DI SUSUN
OLEH :
MUHAMAD TAUFIK
NIP. 19860705 201001 1 018
i
PERSETUJUAN
Pembimbeng
ii
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
Telah dipertahankan di hadapan sidang penguji karya tulis ilmiah guna memenuhi persyaratan
kenaikan pangkat Golongan IIIA ke IIIB.
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan HidayahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat dari golongan IIIa ke
golongan IIIb. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya untuk menambah ilmu pengetahuan dan penyegaran kembali guna meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan ditempat kerja.
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Triworo, selaku direktur RS. Dr. Haryoto Lumajang yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan tugas guna penyusunan karya tulis ini.
2. Dr. Novi Hamzah, Sp. OT selaku dokter yang merawat klilen yang penulis buat karya
tulis ini, yang telah meberi arahan dalam penulisan karya tulis ini.
3 Ns. Ahmad Syaikhu Ann, SPd, S.Kep selaku kepala ruang Kenanga tempat penulis
melaksanakan tugas sehari hari yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
4 Teman teman penulis dan semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam
penyusunan karya tulis ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PEMDAHULUAN
Batang Femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting), atau
pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya.
Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat
kuat. Dengan demikian trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan
automobile. Perdarahan interna yang massif dapat menimbulkan renjatan berat.
1
1.3.2 Tujuan khusus
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur dengan penerapan
tahap-tahap proses keperawatan meliputi :
1. Pengkajian data dasar dan pengelompokan data dan menganalisa data sesuai dengan
hasil pengkajian.
2. Merumuskan masalah keperawatan pada klien sesui dengan analisa data.
3. Menyusun rencana keperawatan.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
5. Mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan berdasarkan pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan.
2
c. Pemeriksaan baik pemeriksaan fisik laboratorium,ECG dan lain-lain yang dapat
menunjang tegaknya diagnosa.
3. Sumber data
a. Primer, dengan mengumpulkan data sendiri dari klien.
b. Skunder, diperoleh dari keluarga dan orang dekat klien, serta hasil pemeriksaan
fisik dan penujang lainnya.
4. Lokasi
Asuhan keperawatan ini dilasanakan di ruang Kenanga RS. Dr. Haryoto Lumajang.
5. Waktu
Asuhan keperwatan ini dilakukan pada saat melaksanakan tugas jaga di ruang anggur
RS. Dr. Haryoto Lumajang pada tanggal 2 Januari 2012 sampai dengan 4 Januari
2012.
Bab ke dua, Tinjauan kepustakaan, berisi tentang konsep dasar cidera otak berat
(COB) dan asuhan keperawatannya secara teoritis yang terdiri dari, pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, peleksanaan dan evaluasi pada kasus cidera otak berat (COB).
Bab ke tiga, tinjauan kasus berisi tentang penerapan proses asuhan keperawatan
terhadap klien dengan cidera otak berat (COB) secara riil, sebagai aplikasi dari konsep
teori dalam bab ke dua.
3
Bab ke empat, penutup berisi tentang kesimpulan dan saran dari penulis. Daftar
pustaka, berisi literature yang digunakan penulis untuk mempermudah dalam penyusunan
karya tulis ini.
4
BAB II
FRAKTUR
2.1 PENGERTIAN
Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berubah trauma
langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan
ulna, dan dapat berubah trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,kekuatan, dan arahnya.Taruma
tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan
luka terbuka sampai ketulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang yang didekat
sendi atau yang mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksa di sendi yang
disebut fraktur dislokasi.
2.2 ETIOLOGI
a. Trauma
b. Gerakan pintir mendadak
c. Kontraksi otot ekstem
d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma
5
2.4 KLASIFIKASI PATAH TULANG.
a. Menurut jumlah garis fraktur :
1. Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
2. Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
3. Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
b. Menurut luas garis fraktur :
1. Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
2. Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
3. Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan
bentuk tulang)
c. Menurut bentuk fragmen :
1. Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
2. Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
3. Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
1. Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
- Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan,
luka <1 cm.
- Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
- III. Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler,
kontaminasi besar.
2. Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)
6
2.6 PENATALAKSANAAN
a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang
patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
b. Imobilisasi fraktur، dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
1. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
2. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
3. Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
4. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse
dan meningkatkan peredaran darah
a. Umum :
1. Shock
2. Kerusakan organ
3. Kerusakan saraf
4. Emboli lemak
b. D i n i :
1. Cedera arteri
2. Cedera kulit dan jaringan
3. Cedera partement syndrom.
c. Lanjut :
1. Stifnes (kaku sendi)
2. Degenerasi sendi
3. Penyembuhan tulang terganggu :
o Malunion adalah tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
o Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
o Non union adalah tulang yang tidak menyambung kembali
7
2.8 TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
a. Haematom :
1. Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom
2. Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat
3. Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi
berubah dan berkembang menjadi granulasi.
b. Proliferasi sel :
1. Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur
2. Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus, lapisan
fibrosa periosteum melebihi tulang.
3. Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di
ujung fraktur.
c. Pembentukan callus :
1. Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk callus.
2. Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.
3. Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang melebihi
normal.
4. Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan, sementara itu
terus meluas melebihi garis fraktur.
d. Ossification
1. Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam
kalsium dan bersatu di ujung tulang.
2. Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan
berakhir pada bagian tengah
3. Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.
e. Consolidasi dan Remodelling
Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan
osteoklast.
8
2.9 PATYWAYS
Osteoporosis Jatuh
Ca. Tulang
Tumor Tulang Kecelakaan
Terbuka Tertutup
Reduksi Immobilisasi
bedrest
eksterna interna
Penekanan pd kulit
Penurunan
aktivitas
Gang. Integritas
pembedahan
traksi kulit
Penurunan
Depresi syaraf
peristaltik usus
Pengaruh
Penekanan pd kulit
anestesi nyeri
Gang. Eliminasi
Trauma jaringan
Relaksasi otot Gang. Rasa defekasi
Gang. Integritas kulit
nyaman
aktivitas
9
2.10 TINJAUAN KEPERAWATAN
Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses
keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan Data
a) Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
10
pada malam hari atau siang hari.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
6) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
11
7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
- Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga
atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).
- Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta
bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri
dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola
ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)
12
- Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien
terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko
untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius,
Donna D, 1995).
13
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D,
1995).
b) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana
spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih
mendalam.
1) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
14
Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)
Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
Paru
1. Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
2. Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
3. Perkusi
15
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
4. Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.
Jantung
1. Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
2. Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
3. Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
Abdomen
1. Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
2. Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
3. Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4. Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal
adalah:
16
- Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas
operasi).
Cape au lait spot (birth mark).
Fistulae.
Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak
biasa (abnormal).
Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki
mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa
maupun klien.
17
c) Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan
proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi
yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-
ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya
dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
18
trauma yang berlebihan.
e. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
f. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
(Ignatavicius, Donna D, 1995)
2. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianaisa untuk
menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi
dua data yaitu, data sujektif dan data objektif, dan kemudian ditentukan masalah
keperawatan yang timbul.
19
b. Perubahan pola eliminasi uri berhubungan dengan adanya batu di saluran kemih,
iritasi jaringan oleh batu, mekanik obstruksi, inflamasi.
Tujuan:
Setelah di lakukan tindakan perawatan klien mampu melakukan eliminasi
miksi secara normal, dan bebas dari tanda-tanda obstruksi.
Rencana:
1. Monitor intake dan output dan kaji karakteristik urine.
2. Kaji pola miksi normal pasien.
3. Anjurkan pada pasien untuk meningkatkan konsumsi minum.
4. Tampung semua urine dan perlu di lihat apakah ada batu yang perlu untuk
di lakukan pemeriksan.
5. Kaji adanya keluhan kandung kemih yang penuh, penurunan jumlah urine
dan adanya periorbital/ edema dependent sebagai tanda dari terjadinya
obstruksi.
6. Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit, Bun, serum creat, urine kultur, dan
pemberian antibiotik.
7. Observasi keadaan umum pasien, status mental, perilaku dan kesadaran.
c. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan
post obstruktif deurisis, nausea vomiting.
Tujuan:
Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan (defisit) selama di lakukan
tindakan keperawatan.
Rencana:
1. Monitor intake dan output cairan.
2. Observasi KU pasien dan keluhan.
3. Anjurkan pasien untuk minum banyak (3-4 l/hari) jika tidak ada kontra
indikasi.
4. Monitor tanda vital (peningkatan nadi, turgor kulit, mukosa membran,
capilary refill time).
5. Kaji berat badan setiap hari jika memungkinkan.
6. Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena sesuai indikasi, antiemetik
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn.N
Register 105331
Status perkawinan :-
Pekerjaan : swasta
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Ruangan : Kenanga
21
3.2 RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan utama : Nyeri
2. Alasan MRS : Klien mengeluh nyeri dibagian bahu setelah kecelakaan
3. Riwayat penyakit :
P : Klien mengeluh nyeri dibagian bahu dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya.
Q : Intermitten
R : Otot,sekitar Bahu
T : Tidak menentu
Riwayat perawatan : -
Riwayat Operasi : -
Riwayat pengobatan : -
Riwayat alergi :-
22
4. Konsep diri : klien mengatakan rendah diri dan merasa sunyi karena berpisah dari
keluarga
5. Pengetahuan klien tentang penyakitya : Klien mengatakan takut cacat
6. Adaptasi : Klien kurang beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit
7. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan merasa kehilangan peran di
keluarga
8. Hubungan dengan masyarakat : Klien kurang bersosialisasi di masyarakat
9. Perhatian terhadap lawan bicara :cukup Baik
10. Aktivitas social : Klien tidak mengikut kegiatan social
11. Bahasa yang sering dgunakan : Indonesia
12. Keadaan lingkungan : Bersih
13. Pola ibadah : Klien sering sholat 5 waktu
14. Keyakinan tentang kesehatan : Klien menyerahkan kesembuhannya kepada tuhan
23
Setelah MRS : Frekuensi 6-7 kali sehari, kekuningan bau amoniak,dalam keadaan
ini klien tidak mengalami gangguan pada pola berkemih
6. Aktifitas
Sebelum MRS : Klien mengatakan melakukan aktivitas
Setelah MRS : Klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya
7. Personal hygiene
Sebelum MRS : Mandi 2 kali sehari
Setelsh MRS : mandi 1 kali sehari,(dibantu keluarga).
24
Hidung
Inspeksi : simetris kiri dan kanan , tidak ada gangguan fungsi penciuman
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan,tidak ada gangguan sisstem penciuman
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut dan gigi
Inspeksi : keadaan gigi lengkap, tidak ada gangguan
Leher
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Abdomen
inspeksi : tidak ada pembesaran pada abdomen
palpasi : tidak ada distensi abdomen
perkusi : tidak ada massa
auskultasi: peristaltic usus baik
Ekstemitas (atas)
Inspeksi : pergerakan tangan kanan klien terbatas(+), luka (-)
Palpasi : nyeri tekan pada klavikula kanan (+), krepitasi (+), deformitas
Ekstemitas (bawah)
Inspeksi : pergerakan kedua kaki klien tidak mengalami gangguan, vulnus
abrasi pada dorsal pedis dekstra (+),vulnus abrasi pada gnue dekstra
(+), ROM ridak mengalami gangguan
Palpasi : nyeri tekan pada gnue kanan (+), krepitasi (-), deformitas (-)
25
3.7 Pemeriksaan Penunjang
- Rongent Thorak: CF clavikula dekstra
- Pemeriksaan Laboratorium:
26
3.9 ANALISA DATA
Nama : Tn. N
Reg : 105331
27
bebas
- Skala nyeri 6 (rentang 0-10)
- Pergerakan lengan kanan terbatas
- Nyeri tekan pada klavikula kanan (+)
- Krepitasi (+)
- Deformitas (+)
- Klien post op hr ke 0
- TTV:
TD = 110/80
N = 70/Menit
S = 36,5
RR = 16 kali / menit
- Hasil rongen torak: CF. clavicula (D)
DO:
- Klien tampak bingung
- Klien tidak mau makan diit dari rumah
sakit
- Klien takut menggerakkan tanggannya
- TTV:
TD = 110/80
N = 70/Menit
S = 36,5
RR = 16 kali / menit
- Klien post op hr ke 0
28
3.10 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. N
Reg : 105331
29
3.11 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. N
Reg : 105331
30
6. Lakukan perawatan 6. Mencegah adanya
luka infeksi tambahan
yang dapat
meningkatkan
intensitas nyari
31
tim fisioterapi. pelayanan yang
komprehensif dan
profesional
3 Kurang Tujuan : setelah 1. Kaji pengetahuan 1. Mengetahui
pengetahuan dilakukan tindakan klien dan pengetahuan klien
berhubungan keperawatan selama keluarganya. dan keluarganya.
dengan 3x24 jam, klien tahu 2. Jelaskan pentingnya 2. Meningkatkan
kurangnya tentang penyakitnya memenuhi kebutuhan pemahaman klien
informasi Kriteria hasil: nutrisi post operasi. dan keluarga tentang
- klien tidak tampak nutrisi post operasi
bingung 3. Jelaskan pentingnya 3. Meningkatkan
- klien mau menjaga kebersihan. pemahaman klien
menghabiskan diit dan keluarga tentang
dari rumahsakit pencegahan inos.
- klien kooperatif 4. Jelaskan pentingnya 4. Meningkatkan
terhadap semua melatih bahu yang pemahaman klien
program terapi sakit. dan keluarga tentang
rentang gerak sendi
pasien.
5. Evaluasi kognitif 5. Mengetahui
pasien setelah diberi seberapa banyak
penyuluhan. pasien dan keluarga
menyerap kognitif
yang di jelaskan
perawat.
32
3.12 CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. N
Reg : 105331
33
dalam memenuhi ADL. terasa sakit bila tangan digerakkan
2. menginstruksikan klien dan O:
membantu dalam latian rentang - ku: lemah
gerak pada ekstrimitas yang sakit - grimace (+)
dan tak sakit. - Menyeringai (+)
3. Menyangga bahu yang sakit - Klien Post op hari ke 0
diatas dan di bawah fraktur - TTV:
ketika bergerak. TD = 130/80
4. Memberikan dorongan pada N = 88/Menit
pasien untuk melakukan aktifitas S = 36,5
semampunya dan motifasi RR = 24 kali / menit
keluarga pasien untuk membantu - Klien belum mampu memnuhi
bila diperlukan. ADL
5. Berkolabirasi dengan tim - Klien masih takut menggerakkan
fisioterapi tangan
- Keluarga mau membantu ADL
klien
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5
34
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkajn intervensi no 5
35
dan tak sakit. - Klien Post op hari ke 1
3. Menyangga bahu yang sakit - TTV:
diatas dan di bawah fraktur TD = 120/80
ketika bergerak. N = 84/Menit
4. Memberikan dorongan pada S = 36,5
pasien untuk melakukan aktifitas RR = 16 kali / menit
semampunya dan motifasi - Klien belum mampu memenuhi
keluarga pasien untuk membantu ADL secara mandiri
bila diperlukan. - Keluarga mau membantu ADL
5. Berkolabirasi dengan tim klien
fisioterapi - Latihan dengan fisioterapi (+)
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1-5
36
Rabu 1. 1. Mengkaji ulang lokasi, intensitas S: klien mengatakan luka operasinya
4/1/12 dan tipe nyeri. terasa sakit seperti tertusuk dan tidak
2. memberikan lingkungan yang menjalar
tenang dan memberikan O:
dorongan untuk melakukan - ku: baik
aktivitas hiburan. - grimace (-)
3. melakukan dan mengawasi - Menyeringai (-)
latihan rentang gerak pasif/aktif - Skala nyeri 2
4. mendorong menggunakan tehnik - Melatih nafas dalam (+)
manajemen stress - TTV:
relasksasidengan latihan nafas TD = 120/80
dalam. N = 84/Menit
5. mengobservasi tanda-tanda vital. S = 36,5
6. melakukan perawatan luka RR = 16 kali / menit
7. menginjeksikan ceftriaxone 1 - Luka operasi terbungkus kasa dan
gr/iv dan ketorolac 3 %/iv hypapix serta tidak ada cairan
yang menembus pembalut luka
- Ceftriaxone 1gr dan ketorolac 3%
sudah masuk.
A: Masalah teratasi
P : hentikan intervensi klian KRS
37
4. Memberikan dorongan pada N = 84/Menit
pasien untuk melakukan aktifitas S = 36,5
semampunya dan motifasi RR = 16 kali / menit
keluarga pasien untuk membantu - Klien sudah mampu memenuhi
bila diperlukan. ADL secara mandiri
5. Berkolabirasi dengan tim - Latihan dengan fisioterapi (+)
fisioterapi A: Masalah teratasi
P : hentikan intervensi klian KRS
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Bagi perawat
Agar dalam memberikan tindakan keperawatan kepada pasien, juga harus dilakukan
tindakan-tindakan mandiri perawat.
39
Agar jumlah instrument untuk perawatan luka ditambah, sehingga perawat ruangan
bisa melaksanakan teknik steril dan on steril dengan benar.
3. Bagi penulis
Agar terus mengembangkan pengetahuan yang telah didapat tentang kasus fraktur dan
membagikannya kepada orang lain sehingga tindakan perawatan pasien post operasi
bisa optimal.
40
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis
Company.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC;
1999.
Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
Syaifuddin. 2009 . Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan edisi kedua.
Jakarta. Salemba Medika
41