NIM : P07134019082
Kelas : III B
Salurannafas:
- Kavumnasi (ronggahidung)
- EpiglotisdanLaring
- Trakea
- Bronkus
- Bronkiolus
Paru
5. Laring
- Vocal fold
- Kelenjar seromukus
- Tulang rawan tiroid
Laring yang sudah dilakukan pewarnaan HE
a. Trakea
Tulang rawan “ C ring “
Epitel kolumnar pseudotratified bersilia dengan sel goblet
Kelenjar submukosa tipe seromukus
Gambar
Sel clara:
- paling banyak ditemukan di bronkiolus terminalis
- Menggantikan sel goblet
- Tidak bersilia
- Juga terdapat di alveoli
- Mensekresi lipoprotein yang merupakan komponen surfaktan
- Sebagai stem cell
7. Paru
Parenkim paru:
Bronkiolus respiratorius
Duktus alveolar
Sakus alveolar
Alveoli
Dinding esophagus :
Lapisan esophagus bagian atas dan bawah :
Epitel skuamus berlapis tanpa keratin sebagai proteksi terhadap bolus makanan
Kelenjar esophagus memproduksi mucus untuk melubrikasi / melicinkan lumen
esophagus
Lapisan otot untuk pergerakan peristaltic menggerakkan bolus makanan kebagian
yang lebih distal
Sfingter gastroesofagal untuk mencegah regurgitasi makanan dari lambung ke
esophagus
Panjang : 5 – 7 m
Terdiridari : duodenum, ileum
&jejunum
anyak lipatan untuk memperluas
permukaan yang berfungsi
mengabsorpsi nutrisi & cairan
Villi
Kripte Lieberkhun (kelenjar)
Tabung berongga mulai kavum oral
sampai anus
Organ asesoris :kelenjar liur, hati,
kandung empedu, pankreas.
Terletak di luar tabung berongga
Sekretnya disalurkan ketabung berongga sistem digestif melalui duktus
eksekretorius
Gambar Duodenum:
GambarJejenum : GambarIleum :
5. UsusBesar (Colon)
Apendiks (UsusBuntu)
Selabsorptive
Selgoblet
Kelenjar usus
Lymphoid nodule
Taeniacoli
Fungsiutamaususbesar : penyerapan air & mineral
Definisi :
1. Ginjal
2. Paru-paru
3. Kulit
4. Hepar
1. Ginjal
A. Korteks
C. Nefron
D. Corpuscle ginjal
Jumbai bulat kapiler darah yang disebut glomerulus; penutup berlapis ganda
seperti cangkir untuk glomerulus yang disebut kapsul glomerulus (atau kapsul
Bowman)
2. Kulit
Salah satu fungsi utama : melalui produksi keringat oleh kelenjar keringat, air,
garam natrium, urea, dan limbah nitrogen diekskresikan ke permukaan kulit.
Histologi :
1. Epidermis
• Epidermal cell
1. KERATINOCYTES CELLS
2. MELANOCYTES CELLS
3. LANGERHANS CELLS
4. MERKEL’S CELLS
Epidermal Layer
1. Str basale lapisan
terdalam, atau basal
lapisan tunggal
kolomar untuk sel-
sel cuboidal
berfungsi sebagai
sel induk untuk
epidermis
2. Str spinosum
empat sampai enam
baris sel
keratinocytes
3. Str granuslosum Tiga sampai lima lapisan sel rata dengan butiran
keratohyaline basofilik padat
4. Str lusidum tembus cahaya dan hampir tidak terlihat sel-sel yang
dikemas erat kekurangan inti atau organel dan mati.
5. Str corneum diratakan, sel-sel mati diisi dengan filamen keratin
lembut.
2. Dermis
Lapisan papiler (serat jaringan ikat longgar): papila dermal dan
punggungan epidermal
Lapisan retikuler (serat jaringan ikat padat tidak teratur)
-kelenjar keringat dan folikel rambut
-kelenjar sebaceous
-arrector pili otot
Hypodermis (jaringan subkutan) : fascia dan jaringan adiposa
3. Paru – Paru
A. Alveoli
B. Bronchus bronkiole
1.Mesothelium 2. Bronkiole pernapasan
3. Saluran Alveolar 4. Atrium
5. Otot polos 6. Piring carti lage
7. Kelenjar
- 200 juta
alveoli di
paru-paru
normal
- Total luas
permukaan
kapiler yang
tersedia
untuk
pertukaran
gas adalah
sekitar 125
meter
persegi.
- Epitel yang melapisi alveoli: tipe I pneumocytes (sel
skuamamamm), tipe II pneumocytes (sel clara), sel sikat
4. Hepar
• Hati adalah
karena meresap melalui sinusoid.
• Pameran hati mengulangi unit heksagonal yang disebut hati (hati) lobules Lobula terdiri
dari sel-sel hati poligonal diatur dalam bentuk kabel memancar Inti bulat inti hepatoksit
dikelilingi oleh sitoplasma sitoplasma merah muda berlimpah sel hati bervariasi dalam
penampilan tergantung pada status gizi.
• Hal ini dapat menyimpan peningkatan jumlah glikogen dalam sitoplasma mereka.
Dengan noda periodi acid-Schiff berwarna merah cerah.
• Tali dipisahkan satu sama lain oleh ruang yang disebut sinusoid
• Sinusoid dilapisi oleh sel endotel dan sel Kupffer (sel makrofag)
• Sepanjang pinggiran lobules ada interval sudut yang diisi oleh jaringan ikat
• Setiap daerah tersebut berisi cabang vena portal, cabang arteri hati, dan saluran empedu
interlobular portal triad
FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY)
A. Definisi FNA
Orang yang berperan sebagai respirator yaitu Dokter umum, dokter spesialis yg mendapat
pendidikan keterampilan FNA dan berminat terhadap FNA.
B. Kegunaan FNA
C. Prinsip FNAB
D. Prosedur FNAB
Informed consent
Peralatan
Desinfeksi
Puncture
Tanpa aspirasi
Dengan aspirasi
Pembuatan sediaan apusan
Label
Pengisian formulir
E. Keuntungan FNAB
F. Peralatan FNAB
Jarum :
Syringe/ spuit :
Slide/obyek gelas :
minyak.
Fixative/bahan fiksasi :
culoau
Semua peralatan diatas sebaiknya disimpan dalam tas yang baik oleh ahli Patologi bila
sewaktu-waktu dipanggil untuk FNA.
G. Persiapan
1. Persiapan Pasien
2. Persiapan FNA
1. Palpabel/superfisial tumor.
Tumor yg dpt diraba dari luar. FNA untuk tumor ini bisa dilakukan semua dokter
yg mendapat keterampilan FNA dan berminat thd FNA.
Aspirator terbaik adalah ahli radiologi dibantu oleh ahli klinik dan ahli patologi
serta ahli sito teknisi.
H. Teknik FNA
Aspirasi dasarnya sangat sederhana yang digambarkan pada bagan dibawah ini.
aspirasi.
Fixsasi ada 2 macam: a/ dengan hair spray dan b/dengan alkohol 95%
Setelah difiksasi bahan apusan secepatnya dikirim ke Lab.P.A. atau ahli Patologi
bersama formulir permintaan.
Yang difiksasi dengan hair spray akan dicat dengan Diff Quick sedang yg difixasi
alkohol 95% dicat dengan Pappaniculoau
Bahan apusan yg difixasi dengan alkohol 95% minimal 30 menit.
Setelah selesai pengecatan oleh ahli Patologi atau Sitopatologi dilakukan
pemeriksaan dibawah mikroskope
Hasil :
a/ Jinak
b/ Atypical
C/ Ganas
Selalu diisi saran : mohon dilakukan konfermasi diagnosistik
KOMPLIKASI FNA
Jarang dilaporkan :
1. Infeksi
2. Perdarahan
3. Pneumothorax
4. Emboli udara
5.Pertumbuhan sel ganas sepanjang tusukan sampai saat ini belum ada laporan
sebaran sel ganas.
KESUKSESAN FNAB :
1. PENGAMBILAN SAMPEL
Sangat memerlukan keterampilan dan pengalaman
Kecukupan bahan
2. PROSESING
Teknik apusan
Fiksasi
Pengecatan
3. INTERPRETASI
Umur, jenis kelamin
Lokasi anatomi lesi
Hubungan lesi dengan sekitar
Data makroskopis lesi
Data makroskopis aspirat
Data penunjang radiologi
Data penunjang laboratorium
Dll
KETERBATASAN :
Hasil dan akurasinya sangat tergantung pada kualitas bahan aspirat dan apusannya
(untuk itu sangat dibutuhkan keahlian dan pengalaman untuk mendapatkan bahan
yang optimal untuk menegakkan diagnosisis).
Beberapa proses patologis sangat heterogen, sehingga kadang-kadang sedikit
sampel yang didapat tidak dapat mewakili keseluruhan lesi.
Beberapa lesi hanya dapat dikenali melalui pola arsitektur mikro, tidak cukup
hanya dengan gambaran sitologi saja
Pada beberapa kasus, gambaran sitologi FNAB juga tidak dapat menentukan
adanya invasi tumor ke jaringan sekitarnya.
JAMINAN MUTU PEMERIKSAAN SITOLOGI
Membuat sediaan jaringan yang berkualitas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil yang baik
• Memperbaiki jika terjadi kerusakan. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan
control kualitas pada suatu proses pembuatan sediaan jaringan.
Kontrol kualitas pada pewarnaan Hematoxylin Eosin sebagai pewarnaan histopatologi yang
sering dipakai.
Beberapa pedoman umum yang dapat dipakai untuk menilai kualitas H&E adalah:
1. Nukleus: zat warna dapat mewarnai nucleus menjadi biru dan dapat menunjukkan
membrane nukleus, nukleoli, kromatin, dan nukleus yang vacuolar dan hiperkromatis.
2. Sitoplasma dan subtansi dasar lainnya: dapat mewarnai dan membedakan sitoplasma,
kolagen, otot, eritrosit, sel darah merah dan mucin dengan nuansa warna kemerahan.
3. Pada potongan usus, usus buntu dan paru-paru: dapat mewarnai mucin pada sel epitel,
apakah berwarna biru atau terang tergantung pada pH dari Hematoxylin. Menurunkan pH
biasanya dapat dilakukan dengan menambahkan asam asetat, hal ini secara signifikan
dapat mengurangi warna mucin.
4. Pewarnaan Hematoxylin yang terlalu teroksidasi akan menimbulkan warna coklat pada
elemen-elemen tertentu pada jaringan.
Teknisi Laboratorium Patologi Anatomi harus bisa membedakan antara serat otot dan kolagen,
otot akan berwarna merah lebih tua dari kolagen. Sel darah merah harus berwarna merah
terang.Penilaian nucleus akan tergantung pada jenis sel pada jaringan yang diwarnai.
Adapun beberapa pedoman control kualitas harian pewarnaan H&E dapat dilakukan padaorgan
usus besar (kolon), kulit dan ginjal :
1. Kolon: dapat membedakan serat otot dan kolagen. Pewarnaan mucin yang tidak tepat,
jika mucin terwarnai biru maka langkah yang dapat dilakukan adalah menurunkan Ph
Hematoxylin. Pewarnaan yang jelas terhadap nucleus sel epitel vesikuler.
2. Kulit: dapat menunjukan butiran keratohialin yang berwarna biru,dapat membedakan
keratin dari kolagen dan saraf, memperlihatkan batas papiler pada dermis.
3. Ginjal: mengidentifikasi membrane basal dan tubulus kontortus. Ginjal mempunyai
keragaman sel yang luas dari mulai sel yang mempunyai kromatin padat (glomerulus)
hingga sel yang mempunyai kromatin seperti debu (sel kuboidal ditubulus pengumpul)
Gambar sediaan kolon yang
diwarnai H&E
memperlihatkan mucin yang
berwarna biru.Untuk
menghilangkan warna biru
pada mucin dapat dilakukan
dengan cara menurunkan pH
pada Hematoxylin
Gambar sediaan kulit yang diwarnai H&E. gambar kiri menunjukkan pH Eosin terlalu
tinggi, gambar kanan menunjukkan Eosin yang sesuai dapat membedakan serat kolagen
dan jaringan saraf.
Gambar sediaan kulit yang diwarnai H&E. gambar kiri menunjukkan pH Eosin terlalu
tinggi, gambar kanan menunjukkan Eosin yang sesuai dapat membedakan serat kolagen
dan jaringan saraf.
Kelompok 1
2. Sistem Respirasi Bawah, yang terdiri dari bagian dalam rongga dada yaitu
trakea bawah dan paru-paru, termasuk pembuluh bronchial dan alveoli.
Membran pleura dan otot respirasi yang membentuk diafragma dan otot interkosta juga
merupakan bagian dari sistem respirasi.Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
• Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antar darah dan udara.
• Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel
tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan
dengan dua cara pernapasan, yaitu:
1. Respirasi / Pernapasan Dada
• Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
• Tulang rusuk terangkat ke atas
• Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam
dadakecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
• Diafragma datar
• Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada
dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
4. Mekanisme Pernafasan
Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
A. Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar
tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot
tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan
tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang
rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka
tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertanbah besar.
Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih
kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan uada kecil pada
rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk
ke dalam tubuh, proses ini disebut proses “inspirasi.” Sedangkan pada
proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk
kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh
meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada,
dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut “espirasi.”
B. Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma
dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi
diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada
bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan
tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara
mengalir masuk ke paru-paru (inspirasi). Pernapasan adalah suatu proses
yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma
sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Kelompok 2
Mekanisme Sistem Pencernaan
1. Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan (digestive system) adalah sistem yang terdiri dari pencernaan
saluran dan organ-organ lain yang membantu tubuh memecah dan menyerap makanan.
Organ-organ dalam sistem pencernaan di luar saluran pencernaan (disebut organ
pencernaan aksesori) adalah lidah, kelenjar ludah, hati, pancreas dan kandung empedu.
Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan makanan menjadi sari-sari makanan
yang siap diserap dalam tubuh. Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu: proses mekanis dan proses kimiawi.
1) Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta
2) Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim
pencernaan dengan mengubah makanan yang ber-molekul besar menjadi molekul yang
berukuran kecil.
1. Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh
melalui mulut. Makanan ini mulai dicerna secara
mekanis dan kimiawi. Di dalam mulut, terdapat
beberapa alat yang berperan dalam proses pencernaan
yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah.
a. Gigi
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini,
gigi membantu memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih
kecil. Hal ini akan membantu enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna
makanan lebih efisien dan cepat.
b. Lidah
Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur
dan menelan makanan, mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-
gigi atas dan bawah saat makanan dikunyah serta sebagai alat perasa
makanan.
c. Kelenjar Ludah
Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara
kimiawi yang terjadi di dalam mulut. Setelah makanan dilumatkan secara
mekanis oleh gigi, air ludah berperan secara kimiawi dalam proses membasahi
dan membuat makanan menjadi lembek agar mudah ditelan.
1. Faring
Faring merupakan penghubung rongga mulut dengan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapattonsil (amandel) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
2. Esofagus
Fungsi kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju lambung. Bagian
dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-
kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi
basah dan licin.
3. Lambung
Pencernaan secara kimiawi dibantu oleh getah lambung. Getah ini dihasilkan oleh
kelenjar yang terletak pada dinding lambung di bawah fundus, sedangkan bagian
dalam dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi dinding
lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi bila cidera. Getah
lambung ini dapat dihasilkan akibat rangsangan bolus saat masuk ke lambung. Getah
lambung mengandung bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar terdiri atas
air. Getah lambung juga mengandung HCl/asam lambung dan enzim-enzim
pencernaan seperti renin, pepsinogen, dan lipase.
4. Usus Halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter,
lebar 25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini
berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses
penyerapan makanan. Lapisan usus halus : lapisan mukosa ( sebelah dalam), lapisan
otot melingkar ( M. Sirkuler) , lapisan otot memanjang ( M.Longitudinal ) dan lapisan
serosa sebelah luar. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti: Duodenum (usus
12 jari), Jejunum (Usus kosong) dan Ileum (Usus penyerap)
5. Usus Besar
Fungsi usus besar terdiri dari menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli,
tempat feses. Usus besar terdiri dari beberapa bagian yaitu : Cecum (Sekum),Kolon
Asendens,Appendiks, Kolon Transversum dan Kolon Sigmoid
6. Rectum
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desenden. Jika
kolon desenden penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang
air besar (BAB).
4. Penyakit Sistem Pencernaan
Konstipasi yaitu terjadinya penyerapan air yang berlebihan pada sisa makanan di usus besar yang
mengakibatkan feses menjadi kering dan keras.
Diare yaitu penyakit yang merangsang penderitanya untuk buang air besar secara terus-menerus.
Apendisitis yaitu terjadinya peradangan atau infeksi pada umbai cacing(apendiks).
Hemeroid/Wasir/Ambeyen merupakan gangguan pembengkakan pada pembuluh vena disekitar
anus. Orang yang sering duduk dalam beraktifitas dan ibu hamil sering kali mengalami gangguan
ini.
Disentri merupakan penyakit yang menyerang usus. Usus yang terserang disentri terinfeksi oleh
kuman(bakteri/amoeba)jadi meradang. Gejala awal disentri adalah demam dan mencret. Bahkan
buang airnya terkadang berdarah. Muntah dan berak juga dapat dialami penderita penyakit ini.
Penderita disentri yang meninggal biasanya akibat dari dehidrasi dan keracunan oleh toksin
bakteri.
Cacingan , biasanya orang yang mengalami cacingan terjadi karena kurangnya menjadi
kebersihan sehingga memungkinkan telur-telur cacing akan masuk kedalam mulut dan hidung
lalu ke usus manusia, biasanya anak-anak yang kurang menjaga kebersihan diluar akan rentan
tertular penyakit cacingan ini.
KELOMPOK 3
Tehnik Pembuatan Preparat Histologi Organ Pencernaan (lambung) dengan Pewarnaan
Hematoksilin Eosin (HE)
Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini
menyusun organ-organ. Akar kata Yunani histo dapat di terjemahkan sebagai "jaringan"atau
"jaring" karenakebanyakanjaringanmerupakanjarringfilamendanserat yang saling terjalin, baik
selular maupun non selular, dengan lapisanmembranosa.
Tahapanpembuatanpreparatyaitu :
1. Fiksasi (Fixation) : Fiksasi Jaringan yang telah dimasukan ke dalam cassete selanjutnya
di fiksasi selama 24 jam dengan menggunakan alat Tissue Automatic Prossesor
2. Dehidrasi (Dehydration) : Dehidrasi merupakan langkah kedua dalam pemrosesan
jaringan. Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam
jaringan yang telah difiksasi sehingga jaringan nantinya dapat diisi dengan parafin atau
zat lainnya yang dipakai untuk membuat blok preparat
3. Pembeningan (Clearing) : Pembeningan adalah suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol
dari jaringan dan menggantinya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan
parafin. Jaringan tidak dapat langsung dimasukkan ke dalam parafin karena alkohol dan
parafin tidak bisa saling melarutkan.
4. Pembenaman (Impregnasi/Embedding) : Pembenaman (impregnasi) adalah proses untuk
mengeluarkan cairan pembening (clearing agent) dari jaringan dan diganti dengan
parafin. Pada tahap ini jaringan harus benar-benar bebas dari cairan pembening karena
sisa cairan pembening dapat mengkristal dan sewaktu dipotong dengan mikrotom akan
menyebabkan jaringan menjadi mudah robek.
5. Pengecoran (Blocking): Pengeblokan (Blocking) Pengeblokan adalah proses pembuatan
blok preparat agar dapat dipotong dengan mikrotom menggunakan parafin. Pengeblokan
bertujuan mengganti parafin cair disertai dengan pengerasan jaringan.
6. Pemotongan jaringan (Cutting): Pemotongan adalah proses pemotongan blok preparat
dengan menggunakan mikrotom.
7. Pewarnaan (Staining) : Pewarnaan ini yaitu memberikan warna yang kontras terhadap
jaringan sehingga apabila diamati dengan bantuan mikroskop bagian-bagian dari jaringan
tersebut tampak jelas. Tujuannya untuk mewarnai jaringan sehingga mudah diamati di
mikroskop. Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) menggunakan 2 macam zat warna
yaitu:
Hematoksilin -memulas inti sel dan memberikan warna biru (basofilik).
Eosin yang merupakan counterstaining hematoksilin, memulas sitoplasma sel dan
jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda dengan nuansa yang
8. Perekatan (Mounting) : Perekatan (mounting) menempelkan potongan jaringan yang baik
ke obyek glass.
9. Labelling yaitu untuk memberikan suatu tanda atau kode dengan tujuan untuk mencegah
kekeliruan terutama apabila banyak sediaan yang dikerjakan dalam label tersebut
Kelompok 4
Kelompok 5
Langkah-langkah dalam penanganan sampel jaringan ginjal sampai pada blok parafin untuk
pemeriksaan histopatologi :
1.Sampel diterima beserta dengan surat pengantarnya, periksa kembali identitas sampel.
Selanjutnya persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pemeriksaan. Peralatan yang
harus dipersiapkan untuk melakukan isolasi atau pengambilan jaringan terdiri atas peralatan
bedah minor (gunting, pinset, dan jarum pentul), meja operasi, perangkat pengawetan jaringan
(fiksasi jaringan) seperti wadah untuk fiksasi, cairan fiksasi (formalin). Dilanjutkan dengan
persiapan sampel.
2. Jaringan ginjal lalu dipotong-potong didalam cairan fisiologis (NaCl 0.9%) . Potongan
jaringan kemudian dimasukkan kedalam wadah kecil yang telah diberikan label. Wadah berisi
cairan fiksasi dan jaringan direndam 24 jam.
3. Selanjutnya masuk pada tahap pembuatan preparat. Persiapan pertama yaitu setting UPS
(menyalakan dan mematikan UPS), alat dinyalakan (untuk paraffin block dan cool block).
Masukkan jaringan pada alat tissue processor bagian chamber , setting tissue processor.
Perhatikan kembali pengisian chamber dan waktunya.
4. Dilakukan parafin block, jaringan dipindahkan kedalam metal cassette, ditambahkan parafin
cair lalu ditutup dengan plastik.Dilanjutkan proses pembekuan blok preparat pada cool block,
berlanjut pada proses blok preparat.
5. Dilanjutkan dengan proses cutting dengan mikrotom. Jaringan yang telah dipotong diletakkan
pada waterbath. Setelah jaringan mengembang, maka jaringan sudah siap diambil dan ditiriskan.
Jaringan yang sudah ditiriskan tersebut selanjutnya di letakkan di hotplate (suhu dan waktu
disesuaikan). Selanjutnya dilakukan proses staining atau tahap pewarnaan. Selelah proses
staining, masuk pada tahap proses mounting, dengan memberikan entelan dan pastikan preparat
tidak boleh kering dari xylol kemudian ditutup dengan cover glass, dan diamati di bawah
mikroskop.