Anda di halaman 1dari 17

1

Deskripsi Singkat

Dalam rangka pelaksanaan pelayanan sarana dan peralatan kesehatan yang meliputi
monitoring evaluasi dan evaluasi, registrasi, akreditasi,dan sertifikasi sarana dan peralatan
kesehatan,perlu dibuat program pembinaan monitoring evaluasi sarana dan peralatan
kesehatan dengan kegiatan pelaksanaan manajement aset dan manajement teknologi peralatan
medik di seluruh satuan kerja kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan..Adapun Ruang lingkup
kegiatan meliputi: pelaksanaan manajemen aset dan manajemen teknologi pada peralatan
medik pada RSUD dan Puskesmas di Provinsi Kalimantan Selatan.

1. Judul Kegiatan

program pembinaan monitoring evaluasi sarana dan peralatan kesehatan dengan kegiatan
pelaksanaan manajement aset dan manajement teknologi peralatan medik di seluruh satuan
kerja kesehatan provinsi Kalimantan Selatan.

2. Lokasi

Kegiatan ini akan beroperasi di 11 Kabupaten dan 2 kotamadya pada 16 rumah sakit milik
pemerintah daerah Kalimantan Selatan (seperti tabel dibawah). Dimana didalam kegiatan
tersebut terdapat potensi optimalisasi cakupan jumlah pasien yang bisa ditangani oleh
peralatan medik yang terjaga mutu dan kualitasnya dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan di 16 Rumah Sakit milik pemerintah daerah Kalimantan Selatan.

Adapun cakupan pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit
tergantung dari ketersediaan dan kondisi laik pakai peralatan medik. Dengan kata lain jika
peralatan medik yang ada rusak atau tidak laik pakai berarti tidak dapat melakukan pelayanan
kesehatan secara optimal.

Perlu di ketahui bahwa investasi yang paling besar dalam suatu rumah sakit adalah peralatan
medik. Dimana sebagian besar investasi peralatan medik di Kalimantan Selatan berada pada
16 rumah sakit pemerintah daerah yang merupakan objek yang tepat untuk Manajemen Aset
dan Manajemen Teknologi Peralatan Medik.

Keberhasilan pelaksanaan Manajemen Aset dan Manajemen Teknologi Peralatan Medik di 16


Rumah Sakit milik pemerintah daerah Kalimantan Selatan diharapkan mampu menghasilkan
suatu efisiensi yang sangat signifikan. Efisiensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu dan bertarif rasional serta terjangkau oleh
masyarakat terutama rakyat miskin sesuai dengan program BPJS.

Kesuksesan dari pelaksanaan program tersebut diatas, diharapkan dapat mendorong


peningkatan kinerja pembinaan, monitoring dan evaluasi dinas Provinsi Kalimantan Selatan.

2
No. Wilayah Kabupaten / Nama Rumah Sakit
Kotamadya

1 Kabupaten Balangan RSUD Balangan

2 Kabupaten Banjar RSUD Ratu Zalecha


RSJD Sambang Lihum

3 Kabupaten Barito Kuala RSUD H. Abdul Aziz

4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan RSUD Brigjend. H. Hasan Basry

5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah RSUD H. Damanhuri

6 Kabupaten Hulu Sungai Utara RSUD Pambalah Batung

7 Kabupaten Kotabaru RSUD Kotabaru

8 Kabupaten Tabalong RSUD H. Badaruddin

9 Kabupaten Tanah Bumbu RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor

10 Kabupaten Tanah Laut RSUD H. Boejasin

11 Kabupaten Tapin RSUD Datu Sanggul

12 Kota Banjarbaru RSUD Banjarbaru

13 Kota Banjarmasin RSUD Ulin


RSUD dr. H. M. Ansari Saleh
RS Gigi & Mulut Gusti Hasan Aman

Tabel 1. daftar rencana lokasi kegiatan pelaksanaan Manajemen Aset dan Manajemen
Teknologi Peralatan Medik pada 13 Kabupaten / Kota di Provinsi Kalimantan Selatan

3
Gambar 1. daftar rencana lokasi kegiatan pelaksanaan Manajemen Aset dan Manajemen
Teknologi Peralatan Medik pada 13 Kabupaten / Kota di Provinsi Kalimantan Selatan

Dalam tahun anggaran 2016 sebagai tahap awal dilakukan pemasangan Hardware dan
Software Manajemen Aset dan Manajemen Teknologi Peralatan Medik dengan Pilot Project
pembuatan database inventaris Rumah Sakit di RSUD dr. H. M. Ansari Saleh.

4
Adapun kegiatan program pembinaan monitoring evaluasi sarana dan peralatan kesehatan
dengan kegiatan pelaksanaan manajement aset dan manajement teknologi peralatan medik di
seluruh satuan kerja kesehatan provinsi Kalimantan Selatan meliputi :

Pelaksanaan Manajemen Pemeliharaan Peralatan Medik Secara Komprehensif

Perencanaan

Pengadaan Peralatan

Manajemen Uji Penerimaan Awal (3)


Garansi (8)

Label laik Pakai Ukuran Standar Pabrik


Garansi Habis

Sistem Manajemen Asset (7) Mekanisme Untuk


Menghindari kegagalan/
Kerusakan (4)
Alat dipakai
Proses dalam Menangani
Peralatan yang Berbahaya
& Terkontaminasi (10)
Rusak
Penanganan kecelakaan &
Bahayanya Akibat Kegagalan
Breakdown Emergency Peralatan Medik (11)
Maintenance (2) Maintenance (on Call) (2)
Pelatihan Operator (12)

Perpustakaan (14)
Troubleshooting
Koordinasi dengan
pelayanan lain (16)
Perbaikan
Uptime (3)

tidak PM (1)
Kajian Penggantian / Korektif rutin (2)
perbaikan (17) QA (6)
Sparepart (13)
Overhoule/upgrade (18)
ya

Kajian Penghapusan (9)


tidak
ya
Proses Penghapusan (9) Pengukuran,
Kalibrasi

Kajian Pengadaan
Alat baru (19)

Gambar 2. Peta kegiatan program pembinaan monitoring evaluasi sarana dan peralatan
kesehatan dengan kegiatan pelaksanaan manajement aset dan manajement teknologi peralatan
medik.

5
3. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Waktu pelaksanaan kegiatan adalah 3 bulan, dari bulan Oktober 2016 s/d Desember 2016.
Adapun rincian tahap, waktu, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan terlampir
(lampiran 1).

4. Latar Belakang
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali (UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit Pasal 40 Ayat 1).Adapun Rumah Sakit yang telah terakreditasi 239 Paripurna, 33
Utama, 16 Madya, dan 16 Dasar, 162 Perdana dari 2424 Rumah Sakit seluruh Indonesia.

Standar Akreditasi Rumah Sakit KARS 2012 terdiri dari Kelompok Standar Pelayanan
Berfokus pada Pasien dan Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit serta Sasaran
Keselamatan Pasien Rumah Sakit tersusun dalam 13 Bab, 374 Standar, dan 1140 Elemen
Penilaian serta Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit meliputi 6 Standar dan 21
Elemen Penilaian.

Manajemen Fasilitas dan Keselamatan meliputi Kepemimpinan dan Perencanaan,


Keselamatan dan Keamanan, Bahan-bahan Berbahaya, Manajemen Kedaruratan,
Pengamanan Kebakaran, Peralatan Medis, Sistem Pendukung / Utiliti, Pendidikan Staf
yang mempunyai 27 Standar dan 85 Elemen Penilaian.
Program pelaksanaan program Pemenuhan Kesesuaian Mutu Manajemen Fasilitas Dan
Keselamatan Komite Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 (JCI) dikhususkan pada
Pelaksanaan Manajemen Teknologi Peralatan Medik Bagi Rumah Sakit, meliputi :
1. Menyusun standar peralatan medik pada jenis pelayanan kesehatan di seluruh Rumah
Sakit.
2. Melakukan kajian kebutuhan teknologi (Teknologi Assesment) peralatan medik baru
maupun penggantian peralatan lama.
3. Pelaksanaan Program untuk mengelola dan memantau unjuk kerja (performance) dari
peralatan, termasuk pengetesan secara rutin, inspeksi awal, pemeliharaan preventif,
perbaikan dan tindakan panggilan darurat, serta kecelakaan.
4. Pelaksanaan Program yang dapat menghitung secara akurat, konsisten dan memantau
total biaya pemeliharaan peralatan, yaitu biaya swakelola (in-house service),
perbaikan oleh pabrik/agen, dan kontrak service oleh pihak ke-3.
5. Membuat kajian dalam seluruh aspek pengadaan peralatan dan keputusan
penggantian, pembangunan pelayanan baru, dan perencanaan gedung baru serta
renovasi.
6. Pengembangan program pelatihan untuk seluruh pemakai peralatan perawatan-pasien
dan untuk teknisi peralatan biomedis.
7. Pelaksanaan Program jaminan kualitas atau Quality Assurance yang berhubungan
dengan penggunaan teknologi termasuk penyediaan peralatan cadangan bagi layanan
beresiko tinggi.
8. Mengelola Manajemen resiko yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi peralatan
medik di Rumah sakit.

6
Pemda provinsi Kalimantan Selatan dan manajemen rumah sakit telah berupaya
melaksanakan kegiatan dan anggaran pemeliharan peralatan medik. Akan tetapi masih jauh
dibawah jumlah yang dibutuhkan (0,5% - 1,4% dari nilai aset), sedangkan idealnya untuk
pengelolaan manajemen aset dan manajemen pemeliharaan peralatan medik yang
komprehensif diperlukan anggaran sebesar 8% - 14% dari nilai aset sesuai standar JCI atau
3% - 5 % dari nilai aset sesuai standar WHO.

Ilustrasi fenomena gunung es dibawah ini menggambarkan biaya-biaya yang terkait dengan
pemanfaatan peralatan medik, yang tampak dan menjadi perhatian hanya biaya pembelian
sedangkan sebagian besar biaya-biaya yang terkait dengan optimalisasi pemanfatan peralatan
medik diantaranya biaya pengoperasian, biaya pemeliharaan, biaya pelatihan, biaya pegawai,
biaya perbaikan, transport dan instalasi, biaya administrasi dan seterusnya tidak terlihat,
bahkan tidak terperhatikan sehingga utilisasinya rendah, penurunan nilai aset yang cepat,
serta jaminan mutu dan keamanan sesuai standar pabrik tidak terjaga.

Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya resiko baik kecelakaan yang tidak diharapkan pada
pasien dan operator, serta resiko finansial.

Gambar 3. Fenomena gunung es

7
Sejauh ini resiko yang terjadi jika peralatan medik tidak dipelihara dengan baik
mengakibatkan beberapa resiko seperti point-point di bawah ini :

Resiko yang berakibat terhadap pasien :

Contohnya: Seorang wanita sedang menjalani biopsi pada payudaranya. Ahli patologi yang
memeriksa segera melaporkan adanya tumor ganas sehingga mastektomi pun dilakukan. Pada
pemeriksaan di hari berikutnya, ditemukan bahwa jaringan pada bagian permanen tersebut
tidak mengandung tumor ganas apa pun. Pasien itu mengklaim bahwa mikrotom beku yang
digunakan oleh ahli patologi tersebut, yang memang merupakan satu-satunya instrumen yang
tersedia di RS untuk tujuan tersebut, sudah usang dan RS lalai karena tidak membeli cryostat
(http://www.freewebs.com/cederaakibatperalatanataulokasi/tanggungjawabrs.htm, tanggal
akses 30 Maret 2010).

Contoh lainnya adalah mengenai kasus Prita Mulyasari (PM) yang salah pemeriksaan hasil
laboratorium, awalnya tes laboratorium hasilnya 27.000 trombosit sehingga didiagnosa sakit
demam berdarah dan disuruh rawat inap, besoknya yaitu pada tanggal 8 Agustus 2008, PM
dikunjungi dokter dan memberikan kabar tentang perubahan thrombosit dari sebelumnya
27.000 menjadi 181.000. PM dihujani suntikan dan obat-obatan, tanpa pemberitahuan jenis
dan tujuan penyuntikan kepada pasien. PM disuntik 2 ampul dan terserang sesak napas
selama 15 menit dan diberikan oxygen. Saat yang sama tangan kanan PM mengalami
pembengkakan. PM mengalami pembengkakan di leher kiri dan mata kiri
(http://www.sumbawanews.com/berita/utama/inilah-kronologis-kasus-prita-mulyasari-
pm.html, tanggal akses 30 Maret 2010).

Pada tahun 1964 terjadi peristiwa kematian seorang anak berusia 14 tahun di sebuah Rumah
Sakit di Philadelphia. Hal ini disebabkan karena kondisi perawatan yang tidak memadai dari
sebuah alat medis yaitu Defibrillator. Kematiannya memberi inspirasi atas kelahiran dari
Emergency Care Resource Institute (ECRI). Sehingga Misi dari ECRI adalah untuk
meningkatkan standar yang tinggi dari keamanan, kualitas dan penghematan biaya didalam
perawatan kesehatan untuk memberikan keuntungan kepada perawatan pasien melalui
penelitian, publikasi, pendidikan dan konsultasi. .
(https://www.ecri.org/ tanggal akses 30 Maret 2010)

Resiko yang terkait dengan hukum adalah :


Dalam kasus-kasus di mana bayi-bayi tewas terbakar dalam inkubator atau anak-anak kecil
terkena luka bakar saat sedang menjalani perawatan, hampir dapat dipastikan bahwa RS
diputuskan bersalah atas kelalaian. Pada saat dilakukan bedah jantung terbuka, seorang anak
kecil menderita luka bakar karena matras panas. Meskipun ada klaim bahwa kecelakaan
tersebut disebabkan oleh adanya cacat laten pada matras dan bahwa cacat tersebut tidak
mungkin ditemukan dengan cara menerapkan standar kehati-hatian yang wajar, tetapi
pengadilan tetap berpendapat bahwa dalam hal peralatan yang berkaitan dengan pembedahan,
RS memiliki tanggung jawab besar untuk melakukan pemeriksaan secara teliti. Oleh sebab
itu, pihak RS dianggap bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut
(http://www.freewebs.com/cederaakibatperalatanataulokasi/tanggungjawabrs.htm, tanggal
akses 30 Maret 2010).

8
Kuasa hukum Juliana, Slamet Yuwono menduga, rumah sakit berlabel internasional itu telah
melakukan malpraktek terhadap 2 putra kembar Juliana, Jared dan Jayden. Tim pengacara
mengatakan, pihaknya akan melaporkan RS dengan pasal 360 KUHP dan pasal 79 UU
Praktek Kedokteran. Dugaan malpraktek tersebut menyebabkan salah satu anak Juliana buta.
peristiwa ini terjadi sekitar setahun yang lalu. Pada 26 Mei 2008, Juliana melahirkan dua
anak kembar prematur. Kedua anak yang diberi nama Jared (1,5 kg) dan Jayden (1,3 kg) itu
dirawat dalam incubator selama 42 hari. Kondisi fisik Jared dan Jayden sebenarnya baik-baik
saja, namun mata kedua bayi tersebut bermasalah. Mata Jayden mengalami silinder 2,5
sedangkan Jared lebih parah karena kedua matanya buta. Diduga, masalah kedua bayi mungil
itu terjadi karena dokter specialis anak yang menangani Jayden dan Jared kurang
mengkontrol bahkan tidak melakukan SOP (Standar Operasional Prosedure). Jared diduga
mengalami kebutaan fatal akibat kelebihan oksigen selama berada di inkubator di ICU
(http://www.forumbebas.com/thread-61933.html, tanggal akses 30 Maret 2010).

Selain resiko yang terkait dengan pasien, peralatan medik harus memenuhi peraturan
perundangan dan kriteria seperti uraian di bawah ini.

Peralatan medik dan non medik harus memenuhi standart pelayanan, persyaratan mutu,
keamanan, keselamatan dan label laik pakai. Peralatan medik dan non medik harus diuji dan
dikalibrasi secara berkala oleh penguji balai fasilitas kesehatan dan atau institusi penguji
fasilitas kesehatan yang berwenang (UU No 44. tentang rumah sakit, pasal 16).

Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit harus menggunakan Standart Operating


Procedure (SOP) yang jelas, tiap jenis pelayanan kesehatan yang diberikan harus didukung
dengan peralatan yang memadai, terpelihara dan terkalibrasi sesuai jadwal. (ISO 9001: 2008
klausul 7.5).

Untuk mengendalikan keakuratan dan kesesuaian hasil dari peralatan medik manajemen
rumah sakit secara berkesinambungan harus melakukan pemeliharaan dan pemantauan fungsi
alat secara seksama (ISO 9001: 2008 klausul 7.6).

Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan harus dilakukan untuk menjamin peralatan memenuhi
standart seperti :
 IEC 601-1-1, First Collateral Standart, published in 1991, dealing with medical
electrical safety.
 IEC 601-1-2, Second Collateral Standart, Electromagnetic compatibility –
requirements and test (BSI Ref 93/503480) April 1993.
 IEC 601-1-3, Third Collateral Standart, dealing with radiation protection of
diagnostics X-ray equipment, second DIS to be circulated in June 1993.
 IEC 601-1-3, Fourth Collateral Standart, dealing with safety of programmable
electronic systems (software safety); firts CD circulated in March 1993. (BSI Ref
93/502723).

Dalam kaitan dengan hal-hal tersebut diatas maka program pembinaan monitoring evaluasi
sarana dan peralatan kesehatan dengan kegiatan pelaksanaan manajement aset dan
manajement teknologi peralatan medik sangat relevan.

Kemampuan Rumah Sakit milik pemerintah daerah Kalimantan Selatan untuk melaksanakan
program pembinaan monitoring evaluasi sarana dan peralatan kesehatan dengan kegiatan
pelaksanaan manajement aset dan manajement teknologi peralatan medik masih sangat

9
terbatas, oleh karena itu PT. GMM berinisiatif mengusulkan program program pembinaan
monitoring evaluasi sarana dan peralatan kesehatan dengan kegiatan pelaksanaan
manajement aset dan manajement teknologi peralatan medik pada rumah sakit di Kalimantan
Selatan, karena merupakan perusahaan yang mampu dan mempunyai kapasitas khusus di
bidang program pembinaan monitoring evaluasi sarana dan peralatan kesehatan dengan
kegiatan pelaksanaan manajement aset dan manajement teknologi peralatan medik.

PT. GLOBALINDO MAINTENANCE MANAGEMENT (PT. GMM) adalah salah satu


perusahaan swasta yang mengkhususkan diri di bidang Biomedical Engineering dan Clinical
Engineering di Indonesia yang telah memiliki laboratorium kalibrasi yang terakreditasi oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN) LK-114-IDN (sertifikat terlampir).

Komite Akreditasi Nasional (KAN) adalah suatu lembaga independent dibawah Badan
Standarisasi Nasional (BSN) yang bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan akreditasi dan
sertifikasi yang mempunyai tugas pokok untuk memberikan akreditasi kepada lembaga-
lembaga sertifikasi (yang antara lain mencakup sistem mutu, produk, personel, pelatihan,
sistem manajemen lingkungan, sistem HACCP dan sistem pengelolaan hutan lestari),
laboratorium penguji/laboratorium kalibrasi serta inspeksi dan akreditasi bidang standarisasi
lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan memberikan saran pertimbangan kepada kepala BSN
dalam menetapkan sistem akreditasi dan sertifikasi.

5. Tujuan Kegiatan
Tujuan akhir dari program ini adalah optimalisasi cakupan jumlah pasien yang bisa ditangani
oleh peralatan medik yang terjaga mutu dan kualitasnya dan peningkatan mutu layanan
kesehatan di rumah sakit di Indonesia. Sasaran awal pada 16 Rumah Sakit milik Pemerintah
Daerah Kalimantan Selatan.Kesuksesan dari pelaksanaan program tersebut diatas, diharapkan
dapat mendorong peningkatan kinerja pembinaan, monitoring dan evaluasi dinas Provinsi
Kalimantan Selatan

Untuk maksud diatas kegiatan yang diusulkan dalam program ini terdiri dari tiga kegiatan,
yaitu: penerapan manajemen aset, penerapan manajemen pemeliharaan, dan kalibrasi
peralatan medik di rumah sakit. Ketiga sub kegiatan ini saling terkait satu sama lain, bahkan
merupakan suatu sistem untuk mencapai tujuan utama, yaitu meningkatkan kontribusi sektor
kesehatan dalam pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan
mengurangi resiko yang mungkin terjadi dalam pelayanan kesehatan dengan menggunakan
peralatan medik.

Masing-masing kegiatan memiliki tujuan tersendiri, yaitu:

a. Manajemen Aset Peralatan Medik


Mengukur dan mengelola aset peralatan medik guna pengelolaan infrastruktur peralatan
kesehatan menjadi mudah dan cepat dalam pengolahan data.

b. Manajemen Pemeliharaan Peralatan Medik


Menyediakan infrastuktur jaminan mutu dan keamanan guna memenuhi kesesuaian mutu
tindak medik di rumah sakit, dengan tolok ukur sebagai berikut:
1) Adanya rencana pengelolaan peralatan medik.
2) Adanya inventaris semua peralatan medik, tidak ada yang tidak sesuai.

10
3) Kondisi laik pakai peralatan medik diperiksa secara reguler.
4) Peralatan medik baru dilakukan pengujian laik pakai sebelum digunakan dalam
tindak medik sesuai rekomendasi pabrik.
5) Adanya program pemeliharaan preventif.
6) Tersedianya sumber daya manusia sesuai dengan kualifikasi untuk pengelolaan
peralatan medik.
7) Adanya data hasil monitoring dikumpulkan dan direkomendasikan untuk program
manajemen peralatan medik.
8) Adanya hasil monitoring digunakan untuk perencanaan dan peningkatan mutu
peralatan medik.
9) Adanya sistem penarikan kembali peralatan medik.
10) Adanya kebijakan dan prosedur dalam penggunaan setiap peralatan medik atau
kebijakan dan prosedur dalam masa penarikan peralatan medik.
11) Adanya pelaksanaan kebijakan dan prosedur tersebut.

c. Kalibrasi Peralatan Medik


1) Memelihara dan menjaga mampu-telusur metrologi peralatan medik untuk
mendukung pelayanan kesehatan yang akurat.
2) Mewujudkan saling pengakuan dalam hasil uji mutu dan keamanan peralatan medik
guna kepastian tindak medik yang aman dan akurat.

Keluaran, capaian dan dampak akhir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:

a. Manajemen Aset Peralatan Medik


Mengelola aset peralatan medik pada 16 RS milik pemerintah Daerah Kalimantan
Selatan guna menjaga nilai investasi dapat dipertahankan sesuai dengan umur teknisnya,
kemudian pemanfaatannya menjadi optimal.

b. Manajemen Pemeliharaan peralatan Medik


Hasil capaian manajemen pemeliharaan antara lain:
1) Terwujudnya sistem Inventori yang baik.
2) Terlaksananya uji fungsi, uji coba dan laik pakai pada penerimaan alat.
3) Terlaksananya pemeliharaan pencegahan secara berkesinambungan.
4) Terlaksananya perbaikan peralatan medik dengan waktu yang relatif singkat.
5) Terwujudnya waktu tanggap relatif singkat.
6) Terwujudnya efisiensi tenaga kerja pemeliharaan dan perbaikan.
7) Terwujudnya efisiensi biaya secara signifikan.

c. Kalibrasi Peralatan Medik

Kalibrasi peralatan medik menghasilkan prosentase terkalibrasinya peralatan medik


sesuai standar dan kriteria yang ada.

Pelaksanaan kegiatan tersebut diatas menghasilkan nilai tambah yaitu menyerap tenaga
kerja masyarakat disekitar lokasi kegiatan.

11
6. Ruang Lingkup

Secara umum ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan adalah Manajemen Aset
kemudian kegiatan lebih rinci berupa pelaksanaan manajemen teknologi peralatan medik
dan kalibrasi peralatan medik pada 16 Rumah Sakit milik pemerintah daerah Kalimantan
Selatan.

PT.Globalindo
Dinas Manajemen
No Uraian Kegiatan Maintenance
Kesehatan RS
Management

A Manajemen Aset Peralatan Medik


1) Pelaksanaan manajemen aset
peralatan medik dalam skala
nasional untuk mempercepat √
pengolahan data guna keputusan
dan kebijakan sektor kesehatan
2) Pelaksanaan manajemen aset
peralatan medik pada 16 Rumah √
Sakit milik pemerintah daerah
Kalimantan Selatan.
B Manajemen Pemeliharaan
peralatan Medik pada 16 RS milik
pemerintah daerah Kalimantan
Selatan

1) Melaksanakan sistem manajemen √


aset.
2) Melaksanakan prosedur √
pemeliharaan pencegahan √
terencana.
3) Melakasanakan prosedur √ √ √
pemeliharaan korektif.
4) Membangun perpustakaan √
dokumen teknis.
5) Membangun workshop peralatan √ √ √
medik.
6) Melaksanakan pelatihan prosedur √
penggunaan alat.
7) Melaksanaan prosedur √
penerimaan awal.
8) Melaksakan prosedur manajemen √
garansi.
9) Melaksanakan pengelolaan suku √ √ √
cadang asli.
10) Melaksanakan prosedur
pelayanan manajemen √
pemeliharaan peralatan medik.
11) Melaksanakan prosedur jasa √

12
konsultasi penghapusan alat.
12) Melaksanakan prosedur
peningkatan kemampuan fungsi √
peralatan medik.
13) Melaksanakan prosedur
konsultasi pengadaan alat medik √
baru.
14) Melaksanakan prosedur garansi √
kesiapan pakai alat.
15) Melaksanakan prosedur
penanganan kecelakaan dan √
bahaya peralatan medik.
16) Melaksanakan prosedur
penanganan peralatan medik √
yang berbahaya dan
terkontaminasi.
17) Melaksanakan program √
penghapusan peralatan medik.
18) Melaksanakan prosedur
mekanisme menghindari √
kegagalan dalam kerusakan alat.
19) Melaksanakan prosedur
monitoring dan evaluasi kegiatan √
pemeliharaan peralatan medik.
Kalibrasi Peralatan Medik Pada 16
C RS milik pemerintah daerah
Kalimantan Selatan
1) Melaksanakan pengujian dan √ √
kalibrasi peralatan medik.
2) Mengelola tersedianya dan √
mampu telusur alat ukur.
3) Mengelola persyaratan akreditasi √ √
laboratorium kalibrasi

Dari ruang lingkup kegiatan diatas dapat dijelaskan bahwa Pelaksanaan kegiatan manajemen
aset dan manajemen pemeliharaan peralatan medik pada 16 RS milik pemerintah daerah
Kalimantan Selatan yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan oleh masing – masing
manajemen rumah sakit masih sangat terbatas, kegiatan yang kompreherensif dilaksanakan
oleh program PT.Globalindo Maintenance Management diharapkan dapat mendorong
peningkatan kualitas, efisiensi infrastruktur kesehatan dan optimalisasi cakupan pelayanan
kesehatan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan membuat masyarakat sehat dan
produktif.

7. Manfaat dan Penerima Manfaat Kegiatan


Manajemen aset peralatan medik akan mengelola ribuan jumlah jenis peralatan medik dari
berbagai tingkat kecanggihan dan ratusan supplier serta berbagai permasalahan yang ada
dalam pengelolaan peralatan medik.

13
Kegiatan manajemen aset peralatan medik secara langsung memberikan keuntungan bagi
kementrian kesehatan dan para pengelola rumah sakit mengenai data pengelolaan peralatan
medik baik secara manajemen, teknologi, finansial dan sosial guna penentuan kebijakan dan
pengambilan keputusan.

Kegiatan manajemen pemeliharaan peralatan medik mengelola 19 prosedur dalam


pemeliharaan komprehensif pada 16 RS milik pemerintah daerah Kalimantan Selatan.
Keuntungan secara langsung mengatur dan mengontrol aspek kegiatan teknis pemeliharaan
yang sangat kompleks seperti kriteria laik pakai, tersedianya suku cadang asli, penyediaan
tanaga kerja yang kompeten dan efisien, tersedianya dokumen teknis yang memadai,
tersedianya workshop yang representatif, tersedianya peralatan kerja yang adekuat,
terselenggaranya instruksi kerja dan pengawasan yang representatif serta tersedianya
kebutuhan biaya pemeliharaan yang rasional.
Penerima manfaat kegiatan manajemen pemeliharaan peralatan medik adalah manajemen
rumah sakit, dokter pelaksana tindak medik, operator dan pasien sebagai pengguna akhir.
Kegiatan kalibrasi akan memberikan data hasil uji dan kalibrasi bagi operator dan para dokter
dalam memberikan dosis dan keluaran tindak medik dalam pemanfaatan peralatan medik.
Penerima manfaat, para operator dan para dokter akan terbantu secara profesional dalam
melaksanakan tugasnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa program manajemen aset serta manajemen
pemeliharaan peralatan medik pada 16 Rumah Sakit pemerintah daerah Kalimantan Selatan
mewujudkan optimalisasi cakupan pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu layanan
kesehatan di rumah sakit,dan meningkatkan kinerja pembinaan, monitoring dan evaluasi
dinas Provinsi Kalimantan Selatan.

8. Perkiraan Anggaran
Untuk tahun 2016 prakiraan anggaran program pembinaan monitoring evaluasi sarana dan
peralatan kesehatan dengan kegiatan pelaksanaan manajement aset dan manajement teknologi
peralatan medik di seluruh satuan kerja kesehatan provinsi Kalimantan Selatan sebagai
berikut :
No Deskripsi Harga Unit Jumlah
1. Software : Aplikasi SIAMRS + Jasa Instalasi 237.500.000,00 1 237.500.000,00
2. Hardware :
Server HP ProLiant ML150 Gen9 E5-2609v3 –
Hot Plug 4LFF SATA (branded) dgn Windows
server 2012 Oem, monitor HP V193 18,5” LED 64.762.500,00 2 129.525.000,00
3. Lain-lain :
Printer Thermal Barcode & Barcode Reader 12.000.000,00 1 12.000.000,00
DYMO
UPS online ICA 5.500.000,00 2 11.000.000,00
4. Pembuatan Database Inventaris Rumah Sakit 150.000.000,00 150.000.000,00

Jumlah 540.025.000,00
PPN 54.002.500,00
Total 594.027.500,00
Tabel 2. Perkiraan anggaran

14
9. Rencana Evaluasi dan indikatornya

Ketiga kegiatan yang akan diusulkan akan dievaluasi sejauh mana kontribusi diberikan pada
tujuan umum usulan kegiatan dan tujuan dari setiap kegiatan. Komponen evaluasi akan berisi
metodologi untuk melakukan evaluasi dampak yang layak dan hemat biaya, serta proses dan
waktu untuk menganalisis data. Evaluasi kegiatan akan melibatkan penilai independen untuk
melakukan evaluasi setelah kegiatan berakhir atau diawal masa kegiatan dihentikan.
Metodologi, waktu, pengumpulan data, dan analisis persyaratan akan finalisasi dan dirinci
didalam rencana monitoring dan evaluasi lebih lanjut.

Komponen evaluasi akan berisi dua jenis laporan, yaitu evaluasi akhir dan interin evaluasi:

a. Evaluasi akhir akan membuat estimasi kuantitatif dan hubungan kausal dalam cara yang
valid secara statistik antara tujuan umum, tujuan kegiatan dan hasil yang diharapkan,
menentukan apakah, dan menganalisis alasan mengapa, tujuan umum, tujuan kegiatan
dan hasil yang diharapkan tercapai atau tidak, dan menilai manfaat kegiatan yang saling
tumpang tindih.
b. Interim evaluasi akan menggambarkan hasil evaluasi setiap kegiatan.

No Sasaran Mutu Target Catatan Mutu Rencana Aksi Frekuensi


. Pemantauan
1. Memastikan Tidak ada Laporan data Pemuktahiran data 6 bulan
kesesuaian kesesuaian inventaris alkes
inventaris data alat seluruh RS
kesehatan
2. Memastikan data Tidak ada Laporan data Pemuktahiran data 6 bulan
inventaris alkes dikesesuaian inventaris aleks
pokja pelayanan setiap poka
pelayanan
3. Pemeliharaan 100% Laporan - Jadwal 6 Bulan
Preventif pemeliharaan pemeliharaan
berkala berkala
- Realisasi
pemeliharaan
berkala
Pemeliharaan
yang belum
dilakukan
- Verifikasi dan
labelisasi
4. Realisasi korektif 100% Laporan hasil - Jadwal korektif Tahunan
rutin korektif rutin rutin
- Pelaksanaan
kegiatan
5. Memberikan - 1 hari Respon time - Jadwal piket Bulanan
layanan perbaikan untuk - Pembagian tugas
yang efektif dan respontime - Pendataan

15
responsif pada perbaikan
alkes dan
menyediakan - 4 jam untuk Jumlah Panggilan
layanan darurat panggil darurat
yang siap panggil darurat
(On Call)
6. Realisasi jadwal 100% - Laporan hasil - Jadwal kalibrasi Tahunan
kalibrasi kalibrasi - Kalibrasi dan
sertifikat
7. Mempercepat 95% < 10 hari - Laporan hasil - Rekapitulasi Bulanan
waktu perbaikan perbaikan permintaan
perbaikan
- Pelaksanaan
perbaikan
- Evaluasi sasaran
mutu
8. Melakukan Pemenuhan - Daftar - Jadwal Tahunan
dukungan kesiapan kesesuaian kesenjangan implementasi
pemenuhan mutu pemenuhan ISO/KARS
kesesuaian mutu ISO/KARS RS kesesuaian - Realisasi
ISO/KARS Rumah mutu pemenuhan
Sakit ISO/KARS RS ISO/KARS
9. Melatih pengguna 100% - Daftar pelatihan - Kriteria operator Tahunan
untuk dapat operator - Jadwal pelatihan
melakukan - Jumlah - Pelaksanaan
pengoperasian dan pelatihan pelatihan
pengamanan alat
10. Membangun 100% SOP, SMP, KCPA, - Daftar alat medik Tahunan
perpustakaan operating dan - Daftar dokumen
teknis service manual teknis
- Pengadaan dan
pengelolaan
dokumen

16
10. Keberlanjutan kegiatan yang diusulkan

Kementrian kesehatan merupakan lembaga utama yang bertanggung jawab atas keefektifan
dan keberlanjutan pengelolaan kegiatan manajemen aset, manajemen pemeliharaan dan
kalibrasi peralatan medik, oleh karena itu Kementrian kesehatan memerankan peran sentral
dalam mengkoordinasi dan mengatur lembaga lain yang terkait. Kementrian kesehatan harus
berkomitmen untuk menyiapkan regulasi, standar, pedoman dan kriteria dalam pengelolaan
peralatan medik sehingga semua pihak terdorong untuk menjamin tersedianya program
kegiatan dan dana guna keberlanjutan kegiatan ini.

Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai keterbatasan sumber daya


manusia yang bisa menanganinya, kurangnya biaya pemeliharaan dan keterbatasan
pengetahuan manajemen teknologi (manajemen aset dan manajemen pemeliharaan) untuk
menangani hal tersebut. Oleh karena itu PT. GMM berinisiatif membantu pemerintah daerah
Kalimantan Selatan untuk mengusulkan program pembinaan monitoring evaluasi sarana dan
peralatan kesehatan dengan kegiatan pelaksanaan manajement aset dan manajement teknologi
peralatan medik di seluruh satuan kerja kesehatan provinsi Kalimantan Selatan.

Setelah program ini selesai maka Rumah Sakit daerah di Provinsi Kalimantan Selatan
memiliki insentif untuk melanjutkan kegiatan pelaksanaan manajemen teknologi peralatan
medik secara berkesinambungan pada gilirannya akan menjadi faktor penting rumah sakit
untuk dapat memenuhi persyaratan dan kriteria kesesuaian mutu akreditasi Rumah Sakit.

Kemandirian rumah sakit pada akhirnya akan menjadi solusi bagi Dinas Kesehatan untuk
menjawab problem yang selama ini ada terkait resiko yang akan terjadi pada pasien jika
peralatan medik tidak dipelihara.Kemudian kondisi yang baik di dalam pengelolaan
Manajemen Aset dan Manajemen Peralatan Teknologi ini dapat dilaksanakan pada 36 Rumah
Sakit dan 46 Puskesmas rawat inap serta 183 Puskesmas non rawat inap di wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan.

17

Anda mungkin juga menyukai