SKENARIO 2
MALNUTRISI
NPM : 117170066
Blok : 6.1
Kelompok :4
FAKULTAS KEDOKTERAN
CIREBON
2020
SKENARIO 2
MALNUTRISI
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas dengan
keluhan adanya benjolan pada leher bagian depan yang tidak nyeri. Dari anamnesis
didapatkan psien tinggal di daerah lereng pegunungan dan banyak masyarakat yang
mengalami hal serupa. Pada pemeriksaan fisik tampak goiter, mulut anak selalu
menganga dan lidah terlihat dari luar.pemeriksaan antropometri didapatkan BB 15 kg.
TB 110 cm. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar T3 dan T4 yang rendah
dan TSH yang meningkat. Dokter mendiagnosis anak tersebut memiliki satus gizi yang
kurang baik akibat malnutrisi yang dialaminya.
STEP 1
STEP 2
STEP 3
1. faktor resiko
Genetik disebabkan karena adanya abnormalitas fungsi fisiologis kelenjar
tiroid
Geografis pada dataran tinggi, karena kadar iodium pada lapisan tanah
terkikis karena peristiwa alam
Faktor yang menyebabkan malnutrisi
3. dilihat dari usia : pada kasus umur 5 tahun. Dilihat melalui grafik dari WHO atau
CDC atau KMS dilihat dari bulan (5 tahun = 60 bulan). Dilihat berat badan untuk
menaksir kebutuhan nutrisi. Pada kasus (15 kg). Dilihat dari grafik WHO = gizi
kurang, karena <-2 SD. Berdasarkan usia dengan berat badan.
4. karena fungsi dari hormon tiroid itu adalah untuk memetabolisme nutrien seperti
lemak, karbohidrat. Jika metabolisme terganggu, maka akan mengganggu
perkembangan si anak.
STEP 4
1. Faktor resiko
Penilaian secara klinis dari manifestasi klinis ( keluhan anak, pada kasus GAKI).
Penilain biokimia kebutuhan karbohidrat, protein, dan lemak.
5. Hormone tiroid penting untuk metabolisme karbohidrat dan lemak.
Tiroksin masuk ke dalam sel reseptor spesifik thd tiroksin terbentuk
kompleks antar reseptor dan tiroksin akan meningkatkan ekskresi dan ekspresi
gen pada nucleus sel gen-gen tersebut akan berperan dalam metabolism lemak,
karbohidrat dan penggunaan oksigen.
6. Tatalaksana
MIND MAP
Etiologi
MALNUTRISI
Patofisiologi Faktor Resiko
Macam-macam
Kelainan
STEP 5
REFLEKSI DIRI
Alhamdulillah PBL pada pertemuan pertama dapat berjalan dengan lancar, semoga
PBL pada pertemuan berikutnya saya dapat lebih baik lagi.
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
a. Definisi
b. Etiologi
• Pengobatan
Beri-beri infantil
Beri-beri infantil terjadi pada bayi berusia 2-4 bulan yang hanya
diberi ASI dan yang ibunya kekurangan tiamin.
Sindrom malabsorpsi
Peningkatan kerugian (Menipisnya tiamin)
Diare
Hiperemesis gravidarum
Penggunaan diuretik
Terapi penggantian ginjal (hemodialisis)
Peningkatan penggunaan tiamin
Kehamilan
Laktasi
Hipertiroidisme
d. Penegakan diagnosis
Beri-beri kering:
• Refleks berkurang
• Kardiomiopati dilatasi
• Takikardia
• Edema perifer.4,5
Beri-beri basah dan kering sering memiliki fitur yang tumpang tindih,
dan dalam kondisi apa pun, parestesia mungkin merupakan fitur yang
muncul.
Studi Laboratorium:
• Studi urin ada tetapi bukan tes yang dapat diandalkan untuk evaluasi
thiamine total tubuh
a. Definisi
Riboflavin (vitamin B2) adalah vitamin yang larut dalam air dan tahan
panas bertindak sebagai precursor flavin mononucleotide (FMN) dan flavin
adenine dinucleotide (FAD) yang terlibat dalam jalur pengaturan utama
mitokondria, seperti metabolisme asam amino, asam lemak, dan purin, dan
reaksi reduksi oksidasi penting untuk pertumbuhan sel normal dan
pengembangan. Selain meningkatkan energi, riboflavin berfungsi sebagai
antioksidan untuk fungsi yang tepat dari sistem kekebalan tubuh, kulit yang
sehat, dan rambut.6
d. Penegakan diagnosis
a. Definisi
d. Penegakan Diagnosis
Pencegahan
Diet berimbang biasanya mengandung cukup piridoksin, sehingga jarang
dijumpai keadaan defisiensi. Tambahan piridoksin diperlukan pada anak
yang mendapat diet protein tinggi. Bayi yang ibunya mendapat piridoksin
dosis tinggi selama kehamilan, mempunyai risiko tinggi terhadap kejang
karena ketergantungan piridoksin. Demikian pula setiap anak yang
mendapat pengobatan dengan antagonis piridoksin perlu diawasi terhadap
timbulnya gejala neurologik; bila perlu anak harus mendapat tambahan
piridoksin atau dosis obat antagonis piridoksin diturunkan. Kecukupan
piridoksin per hari yang dianjurkan adalah sebagai berikut, untuk bayi
0,3-0,5 mg, anak 0,5-1,5 mg, dan orang dewasa 1,5-2,0 mg.3
a. Definisi
Vitamin B12 (kobalamin) mempunyai struktur cincin yang kompleks
(cincin corrin) dan serupa dengan cincin porfirin, yang pada cincin ini
ditambahkan ion kobalt di bagian tengahnya. Vitamin B12 (Cobalamin)
adalah vitamin yang larut dalam air yang berasal dari produk hewani
seperti daging merah, susu, dan telur. Faktor intrinsik adalah glikoprotein
yang diproduksi oleh sel parietal dalam lambung dan diperlukan untuk
penyerapan B12 di ileum terminal. Setelah diserap, B12 digunakan sebagai
kofaktor untuk enzim yang terlibat dalam sintesis DNA, asam lemak, dan
mielin.8
b. Etiologi
d. Penegakan Diagnosis
a. Definisi
Scurvy adalah keadaan kekurangan vitamin C dalam makanan (asam
askorbat). Tubuh manusia tidak memiliki kemampuan untuk mensintesis
dan membuat vitamin C dan karena itu tergantung pada sumber makanan
eksogen untuk memenuhi kebutuhan vitamin C. Kelompok vitamin C
dalam tubuh dapat terkuras dalam 1-3 bulan.9
d. Penegakan Diagnosis
Scurvy dapat dicegah dengan pemberian diet cukup vitamin C, buah jeruk
dan saribuah adalah sumber vitamin C yang baik. Kecukupan vitamin C per
hari yang dianjurkan adalah sebagai berikut: bayi 20 mg/hari, anak 45
mg/hari, ibu hamil atau menyusui 120 mg/hari, 90 mg/hari untuk laki-laki, 75
mg/hari untuk wanita. Ke dalam susu formula bayi harus ditambahkan 35 mg
asam askorbat setiap hari. Lebih kurang pemberian 750 ml sari buah jeruk
atau tomat tiap hari akan mempercepat penyembuhan, tetapi sebenarnya
pemberian asam askorbat lebih baik lagi. Dosis pengobatan sehari asam
askorbat adalah 100-200 mg atau lebih, dapat diberikan secara oral atau
parenteral selama sebulan jika diet saja tidak cukup.3,9
a. Definisi
Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak yang digunakan oleh
tubuh untuk perkembangan dan pemeliharaan tulang normal dengan
meningkatkan penyerapan kalsium, magnesium, dan fosfat. Tingkat
sirkulasi 25-hidroksivitamin D yang lebih besar dari 30 ng / mL
diperlukan untuk mempertahankan tingkat vitamin D yang sehat.
Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan berbagai masalah, yang
tampak seperti menekuk kaki; pada orang dewasa, itu menghasilkan
osteomalacia, yang muncul sebagai matriks kerangka yang tidak
termineralisasi.3,10
c. Patofisiologi
d. Penegakan Diagnosis
e. Penatalaksanaan
a. Definisi
e. Penatalaksanaan
a. Definisi
Penyakit ini paling umum terjadi pada bayi yang disusui yang tidak
menerima profilaksis vitamin K saat lahir. Kandungan vitamin K rendah
dalam ASI dengan kisaran 1-4 μg / L. Vitamin K adalah kofaktor penting
untuk aktivitas enzimatik γ-glutamyl karboksilase yang mengkatalisis γ-
karboksilasi residu asam glutamat spesifik dalam subkelas protein. Protein
yang tergantung vitamin K ini dikenal sebagai Gla-protein; peran protein
Gla tidak sepenuhnya dipahami. Faktor koagulasi II, VII, IX, dan X serta
protein Gla lainnya (misalnya, protein C, protein S, protein Z) juga
bergantung pada keberadaan vitamin K untuk aktivitasnya. Kekurangan
vitamin K menimbulkan tingkat protrombin abnormal; dengan demikian,
protrombin tidak secara efektif berpartisipasi dalam pembentukan bekuan
darah. Pada defisiensi vitamin K, protein des-karboksilasi terbentuk yang
secara fungsional cacat karena tidak dapat mengikat kalsium dan fosfolipid.
Faktor-faktor koagulasi abnormal ini disebut protein yang diinduksi oleh
ketiadaan vitamin K (PIVKA). PIVKA-II adalah protrombin des-
karboksilasi.11
d. Penegakan Diagnosis
Perdarahan yang timbul dapat bervariasi dari yang ringan berupa ekimoses
kulit sampai yang bersifat fatal berupa perdarahan intrakranial atau
perdarahan internal. Gejala perdarahan dapat terjadi pada hari pertama,
tetapi umumnya timbul pada hari kedua atau ketiga kelahiran. Gejala tersebut
akan bermanifestasi dalam bentuk perdarahan umbilikus, ekimoses,
epistaksis, perdarahan gastrointestinal, adrenal dan intrakranial dengan
berbagai akibatnya. Tidak jarang gejala yang nampak berupa perdarahan di
tempat tusukan bekas pengambilan darah. Perdarahan yang timbul setelah 4
minggu, umumnya terdapat pada bayi yang mendapat ASI tanpa pemberian
vitamin K sebelumnya, diare berulang, hepatitis, atau atresia biliaris. Jenis
perdarahan yang biasanya terjadi berupa perdarahan intrakranial,
intratorakal, gastrointestinal, dan intraabdominal. Keadaan klinis yang
sering dijumpai adalah anemia mikrositik hipokromik karena defisiensi
besi, dan hemokromatosis atau hemosiderosis akibat kelebihan besi.3,11
Pengukuran waktu protrombin serum (PT) cenderung meningkat, dan
waktu tromboplastin parsial teraktivasi (aPTT) biasanya normal. PT dan
aPTT dapat meningkat pada keadaan defisiensi yang lebih parah. Penanda
paling sensitif yang meningkat pada keadaan defisiensi VK adalah des-
gamma-carboxy prothrombin (DCP), juga dikenal sebagai protein yang
diinduksi oleh ketiadaan vitamin K / antagonis-II (PIVKA-II). Level
PIVKA-II mencerminkan penanda fungsional koagulasi.11
a. Kalsium3
b. Fosfor3
c. Natrium3
Natrium adalah kation Na+ utama cairan ekstrasel dan sebagian besar
berhubungan dengan klorida dan bikarbonat dalam pengaturan
keseimbangan asam basa. Ion natrium juga penting dalam mempertahankan
tekanan osmotik cairan tubuh sehingga melindungi tubuh terhadap
kehilangan cairan yang berlebihan. Pada bagian empedu, ion natrium dan
kalium berfungsi untuk mengemulsi lemak. Walaupun ion natrium banyak
ditemukan dalam bahan makanan, sumber utamanya ialah dari garam dapur
(NaCl). Pengaturan konsentrasi natrium dan/atau kadar natrium dalam
tubuh melibatkan dua proses utama, yaitu: kontrol terhadap pengeluaran
natrium oleh tubuh dan kontrol terhadap masukan natrium. Konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler diusahakan agar relatif konstan
dengan suatu mekanisme rumit yang melibatkan kecepatan penyaringan
glomerulus ginjal, sel-sel peralatan juxtaglomerulus ginjal, sistem renin-
angiotensin-aldosteron, sistem syaraf simpatis, konsentrasi katekolamin,
natrium dan kalium di dalam peredaran darah, faktor ketidaa dan tekanan
darah.
Pengangkutan natrium melalui dinding epitel usus nampaknya tergantung
pada suatu sistem “pompa” dan “rembesan” pasif yang terdapat pada
membran pembatas dari sel-sel tersebut. Pada duodenum dan jejunum,
NaCl berpindah dari darah ke usus bila cairan hipotonik memasuki darah.
Pada ileum, absorpsi NaCl terjadi dari larutan hipotonik. Glukosa di dalam
cairan luminal meningkatkan absorpsi natrium di dalam jejunum.
Walaupun ion natrium ekstravaskuler berada dalam keseimbangan dengan
ion natrium intravaskuler (plasma), konsentrasi natrium intravaskuler
mungkin tidak menggambarkan jumlah total natrium dalam tubuh.
Sehingga apabila ion natrium serum yang rendah (hiponatremia) mungkin
tidak kekurangan ion natrium tubuh, tetapi bahkan mungkin kelebihan air
intravaskuler (dan mungkin ekstravaskuler). Hal yang sama peningkatan
ion natrium serum dapat terjadi pada kandungan ion natrium yang rendah
atau normal bila terdapat kehilangan air (dehidrasi). Pada penyakit ginjal,
kemampuan menghemat ion natrium seringkali hilang dan terjadi gangguan
keseimbangan natrium, klorida, kalium dan air yang parah. Defisiensi
natrium menyebabkan tulang lunak, hipertropi adrenal dan mengurangi
penggunaan protein dan energi.
d. Kalium3
e. Magnesium3
f. Seng3
Seng adalah trace mineral kedua terbanyak dan penting dalam metabolisme
dan sintesis protein, metabolisme asam nukleat, serta stabilisasi membran
sel. Seng berfungsi sebagai untuk lebih dari 200 enzim dan berperan
penting pada berbagai fungsi metabolic sel. Status seng yang adekuat
sangat penting terutama selama periode pertumbuhan dan untuk proliferasi
jaringan (system imun,penyembuhan luka, integritas kulit, dan saluran
cerna). Seng mempunyai peran fungsi fisiologis meliputi: pertumbuhan
normal, maturase seksual, dan fungsi imunologis. Sumber terbaik seng
adalah produk hewani, termasuk ASI, yang mengandung seng dalam
bentuk siap serap. Biji-bijian utuh dan kacang-kacangan juga mengandung
seng, tetapi absorpsinya dihambat oleh asam fitat.
Setelah diabsorpsi usus, seng mula-mula mengumpul di hati dan kemudian
didistribusikan ke jaringan-jaringan. Dalam plasma, kira-kira 2/3 diikat
dengan suaatu alfa-2 makroglobulin. Sejumlah kecil mengkompleks
dengan asam amino dan mungkin dengan ligan laainnya. Seng yang
mengkompleks dengan albumin siap diserap oleh jaringan. Walaupun
demikian mekanisme penyerapannya oleh jaringan belum diketahui.
Penyerapan oleh hati secara positif dipengaruhi oleh mediator endogen
leukosit, hormon adrenokortikotropik, dan hormon paratiroid.
Defisiensi seng dapat terjadi sebagai kelainan primer absorpsi seng pada
akrodermatitis enteropatika, suatu penyakit automal resesif yang jarang
ditemukan, disertai dengan hambatan pertumbuhan dan hipogonadisme.
Defisiensi seng sekunder dapat terjadi akibat malabsorpsi apapun
penyebabnya atau peningkatan ekskresi dalam urin. Defisiensi seng juga
menyebabkan aktivitas ribonuklease serum nampak meninggi, sedangkan
aktivitas karbonik anhidrase eritrosit merendah.
g. Besi3
h. Mangan3
i. Tembaga3
j. Selenium3
k. Flour3
Enamel gigi dikuatkan oleh flour yang menggantikan ion hidroksil kristal
hidroksiapatit pada matriks mineral enamel. Flouropatit yang dihasilkan
lebih tahan terhadap kerusakan kimiawi maupun fisis. Flour diikat ke
dalam enamel selama tahap mineralisasi pembentukan gigi dan oleh
interaksi pada permukaan gigi setelah erupsi. Flour juga merupakan
pembentuk mineral tulang dan dapat melindungi terhadap oesteoporosis
pada usia lanjut.
Karena kekhawatiran mengenai risiko flourosis, suplementasi flourida
untuk bayi dibawah usia 6 bulan tidak diperbolehkan. Susu formula
komersial dibuat dengan air deflouridasi dan hanya mengandung sejumlah
kecil flour. Bayi berusia lebih dari 6 bulan yang hanya mendapat susu
formula siap minum atau mendapat ASI ekslusif mungkin membutuhkan
suplementasi flour. Kandungan flour ASI rendah dan tidak dipengaruhi
secara bermakna oleh makanan ibu. Kadar flour pada sumber air minum
anak harus diketahui terlebih dahulu sebelum memberikan suplementasi
flour. Bila konsenterasi flour dalam air minum kurang dari 0,3 ppm,
suplementasi sebesar 0,25 mg/hari direkomendasikan untuk bayi dan anak
usia 6 bulan sampai 3 tahun.
Tabel 1.1 Karakteristik defisiensi Trace Mineral.3
1.11 Obesitas
a. Definisi
• Herediter
Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila
salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40 % dan bila
kedua orang tua tidak obesitas kejadian obesitas, prevalensi menjadi 14
%.12
• Faktor lingkungan
Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai resiko
peningkatan berat badan sebesar 5 kg.12
• Faktor nutrisional
• Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena organ tersebut
tersembunyi dalam jaringan lemak pubis.13
d. Klasifikasi
Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan
IMT menurut WHO: 14
Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan lingkar
perut menurut kriteria asia pasifik:14
e. Penegakan diagnosis
a) Hitung indeks massa tubuh (IMT), yaitu BB (kg) dibagi tinggi badan
(m) kuadrat.
b) Anamnesis keluarga:
Identifikasi obesitas pada keluarga terdekat (ayah- ibu)
Evaluasi adanya penyakit kardiovaskular, diabetes Tipe 2 dan
kanker pada keluarga.
c) Diet
Identifikasi Siapa yang memberi makan anak
Identifikasi makanan tinggi kalori dan mempunyai nilai gizi rendah
yang dapat dikurangi, dieliminasi atau diganti
Teliti pola makan misalnya waktu kandungan gizi, lokasi maka,
dan jenis makanan kecil (snack).
d) Aktivitas
Identifikasi hambatan untuk beraktivitas misalnya ke sekolah jalan
kaki / naik sepeda / naik mobil
Evaluasi waktu yang digunakan untuk bermain
Evaluasi waktu istirahat di sekolah Apakah digunakan untuk
beraktivitas, olahraga di sekolah: frekuensi, lama, dan intensitasnya
Tanyakan aktivitas Sesudah sekolah dan pada akhir pekan
Tanyakan waktu yang digunakan untuk Menatap layar (TV video
game dan lainnya)
e) Gejala lain
Identifikasi gejala-gejala lain atau komplikasi yang menyertai
obesitas13
f. Terapi Farmakologi
a. Definisi
Pada pasien GAKY berstatus gizi stunted. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan salah satu unsur essensial(yodium) yang berpengaruh terhadap
pembentukan hormon pertumbuhan tidak dapat terpenuhi. Asupan yodium
yang kurang dapat menyebabkan kerja sel-sel dalam tubuh tidak efektif,
penyerapan kalsium pada tulang terhambat, terganggunya metabolisme
karbohidrat dan protein, sehingga pertumbuhan tinggi badan terhambat.3
d. Faktor risiko
Genetik
Faktor genetik banyak disebabkan karena abnormalitas fungsi fisiologis
kelenjar tiroid.
Faktor geografis seperti pada dataran tinggi.
GAKY biasanya didapatkan pada dataran tinggi atau pegunungan
karena yodium yang berada di lapisan tanah paling atas terkikis oleh
banjir atau hujan dan berakibat tumbuh-tumbuhan, hewan, dan air di
wilayah ini mengandung yodium yang rendah.3
e. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
a. Pengertian
KEP atau PEM (Protein Energy Malnutrition) dan PMC (Protein Calori
Malnutrition) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).15
b. Etiologi dan factor resiko
Faktor penyebab yang dapat menimbulkan kekurangan energi protein yaitu:3
Sosial ekonomi yang rendah.
Sukar atau mahalnya makanan yang baik.
Kurangnya pengertian orang tua mengenai gizi.
Kurangnya faktor infeksi pada anak (misal: diare).
Kepercayaan dan kebiasaan yang salah terhadap makanan (misal: tidak
makan daging atau telur disaat luka).
c. Klasifikasi KEP
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus karena kekurangan asupan protein dan kalori akhirnya
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat dan tubuh kekurangan nutrisi
lebih sebab kalori yang di butuhkan pun meningkat sebagai kompensasinya.
Bentuk yang paling ringan hanya memperlihatkan retardasi pertumbuhan dan
perkembangan saja.15
1. Kwasiokor
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan
sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein
tinggi. Penyebabnya, meliputi: kekurangan protein dalam makanan,
gangguan penyerapan protein, kehilangan protein secara tidak normal,
infeksi kronis atau perdarahan hebat. Faktor-faktor yang berkontribusi
antara lain: 1). Sosial ekonomi rendah, 2). Pengetahuan gizi kurang
memadai, 3). Penyakit terutama infeksi.15
Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum
pedis). Edema disebabkan karena cairan intravaskular ke intrastisial
meningkat sebagai kompensasi dari tekanan osmotik yang menurun
yang di sebabkan oleh produksi albumin di hepar menurun.
Wajah membulat dan sembab juga di sebabkan hal yang sama dengan
edema.
Pandangan mata sayu karena kurangnya asupan vitamin dan mineral.
Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok juga disebabkan karena kurangnya asupan
vitamin dan mineral sehingga pertumbuhan rambut tidak sempurna.
Perubahan status mental, apatis, dan rewel
Pembesaran hati dikarenakan detoksifikasi dihepar menurun.
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk disebabkan oleh energi yang dibutuhkan tubuh berlebih
namun sumber lemak yang ada ditubuh sedikit akhirnya pengambilan
lemak simpanan di otot meningkat dan menyebabkan otot atrofi.
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement
dermatosis) karena cadangan lemak di bawah kulit pun diambil untuk
memenuhi kebutuhan lemak yang kurang di tubuh dan menyebabkan
lemak subkutan hilang dan penyusutan jaringan akhirnya terjadilah
perubahan pada integumen. Sering disertai : penyakit infeksi seperti
contohnya adalah diare.3
Kelainan kimia darah meliputi kadar albumin serum rendah, kadar
globulin normal atau sedikit meninggi, pada biopsi hati ditemukan
perlemakan.1
2. Marasmus :
Disebabkan oleh defisiensi kalori dalam diet yang berlangsung lama karena
ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan,
kebiasaan makanan yang tidak layak dan penyakit infeksi saluran
pencernaan.16
Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit, iga gambang dan
perut cekung karena sedikitnya lemak yang ada di dalam tubuh.
Wajah seperti orang tua
Cengeng, rewel
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(baggy pant/pakai celana longgar) karena cadangan lemak di bawah kulit
pun diambil untuk memenuhi kebutuhan lemak yang kurang di tubuh dan
menyebabkan lemak subkutan hilang dan penyusutan jaringan akhirnya
terjadilah perubahan pada integumen.
Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang), dan diare
kronik atau konstipasi/susah buang air.
Tulang pipi & dagu menonjol, mata tampak besar & dalam, akral dingin,
sianosis; perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas,
otot atropi; anak penakut & apatis. Kadar Hb berkurang, disertai tanda-
tanda kekurangan vitamin lainnya.16
Gambar 1.6 Penderita Marasmus3
e. Tatalaksana
f. Pelayanan Gizi
Pada dasarnya setiap anak yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan
pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) untuk menentukan status
gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan bila perlu pemeriksaan
laboratorium. Penentuan status gizi ini diperkuat dengan menanyakan riwayat
makan.16
Dari hasil penentuan status gizi maka direncanakan tindakan sebagai berikut:16
i. KEP ringan
Diberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah dan
pemberian vitamin. Dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif (Bayi <4
bulan) dan terus memberikan ASI sampai 2 tahun. Pada pasien KEP ringan
yang dirawat inap untuk penyakit lain, diberikan makanan sesuai dengan
penyakitnya dengan tambahan energi sebanyak 20% agar tidak jatuh pada
KEP sedang atau berat, serta untuk meningkatkan status gizinya. Selain itu
obati penyakit penyerta.
ii. KEP sedang
Penderita rawat jalan (di RS/Puskesmas): diberikan nasehat pemberian
makanan dengan tambahan energi 20–50% dan vitamin serta teruskan
ASI bila anak <2 tahun. Pantau kenaikan berat badannya setiap 2
minggu dan obati penyakit penyerta.
Penderita rawat inap: diberikan makanan tinggi energi dan protein,
secara bertahap sampai dengan energi 20-50% di atas kebutuhan yang
dianjurkan (Angka Kecukupan Gizi/AKG) dan diet sesuai dengan
penyakitnya, berat badan dipantau setiap hari, selain itu diberi vitamin
dan penyuluhan gizi. Setelah penderita sembuh dari penyakitnya, tapi
masih menderita KEP ringan atau sedang, rujuk ke puskesmas untuk
penanganan masalah gizinya.
iii. KEP berat/Gizi buruk
Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di Rumah
Sakit terdapat 5 (lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan:
Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah
utama)
Pengobatan penyakit penyerta
Kegagalan pengobatan
Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
Tindakan pada kegawatan.16
1.14 Hipervitaminosis
a. Hipervitaminosis A
Hipervitaminosis A akut dapat terjadi pada bayi setelah menelan 10.000 µg atau
lebih. Gejala-gejalanya berupa: nausea, muntah, mengantuk, fontanela cembung,
diplopia, papil edema, kelumpuhan (palsy) saraf kranialis, dan gejala lain yang
memberi kesan tumor otak (pseudotumor cerebri) dapat juga terjadi. Toksisitas
telah terjadi pada penambahan selama pemberian vaksin di Negara yang sedang
berkembang.
Hipervitaminosis A kronik tampak sesudah penelanan dosis berlebihan selama
beberapa minggu atau bulan, anak menderita anoreksia, gatal, dan berat badan
kurang. Ada penambahan iritabilitas, pembatasan gerakan, dan pembengkakan
lunak tulang. Alopesia, lesi kulit seboroika, fisura sudut mulut, tekanan
intracranial naik, dna terdapat hepatomegali. Kraniotabes dan deskuamasi telapak
tangan dan kaki sering ada. Rontgenogram menunjukkan hyperostosis yang
mengenai beberapa tulang panjang, yang paling penting di tengah-tengah batang
tulang. Malformasi kongenital berat dapat terjadi pada bayi dari ibu yang
menghabiskan sejumlah besar retinoid oral dalam pengobatan jerawat.3
b. Hipervitaminosis D
Masukan.vitamin D dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan timbulnya
gejala dan tanda yang mirip dengan hiperkalsemia idiopatik. Keadaan ini
disebabkan karena hipersensitivitas terhadap vitamin D. Gejala dan tanda tersebut
timbul setelah 1-3 bulan pemberian vitamin D dengan dosis tinggi. Secara klinis
akan nampak hipotonia, anoreksia, iritabilitas, konstipasi, polidipsia, poliuria, dan
pucat Juga dijumpai hiperkalsemia dan hiperkalsiuria, dehidrasi, stenosis katup
aorta, muntah, hipertensi, retinopatia, perkabutan kornea dan konjungtiva.
Dalam air kemih dijumpai adanya proteinuria, Bila terus diberikan vitamin D dalam
dosis tinggi akan terjadi kerusakan ginjal dan kalsifikasi metastasis. Gambaran
radiologik tulang panjang menunjukkan adanya kalsifikasi metastasis dan os-
teoporosis umum. Segera hentikan penggunaan vitamin D dan kurangi kalsium.
Untuk bayi dengan gejala hipervitaminosis berat, dapat diberikan aluminium
hidroksida oral, kortison, atau natrium versenat.3
2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi :
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri.
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks
yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut:14
Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Ketentuannya adalah 1 tahun
adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan
penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan.14
Berat Badan
Berat badan merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai status nutrisi, dimana
hasilnya dapat menaksir kebutuhan energi dan memonitor respons dari terapi yang
telah diberikan. Kehilangan berat badan dapat terjadi secara cepat pada pasien dengan
trauma atau stres metabolik. Penurunan berat badan kemungkinan menunjukkan
adanya pengurangan massa otot yang disebabkan oleh masukan kalori yang tidak
adekuat atau adanya hipermetabolisme. Adanya edema dan status hidrasi harus
dipertimbangkan dalam mengevaluasi.14
Rumus perkiraan Berat badan menurut Behrman:
• 3-12 bulan : [Umur (bulan) + 9]
2
Tinggi Badan
Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala sampai telapak kaki. Jarak ini merupakan
penjumlahan dari tinggi tulang tengkorak, panjang tulang belakang, dan panjang
ekstremitas bawah. Pengukuran tinggi/panjang badan merupakan pemeriksaan penting,
karena pertumbuhan linier merupakan marker untuk tumbuh kembang dan juga
malnutrisi jangka panjang. Pengukuran panjang badan bayi dan anak-anak sampai usia
24 bulan dilakukan pada posisi terlentang dengan menggunakan length board. Untuk
anak di atas usia 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan menggunakan stadiometer
pada posisi berdiri tegak dan mata memandang lurus ke depan, belakang kepala,
punggung, pantat dan tumit menempel pada alat pengukur panjang pada dinding tegak
lurus.14
Perkiraan tinggi badan menurut Behrman:
• 2-12 tahun : [Umur (tahun) x 6] + 77
Untuk menentukan status gizi menggunakan beberapa langkah. Langkah pertama
adalah dengan melihat berat badan dan umur anak disesuaikan dengan grafik KMS
(Kartu Menuju Sehat). Bila dijumpai berat badan di bawah garis merah (BGM) maka
dilanjutkan dengan langkah menentukan status gizi balita dengan menghitung berat
badan terhadap tinggi badan (BB/TB) berdasarkan standar WHO-NCHS. Dinyatakan
gizi buruk bila BB/TB <-3 SD standar WHO-NCHS.17,18,19
>120% = obesitas
>110-120% = overweight
> 90-110% = gizi baik
70-90% = gizi kurang
< 70% = gizi buruk
DAFTAR PUSTAKA