Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PBL BLOK 222

Epigastric Pain

Disusun oleh : KELOMPOK 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Diana Indah Lestari Harry susanto M. Hasbi Trijati M. Rizky Nugraha Nadia Indri Nuraliyah Rezziamalia Hidayati Rifky Akbar Unique Hardiyanti P.

10. Wahyu Tri Utomo

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI 2011

A. SKENARIO

Epigastric Pain

Seorang perempuan berusia 20 tahun, belum menikah, bekerja sebagai pelayan toko grosir. Pekerjaannya yang sangat sibuk membuatnya sering terlambat makan siang. Suatu hari wanita tersebut mengeluhkan epigastric pain, kembung, nausea, dan vomitus. Ia baru pertama kali merasakan seperti ini. Kemudian dia minum air hangat, beristirahat sejenak, tetapi tidah terasa membaik, oleh temannya disarankan untuk berobat ke dokter.

B. KLARIFIKASI MASALAH

1. Epigastric pain : Nyeri pada bagian epigastrium, dikarenakan adanya rangsangan pada ujung saraf khusus. 2. Nausea : Suatu sensasi tidak menyenangkan yang secara samar dialihkan ke epigastrium oleh abdomen, serta sering memuncak dengan muntah-muntah (mual). 3. Vomitus : Keluarnya isi perut melalui mulut (muntah). 4. Kembung : Terperangkapnya udara/gas dalam jumlah yang berlebihan di dalam saluran pencernaan. C. RUMUSAN DAFTAR MASALAH

1. 2. 3. 4.

Jelaskan anatomi saluran pencernaan bagian atas! Bagaimana fungsi umum saluran pencernaan? Bagaimana gambaran histologi saluran pencernaan bagian atas? Jelaskan mengenai sekresi enzim pencernaan pada saluran pencernaan! Jelaskan : a. Macam-macamnya b. Fungsinya c. Mekanismenya

d. Kelainannya e. Produksinya f. Faktor yang mempengaruhi 5. 6. 7. Bagaimana mekanisme pengaturan saraf pada sistem pencernaan? Jelaskan mekanisme refleks muntah! Jelaskan mengenai proses menelan!

D. ANALISIS MASALAH

1. Anatomi sistem pencernaan Pembagian kuadran abdomen

Pembagian region pada abdomen

Saluran pencernaan bagian atas terdiri dari : Mulut Faring Esofagus Gaster Duodenum

2. Fungsi saluran pencernaan berkenaan dengan tiga fase pencernaan, yaitu : a. Pergerakan makanan melalui saluran cerna b. Sekresi enzim saluran cerna c. Absorpsi makanan yang telah dicerna, air, dan elektrolit Fungsi spesifik saluran cerna : a. Sebagai jalan makanan esofagus b. Sebagai tempat penimbunan makanan korpus lambung c. Sebagai tempat pencernaan makanan lambung, duodenum, jejunum, ileum d. Sebagai tempat terjadinya fosforilasi hasil akhir pencernaan usus halus dan 1/3 bagian proksimal kolon e. Sebagai tempat pembentukan feses kolon descendens Ciri khas dinding traktus gastrointestinal, terdapat dua gelombang : a. Gelombang lambat bukan potensial aksi yang sebenarnya melainkan merupakan potensial membrane b. Gelombang paku 3. Gambaran mikroskopis saluran pencernaan bagian atas : a. Rongga mulut : epitel berlapis gepeng berkeratin atau tampa keratin (tergantung lapisan). b. Faring : epitel berlapis gepeng tidak berkeratin, mengandung tonsil. c. Esofagus : Epitel berlapis gepeng non keratin. Terdapat kelenjar esofagus pada tunika submukosa. Tunika muskularis mukosa tebal.

d. Gaster : Cardia : epitel kolumner simpleks dengan lekukan-lekukan foveola gastrica. Fundus/Corpus : epitel kolumner simpleks dengan lekukanlekukan foveola gastrica, lamina propria terisi dengan banyak kelenjar lambung, pada tunika submukosa terdapat banyak jaringan ikat longgar dengan pembuluh darah. Pylorus : epitel kolumner simpleks dengan lekukan-lekukan foveola lebih dalam dan rapat seperti vili, tunika muskularis pars sirkularis tebal, dilapisi selapis tipis serosa. e. Duodenum : epitel kolumner simpleks dengan kelenjar Brunner dilapisan submukosa, terdapat sel goblet, vili panjang dan banyak, pada tunika propria terdapat kripte Lieberkhn, tunika muskularis mukosa terputus-putus. 4. Amylase, HCl, pepsin, rennin, lipase, tripsinogen, kolesitokinin 5. SB 6. SB 7. SB

E. SISTEMATIKA MASALAH

Anatomi SCBA

Histologi SCBA Saluran Pencernaan Bagian Atas (SCBA) Fisiologi SCBA

Biokimia SCBA

F. SASARAN BELAJAR 1. 2. 3. 4. Untuk mengetahui anatomi SCBA Untuk mengetahui struktur mikrosko[pis SCBA Untuk mengetahui fungsi dan regulasi SCBA Untuk mengetahui sekresi enzim SCBA

G. PENJELASAN

1. Anatomi SCBA

2. Histologi SCBA

a.

Cavum Oris a. Bibir Bibir memiliki 3 permukaan/ bagian : Pars Kutanea o Epitel skuamus kompleks berkeratin o Dapat ditemukan kelenjar sebasea Pars intermedia o Epitel skuamus sedikit berkeratin o Stratum intermediumnya tebal dan banyak o Mengandung keratohyalin o Papilla dermisnya tinggi o Banyak terdapat pembuluh darah dan saraf Pars Mukosa o Epitel skuamus kompleks tak berkeratin o Lamina propria dan papillanya tinggi o Submukosa terdapat kelenjar labialis b. Pipi Epitel skuamous komplek tidak berkeratin Lamina propria terdiri dari jaringan fibroelastik, terdapat kelenjar mukous, kadangkadang terdapat juga kelenjar serous Submukosa banyak terdapat serabut elastik dan pembuluh darah

c. Gigi
Bagian gigi :

a) korona (mahkota) b) akar gigi c) kollum / cervix / leher gigi Bagian keras gigi terdiri dr 3 jaringan : a) dentin b) enamel c) sementum Bagian lunak dari gigi : a) Pulpa dentin yg mengisi pulp cavity b) membrana periodontal c) ginggiva d. Lidah Penyusun utamanya adalah otot seran lintang Mempunyai dua permukaan : a) atas / dorsal : epitel skuamus komplek berkeratin yang luas dan sedikit tidak berkeratin pada bagian distal b) bawah : epitel skuamus komplek tidak berkeratin Permukaan dorsal lidah dibagi dua bagian : a) 2/3 anterior : tedapat papilla-papilla b) 1/3 dorsal : tedapat banyak noduli limfatik, kelenjar Von

Ebner, kelenjar Weber. Diantara dua bagian ini terdapat celah disebut sulcus terminalis pada bagian apex terdapat foramen caecum Papilla-papilla pada lidah : a) Papilla Filiformis : o bentuk : konus, tinggi, sempit o o o epitel skuamus komplek berkeratin jumlah banyak, tersusun sejajar sulkus terminalis isi : akhiran saraf berfungsi untuk raba / taktil

b) Papilla Fungiformis :

o bentuk : seperti jamur, menonjol, kaya pembuluh darah o epitel skuamus komplek tidak berkeratin o terletak antara papilla filiformis, di ujung tepi lidah o gemma gustatoria merupakan alat pengecap yang berfungsi untuk sensasi rasa c) Papilla Sirkumvalata o bentuk : bulat, merupakan papilla terbesar, punya sulkus sirkularis yang merupakan muara kelenjar Von Ebner o jumlah 7 12 buah o epitel skuamus komplek tak berkeratin o terletak di sulkus terminalis o gemma gustatoria terletak di lateral d) Papilla Folliata o bentuk : seperti daun dan papilla sekunder jumlahnya selalu tiga o jumlah 3 5 buah tersusun berbaris o rudimenter pada manusia o epitel skuamus kompleks tak berkeratin o terletak di posterolateral o gemma gustatoria terletak dilateral e. Glandula Salivarius Kelenjar salivarius adalah kelenjar-kelenjar yang bermuara pada rongga mulut Kelenjar salivarius menghasilkan sekresi karena adanya rangsangan dari ujung saraf (mekanis, termis, kimiawi, psikis atau olfaktoris) Merupakan kelenjar mesokrin dan bentuknya berupa kelenjar tubulosiner atau tubulo alveoler Terdapat 2 kelenjar : 1. Kelenjar salivarius yang kecil :

2. Kelenjar salivarius besar (kelenjar salivarius yang sebenarnya) Kelenjar salivarius yang kecil : Berada dibawah mukosa bibir, lidah, pipi dan palatum. Terdiri dari : o Kelenjar labialis o Kelenjar lingualis o Kelenjar bukalis o Kelenjar palatina Kelenjar salivarius besar (kelenjar salivarius yang

sebenarnya) Terdiri dari 3 pasang kelenjar : o Kelenjar parotis Merupakan kelenjar salivarius terbesar. Bentuknya tubuloasiner komplek. Menghasilkan kelenjar serous murni. Saluran keluar utamanya disebut ductus

parotidikus Stenson yang bermuara pada gigi M2 atas. o Kelenjar submandibularis ( Submaxilaris) Bentuknya tubuloasiner komplek. Menghasilkan kelenjar campur, disebut mukoserous. Sel-sel asininya

membentuk demiluner gianuzzi. Saluran keluar utama adalah duktus submandibularis Wharton yang bermuara pada ujung papila sublingualis ,bawah lidah. o Kelenjar sublingualis Merupakan kelenjar paling kecil. Bentuknya

tubuloasiner komplek . Menghasilkan kelenjar campur,

seromukus. Sel-sel serous sedikit, tersusun membentuk demiluner gianuzzi Sal keluarnya duktus sublingualis mayor Bartholi, bermuara pada karunkula sublingualis bersama duktus Wharton. Kelenjar salivarius memproduksi cairan tidak berwarna yang konsistensi seperti lendir, mengandung protein, glikoprotein, enzim, sel epitel yang lepas dan IgA. Berfungsi untuk : menjaga kelembaban dan membasahi rongga mulut; melumasi dan melunakkan makanan; mencerna karbohidrat (oleh enzim ptyalin dan amylase); membersihkan rongga mulut dari sisa makanan, sisa sel dan bakteri; dan mencegah infeksi. Bagian dari kelenjar ludah yang menghasilkan sekret disebut acini dan dialirkan melalui saluran (duktus). Sel-sel yg menyusun acini dibedakan : sel serous,mukous, campuran . o Asini serous : sel-selnya berbentuk piramid mengelilingi lumen kecil, punya membran basalis, sitoplasma basofilik, terdapat butir-butir zimogen, warna merah (dengan pewarnaan HE), inti bulat ditengah. Hasil sekresi : liur yg jernih. o Asini mukous : sel kuboid sampai kolumner, mengelilingi lumen kecil, punya membran basalis, sitoplasma basofilik sedikit dibasal, daerah antara inti dan apex berisi mucin yang berwarna pucat, inti pipih di basal. Hasil sekresi : mucin, sangat kental. o Asini campuran : terdiri dari struktur asini serous dan mucous, bagian serous di distal yang menempel pada

bagian mukous sehingga tampak bangunan berbentuk bulan sabit yang dikenal dengan GIANUZZI. Diantara membrana basalis dan sel asinus terdapat sel basal atau basket yang merupakan sel mioepitel yang berfungsi memeras sekret keluar. Bentuk sel ini gepeng, inti gepeng, tonjolan sitoplasma panjang, mengandung miofibril yang bersifat kontraktil. Hasil sekresi dialirkan melalui duktus interkalatus (sel kuboid rendah) Beberapa duktus interkalatus bergabung membentuk duktus intralobularis atau duktus striata yang kemudian bermuara ke duktus interlobularis atau duktus eksretorius. Epitel ini mulamula kolumner selapis kemudian menjadi berlapis hingga muaranya dirongga mulut . b. Faring Merupakan rongga peralihan antara rongga mulut, sistem pernapasan dan sistem pencernaan. Epitelnya berlapis gepeng tidak bertanduk, mengandung tonsil. c. Esofagus Lapisan dari dalam keluar : Epitel berlapis gepeng tak bertanduk, rata dan kompak Pada lamina propria tidak dijumpai kelenjar DEMILUNER dari

Tunika muskularis mukosa tebal Submukosa dengan kelenjar esofagus Tunika muskularis tersusun dari otot polos sirkuler dan longitudinal Pada esofagus tidak dijumpai tunika serosa

d. Gaster Cardia Epitelnya kolumner simpleks. Tampak banyak lekukan-lekukan sebagai foveola. Dijumpai kelenjar lambung pada lamina propria. Pada tunika submukosa tidak terlihat kelenjar apapun. Tunika muskularis lambung tersusun dari 3 lapisan otot polos. Terdapat tunika serosa. Fundus o o Mukosa : epitel kolumner simplek dengan lekukan sebagai foveola gastrika. Lamina propria : Terisi penuh dengan kelenjar-kelenjar lambung. Terdapat sel parietal (besar, bulat, merah, inti bulat) dan sel utama (kecil, terletak diantara sel parietal). o o o Submukosa : Jaringan ikat longgar dengan pembuluh darah kecil, kadang-kadang terdapat Pleksus meisner. Muskularis : Tipis, terdiri daridua lapisan otot polos Serosa : terdiri dari mesotel pipih

Pilorus Memiliki foveola gastrika yang lebih dalam dan rapat seperti gambaran villi (tempat muara kelenjar pylorus), epitel berbentuk kolumner simpleks. Mensekresi banyak mukus dan entero lysozym, gastrin. Lapisan submukosa terdiri dari

jaringan ikat padat mengandung pembuluh darah, limfe (sel limfoid, makrofag, sel mast). Lapisan muskularis tebal, 3 arah : longitudinal, sirkuler, oblique (bagian dalam). Tunika

muskularis pars sirkularis tebal. Lapisan tengah sangat menebal, membentuk sfingter pilorus. Dilapisi selapis tipis serosa.

e. Duodenum Epitelnya kolumner simpleks. Villi panjang dan banyak. Terdapat kelenjar Brunner di lapisan submukosa. Sudah terlihat sel goblet Tunika propria tersusun atas Kripte Lieberkhn. Tunika muskularis mukosa terputus-putus

3. Sekresi Enzim SCBA

4. Fisiologi SCBA

a. Fungsi Saluran Pencernaan

Fungsi umum saluran pencernaan adalah memindahkan zat nutrien, air dan garam dari zat makanan ke lingkungan dalam untuk didistribusikan ke sel-sel melalui sistem sirkulasi. Ada 3 fase yang berkaitan dengan fungsi gastrointestinal : 1) Pergerakan makanan melalui saluran cerna 2) Sekresi saluran cerna 3) Absorpsi makanan yang telah dicerna, air dan elektrolit Saluran cerna juga mempunyai fungsi spesifik yaitu : 1) Jalan makanan esofagus 2) Penimbunan makanan korpus lambung 3) Pembentukkan feses kolon descendens 4) Pencernaan makanan lambung, duodenum, jejunum dan ileum 5) Absorpsi hasil akhir pencernaan usus halus dan setengah bagian kolon proksimal

Fungsi traktus gastrointestinal merupakan rangkaian terintegrasi dari beberapa kegiatan : 1) Gerakan (motility): gerakan mencampur, mengaduk dan mendorong isi lumen oleh karena adanya kontraksi otot polos dinding traktus gastrointestinal. Gerakan mendorong (propulsif),merupakan gerakan mendorong isi lumen ke depan dengan berbagai kecepatan tidak sama sesuai fungsi tiap segmen. Gerakan mencampur ada dua, yaitu : mencampur dengan getah pencernaan untuk membantu pencernaan; dan mendekatkan seluruh isi lumen ke permukaan TGI untuk mempermudah penyerapan) 2) Pencernaan (digestion) : proses pemecahan secara mekanik maupun kimia molekul-molekul besar yang masuk TGI menjadi molekul kecil shg dapat diabsorbsi epitel sal cerna 3) Sekresi (secretion) : sekresi air, elektrolit, enzim, liur empedu, mukus ke saluran pencernaan 4) Absorbsi (absorption) : proses penyerapan/ pemindahan molekul hasil pencernaan (zat nutrien organik/anorganik, air ) dari lumen TGI menembus dinding usus untuk masuk ke pembuluh darah atau limfe 5) Ekskresi : Eliminasi makanan yang tidak dapat dicerna dan produk sisa dikeluarkan dari tubuh. b. Pengaturan

Traktus gastrointestinalis mempunyai sistem saraf sendiri yaitu sistem saraf enteric yang mempersarafi dari esofagus ke anus. Fungsinya mengatur pergerakan dan sekresi gastrointestinalis. Sistem saraf enterik mempunyai dua lapisan saraf : 1) Pleksus mienterikus/pleksus Auerbach Terletak di sebelah luar, diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular. Fungsinya mengatur pergerakan gastrointestinal. Pleksus mienterikus meningkatkan aktivitas motor dari usus, menyebabkan : a) Meningkatkan kontraksi tonik atau tonus dinding usus

b) Meningkatkan intensitas kontraksi ritmis c) Meningkatkan kecepatan kontraksi ritmis d) Meningkatkan kecepatan konduksi gelombang medan listrik sepanjang dinding usus Pleksus mienterikus juga bersifat inhibisi terhadap sekresi enzim-enzim pencernaan. 2) Pleksus submukosa/pleksus Meissner Terletak di lapisan dalam, didalam submukosa. Fungsinya mengatur sekresi, aliran darah dan beberapa fungsi sensorik. Traktus gastrointestinalis menerima persarafan parasimpatis dan simpatis yang luas yang dapat mengubah semua aktivitas usus. 1) Persarafan parasimpatis Di usus dibagi dalam dua divisi : a) Divisi kranial Berasal dari saraf Vagus. Menginervasi esofagus, lambung, pankreas dan setengah bagian usus besar. b) Divisi sakral Berasal dari segmen sakral medula spinalis 2 4 melalui saraf pelvis, rektum dan anus berperan dalam refleks defekasi. Neuron-neuron postganglioner dari sistem saraf parasimpatis dilokalisir di dalam pleksus mienterikus dan pleksus submukosa mengatur peningkatan umum aktivitas seluruh sistem saraf enterik. 2) Persarafan simpatis Berasal dari medula spinalis T8 L2 kemudian masuk ke rantai simpatis dan berjalan melalui rantai ke ganglion lalu neuron posganglioler dilokalisir dan tersebar bersama pembuluh darah ke semua bagian usus. Persarafan simpatis menginervasi

semua bagian traktus gastrointestinalis. Sekresi norepinefrin dapat menghambat aktivitas di dalam traktus gastrointestinalis. Serabut aferen pada saluran pencernaan peka terhadap rangsangan rasa sakit. Saraf ini dapat dirangsang dengan : 1) Iritasi mukosa usus 2) Peregangan usus yang berlebihan 3) Timbulnya substansi kimia yang spesifik didalam usus Terdapat tiga jenis refleks gastrointestinalis : 1) Refleks yang terjadi seluruhnya di dalam sistem saraf enterik 2) Refleks dari usus ke ganglion simpatis prevertebralis dan kemudian kembali ke traktus gastrointestinalis 3) Refleks dari usus ke medula spinalis/batang otak dan kemudian kembali ke traktus gastrointestinalis.

c. Proses menelan

Proses menelan dapat dibagi dalam 3 fase : fase oral, fase faringal dan fase esofageal. 1) Fase Oral Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah, terletak di tengah lidah akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi m.levator veli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring (Passavant's ridge) akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat

kontraksi m.levator velipalatini. Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut. 2) Fase Faringeal Fase faringal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus. Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.salfingofaring, m.tirohioid dan m.palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfinkter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m.ariepiglotika dan m.aritenoid oblikus. Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaan lurus. 3) Fase esofageal Fase esofageal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung. Dalam keadaan istirahat introitus esofagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringal, maka terjadi relaksasi m.krikofaring, sehingga introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk ke dalam esofagus. Setelah bolus makanan lewat, maka sfinkter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus introitus esofagus pads waktu istirahat, sehingga makanan tidak akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks dapat dihindari. Gerak bolus makanan di esofagus bagian atas masih dipengaruhi oleh kontraksi m.konstriktor faring inferior pada akhir

fase faringal. Selanjutnya bolus makanan akan didorong ke distal oleh gerakan peristaltik esofagus. Dalam keadaan istirahat sfinkter esofagus bagian bawah selalu tertutup dengan tekanan rata-rata 8 milimeter Hg lebih dari tekanan di dalam lambung, sehingga tidak akan terjadi regurgitasi isi lambung. Pada akhir fase esophageal sfinkter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, maka sfringter ini akan menutup kembali.

d. Refleks Muntah Sinyal sensoris yang mencetuskan muntah berasal dari faring, esofagus, lambung, dan bagian atas usus halus. Impuls saraf ditransmisikan, baik oleh serabut aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke berbagai nucleus yang tersebar di batang otak (pusat muntah). Dari sini, impuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus gastrointestinal bagian atas melalui saraf vagus dan simpatis ke traktus yang lebih bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot abdomen. Pada tahap awal dari iritasi atau distensi berlebihan gastrointestinal, antiperistaltik mulai terjadi. Kemudian, saat bagian atas traktus gastrointestinal menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi faktor pencetus yang menimbulkan tindakan muntah. Pada saat terjadinya muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfinkter esofagus lambung, sehingga membuat muntahan mulai bergerak dari lambung ke dalam esofagus. Dari sini, kerja muntah spesifik yang melibatkan otot-otot abdomen mengambil alih dan mendorong muntahan keluar. Aksi muntah : 1) Bernapas dalam 2) Naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfinkter esofagus bagian atas supaya terbuka

3) Penutupan glottis untuk mencegah aliran muntah masuk ke paru 4) Pengangkatan pallatum molle untuk menutupi nares anterior 5) Kontraksi diafragma yang kuat ke bawah bersama dengan kontraksi semua otot dinding abdomen 6) Tekanan intergastrik meninggi 7) Sfinkter esofagus bagian bawah berelaksasi lengkap, membuat pengeluaran isi lambung ke atas melalui esofagus. Muntah juga dapat disebabkan oleh impuls saraf yang timbul pada daerah otak yang terletak di bilateral dasar ventrikel ke empat (zona pencetus kemoreseptor untuk muntah). Pemakaian obat-obatan tertentu dapat merangsang daerah ini untuk mencetuskan muntah. Perubahan irama autau gerakan tubuh dapat menyebabkan mu ntah. Gerakan merangsang reseptor di dalam labirin vestibular pada telinga dalam, dan dari sini impuls ditransmisikan terutama lewat jalur nuclei vestibular batang otak ke dalam serebelum, kemudian ke zona pencetus kemoreseptor, dan akhirnya ke pusat muntah untuk menyebabkan muntah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Campbell, N.A; Reece, J.B; dan Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga. 2. Eroschenko, V.P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 9. Jakarta : EGC. 3. Guyton, A.C dan hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC. 4. Murray, R.K; Granner, D.K; Mayes, P.A; dan Rodwell, V.W. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: EGC. 5. Moore, Keith L. 2003. Anatomi Klinik Dasar. Hipokrates : Jakarta. 6. Soepardi, E.A dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai