan disini. Kemudian serumen
yang lepas dipegang dengan cunam dan ditarik keluar.2

Gambar 2.3 Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar aplikator1

Pemeriksaan gendang telinga mungkin pembersihan lebih lanjut dengan irigasi.


Penghisapan digunakan untuk mengeluarkan serumen yang basah dan untuk
mengeringkan liang ini. Dapat juga digunakan aplikator logam berujung kapas. Massa
serumen yang keras harus lebih dahulu dilunakkan sebelum pengangkatan untuk
menghindari trauma. Zat yang dapat digunakan adalah gliserit peroksida dan dipakai 2-
3 hari sebelum dibersihkan. Obat pengencer serumen harus digunakan dengan hati-hati,
karena enzim atau bahan kimianya sering dapat mengiritasi liang telinga dan
menyebabkan otitis eksterna.3

Membersihkan serumen dari lubang telinga tergantung pada konsistensi serumen itu.
Bila serumen cair, maka dibersihkan dengan mempergunakan kapas yang dililitkan pada
peilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret, sedangkan
apabila dengan cara in sukar dikeluarkan, dapat diberikan karbon gliserin 10% dulu
selam 3 hari untuk melunakkannya. Atau dengan melakukan irigasi teinga dengan air
yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Perlu diperhatikan sebelum melakukan irigasi
16

telinga, riwayat tentang adanya perforasi membran timpani, oleh karena pada keadaan
demikian irigasi telinga tidak diperbolehkan. Sumbatan lubang telinga oleh pelepasan
kulit sebaiknya dibersihkan secara manual dengan kapas yang dililitkan pada pelilit
kapas daripada dengan irigasi.

Penyemprotan telinga

Beberapa serumen bisa dilunakkan, ini bisa dikeluarkan dari kanalis telinga dengan cara
irigasi. Larutan irigasi dialirkan di canalis telinga yang sejajar dengan lantai, mengambil
serumen dan debris dengan larutan irigasi mengunakan air hangat (37 oC), larutan
sodium bicarbonate atau larutan dan cuka untuk mencegah sekunder infeksi.2

Gambar 2.4 Cara Penyemprotan Telinga2


17

Metode Kuretase

Gambar 2.5 Metode Kuretase untuk mengambil Serumen2

Serumen biasanya diangkat dengan sebuah kuret dibawah pengamatan


langsung. Perlu ditekankan disini pentingnya pengamatan dan paparan yang
memadai,. Umumnya kedua faktor tersebut paling baik dicapai dengan
penerangan cermin kepala dan suatu speculum sederhana. Irigasi dengan air
memakai spuit logam khusus juga sering dilakukan. Akhir-akhir ini sebagian
dokter lebih memilih suatu alat irigasi yang biasa digunakan pada kedokteran
gigi. Sementara aurikula ditarik ke atas belakang untuk meluruskan lubang
telinga, air dengan suhu tubuh dialirkan dengan arah posterosuperior agar
dapat lewat diantara massa serumen dengan dinding belakang lubang telinga.
Namun pada sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah beberapa kali dilakukan,
pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tesumbat dan pada pemeriksaan
masih terdapat sumbat yang besar. Pada kasus demikian, kadang-kadang
dilakukan pengisapan. Forsep alligator tipe Hartmann juga berguna pada
sumbat yag keras. Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hati agar tidak
merusak membran timpani. Jika tidak dapat memastikan keutuhan membran
timpani, sebaiknya irigasi tidak dilakukan.
18

Gambar 2.6

Pengambilan Serumen dengan Suction2

KELAINAN MENGENAI SERUMEN

SERUMEN PROP

Serumen prop merupakan akumulasi abnormal dari serumen. Penyebabnya dapat karena
kerusakan saat memproduksi atau kerusakan pada saat pembersihan. Hasil produksi
serumen mungkin berhubungan dengan infeksi, walaupun kebanyakan etiolologinya tidak
jelas. Sumbatan yang terjadi pada pasien dengan efek serumen menunjukkan adanya
lapisan keratin berlebihan yang menyerupai stratum korneum kulit kanalis profunda.
Pemisahan keratosit abnormal mungkin karena aktivitas steroid sulfat rendah pada
statum korneum kanalis profunda, yang dicurigai sebagai penyebab terjadinya akumulasi
serumen. Steroid sulfatase yang memicu terjadinya pemisahan keratisid dengan cara
deaktivasi kolesterol sulfat yang mengikat bersama sel-sel dalam stratum korneum. Level
steroid sulfatase di bagian osseus kanalis akustikus eksternus menunjukkan lebih tinggi
daripada level dibagian kartilagnosa. Kekurangan steroid sulfat mungkin mencegah
pemisahan keratinosit normal pada stratum korneum bagian osseus dan menyebabkan
akumulasi lapisan keratinosit.

Akumulasi serumen dapat disebabkan obstruksi kanalis akustikus eksternus. Saluran yang
berbelit-belit dan isthmus yang sempit dapat memblok migrasi alami stratum korneum
dan bagian medial kanalis akustikus eksternus. Pada lansia migrasi cenderung menurun
dan aurikula, kadang dapat menyebabkan oklusi parsial pada meatus eksternus dan
mencegah eliminasi normal serumen. Stenosis kanalis akustikus eksternus setelah trauma,
19

infeksi kronis, atau pembedahan mungkin akan menghalangi eliminasi serumen.


Penyebab potensial obstruksi adalah benda asing dan tumor.

Sebelum serumen dikeluarkan pasien perlu ditanya mengenai riwayat perforasi membran
timpani, riwayat operasi, atau riwayat otitis media akut atau kronis. Tergantung
konsistensi serumen, jerat kawat, kuret cincin yang tumpul, atau suction mungkin
digunakan untuk membersihkan kanalis. Irigasi harus digunakan dengan hati-hati
khususnya ketika kondisi membran timpani tidak diketahui. Struktur ini mungkin rusak
ketika ditipiskan, bagian tengah telinga dalam yang datar mungkin rusak ketika gendang
telinga tidak ada. Penerangan cahaya yang sesuai dan magnifikasi binocular memfasilitasi
pengeluaran serumen dan meminimalisir trauma pada lapisan dasar epitel. Setelah semua
debris dikeluarkan, hal penting memeriksa kanal untuk beberapa kondisi patologis yang
mungkin menjadi predisposisi serumen prop dan memeriksa keutuhan membran timpani.2
20

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A., BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES
Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6. 1997. Balai Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

2. Ballenger J. John, Penyakitt Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 13 edition.
Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai