Anda di halaman 1dari 49

Nama : Ni Putu Dian Wela Kusuma

NIM : P07134019082

Kelas : III B

HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI

 Salurannafas:
- Kavumnasi (ronggahidung)
- EpiglotisdanLaring
- Trakea
- Bronkus
- Bronkiolus
 Paru

1. Kavumnasi, Epiglotis, Laring:

2. Mukosa olfaktorius terletak di atap kavum nasi


 Sel epitel olfaktorius :
- Tidak mengandung sel goblet
- Permukaannya memiliki silia nonmotil, mengandungreseptorpengikatbau
 Kelenjar tipe serus terletak di bawah lapisan epitel
 Mukus diproduksi oleh sel goblet epitel respiratorius & kelenjar mucus
- Melapisi mukosa
- Melembabkan mukosa & udara yang melewatinya
- Menyaring & membersihkan udara dari partikel kotoran, kuman
 Pembuluh darah kapiler mukosa menghangatkan udara pernafasan sebelum masuk
keparu
 Saraf olfaktorius meneruskan rangsangan keotak

3. Mukosa olfaktorius terletak di atap kavum nasi

4. Epiglotis (bagian superior laring)

5. Laring
- Vocal fold
- Kelenjar seromukus
- Tulang rawan tiroid
Laring yang sudah dilakukan pewarnaan HE

6. Trakea, Bronkus, Bronkiolus

a. Trakea
Tulang rawan “ C ring “
Epitel kolumnar pseudotratified bersilia dengan sel goblet
Kelenjar submukosa tipe seromukus

Gambar

trakea dengan pewarnaan HE: Gambar bronkus dengan pewarnaan HE:

Gambar bronkus termialis dengan pewarnaan HE:

 Sel clara:
- paling banyak ditemukan di bronkiolus terminalis
- Menggantikan sel goblet
- Tidak bersilia
- Juga terdapat di alveoli
- Mensekresi lipoprotein yang merupakan komponen surfaktan
- Sebagai stem cell

Gambar bronkus respiratorius

7. Paru
Parenkim paru:
 Bronkiolus respiratorius
 Duktus alveolar
 Sakus alveolar
 Alveoli

Gambar paru dengan pewarnaan HE:


Alveoli
Sel dalam alveoli:
 Sel alveolar tipe I:
- Sel epitel skuamus selapis
- Tempat pertukaran gas yang utama
- Terletak berdekatan dengan sel endotel pembuluh darah kapiler
 Sel alveolar tipe II:
- Bentuk kuboid, mengandung banyak secretory lamellar bodies
- Jumlahnya lebih sedikit, berdekatan dengan sel alveoli tipeI
- Menghasilkan surfaktan
- Sebagai stem cell
- Efek bakteri sidal
 Sel makrofag alveolar (dust cell), sebagai fagosit

Dinding alveoli paru, tidakmengandungsel goblet


HISTOLOGI SISTEM DIGESTIF/PENCERNAAN

Anatomi Sistem Pencernaan

 Tabung berongga mulai kavum oral sampai anus


 Organ asesoris :kelenjar liur, hati, kandung empedu, pankreas.
- Terletak di luartabungberongga
- Sekretnya disalurkan ketabung berongga sistem
digestifmelaluiduktuseksekretorius

1. Kavum Oral dan Kelenjar Liur

 Kavum oral, lidah dan bibi rdilapisi


oleh epitel skuamus berlapis /
epitel bertatah non keratinizing
 Papilla lidah bagian posterior dilapisi
oleh epitel skuamus berlapis / epitel
bertatah keratinizing inkomplit
 Bibir
 Lidah :
- Dilapisi epitel skuamus berlapis
- Jaringan ikat dibawahnya disebut lamina propria
- Dilengkapi dengan “taste bud” (pengecap pada lidah), otot skelet, kelenjar
tipeserus (von Ebner’s gland), saraf, pembuluh darah
- Berfungsi sebagai indera pengecap, membantu saat proses mengunyah &
menelanmakanan
 Kelenjar liur mayor : parotis, subman dibular, sublingual
 Kelenjar liur terdiri dari :
- Unit sekretori (asini)
1. Selserus (produk : cairanserus)
2. Selmukus (produk : cairanmukus)
3. Selmyoepitel (kontraktil, mengelilingiasini& intercalated duct)
- Duktuseksekretorius (termasuk intercalated duct)

Gigi yang sedang tumbuh


2. Esophagus
Secara umum lapisan
esophagus sampai kanal
anus merupakan tabung
fibromuskular yang terdiri
dari lapisan seperti
gambar:

Dinding esophagus :
Lapisan esophagus bagian atas dan bawah :

 Epitel skuamus berlapis tanpa keratin sebagai proteksi terhadap bolus makanan
 Kelenjar esophagus memproduksi mucus untuk melubrikasi / melicinkan lumen
esophagus
 Lapisan otot untuk pergerakan peristaltic menggerakkan bolus makanan kebagian
yang lebih distal
 Sfingter gastroesofagal untuk mencegah regurgitasi makanan dari lambung ke
esophagus

Perbatasan esophagus dan lambung :


3. Lambung

Lambung bagian fundus dan korpus :


 Permukaan lambung dilapisi epitel kolumar simple yang memproduksi mucus
 Gastric pit di cardia : dangkal
 Gastric pit di pilorus : dalam
 Kelenjar lambung di cardia & pilorusdi dominasi oleh kelenjar simple tubuler
yang memproduksi mucus
 Kelenjar lambung di fundus & korpos mengandung 3 tipesel (sel mukus, parietal,
chief / zymogenic)
 Selentero endokrin yang memproduksi polipeptida & protein
 Tabung berongga mulai kavum oral sampai anus
 Organ asesoris :kelenjar liur, hati, kandung empedu, pankreas.
 Terletak di luar tabung berongga
 Sekretnya disalurkan ketabung berongga sistem digestif melalui duktus
eksekretorius

Perbatasan pylorus dengan duodenum :


4. Usus Kecil (Intestine)

 Panjang : 5 – 7 m
 Terdiridari : duodenum, ileum
&jejunum
 anyak lipatan untuk memperluas
permukaan yang berfungsi
mengabsorpsi nutrisi & cairan
 Villi
 Kripte Lieberkhun (kelenjar)
 Tabung berongga mulai kavum oral
sampai anus
 Organ asesoris :kelenjar liur, hati,
kandung empedu, pankreas.
 Terletak di luar tabung berongga
 Sekretnya disalurkan ketabung berongga sistem digestif melalui duktus
eksekretorius
Gambar Duodenum:

GambarJejenum : GambarIleum :
5. UsusBesar (Colon)
Apendiks (UsusBuntu)

 Selabsorptive
 Selgoblet
 Kelenjar usus
 Lymphoid nodule
 Taeniacoli
 Fungsiutamaususbesar : penyerapan air & mineral

Perbatasan anus danrectum :


6. Organ Asesoris
 Organ asesoris :kelenjar liur, hati, kandung empedu, pankreas.:
- Terletak di luar tabung berongga
- Sekretnya disalurkan ketabung berongga sistem digestif melalui duktus
eksekretorius

Gambar Hati, kandung empedu, pancreas :


HISTOLOGI ORGAN DAN SISTEM EKSKRESI

Definisi :

Ekskresi adalah proses di mana limbah metabolik dihapus dari tubuh.

Organ utama dari sistem ekskretoris adalah :

1. Ginjal
2. Paru-paru
3. Kulit
4. Hepar

1. Ginjal

Sepasang kacang merah seperti berbentuk jaringan


berserat tipis menutupi ginjal (kapsul). Cembung di
sisi lateral dan cekung di situs medial (hilum) Hilum
mengarah ke sinus ginjal yang ditempati oleh bagian
atas ureter (panggul ginjal). Dalam sinus ginjal,
panggul membagi menjadi 2 atau 3 calyces utama
Masing-masing calyces utama membagi ke sejumlah
calyces kecil korteks bagian luar , bagian dalam
medulla.

A. Korteks

Struktur melingkar yang disebut korpus ginjal tubulus


berbelit-belit proksimal (PCT) dengan lumen kecil dan
tidak jelas dan dilapisi oleh epitel cuboidal dengan
tubulus berbelit-belit perbatasan sikat dengan lumen
yang berbeda dan dilapisi oleh epitel cuboid sederhana
PCT lebih dalam jumlah daripada DCT.
B. Medula
1.Mengumpulkan saluran
1a. Seperti yang terlihat dalam sekte
melintang pada
1b. Seperti yang terlihat dalam sekte
longitudinal pada
2. Lingkaran Henle - tipis
3. Lingkaran Henle - tebal

Piramida ginjal mengumpulkan


saluran dan lingkaran Henle. Beberapa dari mereka meluas ke korteks membentuk sinar
meduler. Saluran pengumpulan dilapisi oleh epitel kecilsoid sederhana dan lingkaran
Henle (segmen tipis) dilapisi oleh epitel skuamamamm sederhana.

C. Nefron

Sudut pandang fungsional ginjal adalah


kumpulan banyak tubulus urinifer yang
khusus untuk ekskresi urin. Setiap tubulus
urinifer terdiri dari bagian ekskretoris yang
disebut nephron, dan mengumpulkan
tubulus.
Nephron terdiri dari corpuscle ginjal (atau corpuscle
Malpighian), dan tubulus ginjal. Tubulus ginjal terdiri
dari tiga bagian: Tubulus Proksimal , Lengkung Henle
dan Tubulus Distal.

D. Corpuscle ginjal

Jumbai bulat kapiler darah yang disebut glomerulus; penutup berlapis ganda
seperti cangkir untuk glomerulus yang disebut kapsul glomerulus (atau kapsul
Bowman)
2. Kulit
Salah satu fungsi utama : melalui produksi keringat oleh kelenjar keringat, air,
garam natrium, urea, dan limbah nitrogen diekskresikan ke permukaan kulit.
Histologi :

Kulit terdiri dari dua lapisan utama: epidermis dan


dermis

Kulit tipis (Representasi skematik)

1:Epidermis, 2: Dermis, 3: Folikel


rambut, 4:Rambut, 5:Kelenjar sebaceous,
6:Otot pili arrector dan 7;Kelenjar
keringat

1. Epidermis
• Epidermal cell
1. KERATINOCYTES CELLS
2. MELANOCYTES CELLS
3. LANGERHANS CELLS
4. MERKEL’S CELLS
 Epidermal Layer
1. Str basale lapisan
terdalam, atau basal
lapisan tunggal
kolomar untuk sel-
sel cuboidal
berfungsi sebagai
sel induk untuk
epidermis
2. Str spinosum
empat sampai enam
baris sel
keratinocytes
3. Str granuslosum Tiga sampai lima lapisan sel rata dengan butiran
keratohyaline basofilik padat
4. Str lusidum tembus cahaya dan hampir tidak terlihat sel-sel yang
dikemas erat kekurangan inti atau organel dan mati.
5. Str corneum diratakan, sel-sel mati diisi dengan filamen keratin
lembut.

2. Dermis
 Lapisan papiler (serat jaringan ikat longgar): papila dermal dan
punggungan epidermal
 Lapisan retikuler (serat jaringan ikat padat tidak teratur)
-kelenjar keringat dan folikel rambut
-kelenjar sebaceous
-arrector pili otot
 Hypodermis (jaringan subkutan) : fascia dan jaringan adiposa

3. Paru – Paru

A. Alveoli
B. Bronchus bronkiole
1.Mesothelium 2. Bronkiole pernapasan
3. Saluran Alveolar 4. Atrium
5. Otot polos 6. Piring carti lage
7. Kelenjar

Karakteristik Bronkus Bronkeolus


Diameter Diameter lebih besar lebih dari
Diameter lebih kecil kurang
1mm dari 1mm
Lapisan epitel Eoitel kolumnar bersilia semu Bronkiolus ukuran besar :
dengan sel goblet sel kolumnar sederhana
dengan sedikit silia dan
sedikit sel goblet
Bronkiolus berukuran
kecil :sel kolumnar
sederhana atau kuboid
sederhana tanpa silia atau
tanpa sel goblet
Lapisan otot polos Ada diantara lapisan mukosa dan Otot polos dan serat elastic
tulang rawan membentuk lapisan yang
terdefinisi dengan baik di
bawahnya
Tulang rawan Hadir dalam tambalan yang tidak -
teratur
Kelenjar di Asinus serosa dan mukosa ada di -
submukosa antara tulang rawan dan lapisan
otot
Alveolus

- 200 juta
alveoli di
paru-paru
normal
- Total luas
permukaan
kapiler yang
tersedia
untuk
pertukaran
gas adalah
sekitar 125
meter
persegi.
- Epitel yang melapisi alveoli: tipe I pneumocytes (sel
skuamamamm), tipe II pneumocytes (sel clara), sel sikat

4. Hepar
• Hati adalah
karena meresap melalui sinusoid.
• Pameran hati mengulangi unit heksagonal yang disebut hati (hati) lobules Lobula terdiri
dari sel-sel hati poligonal diatur dalam bentuk kabel memancar Inti bulat inti hepatoksit
dikelilingi oleh sitoplasma sitoplasma merah muda berlimpah sel hati bervariasi dalam
penampilan tergantung pada status gizi.
• Hal ini dapat menyimpan peningkatan jumlah glikogen dalam sitoplasma mereka.
Dengan noda periodi acid-Schiff berwarna merah cerah.
• Tali dipisahkan satu sama lain oleh ruang yang disebut sinusoid
• Sinusoid dilapisi oleh sel endotel dan sel Kupffer (sel makrofag)
• Sepanjang pinggiran lobules ada interval sudut yang diisi oleh jaringan ikat
• Setiap daerah tersebut berisi cabang vena portal, cabang arteri hati, dan saluran empedu
interlobular portal triad
FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY)

A. Definisi FNA

Suatu aspirasi jaringan/nodul/tumor mempergunakan jarum halus untuk mengeluarkan


jaringan sample dari suatu nodul / tumor yang dicurigai, untuk tujuan diagnosistik. Pemeriksaan
sampelnya adalah pemeriksaan Mikroskopis Sitologi.

Orang yang berperan sebagai respirator yaitu Dokter umum, dokter spesialis yg mendapat
pendidikan keterampilan FNA dan berminat terhadap FNA.

B. Kegunaan FNA

1. Sangat berguna untuk menegakkan diagnosisis penyakit

2.Untuk screning menentukan Pra ganas dan ganas

3. Bahan apusannya dapat dipakai sebagai rujukan pasien

4. Hasilnya dapat dipakai untuk memperioritaskan tindakan thd pasien

C. Prinsip FNAB

Aspirasi bahan dengan jarum halus

D. Prosedur FNAB

 Informed consent

 Peralatan

 Lokalisasi & fiksasi lesi/nodul

 Desinfeksi

 Puncture

 Tanpa aspirasi
 Dengan aspirasi
 Pembuatan sediaan apusan

 Fiksasi dan pengecatan

 Label
 Pengisian formulir

E. Keuntungan FNAB

 Metode prosedur sederhana


 Cost effective
 Hasil cepat
 Sampling berulang
 Outpatient dan Inpatient
 Resiko komplikasi rendah

F. Peralatan FNAB
 Jarum :

- Jarum disposibel 25-22 gauge

- Panjang 30-50 mm untuk nodul superfisial

 Syringe/ spuit :

- Spuit plastik sekali pakai, 10-20 CC.

 Syringe Holder/ pemegang alat suntik :

- Yangg dipakai Comeco Syringe Pistol ( Come

co AB,Taby,Sweden ) pas untuk 10-20 CC

 Slide/obyek gelas :

- Obyek gelas harus bersih ,kering,bebas

minyak.

 Fixative/bahan fiksasi :

1. Hair dryer bila sediaan dicat deng.Diff

Quik atu MGG.

2.Alkohol 95% bila apusan di cat Papani

culoau

 Kontainer steril : kontainer steril deng.tutup

jika jarum untuk pengambilan kultur.


Lain-lain :

Desinfektan kulit (kapas Pensil


alkohol 95% )
Penutup steril( steril Tongue spatel
dressing)
Anaestesi lokal Pisau bedah steril

Semua peralatan diatas sebaiknya disimpan dalam tas yang baik oleh ahli Patologi bila
sewaktu-waktu dipanggil untuk FNA.

G. Persiapan

1. Persiapan Pasien

Aspirator melakukan penjelasan yg sejelas - jelasnya kepada pasien dan


keluarganya sehingga terjalin kerja sama/koperatif yg baik. Seperti anak2 siap dilakukan
FNA walaupun diulang sekalipun.

2. Persiapan FNA

Pertama dilakukan seleksi pasien yaitu terdapat 2 hal penting yg perlu


diperhatikan mengenai jenis tumor/nodul :

1. Palpabel/superfisial tumor.
Tumor yg dpt diraba dari luar. FNA untuk tumor ini bisa dilakukan semua dokter
yg mendapat keterampilan FNA dan berminat thd FNA.

2. Deep tumor ( tumor yg letaknya di didalam), ini memerlukan tuntunan “ Imaging “.

Aspirator terbaik adalah ahli radiologi dibantu oleh ahli klinik dan ahli patologi
serta ahli sito teknisi.

Catatan : Perlu diingat bahwa FNA tidak menggantikan peranan pemeriksaan


histo patologi,tetapi bersama-sama saling mengisi untuk menegakkan
diagnosisa penyakit.

H. Teknik FNA
 Aspirasi dasarnya sangat sederhana yang digambarkan pada bagan dibawah ini.

* FNA dengan Aspirasi :


- Jarum dipasang pada spuit 10-20 CC dan

bisa spuit dimasukkan pd Syringe Holder

serta jarum ditusukkan pd tumor terus

aspirasi.

*FNA tanpa aspirasi :

- Jarum tanpa dengan Spuit ditusukkan ber

kali2 pada tumor.Baru diambil spuit untuk

mengeluarkan bahan aspirat diteteskan

pada obyek glass.

I. CARA MEMBUAT PREPARAT HAPUS DARI BAHAN ASPIRAT


 Teteskan bahan aspirat diatas obyek glass
 Ambil obyek glass yg lain atau deck glass
 Buat preparat hapus
 Untuk fiksasi ada 2 cara :
1.Bisa dikeringkan dengan Hair Drayer, bila
pengecatan dengan Diff Quick/ MGG
2.Bisa langsung dicelupkan kedalam alkohol
95% selama 30 menit, bila pengecatan deng.
Papaniculoau

FNA DENGAN IMAGING :

 Dilakukan pada Deep Tumor


 Bisa dengan USG
 Bisa dengan CT Scan
 Bisa dengan MRI

CARA-CARA PENGIRIMAN BAHAN APUSAN :

 Fixsasi ada 2 macam: a/ dengan hair spray dan b/dengan alkohol 95%

 Setelah difiksasi bahan apusan secepatnya dikirim ke Lab.P.A. atau ahli Patologi
bersama formulir permintaan.
 Yang difiksasi dengan hair spray akan dicat dengan Diff Quick sedang yg difixasi
alkohol 95% dicat dengan Pappaniculoau
 Bahan apusan yg difixasi dengan alkohol 95% minimal 30 menit.
 Setelah selesai pengecatan oleh ahli Patologi atau Sitopatologi dilakukan
pemeriksaan dibawah mikroskope
 Hasil :
a/ Jinak
b/ Atypical
C/ Ganas
 Selalu diisi saran : mohon dilakukan konfermasi diagnosistik

HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN OLEH ASPIRATOR ATAU PENGIRIM BAHAN :

1. Mendapatkan bahan yg representatif

2. Bahan difiksasi dengan benar:

- Air Spray------àDiff Quick

- Alkohol 95%---à Papaniculoau

3. Penjelasan singkat tentang klinis penderita

4. Mengirimkan bahan secepatnya ke Bag.Patologi Anatomi

KOMPLIKASI FNA

 Jarang dilaporkan :

1. Infeksi
2. Perdarahan
3. Pneumothorax
4. Emboli udara
5.Pertumbuhan sel ganas sepanjang tusukan sampai saat ini belum ada laporan
sebaran sel ganas.

KESUKSESAN FNAB :

1. PENGAMBILAN SAMPEL
 Sangat memerlukan keterampilan dan pengalaman
 Kecukupan bahan
2. PROSESING
 Teknik apusan
 Fiksasi
 Pengecatan
3. INTERPRETASI
 Umur, jenis kelamin
 Lokasi anatomi lesi
 Hubungan lesi dengan sekitar
 Data makroskopis lesi
 Data makroskopis aspirat
 Data penunjang radiologi
 Data penunjang laboratorium
 Dll

KETERBATASAN :

Hasil dan akurasinya sangat tergantung pada kualitas bahan aspirat dan apusannya
(untuk itu sangat dibutuhkan keahlian dan pengalaman untuk mendapatkan bahan
yang optimal untuk menegakkan diagnosisis).
Beberapa proses patologis sangat heterogen, sehingga kadang-kadang sedikit
sampel yang didapat tidak dapat mewakili keseluruhan lesi.

Beberapa lesi hanya dapat dikenali melalui pola arsitektur mikro, tidak cukup
hanya dengan gambaran sitologi saja
Pada beberapa kasus, gambaran sitologi FNAB juga tidak dapat menentukan
adanya invasi tumor ke jaringan sekitarnya.
JAMINAN MUTU PEMERIKSAAN SITOLOGI

Membuat sediaan jaringan yang berkualitas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil yang baik

• Jaringan terkadang mengalami kerusakan

• Saat proses fiksasi, pematangan jaringan, pemotongan jaringan maupun pewarnaan.

• Seorang teknisi Laboratorium Patologi Anatomi harus bisa meminimalisir kerusakan


pada jaringan

• Memperbaiki jika terjadi kerusakan. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan
control kualitas pada suatu proses pembuatan sediaan jaringan.

Kontrol kualitas pada pewarnaan Hematoxylin Eosin sebagai pewarnaan histopatologi yang
sering dipakai.

Beberapa pedoman umum yang dapat dipakai untuk menilai kualitas H&E adalah:

1. Nukleus: zat warna dapat mewarnai nucleus menjadi biru dan dapat menunjukkan
membrane nukleus, nukleoli, kromatin, dan nukleus yang vacuolar dan hiperkromatis.
2. Sitoplasma dan subtansi dasar lainnya: dapat mewarnai dan membedakan sitoplasma,
kolagen, otot, eritrosit, sel darah merah dan mucin dengan nuansa warna kemerahan.
3. Pada potongan usus, usus buntu dan paru-paru: dapat mewarnai mucin pada sel epitel,
apakah berwarna biru atau terang tergantung pada pH dari Hematoxylin. Menurunkan pH
biasanya dapat dilakukan dengan menambahkan asam asetat, hal ini secara signifikan
dapat mengurangi warna mucin.
4. Pewarnaan Hematoxylin yang terlalu teroksidasi akan menimbulkan warna coklat pada
elemen-elemen tertentu pada jaringan.

Teknisi Laboratorium Patologi Anatomi harus bisa membedakan antara serat otot dan kolagen,
otot akan berwarna merah lebih tua dari kolagen. Sel darah merah harus berwarna merah
terang.Penilaian nucleus akan tergantung pada jenis sel pada jaringan yang diwarnai.
Adapun beberapa pedoman control kualitas harian pewarnaan H&E dapat dilakukan padaorgan
usus besar (kolon), kulit dan ginjal :

1. Kolon: dapat membedakan serat otot dan kolagen. Pewarnaan mucin yang tidak tepat,
jika mucin terwarnai biru maka langkah yang dapat dilakukan adalah menurunkan Ph
 Hematoxylin. Pewarnaan yang jelas terhadap nucleus sel epitel vesikuler.
2. Kulit: dapat menunjukan butiran keratohialin yang berwarna biru,dapat membedakan
keratin dari kolagen dan saraf, memperlihatkan batas papiler pada dermis.
3. Ginjal: mengidentifikasi membrane basal dan tubulus kontortus. Ginjal mempunyai
keragaman sel yang luas dari mulai sel yang mempunyai kromatin padat (glomerulus)
hingga sel yang mempunyai kromatin seperti debu (sel kuboidal ditubulus pengumpul)
Gambar sediaan kolon yang
diwarnai H&E
memperlihatkan mucin yang
berwarna biru.Untuk
menghilangkan warna biru
pada mucin dapat dilakukan
dengan cara menurunkan pH
pada Hematoxylin

Gambar sediaan kulit yang diwarnai H&E. gambar kiri menunjukkan pH Eosin terlalu
tinggi, gambar kanan menunjukkan Eosin yang sesuai dapat membedakan serat kolagen
dan jaringan saraf.
Gambar sediaan kulit yang diwarnai H&E. gambar kiri menunjukkan pH Eosin terlalu
tinggi, gambar kanan menunjukkan Eosin yang sesuai dapat membedakan serat kolagen
dan jaringan saraf.
Kelompok 1

Mekanisme Sistem Pernafasan

1. Pengertian Sistem Pernafasan


Sistem respirasi manusia merupakan suatu susunan yang sangat kompleks. Setiap
sel dan jaringan yang menyusunnya memiliki fungsi dan peranannyatersendiri.
Strukturnya yang begitu rumit menjadikan sistem ini begitu istimewa untuk menopang
kehidupan manusia.Tujuan dari sistem respirasi adalah untuk memperoleh oksigen dari
udara ke jaringan tubuh dan membuang karbondioksida.
Sistem respirasi manusia dapat dibagi menjadi 2 (dua),yaitu sistem respirasi atas
dan sistem respirasi bawah. Bagian-bagian dari dua sistem respirasi manusia adalah
sebagai berikut:
1. Sistem Respirasi Atas, yang terdiri dari bagian luar rongga dada yaitu hidung,
rongga hidung, faring, laring, dan trakea atas.

2. Sistem Respirasi Bawah, yang terdiri dari bagian dalam rongga dada yaitu
trakea bawah dan paru-paru, termasuk pembuluh bronchial dan alveoli.

Membran pleura dan otot respirasi yang membentuk diafragma dan otot interkosta juga
merupakan bagian dari sistem respirasi.Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
• Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antar darah dan udara.
• Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel
tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan
dengan dua cara pernapasan, yaitu:
1. Respirasi / Pernapasan Dada
• Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
• Tulang rusuk terangkat ke atas
• Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam
dadakecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut

• Otot difragma pada perut mengalami kontraksi

• Diafragma datar

• Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada
dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia:

▪ Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2


▪ Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2

▪ Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2

▪ Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

2. Anatomi Sistem Pernafasan


Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea,karina,
bronchus principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchioles terminalis,
bronchiolus respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli. Terdapat Lobus,
dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus inferior. Sinistra ada 2
lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo dextra terdapat fissura horizontal
yang membagi lobus superior dan lobus media, sedangkan fissura oblique membagi lobus
media dengan lobus inferior. Pulmo sinistra terdapat fissura oblique yang membagi lobus
superior dan lobus inferior.Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis
(luar) dan Visceralis(dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga pleura (cavum
pleura).
A. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang
dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan
luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu,
terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel
kotoran yang masuk bersama udara.
B. Alat Penghidu
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan
lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel
penyokong, sel basal dan sel olfaktoris.
C. Sinus Paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang
tengkorak yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4 sinus: maksilaris,
frontalis, etmoidalis dan sphenoidalis.
D. Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan
menyatu dan menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke
oesophagus. Pada saat bernapas udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga:
nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
E. Laring
Lapisan laring merupakan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel
selapis gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi
laring untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada saat menelan
(epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) dan
pita suara (lipat suara).
F. Trakea
Tersusun atas 16-20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh
jaringan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan mukosa,
epitel bersilia, jaringan limfoid dan kelenjar. Dinding tenggorokan tipis dan
kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan.
G. Bronkus
Struktur bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng
tulang rawan tidak teratur. Mukosa tersusun atas lipatan memanjang. Epitel
bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan kelenjar
submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast,
eosinofil. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang
masuk dan keluar paru-paru.
H. Bronkiolus
Cabang ke 12-15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang
rawan, tidak mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan
jaringan ikat longgar. Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel
Clara). Lamina propria tidak mengandung sel goblet.
I. Bronchiolus respiratorius
Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru.
Lapisan: epitel kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis
(alveoli).
J. Duktus alveolaris
Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli
bermuara.
K. Paru – Paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan
(pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister)
yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru
disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga
dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura
parietalis).
L. Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat
terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara
yang dihirup. Jumlahnya 200-500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septaantar
alveoli disokong oleh serat kolagen, dan elastis halus.
M. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung
serat elastin, fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura
viseral, yang melekat pada dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas
mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n.
frenikus dan n. interkostal.
3. Fisiologi Sistem Pernafasan
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan
udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:
1. Tekanan pleura: tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura
paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm
H2O, yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan untuk
mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai istirahatnya.
Kemudian selama inspirasi normal, pengembangan rangka dada
akan menarik paru ke arah luar dengan kekuatan yang lebih besar
dan menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif (sekitar -7,5 cm H2O).
2. Tekanan alveolus: tekanan udara di bagian dalam alveoli paru.
Ketika glotis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam
atau keluar paru, maka tekanan pada semua jalan nafas sampai
alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer (tekanan acuan
0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm H2O. Agar udara masuk,
tekanan alveoli harus sedikit di bawah tekanan atmosfer. Tekanan
sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik sekitar 0,5 liter udara ke
dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang
berlawanan.
3. Tekanan transpulmonal: perbedaan antara tekanan alveoli dan
tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis
dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada setiap
pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru.

4. Mekanisme Pernafasan
Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
A. Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar
tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot
tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan
tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang
rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka
tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertanbah besar.
Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih
kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan uada kecil pada
rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk
ke dalam tubuh, proses ini disebut proses “inspirasi.” Sedangkan pada
proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk
kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh
meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada,
dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut “espirasi.”
B. Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma
dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi
diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada
bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan
tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara
mengalir masuk ke paru-paru (inspirasi). Pernapasan adalah suatu proses
yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma
sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.

Kelompok 2
Mekanisme Sistem Pencernaan
1. Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan (digestive system) adalah sistem yang terdiri dari pencernaan
saluran dan organ-organ lain yang membantu tubuh memecah dan menyerap makanan.
Organ-organ dalam sistem pencernaan di luar saluran pencernaan (disebut organ
pencernaan aksesori) adalah lidah, kelenjar ludah, hati, pancreas dan kandung empedu.
Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan makanan menjadi sari-sari makanan
yang siap diserap dalam tubuh. Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu: proses mekanis dan proses kimiawi.

1)  Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta    

2)  Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim
pencernaan dengan mengubah makanan yang ber-molekul besar menjadi molekul yang
berukuran kecil.

2. Fungsi Sistem Pencernaan

 Sebagai alat penerima makanan.


 Sebagai alat untuk memecahkan partikel makanan yang besar dan diolah menjadi
partikel yang kecil sebagai nutrisi maupun gizi.
 Guna menyerap gizi ataupun nutrisi yang sudah dihasilkan dalam proses
pencernaan .
 Sebagai alat untuk membuang semua sampah atau sisa makanan yang tidak bisa
dicerna oleh lambung.

3. Fisiologi Sistem Pencernaan

1. Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh
melalui mulut. Makanan ini mulai dicerna secara
mekanis dan kimiawi. Di dalam mulut, terdapat
beberapa alat yang berperan dalam proses pencernaan
yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah.

a. Gigi
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini,
gigi membantu memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih
kecil. Hal ini akan membantu enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna
makanan lebih efisien dan cepat.
b. Lidah
Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur 
dan menelan makanan, mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-
gigi atas dan bawah saat makanan dikunyah serta sebagai alat perasa
makanan.
c. Kelenjar Ludah
Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara
kimiawi yang terjadi di dalam mulut. Setelah  makanan dilumatkan secara
mekanis oleh gigi, air ludah berperan secara kimiawi dalam proses membasahi
dan membuat makanan menjadi lembek agar mudah ditelan.

1. Faring
Faring merupakan penghubung rongga mulut dengan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapattonsil (amandel) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
2. Esofagus
Fungsi kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju lambung. Bagian
dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-
kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi
basah dan licin.
3. Lambung
Pencernaan secara kimiawi dibantu oleh getah lambung. Getah ini dihasilkan oleh
kelenjar yang terletak pada dinding lambung di bawah fundus, sedangkan bagian
dalam dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi dinding
lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi bila cidera. Getah
lambung ini dapat dihasilkan akibat rangsangan bolus saat masuk ke lambung. Getah
lambung mengandung bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar terdiri atas
air. Getah lambung juga mengandung HCl/asam lambung dan enzim-enzim
pencernaan seperti renin, pepsinogen, dan lipase.
4. Usus Halus

Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter,
lebar 25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini
berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses
penyerapan makanan. Lapisan usus halus : lapisan mukosa ( sebelah dalam), lapisan
otot melingkar ( M. Sirkuler) , lapisan otot memanjang ( M.Longitudinal ) dan lapisan
serosa sebelah luar. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti: Duodenum (usus
12 jari), Jejunum (Usus kosong) dan Ileum (Usus penyerap)

5. Usus Besar
Fungsi usus besar terdiri dari menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli,
tempat feses. Usus besar terdiri dari beberapa bagian yaitu : Cecum (Sekum),Kolon
Asendens,Appendiks, Kolon Transversum dan Kolon Sigmoid
6. Rectum
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desenden. Jika
kolon desenden penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang
air besar (BAB).
4. Penyakit Sistem Pencernaan
Konstipasi yaitu terjadinya penyerapan air yang berlebihan pada sisa makanan di usus besar yang
mengakibatkan feses menjadi kering dan keras.
Diare yaitu penyakit yang merangsang penderitanya untuk buang air besar secara terus-menerus.
Apendisitis yaitu terjadinya peradangan atau infeksi pada umbai cacing(apendiks).
Hemeroid/Wasir/Ambeyen merupakan gangguan pembengkakan pada pembuluh vena disekitar
anus. Orang yang sering duduk dalam beraktifitas dan ibu hamil sering kali mengalami gangguan
ini.
Disentri merupakan penyakit yang menyerang usus. Usus yang terserang disentri terinfeksi oleh
kuman(bakteri/amoeba)jadi meradang. Gejala awal disentri adalah demam dan mencret. Bahkan
buang airnya terkadang berdarah. Muntah dan berak juga dapat dialami penderita penyakit ini.
Penderita disentri yang meninggal biasanya akibat dari dehidrasi dan keracunan oleh toksin
bakteri.
Cacingan , biasanya orang yang mengalami cacingan terjadi karena kurangnya menjadi
kebersihan sehingga memungkinkan telur-telur cacing akan masuk kedalam mulut dan hidung
lalu ke usus manusia, biasanya anak-anak yang kurang menjaga kebersihan diluar akan rentan
tertular penyakit cacingan ini.

KELOMPOK 3
Tehnik Pembuatan Preparat Histologi Organ Pencernaan (lambung) dengan Pewarnaan
Hematoksilin Eosin (HE)

Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini
menyusun organ-organ. Akar kata Yunani histo dapat di terjemahkan sebagai "jaringan"atau
"jaring" karenakebanyakanjaringanmerupakanjarringfilamendanserat yang saling terjalin, baik
selular maupun non selular, dengan lapisanmembranosa.

Tahapanpembuatanpreparatyaitu :

1. Fiksasi (Fixation) : Fiksasi Jaringan yang telah dimasukan ke dalam cassete selanjutnya
di fiksasi selama 24 jam dengan menggunakan alat Tissue Automatic Prossesor
2. Dehidrasi (Dehydration) : Dehidrasi merupakan langkah kedua dalam pemrosesan
jaringan. Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam
jaringan yang telah difiksasi sehingga jaringan nantinya dapat diisi dengan parafin atau
zat lainnya yang dipakai untuk membuat blok preparat
3. Pembeningan (Clearing) : Pembeningan adalah suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol
dari jaringan dan menggantinya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan
parafin. Jaringan tidak dapat langsung dimasukkan ke dalam parafin karena alkohol dan
parafin tidak bisa saling melarutkan.
4. Pembenaman (Impregnasi/Embedding) : Pembenaman (impregnasi) adalah proses untuk
mengeluarkan cairan pembening (clearing agent) dari jaringan dan diganti dengan
parafin. Pada tahap ini jaringan harus benar-benar bebas dari cairan pembening karena
sisa cairan pembening dapat mengkristal dan sewaktu dipotong dengan mikrotom akan
menyebabkan jaringan menjadi mudah robek.
5. Pengecoran (Blocking): Pengeblokan (Blocking) Pengeblokan adalah proses pembuatan
blok preparat agar dapat dipotong dengan mikrotom menggunakan parafin. Pengeblokan
bertujuan mengganti parafin cair disertai dengan pengerasan jaringan.
6. Pemotongan jaringan (Cutting): Pemotongan adalah proses pemotongan blok preparat
dengan menggunakan mikrotom.
7. Pewarnaan (Staining) : Pewarnaan ini yaitu memberikan warna yang kontras terhadap
jaringan sehingga apabila diamati dengan bantuan mikroskop bagian-bagian dari jaringan
tersebut tampak jelas. Tujuannya untuk mewarnai jaringan sehingga mudah diamati di
mikroskop. Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) menggunakan 2 macam zat warna
yaitu:
 Hematoksilin -memulas inti sel dan memberikan warna biru (basofilik).
 Eosin yang merupakan counterstaining hematoksilin, memulas sitoplasma sel dan
jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda dengan nuansa yang
8. Perekatan (Mounting) : Perekatan (mounting) menempelkan potongan jaringan yang baik
ke obyek glass.
9. Labelling yaitu untuk memberikan suatu tanda atau kode dengan tujuan untuk mencegah
kekeliruan terutama apabila banyak sediaan yang dikerjakan dalam label tersebut

Pembuatan Preparat Organ Pencernaan Lambung :

Alat dan Bahan : Lambung, Larutan alkohol 70%, 80%,90%, Pewarnaaneosin,


Pewarnaanhematoksilin, Albumin +gliserin, Paraffin, Microtom, Objectglass, Mikroskop,
Waterbath, Incubator, Pisau, Pinset, Cover glass lembarankayu/logam.

Pembuatan preparat histopatologi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:


1. Organ lambung difiksasi dengan menggunakan larutan Netral Buffer Formalin 10%
selama minimal 24jam.
2. Kemudian jaringan dipotong-potong dan dimasukkan ke dalamwadah spesimen yang
terbuat dariplastik.
3. Selanjutnya dilakukan proses dehidrasi pada konsentrasi alkohol bertingkatyaitu alkohol
70%, 80%, 90% alkohol absolut I, absolut II masing-masing 2jam.
4. Lalu dilakukan penjernihan dengan xylol kemudian pencetakan menggunakan parafin
sehingga tercetak di dalam blok-blok parafin dan disimpan dalamlemari es. Blok-blok
parafin tersebut kemudian di potong tipis 6-8 µmmenggunakanmikrotom. Hasil potongan
diapungkan dalam air hangat bersuhu 60°C (waterbath) untuk meregangkan agar jaringan
tidak berlipat.
5. Sediaan kemudian diangkat dan diletakkan pada gelas objek untuk dilakukan pewarnaan
Hematoxylin dan Eosin (HE).
6. Pada pewarnaan HE, sediaan preparat pada gelas objek direndam dalam xylol 1 dan 2
selama masing-masing dua menit untuk dilakukan deparafinasi kemudian rehidrasi
dengan perendaman secara berturut dalam alkohol absolut, alkohol 95%, dan alkohol
80% masing-masing selama dua menit, lalu dicuci dengan air mengalir. Pewarnaan
snegan Hematoksilin dilakukan selama 8 menit, selanjutnya dibilas dengan air mengalir,
lalu dicuci dengan Lithium karbonat selama 15-30 detik, dibilas dengan air mengalir,
serta diwarnai dengan Eosin selama 2-3 menit. Sediaan yang diwarnai eosin dicuci
dengan air mengalir lalu dikeringkan. Sediaan dimasukkan kedalam alkohol 95% dan
alkohol absolut masing-masing sebanyak 10 kali celupan, lalu ke dalam alkohol absolut 2
selama 2 menit. Selanjutnya ke dalam xylol 1 selama 1 menit dan xylol 2 selama 2 menit.
7. Sediaan kemudian diteteskan dengan perekat permount danditutup dengan gelas penutup
dan selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop.

Standarisasi pemeriksaan preparat histopatologi organ lambung:


Pemeriksaan preparat histopatologi lambung masing-masing dilakukan 5 lapang pandang
mikroskop, masing-masing pada pembesaran 100x dan 400x. Perubahan histopatologi yang
diamati berupa adanya nekrosis dan infiltrasi sel radang.

Kelompok 4

Tehnik Pembuatan Preparat Histologi Organ Pernafasan dengan Pewarnaan Hematoksilin


Eosin (HE)
Langkah- langkah Pembuatan Preparat Histologi dari Organ Pernapasan
Adapun langkah langkah yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Ikan dibedah dan diambil bagian insang.


b. Perendaman jaringan dalam larutan Fiksatif
c. Pemotongan organ insang, hati dan ginjal dengan ukuran ± 5x5mm
d. Perendaman jaringan dalam alkohol 70% selama 24 jam (washing)
e. Perendaman jaringan dalam alkohol 70%, 80%, 90%, 96% dan 100%, masing-masing selama 30
menit (dehidrasi)
f. Perendaman jaringan dalam larutan kombinas
alkohol : xylene (3:1, 1:1, 1:3, 0:1) masing-masing 5 menit (clearing)
g. Perendaman jaringan dalam larutan kombinasi xylene : paraffin ( 3:1, 1:1, 1:3, dan 0:1) masing-
masing 15 menit (infiltrasi paraffin)
h. Pencetakan blok paraffin (embedding paraffin)
i. Pemotongan blok paraffin menggunakan mikrotom dengan ketebalan 3μm
j. Penempelan irisan jaringan pada gelas objek
k. Perendaman jaringan dalam xylene I dan II masing-masing 15 menit
l. Perendaman jaringan dalam alkohol 100%, 96%, 90%, 80% dan 70% masing-masing 5 menit
m. Perendaman dalam air bersih selama 1 menit
n. Perendaman jaringan dalam hematoksilin selama 15 menit
o. Pembilasan dengan air mengalir selama 1 menit
p. Perendaman jaringan dengan eosin selama 5-10 detik
q. Perendaman dalam alkohol 70% I secukupnya ( untuk membilas warna)
Perendaman jaringan dalam alkohol 70% II selama 1-5 menit

Perendaman jaringan dalam alkohol 80% selama 1-5 menit


Perendaman jaringan dalam alkohol 90% selama 1-5 menit
Perendaman jaringan dalam alkohol 95% selama 1-5 menit

Perendaman jaringan dalam alkohol 100% I selama 1-5 menit

Perendaman jaringan dalam alkohol 100% II selama 1-5 menit

r. Perendaman jaringan dalam xylen : alkohol (1:1) selama 5 menit


s. Perendaman jaringan dalam xylen I selama 15 menit
t. Penutupan jaringan dengan pemberian entellen (perekat) secukupnya pada gelas objek dan ditutupi
dengan gelas penutup . Pengamatan di bawah mikroskop .

Kelompok 5
Langkah-langkah dalam penanganan sampel jaringan ginjal sampai pada blok parafin untuk
pemeriksaan histopatologi :

1.Sampel diterima beserta dengan surat pengantarnya, periksa kembali identitas sampel.
Selanjutnya persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pemeriksaan. Peralatan yang
harus dipersiapkan untuk melakukan isolasi atau pengambilan jaringan terdiri atas peralatan
bedah minor (gunting, pinset, dan jarum pentul), meja operasi, perangkat pengawetan jaringan
(fiksasi jaringan) seperti wadah untuk fiksasi, cairan fiksasi (formalin). Dilanjutkan dengan
persiapan sampel.

2. Jaringan ginjal lalu dipotong-potong didalam cairan fisiologis (NaCl 0.9%) . Potongan
jaringan kemudian dimasukkan kedalam wadah kecil yang telah diberikan label. Wadah berisi
cairan fiksasi dan jaringan direndam 24 jam.

3. Selanjutnya masuk pada tahap pembuatan preparat. Persiapan pertama yaitu setting UPS
(menyalakan dan mematikan UPS), alat dinyalakan (untuk paraffin block dan cool block).
Masukkan jaringan pada alat tissue processor bagian chamber , setting tissue processor.
Perhatikan kembali pengisian chamber dan waktunya.

4. Dilakukan parafin block, jaringan dipindahkan kedalam metal cassette, ditambahkan parafin
cair lalu ditutup dengan plastik.Dilanjutkan proses pembekuan blok preparat pada cool block,
berlanjut pada proses blok preparat.

5. Dilanjutkan dengan proses cutting dengan mikrotom. Jaringan yang telah dipotong diletakkan
pada waterbath. Setelah jaringan mengembang, maka jaringan sudah siap diambil dan ditiriskan.
Jaringan yang sudah ditiriskan tersebut selanjutnya di letakkan di hotplate (suhu dan waktu
disesuaikan). Selanjutnya dilakukan proses staining atau tahap pewarnaan. Selelah proses
staining, masuk pada tahap proses mounting, dengan memberikan entelan dan pastikan preparat
tidak boleh kering dari xylol kemudian ditutup dengan cover glass, dan diamati di bawah
mikroskop.

Anda mungkin juga menyukai