Anda di halaman 1dari 94

HISTOLOGY

RESPIRATORY
SYSTEM
Amanah s.si.,m.si.med
Immunology and tropical disease
SISTEM RESPIRASI

• Sistem respirasi adalah : suatu proses mulai dari pengambilan oksigen ,


pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energy dalam tubuh.
• Fungsi: Mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam
tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostatis.
• • Ada 2 bagian, yaitu:
• 1. Bagian konduksi (menghantarkan udara pernafasan, menyaring, memberi
kelembaban, & menyesuaikan suhu). hidung, laring, trakea,bronkus,
bronkiolus.
• 2. Bagian respirasi (melakukan pertukaran udara pernafasan) ductus alveoli,
saccus alveoli, alveoli. Peralihan kedua bagian ini terjadi di
bronkiolusrespiratorius
• Epitel : bertingkat silindris bersilia
CELL RESPIRATORY SYSTEM
• Sel goblet : jumlah nya semakin lama semakin berkurang
• Epitel kuboid, lettak ; bronkhiolus terminalis
• Epitel respirasi :
1. Sel silindris bersilia
2. Sel goblet mukosa
3. Sel brush
4. Sel basal
5. Sel granul kecil
• Tulang : kartilago hialin dan elastis
• Otot polos
• Serabut elastis
Kelenjar serosa Kelenjar mukosa

untuk mengeluarkan lendir Perlindungan terhadapbakteri

Asinus serosa pada kelenjar serosa terdiri dari sel-sel yang kecil Asinus mukosa pada kelenjar mukosa terdiri dari sel-sel yang lebih
besar
Asinus serosa memiliki lumen yang kecil Asinus mukosa memiliki lumen yang lebih luas

Pada pewarnaan HE tampak Warna lebih terang Warna lebih pucat(dikarenakan lender yang dihasilkan yang lebih
(dikarenakanlendir yang lebih berair dan tidak tebal ) tebal dan kental )
Inti sel serosa ditempatkan di ketiga basal Sel mukosa inti sel nya rata di dekat basal

Interdigitasi antara sel serosa padat/ berdekatan Interdigitasi antara sel serosa tidak padat
• Tulang rawan hialin : HISTOFISIOLOGI
- Mencegah kolaps lumen  menjamin masuknya
udara ke paru-paru.
• Serabut elastis
- Terdapat dalam lamina propria, berjalan longitudinal.
- Jumlah berbanding terbalik dengan diameter lumen.
Bronkhiolus mempunyai serabut elastis lebih
banyak dari pada trakhea.
• Otot polos :
- Terdapat mulai dari trakhea sampai ductus alveolaris
- Kontraksi otot polos menyebabkan lumen mengecil.
- Mengatur aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi
. Lapisan Lamina propia (kelenjar seromukosa, noduli
limfatisi, sel mast dan sel plasma)
-menghasilkan antibody oleh sel plasma IgA, IgE, IgG
(melindungi mukosa hidung melawan antigen yang
terhirup)
epitel silindris pseudokomplek bersilia.

kelenjar Bowman’s

Tulang rawan hialin


(vestibule nasal)
N.OLFAKTORIUS.
-BAGIAN PERMUKAAN TDPT OLFAKTORI HAIR
BERUPA VESIKEL DGN RAMBUT YG TIDAK
BERGERAK DAN BERISI KEMORESEPTOR.

-INTI : BULAT, LETAK DI BAWAH, TIDAK SAMA


TINGGI.

-GAS/BAU YG TERTANGKAP CAIRAN DI ATAS


RAMBUT AKAN LARUT DAN MEMBERIKAN
RANGSANGAN (ADA RAMBUT SHG TERJADI
DEPOLARISASI MEMBRAN SEL SHG
MENIMBULKAN AKSI POTENSIAL DIBAWA
OLEH N I MELEWATI LAMINA CRIBOSA OS
ETHMOIDALIS MENUJU LOBUS OLFAKTORIUS
SSP.
• Mukosa :
- Epitel mempunyai alat getar (cilia)
- Banyak mengandung kelenjar serosa dan mukosa.
- Kaya pembuluh darah.
- Lamina propria.

Fungsi : membersihkan, membasahi dan menghangatkan udara


inspirasi.

• Epitel :
- Epitel kolumner pseudokompleks bersilia bergoblet.
- Jumlah sel goblet berkurang pada bronkhus yang lebih kecil.
- Sel goblet tidak ada pada bronkhiolus terminalis, tapi silia
masih ada.
- Silia mencegah mukus tertimbun dalam bagian respirasi. Mukus
didorong silia kearah laring dan dibatukan.
- Tipe sel epitel : sel kolumner bersilia, mukus goblet, brush sel,
basal sel.
RONGGA HIDUNG
• T.d 2 struktur : - Vestibulum.
- Cavum nasi.
• Vestibulum :
- Bagian rongga hidung paling anterior yg melebar.
- Permukaan nares anterior terdapat : banyak kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat, rambut pendek dan tebal
yg berperan untuk menyaring partikel dari udara inspirasi
- Pada bagian posterior epitel gepeng menipis, rambut
dan kelenjar sebasea menghilang.
CAVUM NASI
• Mukosa cavum nasi disebut membrana Schneidern.
• Epitel kolumner pseudokomplek bersilia bergoblet.
• Tunika propria : kelenjar seromukus, serabut kolagen dan elastis, pembuluh darah,
limfosit plasma sel, makrofag, granulosit dan limfonoduli.
• Dinding lateral : dibatasi lempeng concha nasalis yg berperan :
- meningkatkan luas permukaan mukosa.
- menyebabkan aliran udara jadi turbulen.
- kontak udara dgn mukosa dapat lebih luas.
CAVUM NASI
• Concha nasalis t.d :
1. Concha superior :
- Mempunyai epitel khusus dlm hubungannya dgn organ olfaktorius.
2. Concha media. Epitel kolumner pseudokompleks bersilia bergoblet.
3. Concha inferior.

• Mempunyai banyak jaringan erektil berupa gelembung². Setiap 20-30 menit


gelembung penuh dgn darah yg mengakibatkan peregangan mukosa concha dan
diikuti penurunan aliran darah.

• Oklusi yg terjadi secara periodik ini memberi kesempatan epitel respirasi


memperbaiki diri dari kerusakan.
CAVUM NASI
Mempunyai sistem vaskuler yg rumit.
- Pembuluh darah besar membentuk kisi² yg
bertautan
dekat periosteum.
- Pembuluh darah kecil membtk kapiler bed di
bawah epitel.

T. propria terdiri dari :


- pembuluh darah,
- jaringan erektil,
- kelenjar Bowman (seromukus, tubuloalveoler) dgn
fungsi :
- melembabkan permukaan,
- melarutkan bahan pembentuk bau,
- membilas kembali cairan permukaan untuk
-mencegah rangsang terus menerus oleh bau tunggal
(oleh cairan serosa kelenjar bowman)
- Tempat berkumpulnya axon dr nervus I.
ORGAN OLFAKTORIA:
SEL SUSTENTAKULER, SEL OLFAKTORIA DAN
SEL BASAL.
Letak : belakang puncak cavum nasi ± 1cm lateral septum pd concha superior.
- Makro : coklat kekuningan.
- Mikro : - epitel kolumner pseudokompleks bersilia.
- epitel t.d sel sustentakuler, sel olfaktoria dan sel basal.

- Sel sustentakuler :
- tinggi sel 50-60 μm
- permukaan apilkal disusun oleh mikrovili
-epitel kolumner tinggi, tegak lurus permukaan, bawah > sempit.
- apeks berhubungan dgn celah untuk lewat dendrit sel
olfaktorius.
- mikrovili.
- sitoplasma :mengandung granula pigmen coklat-kuning, menyempit seperti tangkai
mulai di bawah inti.
- kompleks golgi berkebang baik di apeks
- Inti : lonjong terletak disepertiga sel, lebih superfisial ke arah olfaktori
SEL OLFAKTORIA :
Letak : diantara sel sustentakuler (kesan terjepit).
- Bentuk bipoler, dendrit menuju kearah permukaan dan axon
menembus membrana basalis dan tunika propria dan menjadi
N olfaktorius.
- Bagian permukaan tdpt olfaktori hair berupa vesikel dgn rambut yg tidak bergerak
dan berisi kemoreseptor.
- Inti : bulat (sferis), letak lebih dekat kelamina basalis dari pada vesikel olfaktori,
mengandung ebagian organel sel, tidak sama tinggi.
- Gas/bau yg tertangkap cairan di atas rambut akan larut dan memberikan
rangsangan (ada rambut shg terjadi depolarisasi membran sel shg menimbulkan
aksi potensial dibawa oleh N I melewati lamina cribosa os ethmoidalis menuju
lobus olfaktorius SSP.---dibungkus oleh sel glia seperti sel schwan
SEL OLFAKTORIA :
Masing² sel menangkap satu bau dasar.
- Sel untuk satu bau dasar sama tidak tersebar, shg jika terjadi
kerusakan pada satu daerah ttt akan terjadi gangguan bau ttt.
- Semakin banyak sel olfaktoria yg terangsang bau, makin
kompleks dan makin kuat sel terangsang  bau makin kuat.

Sel basal :
-terbagi menjadi sel horizontal (pipih,diatas membrane basalis) dan
globos (sel bulan pendek, basofilik, berbentuk pyramid dengan
bagian apical tidak mencapai epitel)
-inti sel sepertiga basal,
- -Letak pd permukaan membrana basalis.
- Fs : mempunyai kemampuan membelah, shg diduga merupakan
pengganti sel sustentakuler maupun sel olfaktori
- Sel olfaktori (3 bulan) sel sustentakuler (kurang dr setahun)
SINUS PARANASALIS
SINUS FRONTALIS, SINUS ETHMOIDALIS,
SINUS SPHENOIDALIS, SINUS
MAKSILARIS.
• Merupakan rongga udara dalam tulang sekitar hidung dan berpasangan.
• Mukosa : Epitel kolumner pseudokompleks bersilia sedikit goblet.
• Lamina propria : mengandung sedikit kelenjar² kecil, serabut kolagen tipis, eosinofil,
plasma sel dan fibroblast.
• Mukus : dalam keadaan normal dialirkan ke cavum nasi sebagai hasil aktifitas epitel
bersilia.
• Bila hubungan dengan rongga hidung tertutup  terjadi penumpukan cairan
dalam sinus yang merupakan media untuk pertumbuhan kuman  sinusitis.
NASO FARING
• Merupakan bagian pertama faring.
• Letak : di belakang nares posterior cavum nasi di atas palatum mole.
• Pada saat menelan makanan palatum mole menempel pada dinding belakang
faring, sehingga naso faring terpisah dari oro faring  makanan tidak masuk ke
naso faring.
• Dinding belakang dan samping mengandung otot polos, sehingga dapat melebar
dan menyempit.
• Epitel : - epitel kolumner pseudokompleks bersilia.
- yg berdekatan dgn oro faring : epitel skuamous
kompleks berkeratin  akibat gesekan dengan
orofaring yang terus menerus.
SISTEM IMUN RONGGA HIDUNG
• Letak Lamina propia, diangkut oleh epitel dan sel asinus kelenjar seromukosa
• Sel plasma menghasilkan IgE mengikat Fc𝜀RI (sel mast dan plasmalema
basofilik)
• Melepaskan mediator inflamasi , reaksi mukosa (selesema dan alergi )
RONGGA HIDUNG OLFAKTORI

B A. epitel silindris pseudokomplek bersilia.


B. kelenjar Bowman’s
C. Kelenjar sebasea
C

A
FARING
 Mempunyai jaringan limpoid yaitu :
1. Tonsila faringea :
- 1, letak pada dinding belakang naso faring.
- Pada anak sering membesar sebagai adenoid, yang
bila mengalami infeksi akan menekan otot rongga
mulut sehingga mulut terbuka waktu tidur.
2. Tonsila palatina :
- letak dalam fosa tonsilaris kanan dan kiri, antara rongga
mulut dan orofaring.
3. Tonsila lingualis : letak pada akar lidah,
4. Tonsila tubaria : letak sekitar lubang muara tuba eustachii.

Tonsila faringea, tonsila palatina dan tonsila lingualis membentuk lingkaran yang disebut Cincin
Waldeyer.
TONSILA PALATINA

Kripte tonsil
Epitel silindris selapis

Limfonodus
LARING :
- Bentuk irreguler antara faring dan trakhea.
- t.d - Tulang rawan.
- Ligamentum mukosa.
- OSL instrinsik dan ekstrinsik.
- Diperkuat :
- os hyoid,
- tulang rawan hialin (tiroid, krikoid, aritenoid). –sebagai penyokong
- tulang rawan elastis (epiglottis (horizontal penutup saat bernafas, vertical untukmempermudah
aliran udara) kuneiformis , kornikulata dan ujung aritenoid.
 dihubungkan oleh ligamentum yang bersambung
dengan otot instrinsik laring.

- Fungsi : penyokong, mencegak makanan dan cairan masuk ke trachea (ketika menelan), serta berperan dalam
pembentukan fonasi. Silia pada laring bergerak kearah faring untuk mendorong mucus dan partikel2 yang tertangkap
pada mulut untuk dibatukka atau ditelan.
- -jika terjadi inflamasi (laryngitis); suara berbisik/serak-reaksi inhalasi udara dlm volume besar, penutupan epiglottis
diikuti oleh kontraksi otot sehingga terjadi ekspirasi kuat sehingga kecepatan aliran hingga 100 mi perjam
RONGGA LARING

- Dapat membesar dan mengecil.

- Lateral terdapat 2 puncak tonjolan/lipatan mukosa pada :


1. Ligamentum ventrikularis  Plika ventrikuli (Pita suara
palsu).
2. Ligamentum vokalis  Plika vokalis (Pita suara sejati).

- Ruang antara plika disebut ventrikulus/sinus laringeus.


- Celah antara plika vokalis kiri dan kanan disebut Rima Glottis.
- Celah antara plika ventrikularis kiri kanan disebut Rima vestibuli.
- Pelebaran sinus laringeus ke atas disebut saccus laringeus.
LARING

Pita suara palsu :

Epitel kolumner
pseudokompleks bersilia
bergoblet.

Tunila propria t.d :


-sedikit jaringan ikat.
Epitel -nodus limpatisi.
kolumner
pseudokompl
-kelenjar seromukus
eks bersilia -sel sel lemak
bergoblet.
LARING
A

A. Tulang rawan hialin


B. Epitelsilindris pseudokomplek
bersilia bergoblet
E C. Epitel gepeng berlapis non
keratine
B D. Sel adiposa
D
E. Pembuluh darah

C
LARING
Pita suara sejati

Atas : epitel kolumner pseudo kompleks


bersilia bergoblet dan
squamouskompleks non keratine

Bawah : Epitel kolumner


pseudokompleks bersilia bergoblet

Terdapat jaringan penyambung padat


elastis tersusun teratur (ligament vokalis)
Rima Glottis mempermudah pengaturan
vibrasi tepi bebas saat udara ekspirasi
LARING
A

A. Nasal cavity
B. Sel plasma
D C. Jaringan ikat
D. Basal cell
F E. Perikondrium
B
F. fibrosa perikondrium
C G. Kondroblast
H. Kondrosi
I. Lamina propria
E

i H
G
GLANDULA MUKOSA LARING
G = glandula seromucus
LV = Laryngeal vestibule
VF= Vestibular folds
VC= Vocal folds or cords
VM +Vocalis muscle
EPIGLOTIS
Squamous kompleks
non keratin
• Merupakan bagian atas dari laring, yang menonjol dari
pinggir laring dan meluas ke faring.
• Pars faringea : Permukaan yang menghadap ke lidah.
• Pars laringea : permukaan yang menghadap ke laring.
• Pars faringea dan 2/3 pars laringea : epitel squamous
kompleks non keratin.
• 1/3 pars laringea :
- Epitel kolumner pseudokompleks bersilia Epitel kolumner
bergoblet. pseudokompleks bersilia
bergoblet
- Dapat ditemukan gumma gustatoria.
• Kelenjar seromukus terdapat pada mukosa kearah laring
dibelakang epitel kolumner pseudokompleksbersilia.
• Tunika propia berhubungan langsung dengan
perikondrium dari tulang rawan elastin.
f
C

h E

A
B

D
g

Tulang rawan hialin : E. Sel isogen


A. Perikondrium F. Matrix
B. Jar.ikat fibrosa
C. Lacuna
G.
H.
Nukleus
Chondroblast Hyalin cartilage
D. Kondrosit
TULANG RAWAN ELASTIS DAN HIALIN

Tulang rawan C
elastis A A. Elastic fiber
B E B. kondrosit
C. Lacuna
D. Matriks hialin
E. Sel isogen
F. perikondrium

Tulang rawan D
hialin

F
EPIGLOTIS

A A. Mukosa laringeal :Epitel


silindris bertingkat
bersilia bersel goblet
B. Mukosa lingual :epitel
c gepeng berlapis tanpa
lapisan tanduk/ non
keratin
C. Kelenjar campur
D D. Lamina propria

B
EPIGLOTIS MUKOSA LINGUAL

A
A. Mukosa lingual :epitel
gepeng berlapis tanpa
lapisan tanduk/ non keratin
MUKOSA LARINGEAL

A. Epitel silindris bertingkat


bersilia bersel goblet
A
TRAKHEA
• Merupakan tabung berdinding tipis lanjutan dari laring.
• Letak : mulai dari basis laring sampai ketempat dimana trakhea bercabang menjadi
bronkhus primer.
• Struktur :
- Cincin tulang rawan hialin : bentuk huruf C, menghadap ke
dorsal, 16 - 20 cincin, tebal 3 - 4 mm mempertahankan lumen
tetap terbuka.
- Ujung² tulang rawan dihubungkan oleh :
- Otot polos muskulus trakhealis :
- memungkinkan tulang rawan saling mendekat.
- Kontraksi  lumen menyempit  respon batuk 
menambah kecepatan udara ekspirasi 
membersihkan jalan udara.
- Ligamentum berupa jaringan fibroelastis (mencegah
peregangan lumen yang berlebihan).
TRAKHEA
• Struktur :
- Mukosa : - Epitel kolumner pseudokompleks bersilia bergoblet.
- Epitel trakhea mengandung sel :
- sel goblet,
- sel silia,
- sel silindris dengan mikrovili (sel sikat, sel imatur),
- sel basal,
- sel granula : sel neuroendokrine produksi amin
prekursor uptake and carboxilation (Apud).
- Tunika propia : t.d noduli limpatisi, kolagen dan serat
elastis (lanjutan perikondrium) sebagai muskularis mukosa.
- Sub mukosa - Kelenjar seromukus : pada potongan memanjang
terletak dalam segitiga dengan epitel permukaan
sebagai basis dan pertengahan jarak tulang rawan
terdekat sebagai apeks.
- Kadang² meluas sampai tunika propia.
- Tunika adventitia, disusun oleh jaringan penyambung fibroelastin, tulang rawan
hialin berbentuk C, berperan mengaitkan trachea ke struktur esophagus dan
jaringan penyambung leher
SEL LAPISAN MUKOSA
• Sel goblet (30%) – memiliki tangkai yang sempit pada posisi basal, bagian teka yang melebar
berisi granula sekretori yang mengandung RER, kompleks golgi, sejumlah mitokondria dan
sekelompok ribosom. Sedangkan dibagian teka mengandung musinogen. Plasalema
memiliki mikrovilus tumpul dan pendek.
• Sel silindris bersilia (30%) - sel ramping , tinggi dengan inti ke basal, tonjolan silia serta mikrovili
dibag apical membrane sel.sitoplasma mengandung mitokondria, golgi, RER, sedikit ribosom.
• Sel basal (30%) -letak di atas membrane basal, namun permukaan apical sel tak mencapai
lumen.
• Sel sikat (sel mucus bergranula kecil). Sel berbentuk silindris sempit, mikrovili tinggi (peran ;
akhiran saraf)
• Sel serosa (3%); bentuk silindris, mengandung mikrovili ba apical dan granula apical
• Sel Neuroendokrin (DNES); granula kecil / sel kulchitsky jumlahnya 3% memiliki tonjolan
panjang dan ramping ke lumen (memantau kadar oksigen & karbondioksida dalam lumen
saluran udara) mengandung banyak granula bagian basal sitoplasma (agen
farmakologis)amino peptide, asetilkolin dan adenine trifosfat.; sebagai hormone
parakrin,meredakan hipoksia lokal melalui serat saraf Efren ke medulla oblongata
TRACHEA
• A. Glandula trachea
• B.tulang rawan hialin
• C.Kelenjar mukosa
• D.Kelenjar serosa

A
D

B
TRACHEA
A
Lap.mukosa B A. Cilia
B. Goblet cel
C. Pembuluh darah
D. Lamina propia (tunika
F mukosa)
E. Muskulus trachea-Otot polos
F. Sel basal
D

E
C
Seromucous Gland
lumen

Pseudostratified Ciliated Columnar Epithelium

Submucosa

Hyaline Cartilage

Adventitia

Organ? 40X
Lumen

Pseudostratified Ciliated Columnar Epithelium

Lamina Propria

Submucosa

Organ? 400X
Blood Vessel

Lamina Propria
Lumen Hyaline Cartilag
Pseudostratified Ciliated Columnar Epithelium

Lung Tissue Seromucous G

Smooth Muscle

Organ? 40X
Epithelium

Lung Tissue
6

Lumen
Hyaline Cartilage

Submucosa

Seromucous Gland

Lamina Propria Organ? 100X


Epithelium

Hyaline
Cartilage

Lamina Propria

Lamina Propria
Lumen

Submucosa

Seromucous
Gland

Organ? 400X
BRONKHUS PRIMER
(EKSTRAPULMONAL)

Bronkhus primer
-Mirip trachea; dinding lebih tipis, diameter lebih
kecil dr trachea
-didampingi oleh arteri/vena pulmo, pemblh.limfe
-Cincin tulang rawan ( C )
-Epitel silindris bertingkat bersilia, bergoblet.
BRONKHUS SEKUNDER /BRONKHUS
Bronkhus sekunder : INTRAPULMONAL
- Berjalan bersama pembuluh darah.
- Serat elastis pengganti muskularis mukosa tidak ada.
- Sub mukosa tidak ada.
- Cincin tulang rawan penuh.(bentuk O)
- Berkas otot polos silang menyilang (pada post mortem, bergelombang
seperti bintang).
- Lamina propria
- Kaya serat elastis dan kelenjar seromukus,
salurannya bermuara ke lumen bronkhus.
- Limfosit, diantara epitel.
- Nodus limpatikus, banyak ditemukan terutama
pada percabangan.
-terdapat arteri pulmonalis
Epitel silindris bertingkat bersilia bergoblet
BRONKHUS SEKUNDER

Arteri
Tulang rawan pulmonalis

Gl.serosa
BRONKHUS
A
SEKUNDERR
G B
C

A.Cilia
D B.Sel goblet
C. Sel basal
D. Otot polos
E.Perikondrium
F.Hyaline cartilage
E G. Epitel kolumner/silindris
pseudokomplek bersilia dan
bergoblet

F
BRONKHUS SEKUNDER
Vena pulmonalis

Otot polos bergelombang

Arteri pulmonalis

Tulang rawan
TRAKHEA - BRONKHUS

Trakhea Bronkhus
Bronkhus primer
- Epitel silindris bertingkat bersilia,bergoblet. - Mirip trakhea
- Lamina basal. - Cincin tulang rawan ( C )
- Lamina propria - Epitel silindris bertingkat bersilia, bergoblet.
- Jaringan ikat fibrosa,\ Bronkhus sekunder :
- Serat kolagen dan elastin - Lempeng2 tulang rawan hialin, cincin penuh (O)
- Sub mukosa :Kelenjar seromukus - Epitel silindris bersilia bergoblet
- Cincin tulang rawan hialin (C). - Diikuti pembuluh darah
- m. trakhealis - Berkas otot polos, serat elastin.
- Ligamentum : fibroelastis. - Mukosa : lamina basal jelas, lipatan longitudinal
BRONKHIOLUS
• Diameter kurang dari 1 mm
• Tidak ada tulang rawan hialin
• Tidak mempunyai kelenjar
• proksimal : epitel silindris bersilia, sedikit sel goblet (tersebar dalam epitel)
• Distal : epitel kuboid bersilia, tak ada sel goblet
• Sel Clara : permukaan menonjol kearah lumen  sekretoris  surfaktan.
• T.propria : - serabut elastin,
- berkas otot polos  n vagus dan saraf
simpatis
BRONKHIOLUS

• Otot polos :
- N vagus  perangsangan  kontraksi  penyempitan
lumen
- Saraf simpatis  perangsangan  menghilangkan
spasme otot polos.

 Epinephrine  merelaksasi otot waktu serangan asma.


(Obat simpatomimetik)

 Bronkhiolus lapisan ototnya lebih tebal  waktu serangan asma bronkhiolus lebih
spasme dibandingkan bronkhus.  resistensi jalan udara pada asma  disebabkan
kontraksi otot bronkhiolus.
BRONKHIOLUS
BRONKHIOLUS
• Otot polos :
- N vagus  perangsangan  kontraksi  penyempitan
lumen
- Saraf simpatis  perangsangan  menghilangkan
spasme otot polos.

 Epinephrine  merelaksasi otot waktu serangan asma.


(Obat simpatomimetik)

 Bronkhiolus lapisan ototnya lebih tebal  waktu serangan asma bronkhiolus lebih
spasme dibandingkan bronkhus.  resistensi jalan udara pada asma  disebabkan
kontraksi otot bronkhiolus.
Respiratory
bronchiole

Alveolar duct
Visceral
pleura
Alveolus

Alveolar sac

Organ? 40X
Respiratory
bronchiole

Alveolus

Alveolar duct
Visceral
pleura

Alveolar sac

Organ? 100X
Blood Vessel

Alveolar sac

Alveolus

Alveolar duct

Organ? 400X
BRONKHIOLUS RESPIRATORIUS

• Daerah peralihan antara bagian konduksi dan respirasi


• Mukosa : sama dengan bronkhiolus.
• Dinding dikelilingi saccus alveolaris.
• Epitel
- Proksimal : Kuboid simpleks dengan silia.
- Distal : Kuboid simpleks tak bersilia.
• Makin ke distal, jumlah alveoli bertambah dengan nyata dan jarak antar alveoli
semakin dekat.
• Tidak memiliki kelenjar, dikelilingi jaringan ikat elastis dan fibroelastik, otot polos
secara heliks
BRONKHIOLUS RESPIRATORIUS

Bronkhiolus
terminalis

Duktus

Bronkhiolus
respiratorius

Saccus
BRONCHIOLUS RESPIRATORIUS

• Tidak memiliki tulang


rawan, terdapat
alveolus sehingga otot
polos terlihat terputus-
putus
• Epitel kuboid selapis
• Alveolus tempat
pertukaran gas O2
dengan Co2

alveolus
Sel clara
SEL CLARA
 Sel clara ; sel silindris dengan bagian
puncak seperti kubah, dengan
mikrovili pendek tumpul. Sitoplasma
mengandung RER.

 Sel clara mempunyai fungsi


menghasilka secret, memmusnahkan
toksin yang terhirup, melalui enzim P-
makrofag 450 yg terdapat di RER dan sel clara
mengurangi tegangan permukaan
bronkhiolus

Sel clara
BRONCHIOLUS TERMINALIS

Epitel selapis kuboid


dgn silia sedikit

makrofag

Sel Epitel selapis kuboid


clara dgn silia sedikit
BRONCHIOLUS TERMINALIS
• Epitel selapis kuboid
dengan jumlah silia yang
sedikit, tidak memiliki sel
goblet, otot polos lebih
tebal yang berhubungan
dengan persarafan
(parasimpatis=kontraksi otot
polos yang mengakibatkan
inspirasi berbunyi weezing)
DIFFERENCES BETWEEN BRONCHI
AND BRONCHIOLES

Bronchioles
• No glands
• No cartilage
• No goblet cells
• Thick smooth muscle layer
• Presence of Clara cells
• Many elastic fibres
CELL IN THE ALVEOLI
Type I Pneumocytes, Type II Pneumocytes, Macrophages or Dust cells
DUTZ CELL

alveolus

Sel dutz

Septum
interalveolaris

Septa
interalveolaris
DUKTUS ALVEOLUS DAN SACCUS
ALVEOLUS

Duktus alveolus : Saccus alveolus :

- Dinding diskontinyu. - Epitel squamous simpleks


- Epitel kuboid simpleks. - Kantong yang tersusun atas
- Lanjutan dr bronkhiolus alveoli.
respiratorius - Pada bronkhiolus respiratorius,
- Mempunyai otot polos di pada dan lanjutan duktus
beberapa tempat. alveolus
ALVEOLUS

• Evaginasi kecil menyerupai kantong.


• Pada bronkhiolus respiratorius, duktus alveolus, saccus
alveolus.
• Epitel squamous simpleks.
• Penting untuk pertukaran antara O2 dan CO2 dan antara
udara dan darah.
• Struktur dinding alveoli diffus.
SEPTUM INTERALVEOLARIS (DINDING INTERALVEOLARIS)

• Dinding dari dua alveoli yg berdekatan bersatu.

• T.d : 2 lapisan epitel gepeng tipis yang diantaranya terdapat kapiler dan jaringan
penyambung (serat elastin, kolagen tipe III (serat retikulin), makrofag, fibroblast, sel mast dan
unsur limfoid.
• Sangat fleksibel, tidak kaku sehingga pengembangan dapat sempurna dan tidak terlalu lunak
sehingga pembuluh darah tidak mudah pecah.
• Disokong oleh :
- Jaringan penyokong umum (basic support), t.d serat elastis
yang melingkari alveolo sepanjang septum
- Penyokong khusus (Intimate support, t.d serat retikuler
dan kolagen yang berperan untuk melindungi pembuluh
darah dan sel.

• PAS : dapat dilihat membrana basalis septum interalveolaris yg terdiri dari epitel alveoli dan
endotel kapiler.
• M.e : Alveoli sangat tipis dan kontinoe
SEPTUM INTERALVEOLARIS

• Udara dalam alveoli dipisahkan dari darah kapiler oleh 4 lapisan


sel dan membran :
- sitoplasma sel epitel.
- lamina basalis sel epitel.
- lamina basalis sel endotel.
- sitoplasma sel endotel.

• Untuk mengurangi jarak sawar udara darah  kedua lamina


basalis bersatu menjadi lamina yang tipis.

• Kapiler2 pulmonalis pada septum yg beranastomosis disokong


oleh jalinan serabut2 kolagen dan elastis  dirancang agar
memungkinkan pengembangan dan kontraksi dinding alveoli.
SEPTUM INTERALVEOLARIS

• Pelepasan CO2 dari H2CO3 dikatalisis oleh enzim anhidrase


karbonat yg terdapat dalam sel-sel darah merah  eritrosit
mengandung enzim tsb lebih banyak dari sel lain.

• Paru-paru mengandung ± 300 juta alveoli  luas permukaan 70 –


80 m2.

• Dinding alveoli t.d 3 jenis sel :


1. Sel endotel kapiler.
2. Sel alveoler gepeng (tipe I).
3. Sel alveoler gepeng (tipe II).

• Sel lain : makrofag(dust sel), leukosit, mastosit dan fibroblast.


SEPTUM INTERALVEOLARIS

• Sel endotel kapiler :


- Sangat tipis, inti yang lebih kecil dan lebih panjang.
- Kontinyu dan tidak berfenestrata.
- Unit dan organel2 berkelompok, sehingga bagian lain
menjadi sangat tipis sekali  menambah efisiensi
pertukaran gas.
- Bagian sitoplasma yang tipis banyak mengandung
vesikel pinositotik
SEPTUM INTERALVEOLARIS
Sel alveolar gepeng type I Sel alveolar gepeng type II ( sel septal) :
- Sangat tipis (m.e) - Terselip diantara sel tipe I.terdapat
- Inti dan organel berkelompok mikrovili dibagian apeks yang pendek.
(mitokondria, RER dan golgi) - Okludens dan desmosom.
- Sekitar inti sitoplasma menyebar, - Bentuk besar kuboid berkelompok 2-3
membentuk lapisan tipis. pada permukaan alveoli bersatu
- Vesikel pinositotik. turn over surfaktan, membentuk sudut.
pembuangan partikel2 kecil. - Letak pada lamina basalis, bagian dari
- Desmosom, okludens  mencegah epitel
kebocoran cairan kedlm celah udara - Sitoplasma vesikuler/ berbusa.
alveoler Type I Pneumocytes

- Fs  sawar udara yg sangat permeabel


bagi gas-gas.

Type II Pneumocytes
SIRKULASI DALAM PARU-PARU

T.D :  Pembuluh darah nutrisi.


 Pembuluh darah fungsional  arteri dan vena pulmonalis.

A. Pulmonalis :
Dari ventrikel kanan (kaya CO2)  berjalan bersama bronkhus sampai
bronkhiolus respiratorius (cabang²nya dikelilingi tunika adventitia bronkhus
dan bronkhiolus).
Pada daerah alveoler, cabang²nya membentuk jaringan kapiler yang
berhubungan erat dengan epitel alveoli pada septum interalveolaris terjadi
pengeluaran CO2 dan pengambilan O2.

V.Pulmonalis :
Darah dari kapiler, menuju vena-vena kecil  vena pulmonalis. vena
interlobularis pada septum inter lobularis  bronkhiolus  bronkhus  hillus.
SIRKULASI DALAM PARU-PARU
• Arteri dan vena berjalan bersama dari bronkhus sekunder (hillus)
sampai bronkhioli, dalam lobulus tidak bersama lagi.
• Arteri  sampai bronkhiolus respiratorius.
• Vena  kembali lewat septum interlobaris.

Pembuluh darah nutrisi : arteri dan vena bronkhiolus  bersama


bronkhus  bercabang² sampai bronkhiolus  beranastomosis
dengan a.pulmonalis.

a. Bronkhialis  septum interalveolaris, pleura visceralis.


v. Bronkhialis  vena pulmonalis.
PEMBULUH LIMFE

• Pada :
- Septum interlobaris.
- Pleura visceralis.
- Jaringan ikat sekitar bronkhus dan pembuluh darah.

• Limph :
 Pembuluh superfisialis : pleura visceralis, septum
interlobaris  nodus limphatikus hillus.
 Pembuluh profunda : dinding bronkhus dan
bronkhiolus pada septum interlobularis, mengikuti
seluruh panjang pleura  melewati pembuluh sekitar
bronkhus kearah hillus.
PERSARAFAN

 Simpatis : dari ganglion cervikale inferior dan ganglion thorakalis


 bronkhodelator.
 Parasimpatis : dari percabangan nervus vagus
bronkhokontruksi.

Gerakan pernafasan :
- Inspirasi : kontraksi m.intercostalis dan diafragma
- Ekspirasi : terjadi pasif.
A ALVEOLAR
D B

A.Dutz cell
c B. Septum interalveolar
C.Kapiler
A
D.P2/Tipe II pneumocytes
(epitel squamous )
E E.P1/Tipe I pneumocytes
F.eritrosit
c
B
A.Dutz cell
B. Sel clara
C. Septum interalveolar
D.Kapiler
E. eritrosit
B F. P1/Tipe I pneumocytes (epitel
squamous )
A G.P2/Tipe II pneumocytes

G F

C B
G

G
D
E

F
Resume
Trachea Bronchus Tertiary bronchus Bronchiole Respiratory bronchiole

Epithelium Pseudostratifie  Columnar  Cuboidal


d
Goblet cells +++ ++ ++ + Absent

Clara cells Absent Absent Absent + +

Muscularis mucosae Absent + ++ +++ +++

Mucous glands +++ ++ + Absent Absent

Cartilage +++ ++ + Absent Absent

Alveoli Absent Absent Absent Absent +


Daaerah Pendukung Kelenjar Epitel Tipe sel Tambahan
Divisi konduksi ekstrapulmonal
Vestibuli nasal Tulang rawan Sebasea dan Gepeng epidermis Vibirsae
hialin keringat bertingkat
berkeratin
Rongga hidung Tulang rawan seromukosa Respirasi Basal, goblet, Daerah mirip
respirasi hialin bersilia, brush sel, jaringan erektil
serosa

Rongga hidung tulang Bowman (serosa) olfaktori Olfaktori Vesikel olfaktori


olfaktori sustentakular dan
basal
nasofaring Otot rangka seromukosa respiratori Basal, goblet, Tonsil faring dan
bersilia, cell brush tuba eukatius

Trakea dan bronki Tulang rawan Mukosa dan respiratori0 Basal goblet Cincin C dan otot
primer hialin dan seromukosa bersilia serosa sel trakhelis (otot
jaringan ikat yang brush polos ) tuniaka
padat, ireguler adventisia
berkolagen

Laring Tulang rawan Mukosa dan Gepeng Basal goblet Epiglotis , pita
hialin dan elastin seromukosa bertingkat tidak bersilia sell brush suara dan lipatan
berkeratin dan serosa vestibuli
Daaerah Pendukung Kelenjar Epitel Tipe sel Tambahan
Divisi konduksi intrapulmonal
Bronkhi sekunder Tulang rawan seromukosa Respiratori Basal, goblet, Piringan tulang
(intrapulmonal) hialin dan otot bersilia sel brush rawan hialin dan
polos serosa otot polos yang
melingkar
membentuk 2
pita
Bronkhiolus primer Otot polos - Silindris selapis Sel bersilia, sel Diamter kurang
sampai kuboid clara (terkadang dar 1 mm,
selapis sel goblet di menyuplai udara
bronkhiolus yang ke lobulus; otot
lebih besar) polos yang
melingkar
membentuk dua
pita
Bronkhiolus Otot polos - Kuboid selapis Beberapa sel Diameter kurang
terminal bersilia dan dari 0,5 mm
banyak sel clara menyuplai udara
(tidak ada sel ke asinus paru,
goblet) beberapa otot
polos
Daaerah Pendukung Kelenjar Epitel Tipe sel Tambahan
Divisirespiratori
Bronkhiolus Beberapa otot - Kuboid selapis Sel kuboid bersilia,
respiratorius polos dan dan gepeng sel clara dan
kolagen selapis yang amat pneumosit tipe 1
tipis dan II
Duktus alveolaris Serat kolagen tipe - Epitel gepeng Pneumosit tipe 1 Tidak berdinding
III (retikular) dan selapis yang dan tipe II pada sendiri; hanya
otot polos sfingter sangat tipis alveoli terdiri atas
alveoli sederetan alveoli
Sakus alveolaris Serat kolagen tipe - Gepeng selapis Pneumosit tipe I Kelompokkan
III dan serat elastin yang sangat tipis dan tipe II alveoli

alveoli Serat kolagen tipe - Epitel gepeng Pneumosit tipe I Mempunyai


III dan serat elastin selapis yang dan tipe II dan alveolus
sangat tipis makrofag
CASES ON RESPIRATORY SYSTEM
CASES
• Asma
• Bronchopasm, usually reversible, due to
allergic or non allergic stimuli
• Target : bronchial epitelium and smooth
muscle
• Inflamation, obstructive disease
• Airways resistence increased, on expiration
more than inspiration
• Microscopic : Smooth muscle hypertrophy ,
inflammation eosinophil, basement
membrane thickening, mucous plug in
lumen , hyperthrophy of muscle layer
CASES
• Chronic bronchitis
• Persisten cough with sputum production for
3 month in two years
• Smooking
• Microscopic :bronchial gland
hyperplasia;goblet cell metaplasia, fibrosis
of bronchioles, loss of cilia,chronic
inflammation, bronchial wall thickening ;
mucous gland enlargement, edema,
basement membrane thickening,
increased smooth muscle
RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROME OR HYALINE
MEMBRANE DISEASE

in premature new born babies there is


deficiency of surfactant as it is produced
in the last week of gestation. They have
difficulty in expanding the already
collapsed lungs. A fibrin rich eosinophilic
material called hyaline membrane lines
the respiratory bronchioles and alveolar
ducts of babies.Synthesis of surfactant is
induced by administration of
corticosteroids.
BRONCHICTASIS

In bronchiectasis, your airways slowly


lose their ability to clear out mucus.
When mucus can't be cleared, it builds
up and creates an environment in
which bacteria can grow.
BRONKHITIS
• bonkitis terbagi atas 2 jenis, yakni:bronkitis akut dan
bronkitis kronis Perlu diingat bahwa istilah akut dan
kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan
durasi berlangsungnya penyakit, bukan berat
ringannya penyakit.Bronkitis Kronik yaitu penyakit
dengan gangguan batuk kronik dengan dahak
yang banyak terjadi hampir tiap hari minimal tiga
bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-
turut.Produksi dahak yang berlebihan ini tidak
disebabkan oleh penyakit tuberkulosis
atau bronkiektasis. Dasar kelainannya ialah
Hipersekresi mucus bronkus dan penyumbatan
jalannapas
• ikarenakan pada B ronkitis kronis terjadi penebalan
(hipertrofi) otot-otot polos dan kelenjar
serta berbagai perubahan pada saluran
pernapasan
RHINITIS
Rhintis medikamentosa disebabkan oleh pemakaian
vasokonstriktor topikal (obat tetes atau semprot hidung) dalam
waktu lama dan berlebihan (drug abuse)

secara mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh darah


dengan pembesaran selgobletdan sel pembentuk mucus.
Terdapat juga pembesaran ruang inter seluler
danpenebalanmembrane basal, serta ditemukan infiltrasi sel-sel
eosinofil pada jaringan mukosadansubmukosa hidung
• Hiperemis dalah suatu keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
didalam pembuluhdarah atau keadaan yang disertai meningkatnya
volume darah dalam pembuluh darah yangmelebar. ada pemeriksaan
tampak faring dan tonsil hiperemis
• Infeksi/peradangan streptococcus ditandai oleh pelepasan dan invasi toksin
ekstra seluler lokal dan enzim protease.
REPIRATORY DISTRESS OF THE
NEWBORN

Saat lahir, paru bayi mengembang pd hirupan pertama dan


keberadaan surfaktan memungkinkan alveoli tetap terbuka.
Sedangkan bayi premature blm menghasilkan surfaktan sehingga
mengalami gagal nafasneonatus. Kemudian diobati dengan
surfaktan sintesis untuk menurunkan teganganpermukaan dan
glukokortikoid merangsang pneumosit menghasilkan surfaktan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai