Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses

pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang

peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu

proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan

siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Kemudian, dalam pembelajaran terjadi namanya proses

penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga

menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena

itu, guru harus dapat memilih metode yang didukung oleh teori

yang tepat, sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2014: 131) bahwa

saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode

pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran yang lebih baik.


Sebagaimana yang kita ketahui bahwa belajar

merupakan hal yang penting dalam pendidikan. Tentu saja

dalam proses belajar terdapat teori-teori yang memunculkan

adanya belajar. Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus

mengembangkan teori-teori belajar sebagai temuan mereka

untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era

globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang

memunculkan adanya teori-teori belajar yang baru guna

menyempurnakan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Salah

satu teori yang tepat untuk meningkatkan kuliatas belajar yaitu

teori pemrosesan.

Teori pemrosesan ini didasari oleh asumsi bahwa

pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting. Dalam

proses pembelajaran terjadi adanya proses informasi

kemudian diolah sehingga menciptakan suasanya yang

terencana, dan suasana pembelajaran yang mendukung. Teori

pemrosesan informasi ini merupakan teori kognitif tentang

belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan

pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000:


175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang

memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu

yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu

strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua

informasi diproses dalam otak melalui beberapa indera.

Teori kognitif lebih menekankan pada proses

belajar daripada hasil belajarnya. Proses belajar tidak hanya

sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon

melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi

serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan

tujuan belajarnya. Teori belajar kognitif ini merupakan teori

belajar umum yang dapat di terapkan dalam materi apapun,

termasuk juga dalam pembelajaran matematika.

Zulkardi (2011:111) mata pelajaran matematika

menekankan pada konsep. Yang berarti dalam mempelajari

matematika siswa harus memahami konsep dasar matematika

terlebih dahulu, sedangkan pada saat ini penguasaan siswa

terhadap konsep-konsep matematika masih lemah sehingga

matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar dan sulit


untuk dipahami. Untuk mencapai pemahaman konsep siswa

dalam matematika bukanlah hal yang mudah karena

kemampuan pemahaman tiap siswa berbeda dalam memahami

konsep-konsep matematika.

Mengingat matematika berkenaan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan

penalarannya deduktif, maka proses belajar harus dilakukan

secara kontinu (Hudojo, 1988). Di dalam belajar

matematika terjadi juga proses berfikir dan dalam proses

berfikir itu terjadi pemrosesan informasi,yaitu konsep

matematika yang ada dalam pikiran diproses sehingga

terjadi penyimpanan konsep baru, pemanggilan kembali

konsep yang sudah ada sebelumnya, atau pengaitan antara

konsep yang sudah ada dengan konsep yang baru masuk.

Hal ini sesuai dengan pendapat Resnick (1981) bahwa

dalam psikologi pemrosesan informasi memfokuskan pada

struktur pengetahuan dan pada mekanisme dimana

pengetahuan dimanipulasi, ditransformasi dan dihasilkan dari

proses beberapa pemecahan masalah. Pemrosesan informasi


didalam pikiran berlangsung terus-menerus selama adanya

informasi baru yang masuk dalam pikiran. Oleh karena itu

teori pemrosesan informasi dapat digunakan dalam proses

belajar matematika.

Informasi yang di peroleh akan lebih mudah

diproses jika dalam informasi tersebut telah terorganisir

dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Schunk (2012

: 262) materi-materi yang teroganisir akan meningkatkan

memori karena item-itemnya dihubungkan antara satu

dengan yang lain secara sistematis. Semakin tertata

informasi yang di sajikan, semakin mudah untuk

mengingatnya.

Informasi yang telah diterima akan menjadi

encodingdan proses selanjutnya akan disimpan dalam

memori. Memori dijadikan tempat penyimpanan informasi

yang telah di alami sehingga memori berfungsi untuk

menghubungkan kejadian yang lalu dengan kejadian

yang sekarang dan kejadian yang akan datang. Komponen

pemrosesan informasi dari penyimpanan ini ada tiga


komponen penyimpanan memori yaitu: (1) Memori sensori,

(2) Memori jangka pendek (short tern memory), (3)

Memori jangka panjang (long tern memory). Hudojo (1988)

memori jangka pendek dan jangka penjang pada dasarnya

tidak berbeda, yang berbeda adalah fungsinya. Informasi baik

dari memori jangka pendek maupun dari jangka panjang

bila diungkapkan akan melalui generator respon (penghasil

respon), yang berfungsi untuk mentrasformasikan informasi

yang telah dipanggil kedalam tindakan yang menghasilkan

tingkah laku yang dapat diamati. Artinya bahwa informasi

telah diproses dan telah terjadi proses belajar. Oleh karena

itu, pemakalah akan mengkaji salah satu teori belajar yaitu

teori pemrosesan informasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Untuk mendapatkan makalah yang terarah diperlukan

adanya rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang diatas

dapat kita rumuskan masalah yang ada sebagai berikut :


1. Bagaiman pengertian teori pembelajaran pemrosesan

informasi?

2. Bagaimana inti teori pemrosesan informasi?

3. Jelaskan karakteristik teori pemrosesan informasi?

4. Apa kelebihan dan kelemahan teori pemrosesan

informasi?

5. Bagaimana contoh teori pemrosesan informasi?

1.3 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk

menjawab masalah-masalah dalam makalah yaitu:

1. Mengetahui pengertian teori pembelajaran pemrosesan

informasi.

2. Mengetahui inti dari teori pemrosesan informasi.

3. Memahami karakteristik teori pemrosesan informasi.

4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori pemrosesan

informasi.

5. Mengetahui contoh teori pemrosesan informasi.


1.4 MANFAAT PEMBUATAN MAKALAH

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat

baik secara teoretis dan secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Isi makalah ini daharapkan dapat bermanfaat untuk

dijadikan acuan untuk penelitian.

b. Isi makalah ini diharapkan bermanfaat bagi

kalangan mahasiswa dan pembaca yaitu menambah

wawasan, pengetahuan tentang teori pemrosesan

informasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemakalah diperoleh manfaat dan penerapan

dari teori pemrosesan informasi di kelas.

b. Makalah ini juga diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran tentang teori pemrosesan

informasi.

c. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai informasi

dan pengetahuan tentang teori pemrosesan

informasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Pemrosesan Informasi

Menurut Robert M Gagne, belajar dipandang sebagai

proses pengolahan informasi. Robert M. Gagne adalah seorang

psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal

dengan penemuannya berupa Condition Of Learning. Menurut


Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan

informasi, untuk kemudian diolah, sehingga menghasilkan

keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan

informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi

internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi

internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan

untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi

dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah

rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu

dalam proses pembelajaran. Asumsi yang mendasari teori

pemrosesan informasi Robert M Gagne adalah bahwa

pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam

perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari

pembelajaran.

Teori pemrosesan informasi menjelaskan pemrosesan,

penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari

otak. Peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi informasi

dari input atau stimulus ke output atau respon. Teori

pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang


menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan

kembali pengetahuan yang dikontrol oleh otak. Teori ini

menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah

informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.

Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu

yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam

otak melalui beberapa indera.

Jadi teori pemrosesan ini memandang bahwa belajar

adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi,

menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang

dikontrol oleh otak.

2.2 Inti Teori Pemrosesan Informasi

Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif

tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan,

dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini

menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah

informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.

Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu


yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam

otak melalui beberapa indera. Komponen pertama dari sistem

memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah

register pengindraan. Register pengindraan menerima sejumlah

besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu

yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak

terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam

register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan

hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua

implikasi penting dalam pendidikan.

Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu

informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang

memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang

dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran.

Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai

persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti

penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status

mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan

banyak faktor lain. Informasi yang dipersepsi seseorang dan


mendapat perhatian,akan ditransfer ke komponen kedua dari

sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka

pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah

terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk

menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah

memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya

berkali-kali.

Dalam suatu kegiatan belajar, seseorang menerima

informasi dan kemudian mengolah informasi tersebut di dalam

memori. Pemrosesan informasi dalam memori manusia

diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu Register

Pengindraan, Memori Jangka Pendek, dan Memori Jangka

Panjang. Contoh model pemrosesan informasi dipaparkan

dalam gambar 2.1 berikut (Insriani, 2011: 100).


Gambar 2.1

a. Pentingnya Pengetahuan Awal

Seorang pembelajar (siswa/mahasiswa) mengalami

kesulitan dalam memahami suatu pentahuan tertentu, yang

salah satu penyebabnya karena pengetahuan baru yang diterima

tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan sebelumnya, atau

mungkin pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki. Dalam

hal ini, maka pengetahuan awal menjadi syarat utama dan

menjadi sangat penting bagi pembelajaran untuk dimilikinya.

Pengetahuan awal (prior knowledge) adalah sekumpulan


pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh

sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawa

kepada suatu pengalaman belajar baru (Nur dalam Trianto,

2014:11).

b. Register Pengindraan

Register pengindraan menerima sejumlah besar

informasi dari indra penglihatan, pendengaran, peraba,

pembau, dan pengecap. Register pengindraan disimpan dalam

waktu yang sangat singkat (tidak lebih dari dua detik). Bila

tidak terjadi proses terhadap informasi yang disimpan dalam

register pengindraan itu, maka dengan cepat informasi itu akan

hilang. Karena keterbatasan kemampuan dan banyaknya

informasi yang masuk, tidak semua informasi bisa diolah.

Informasi yang baru saja diterima ini disimpan dalam suatu

ruang sementara (buffer) yang disebut sensory memory.

Durasi suatu informasi dapat tersimpan di dalam

sensory memory ini sangat singkat, kurang dari 1/2 sekon

untuk informasi visual dan sekitar 3 sekon untuk informasi


audio. Tahap pemrosesan informasi tahap pertama ini

sangatpenting karena menjadi syarat untuk dapat melakukan

pemrosesan informasi di tahap berikutnya, sehingga perhatian

pembelajar terhadap informasi yang baru diterimanya ini

menjadi sangat diperlukan. Pembelajar akan memberikan

perhatian yang lebih terhadap informasi jika informasi tersebut

memiliki fitur atau ciri khas yang menarik dan jika informasi

tersebut mampu mengaktifkan pola pengetahuan yang telah

dimiliki sebelumnya (prior knowledge).

Keberadaan register pengindraan mempunyai dua

implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus

menaruh perhatian pada suatu informasi, bila informasi itu

harus diingat. Kedua, sesorang memerlukan waktu untuk

membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat

masuk ke dalam kesadarannya.

Register pengindraan ini, mengalami proses awal

dengan melalui:
1) Persepsi, suatu interprestasi seseorang terhadap

ransangan. Presepsi dipengaruhi status mental,

pengalaman masa lalu, dan motivasi.

2) Psikologi gestal, suatu presepsi yang dipandang secara

keseluruhan darfi suatu sensasi yang memmiliki makna

yang lebih dari bagian-bagian sensasi itu. Prinsip ini

mengilustrasikan dengan prinsip closure (melengkapi)

sehingga presepsi menjadi sederhana dan logis.

3) Perhatian, merupakan sumberdaya terbatas. Cara untuk

memperoleh perhatian siswa dengan menngunakan

isyarat dengan ucapan (mengeraskan), pengulangan,

atau mengatur posisi untuk mengkomunikasikan pesan

penting (Trianto, 2014: 35).

Seluruh informasi yang masuk, sebagian kecil yang

disimpan oleh otak untuk selanjutnya diteruskan ke memori

jangka pendek, sedangkan selebihnya hilang dari sistem.

c. Memori Jangka Pendek

Sistem penyimpanan memori jangka pendek, dalam

jumlah yang terbatas dan dalam waktu yang terbatas (beberapa


detik). Menurut Miller (dalam Trianto, 2014: 35) memori

jangka pendek mempunyai kapasitas 5-9 bits informasi. Durasi

suatu informasi tersimpan di dalam memori jangka pendek

adalah 15 – 20 sekon. Durasi penyimpanan di dalam memori

jangka pendek ini akan bertambah lama, bisa menjadi sampai

20 menit, jika terdapat pengulangan informasi.

Informasi yang masuk ke dalam memori jangka pendek

berangsur-angsur menghilang ketika informasi tersebut tidak

lagi diperlukan. Jika informasi dalam memori jangka pendek

ini terus digunakan, maka lama-kelamaan informasi tersebut

akan masuk ke dalam tahapan penyimpanan informasi

berikutnya, yaitu memori jangka panjang.

Proses mempertahankan suatu butir informasi dalam

memori jangka pendek dengan cara mengulang-ulang,

menghafal (rehearshal). Menghafal sangat penting dalam

belajar, karena semakin lama suatu butir tinggal di dalam

memori jangka pendek, semakin besar kesempatan butir itu

akan ditransfer ke memori jangka panjang.

d. Memori Jangka Panjang


Memori jangka panjang adalah tempat di mana

pengetahuan disimpan secara permanen, untuk dipanggil lagi

kemudian apabila ingin digunakan (Arends dalam Trianto, 2014:

36). Memori ini mempunyai kapasitas yang sangat besar untuk

menyimpan sejumlah informasi. Memori jangka panjang

merupakan bagian dari system memori di otak, sebagai tempat

menyimpan informasi untuk periode waktu yang panjang.

Informasi yang tersimpan di dalam memori jangka panjang

diorganisir ke dalam bentuk struktur pengetahuan tertentu, atau

yang disebut dengan skema. Skema mengelompokkan elemen-

elemen informasi sesuai dengan bagaimana nantinya informasi

tersebut akan digunakan, sehingga skema memfasilitasi akses

informasi di waktu mendatang ketika akan digunakan (proses

memanggil kembali informasi).

Dengan demikian, keahlian seseorang berasal dari

pengetahuan yang tersimpan dalam bentuk skema di dalam

memori jangka panjang, bukan dari kemampuannya untuk

melibatkan diri dengan elemen-elemen informasi yang belum

terorganisasi di dalam memori jangka panjang. Penyimpanan


informasi dalam memori jangka panjang dapat diumpamakan

seperti peristiwa yang terjadi pada penulisan data ke dalam

disket atau hardisk komputer atau pun perekaman suara ke

dalam kaset. Kapasitas penyimpanan dalam memori jangka

panjang ini dapat dikatakan tak terbatas besarnya dengan durasi

penyimpanan seumur hidup. Kapasitas penyimpanan disebut

takterbatas dalam arti bahwa tidak ada seseorang pun yang

pernah kekurangan “ruang” untuk menyimpan informasi baru,

berapa pun umur orang tersebut. Durasi penyimpanan seumur

hidup diartikan sebagai informasi yang sudah masuk di dalam

long-term memory tidak akan pernah hilang, meskipun bisa.

Tulving (dalam Trianto, 2014: 36), membagi memori

jangka panjang menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Memori episodik, memori yang menyimpan gambaran

atau bayangan mental yang dilihat atau didengar dari

pengalaman pribadi. Informasi disimpan dalam bentuk

gambaran atau bayangan yang diorganisasikan

berdasarkan waktu peristiwa itu terjadi. Memori

episodic sering sulit untuk dipanggil kembali, karena


sebagian besar episode dalam kehidupan kita sering

berulang-ulaang.

2) Memori semantik, menyimpan fakta dan pengetahuan

umum atau generalisasi informasi yang diketahui;

konsep, prinsip, atau aturan yang bagaimana

menggunakannya, serta terampil memecahkan masalah.

Informasi disimpan dalam bentuk jaringan hubungan

yang saling berkaitan yang disebut skemata.

Implementasi dari teori skemata adalah bahwa

informasi baru yang cocok masuk kedalam suatu skema

yang telah dikembangkan dengan baik terserap jauh

lebih cepat dari pada informasi yang tidak cocok masuk

kedalam suatu skema.

3) Memori prosedural, kemampuan untuk mengingat

bagaimana melakukan sesuatu, khususnya tugas fisik.

Memori ini disimpan dalam sederatan pasangan stimulus-

respon yang kompleks. Memori jangka panjang ini dapat

diperkuat dengan beberapa cara:


1. Tingkat pemrosesan, semakin menarik perhatian

secara detail suatu stimulus, maka semakin banyak

pemrosesan mental yang harus dilakukan terhadap

stimulus sehingga semakin banyak mengingat

stimulus itu.

2. Kode ganda, informasi yang disajikan baik secara

visual maupun secara verbal diingat lebih baik

daripada informasi yang hanya disajikan dengan

salah satu cara.

3. Pemrosesan transfer-cocok, memori lebih kuat dan

bertahan lebih lama jika kondisi kerjanya serupa

dengan kondisi saat informasi itu dipelajari.

Kekuatan dan keawetan memori tidak hanya

tergantung pada kedalaman pemrosesan, tetapi juga

kesamaan antara kondisi materi itu dipelajari dan

kondisi materi itu diperlukan.


Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan

keluaran dari pemrosesan yang berupa kecakapan manusia

(Human Capabilities) yang terdiri atas:

1. Informasi Verbal

Informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa

informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau

kalimat) baik secara tertulis atau lisan. Informasi verbal adalah

berupa pemberian nama atau label terhadap suatu benda atau

fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan

mengenai berbagai hal dalam bentuk verbal. Contoh, siswa

dapat menyebutkan dalil Phytagoras yang berbunyi, “pada

segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan

jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya.

2. Kecakapan Intelektual

Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam

melakukan interaksi dengan lingkungan yang menggunakan

simbol-simbol. Misalnya simbol- simbol dalam bentuk

matematik, seperti penambahan, pengurangan, pembagian,

perkalian dan sebagainya. Kecakapan intelektual ini mencakup


kecakapan dalam membedakan (diskriminasi). Konsep

intelektual sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan

masalah.

Kecakapan intelektual merupakan kemampuan untuk

dapat memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan

memecahkan masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut

diperoleh melalui belajar. Kapabilitas keterampilan intelektual

menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu,

belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian

gerak, belajar rangkaian verbal, belajar memperbedakan,

belajar pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan, dan

belajar pemecahan masalah. Tipe belajar tersebut terurut

kesukarannya dari yang paling sederhana (belajar isyarat)

sampai kepada yang paling kompleks belajar pemecahan

masalah.

a. Belajar Isyarat

Belajar isyarat adalah belajar yang tidak diniati atau

tanpa kesengajaan, timbul sebagai akibat suatu rangsangan


(stimulus) sehingga menimbulkan suatu respon emosional pada

individu yang bersangkutan.

Sebagai contoh, sikap guru yang sangat menyenangkan

siswa, dan membuat siswa yang mengikuti pelajaran guru

tersebut menyenangi pelajaran yang diajarkan oleh guru

tersebut. Contoh yang lain, misal pada suatu kelas yang

diberikan pelajaran geometri, seorang anak yang tak dapat

mengerjakan soal geometri tersebut dicemoohkan oleh guru.

Karena cemoohan guru tersebut anak tidak dapat menyenangi

pelajaran matematika.

b. Belajar Stimulus Respon

Belajar stimulus respon adalah belajar untuk merespon

suatu isyarat, berbeda dengan pada belajar isyarat pada tipe

belajar ini belajar yang dilakukan diniati atau sengaja dan

dilakukan secara fisik. Belajar stimulus respon menghendaki

suatu stimulus yang datangnya dari luar sehingga menimbulkan

terangsangnya otot-otot kemudian diiringi respon yang

dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang terpadu

antara stimulus dan respon.


Contoh : siswa menirukan guru menyebutkan persegi

setelah gurunya menyebutkan persegi; siswa mengumpulkan

benda persegi setelah disuruh oleh gurunya.

c. Belajar Rangkaian Gerak

Belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan

jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon.

Setiap stimulus respon dalam suatu rangkaian berhubungan erat

dengan stimulus respon yang lainnya yang masih dalam

rangkaian yang sama.

Sebagai contoh, misalnya seorang anak akan

menggambar sebuah lingkaran yang pusat dan panjang jari-

jarinya diketahui. Untuk melakukan kegiatan tersebut anak tadi

melakukan beberapa langkah terurut yang saling berkaitan satu

sama lain. Kegiatan tersebut terdiri dari rangkaian stimulus

respon, dengan langkah-langkah sebagai berikut : anak

memegang sebuah jangka, meletakkan salah satu ujung jangka

pada sebuah titik yang telah ditentukan menjadi pusat lingkaran

tersebut, kemudian mengukur jarak dari titik tadi, setelah itu


meletakkan ujung jangka lainnya sesuai dengan panjang jari-

jari, lalu memutar jangka tersebut.

d. Belajar Rangkaian Verbal

Kalau tadi pada belajar rangkaian gerak merupakan

perbuatan jasmaniah, maka pada belajar rangkaian verbal

merupakan perbuatan lisan. Jadi, belajar rangkaian verbal

adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih

stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam satu rangkaian

berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih dalam

rangkaian yang sama.

Contoh, ketika mengamati suatu benda terjadilah

hubungan stimulus respon yang kedua, yang memungkinkan

anak tersebut menamai benda yang diamati tersebut. Contoh

dalam matematika, seorang anak mengamati sebuah segi empat

tegak yang keempat sisi-sisinya sama panjang, maka nama segi

tersebut adalah persegi.

e. Belajar Memperbedakan

Belajar memperbedakan adalah belajar membedakan

hubungan stimulus respon sehingga bisa memahami


bermacam-macam objek fisik dan konsep, dalam merespon

lingkungannya, anak membutuhkan keterampilan-keterampilan

sederhana sehingga dapat membedakan suatu objek dengan

objek lainnya, dan membedakan satu simbol dengan simbol

lainnya. Terdapat dua macam belajar memperbedakan yaitu

memperbedakan tunggal dan memperbedakan jamak.

Contoh memperbedakan tunggal. “siswa dapat

menyebutkan segitiga sebagai lingkungan tertutup sederhana

yang terbentuk dari gabungan tiga buah ruas garis”. Contoh

memperbedakan jamak, siswa dapat menyebutkan perbedaan

dari dua jenis segitiga berdasarkan besar sudut dan sisi-sisinya.

Berdasarkan besar sudut yang paling besar adalah sudut siku-

siku dan sisi terpanjang adalah sisi miringnya, sementara pada

segitiga sama sisi besar sudut-sudutnya sama begitu pula

dengan besar sisi-sisinya.

f. Belajar Pembentukan Konsep

Belajar Pembentukan Konsep adalah belajar mengenal

sifat bersama dari benda-benda konkret, atau peristiwa untuk

mengelompokkan menjadi satu.


Misalnya untuk memahami konsep persegi panjang

anak mengamati daun pintu rumah (yang bentuknya persegi

panjang), papan tulis, bingkai foto (yang bentuknya

persegipanjang) dan sebagainya. Untuk hal-hal tertentu belajar

pembentukan konsep merupakan lawan dari belajar

memperbedakan. Belajar memperbedakan menginginkan anak

dapat membedakan objek-objek berdasarkan karakteristiknya

yang berlainan, sedangkan belajar pembentukan konsep

menginginkan agar anak dapat mengklasifikasikan objek-objek

ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki karakteristik

sama.

g. Belajar Pembentukan Aturan

Aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang

sudah dipelajari. Aturan merupakan pernyataan verbal, dalam

matematika misalnya adalah: teorema, dalil, atau sifat-sifat.

Contoh aturan dalam segitiga siku-siku berlaku kuadrat

sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya.

Dalam belajar pembentukan aturan memungkinkan anak untuk

dapat menghubungkan dua konsep atau lebih. Sebagai contoh,


terdapat sebuah segitiga dengan sisi siku-sikunya berturut-turut

mempunyai panjang 3 cm dan 4 cm. Guru meminta anak untuk

menentukan panjang sisi miringnya. Untuk menghitung

panjang sisi miringnya, anak memerlukan suatu aturan

Pythagoras yang berbunyi “pada suatu segitiga siku-siku

berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi

siku-sikunya”. Dengan menggunakan aturan di atas diperoleh

32 + 42 = 25 = 52, jadi panjang sisi miring yang ditanyakan

adalah 5 cm.

h. Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving)

Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang

lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks daripada tipe belajar

aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar memecahkan

masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat

formulasi penyelesaian masalah.

Contoh : belajar memecahkan masalah, mencari selisih

kuadrat dua bilangan yang sudah diketahui jumlah dan

selisihnya, yaitu:

Misal :
 a + b = 10

 a–b=4

a2 – b2 = ..... Siswa diharapkan

menggunakan aturan bahwa :

a2 – b2 = (a + b) (a – b), sehingga tanpa

mencari a

dan b, siswa

dapat

menemukan :

a2 – b2 = 10 x 4 = 40 .

3. Strategi Kognitif

Strategi kognitif adalah kemampuan untuk

mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir

dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis.

Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga

memungkinkan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir anak

terarah. Contoh tingkah laku akibat kapabilitas strategi

kognitif, adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian

masalah matematika.
4. Sikap

Sikap ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan

individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan

dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai

keadaan didalam diri individu yang akan memberi arah

kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau

rangsangan. Dalam sikap terdapat pemikiran, peradaan yang

menyertai pemikiran, dan kesiapan untuk bertindak.

Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara

tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus

tersebut. Respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu

objek mungkin positif mungkin pula negatif, hal ini tergantung

kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud, apakah

sebagai objek yang penting atau tidak. Contoh, seseorang

memasuki toko buku yang didalamnya tersedia berbagai

macam jenis buku, bila orang tersebut memiliki sikap positif

terhadap matematika, tentunya sikap terhadap matematika yang


dimiliki mempengaruhi orang tersebut dalam memilih buku

matematika atau buku yang lain selain buku matematika.

5. Kecakapan Motorik

Kecakapan motorik ialah hasil pembelajaran yang

berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan

fisik. Dalam pemrosesan informasi terdapat ambatan-

hambatan. Beberapa hambatan teori pemrosesan informasi

antara lain:

 Tidak semua individu mampu melatih memori secara

maksimal

 Proses internal yang tidak dapat diamati secara

langsung

 Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-

informasi yang telah disimpan dalam ingatan

 Kemampuan otak tiap individu tidak sama.

Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas

keterampilan motorik, kita dapat melihatnya dari segi

kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot, serta

anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan


dalam mendemonstrasikan alat-alat peraga matematika

merupakan salah satu contoh tingkah laku kapabilitas ini.

Contoh lain yang lebih sederhana misalnya kemampuan

menggunakan penggaris, jangka, sampai kemampuan

menggunakan alat-alat tadi untuk membagi sama panjang suatu

garis lurus.

Kemudian proses informasi dalam ingatan dimulai dari

proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan

penyimpanan informasi (stroge) dan diakhiri dengan

mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah

disimpan dalam ingatan (retrival). Teori belajar pemerosesan

informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses

internal yang mencakup beberapa tahapan.

1. Encoding adalah proses memasukkan informasi ke

dalam memori. Sistem syaraf menggunakan kode

internal yang merepresentasikan stimulus eksternal.

Dengan cara ini representasi objek/kejadian eksternal

dikodekan menjadi informasi internal dan siap

disimpan.
2. Stroge adalah informasi yang diambilkan dari memori

jangka pendek kemudian diteruskan untuk diproses dan

digabungkan ke dalam memori jangka panjang. Namun

tidak semua informasi dari memori jangka pendek dapat

disimpanKunci penting dalam penyimpanan di memori

jangka panjang adalah adanya motivasi yang cukup

untuk mendorong adanya latihan berulang hal-hal dari

memorijangka pendek.

3. Retrieval adalah hasil akhir dari proses memori.

Mengacu pada pemanfaatan informasi yang disimpan.

Agar dapat diambil kembali, informasi yang disimpan

tidak hanya tersedia tetapi juga dapat diperoleh karena

meskipun secara teoritis informasi yang disimpan

tersedia tetapi tidak selalu mudah untuk menggunakan

dan menempatkannya.

Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan

tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup

beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa

pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi


mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar

adalah:

1. Menarik perhatian

2. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa

3. Merangsang ingatan pada pra syarat belajar

4. Menyajikan bahan peransang

5. Memberikan bimbingan belajar

6. Mendorong unjuk kerja

7. Memberikan balikan informative

8. Menilai unjuk kerja

9. Meningkatkan retensi dan alih belajar Keunggulan

strategi pembelajaran yang berpijak pada teori

pemrosesan informasi:

a. Cara berpikir yang berorientasi pada proses leboh

menonjol

b. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek

c. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap

d. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar

kepada tujuan yang ingin dicapai


e. Adanya transfer belajar pada lingkungan

kehidupan yang sesungguhnya

f. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai

irama masing- masing individu

g. Balikan informativ memberikan rambu-rambu

yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah

dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang

diharapkan.

2.3 Karakteristik Pemrosesan Informasi

Pemrosesan Informasi ini maksudnya adalah bagaimana

seseorang dapat memperoleh sejumlah informasi dan dapat

diingat dalam waktu yang cukup lama. Menurut Robert Siegler,

ada tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan

informasi: proses berpikir, mekanisme pengubah, dan

modifikasi diri.

2.3.1 Proses Berfikir

Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan

informasi,dengan penjelasan ketika anak merasakan, kemudian


melakukan penyandian, merepresentasikan, dan menyimpan

informasi, maka proses inilah yang disebut dengan proses

berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan

menyimpan informasi terbatas pada satu waktu. Proses berfikir

merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan

konsep dalam belajar yaitu berupa kategori-kategori yang

mengelompokkan objek, kejadian dan karakteristik

berdasarkan properti umum.

Konsep merupakan elemen dari kognisi yang membantu

menyederhanakan dan meringkas informasi. Konsep dibedakan

menjadi 2, yaitu:

a. Konsep konkret adalah suatu pengertian yang

menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik.

Konsep ini mewakili golongan benda tertentu, meja,

kursi, lemari, dan sebagainya; golongan sifat tertentu,

warna, sifat, bentuk, dan sebagainya; golongan

perbuatan tertentu, duduk, lari, meloncat, dan

sebagainya.
b. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang

mewakili realitas hidup, tetapi bukan lingkungan

hidup fisik. Misalnya lingkaran adalah garis yang

berbentuk bundar yang mempunyai jari-jari yang sama

panjang.

2.3.2 Mekanisme Pengubah

Siegler berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus

utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam

perkembangan. Ada empat mekanisme yang bekerja untuk

menciptakan perubahan dalam ketrampilan kognitif anak :

a. Encoding (penyandian)

Encoding adalah proses memasukkan informasi ke

dalam memori. Seperti halnya teori Gagne yang menyatakan

informasi dipilih secara selektif, maka dalam encoding

menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan

informasi yang tidak relevan adalah aspek utama dalam

problem solving. Namun, anak membutuhkan waktu dan usaha

untuk melatih encoding ini, agar dapat menyandi secara

otomatis. Encoding adalah proses memasukkan informasi ke


dalam memori. Siegler mengatakan bahwa aspek utama dari

pemecahan problem adalah menyandikan informasi yang

relavan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Karena

biasanya dibutuhkan waktu dan usaha untuk menyusun strategi

baru, anak harus melatihnya untuk melaksanakan peyandian

secara otomatis maksimalkan efektivitasnya.

b. Otomatisitas

Istilah otomatisitas (automaticity) adalah kemampuan

untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha.

Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman,

pemrosesan informasi menjadi makin otomatis, dan anak bisa

mendeteksi hubungan-hubungan baru antara ide dan kejadian.

c. Konstruksi Strategi

Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru

untuk memproses informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan

bahwa anak perlu menyajikan informasi kunci untuk suatu

problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan

pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan

masalah.
d. Generalisasi

Agar mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu,

diperlukan generalisasi. Anak perlu melakukan generalisasi,

atau mengaplikasikan, strategi pada problem lain. Transfer

terjadi saat anak mengaplikasikan pengalaman dan

pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau memecahkan

problem dalam situasi yang baru.

2.3.3 Modifikasi Diri

Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara

mendalam tertuang dalam metakognisi, yang berarti kognisi

atau kognisi atau mengetahui tentang mengetahui, yang di

dalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif dengan

aktivitas kognitif. Pengetahuan kognitif melibatkan usaha

monitoring dan refleksi pada pemikiran seseorang pada saat

sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara

sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka

pada saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu tujuan.

2.4 Analisis Kelebihan dan Kelemahan Pemrosesan

Informasi
2.4.1 Analisis Kelebihan

Dengan menggunakan teori pemrosesan informasi akan

membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir dalam

kegiatan pembelajaran. Siswa akan berusaha mengaitkan suatu

kejadian atau proses pembelajaran yang menarik dengan materi

yang disampaikan, karena dalam teori pemrosesan informasi

guru atau pendidik dituntut untuk kreatif dalam memberikan

pengajaran terhadap peserta didik. Yang dimaksud guru kreatif

tersebut adalah guru mampu menyajikan materi pembelajaran

dengan menggunakan alat bantu dan metode penyampaian

yang dapat menarik siswa sehingga, siswa akan mudah

mengingat dan memahami materi yang di sampaikan.

2.4.2 Analisis Kelemahan

Jika seorang guru tidak bisa menyampaikan materi

pembelajaran dengan metode dan alat bantu yang dapat

menarik siswa, maka proses pembelajaran akan terasa

membosankan. Sehingga tidak akan menarik perhatian siswa

yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.

Selain itu apabila menghadapi siswa atau peserta didik yang


benar-benar tidak mampu diajak untuk aktif berfikir maka akan

terjadi ketidaksingkronan antara pendidik dan peserta didik

sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

2.5 Contoh Teori Pemrosesan Informasi

C. Contoh Pengajaran Konsep

Konsep : Fungsi

Kelas : II SMU
A. Persiapan
1. Tujuan: Siswa dapat menunjukkan relasi yang merupakan
fungsi

2. Analisis konsep
Definisi :

Suatu fungsi f dari X ke Y ialah suatu aturan yang

memetakan setiap unsur ketepat satu unsur .


Unsur y ini disebut bayangan unsur x, atau

disebut juga nilai fungsi pada x, dan ditulis


Latar belakang : himpunan X, himpunan Y
Genus : aturan pemetaan

Simbol : , , ,
: fungsi f dari X ke Y
Ungkapan
Contoh :

himpunan
himpunan

Aturan pemetaan dari X ke Y didefinisikan oleh


Aturan pemetaan disebut fungsi dari x ke y
Non contoh :

himpunan himpunan
aturan pemetaan dari Y ke X
didefinisikan oleh

pemetaan dari Y ke X bukan fungsi Ungkapan Notasi :

F fungsi dari X ke Y 3. Pelaksanaan


kegiatan di kelas

Dalam kegiatan mengajar belajar ditempuh prosedur sbb:

Persiapan Belajar
Kondisi internal yang ada pada diri siswa adalah harapan untuk mengetahui
konsep fungsi, konsep prasyarat yaitu himpunan dan relasi. Stimulus yang perlu
diberikan oleh guru adalah menarik perhatian siswa, dengan menunjukkan manfaat
konsep fungsi serta memberitahu tujuan mempelajari konsep fungsi. Disamping itu
guru membangkitkan ingatan siswa tentang konsep himpunan dan relasi antara
himpunan.

Pada bagian ini diharapkan konsep prasyarat yang perlu dimiliki siswa terpanggil
dari ingatan jangka panjang, dan siswa siap menerima pelajaran baru.

Perolehan dan Perbuatan


Kondisi internal yang dimiliki siswa adalah kesiapan untuk belajar konsep
fungsi, dengan memiliki konsep prasyarat yaitu konsep himpunan dan konsep relasi.
Stimulus yang diperlukan adalah menunjukkan 2 himpunan yang saling berelasi,
selanjutnya meminta siswa untuk menunjukkan karakter khusus relasi tersebut.

Misalnya : Siswa diminta memperhatikan gambar berikut:


X Y

Gambar 7 : Hubungan Antar Dua Himpunan


Melalui tanya jawab siswa diarahkan untuk melihat karakteristik pasangan
kedua himpunan tersebut, dengan pertanyaan: apakah ada anggota X yang tidak
memiliki pasangan di Y?. Jika tidak ada, berarti setiap anggota X dipetakan dengan
tepat satu unsur di Y. Hubungan (relasi) seperti ini disebut fungsi dari X ke Y.
Selanjutnya siswa diminta menyebutkan syarat-syarat suatu relasi disebut fungsi.

Berdasarkan pemahaman tersebut guru menguraikan komponen konsep fungsi


dan meminta siswa untuk mencoba mendefinisikan fungsi sebagai suatu relasi
khusus.

Selanjutnya ditunjukkan relasi yang merupakan fungsi dan relasi yang bukan
fungsi. Misalnya:

Diberikan himpunan X = dan Y=

Aturan pemetaan dari X ke Y didefinisikan oleh . Melalui tanya jawab siswa


diarahkan untuk menunjukkan bahwa relasi yang didefinisikan oleh
merupakan fungsi X ke Y. Untuk noncontoh, siswa diarahkan bahwa relasi dari Y ke
X bukan fungsi. Sasaran: Siswa memahami relasi yang merupakan fungsi serta dapat
menunjukkan suatu relasi yang merupakan fungsi, dapat mengklasifikasi contoh dan
noncontoh dari suatu fungsi.

Alih Belajar. Kondisi internal pada diri siswa adalah pemahaman terhadap konsep,
dan kemampuan mengklasifikasi relasi yang merupakan fungsi dan relasi yang bukan
fungsi.
Untuk menguatkan pemahaman tersebut guru memberikan soal-soal latihan dan
memberi penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa. Misalnya:

a. Diberikan himpunan-himpunan dan

Y = { y / y € Real }

Relasi dari x ke Y didefinisikan oleh y = X + 1.

Apakah relasi dari A ke B merupakan fungsi? Jelaskan jawaban anda.

b. Diberikan himpunan-himpunan

X = { X / X € Asli }dan Y ={ y / y € Bulat } relasi dari x ke Y


didefinisikan oleh y = x.

Apakah relasi dari X ke Y merupakan fungsi? Jelaskan jawaban anda.

Sasaran
Siswa dapat menanpilkan pencapaian tujuan yang diinginkan dalam belajar
konsep konsep fungsi, dan selanjutnya menyimpan pada ingatan jangka panjang
sehingga dapat panggil kembali bila diperlukan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Teori pemrosesan informasi menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan

pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Peristiwa mental diuraikan

sebagai transformasi informasi dari input atau stimulus ke output atau

respon. Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar

yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali

pengetahuan yang dikontrol oleh otak.

3.1.2 Pemrosesan informasi dalam memori manusia diproses dan disimpan

dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu Register Pengindraan, Memori Jangka

Pendek, dan Memori Jangka Panjang. Menurut Gagne hasil pembelajaran

merupakan keluaran dari pemrosesan yang berupa kecakapan manusia yang

terdiri dari: informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap,

dan kecakapan motorik.

3.1.3 Menurut Robert Siegler, ada tiga karakteristik utama dari pendekatan

pemrosesan informasi: proses berpikir, mekanisme pengubah, dan

modifikasi diri.

3.1.4 Kelebihan teori pemrosesan yaitu dengan menggunakan teori pemrosesan

informasi akan membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir

dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berusaha mengaitkan suatu


kejadian atau proses pembelajaran yang menarik dengan materi yang

disampaikan, karena dalam teori pemrosesan informasi guru atau pendidik

dituntut untuk kreatif dalam memberikan pengajaran terhadap peserta

didik. Yang dimaksud guru kreatif tersebut adalah guru mampu

menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan alat bantu dan

metode penyampaian yang dapat menarik siswa sehingga, siswa akan

mudah mengingat dan memahami materi yang di sampaikan.

3.1.5 Serta kekurangannya: Jika seorang guru tidak bisa menyampaikan materi

pembelajaran dengan metode dan alat bantu yang dapat menarik siswa,

maka proses pembelajaran akan terasa membosankan. Sehingga tidak akan

menarik perhatian siswa yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan

pembelajaran. Selain itu apabila menghadapi siswa atau peserta didik yang

benar-benar tidak mampu diajak untuk aktif berfikir maka akan terjadi

ketidaksingkronan antara pendidik dan peserta didik sehingga tujuan

pembelajaran tidak akan tercapai.

3.2 Saran

Dengan memahami teori pembelajaran pemrosesan diharapkan kepada para

pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran hendaknya menciptakan

suasana interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi tantangan, memunculkan

motivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memberikan ruang serta

kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisiknya. Demikian juga untuk para peserta didik, jangan hanya

menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengakses

ilmu dan perkembangannya melalui kemajuan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai