Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

CLOSE FRACTURE CLAVICULLA DEXTRA


DI RUANG KENANGA RSU DR. HARYOTO
LUMAJANG

DI SUSUN
OLEH :

MUHAMAD TAUFIK
NIP. 19860705 201001 1 018

RUMAH SAKIT UMUM DR. HARYOTO LUMAJANG


PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
2012

i
PERSETUJUAN

Diterima dan disetujui untuk dipertahankan

Pembimbeng

Ns Bambang Heri Kartono

NIP. 19690421 198902 1 001

Mengetahui kepala bidang keperawatan

Ns Umi Sukowati, SH, M. Kep, Sp. Mat

NIP. 19631010 198803 2 013

ii
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

Telah dipertahankan di hadapan sidang penguji karya tulis ilmiah guna memenuhi persyaratan
kenaikan pangkat Golongan IIIA ke IIIB.

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. N

DENGAN CLOSE FRACTURE CLAVICULLA DEXTRA

Tim penguji : Tanda tangan

1. Dr. Bambang Kismoyo 1………………


NIP : 195504011988031 003

2. Ns Umi Sukowati, SH, M. Kep, Sp. Mat 2………………


NIP. NIP. 19631010 198803 2 013

3. Ns Bambang Heri Kartono 3……………….


NIP. 19690421 198902 1 001

iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan HidayahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.

Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat dari golongan IIIa ke
golongan IIIb. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya untuk menambah ilmu pengetahuan dan penyegaran kembali guna meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan ditempat kerja.

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Triworo, selaku direktur RS. Dr. Haryoto Lumajang yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan tugas guna penyusunan karya tulis ini.
2. Dr. Novi Hamzah, Sp. OT selaku dokter yang merawat klilen yang penulis buat karya
tulis ini, yang telah meberi arahan dalam penulisan karya tulis ini.
3 Ns. Ahmad Syaikhu Ann, SPd, S.Kep selaku kepala ruang Kenanga tempat penulis
melaksanakan tugas sehari hari yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
4 Teman teman penulis dan semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam
penyusunan karya tulis ini.

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i

Lembar Persetujuan ............................................................................................................ ii

Lembar Pengesahan ............................................................................................................ iii

Kata Pengantar .................................................................................................................... iv

Daftar Isi ............................................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ............................................................................................................. 5


2.2 Etiologi ................................................................................................................. 5
2.3 Tanda dan gejala ................................................................................................... 5
2.4 Klasifikasi patah tulang ........................................................................................ 6
2.5 Manifestasi klinis .................................................................................................. 6
2.6 Penatalaksanaan .................................................................................................... 6
2.7 Komplikasi patah tulang ....................................................................................... 7
2.8 Tahap penyembuhan tulang .................................................................................. 8
2.9 Patyways ............................................................................................................... 9
2.10 Tinjauan keperawatan ........................................................................................... 10

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................................ 21

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 39


4.2 Saran ..................................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PEMDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa. Hal ini dapat menimpa siapa saja dari yang muda hingga yang tua. Dampak dari
fraktur bermacam – macam sesuai dengan jejas dan karakter tulang yang fraktur. Dengan fraktur
diperlukan asuhan keperawatan yang komprehensif sehingga tidak menimbulkan gejala sisa yang
dapat berupa kontraktur bahkan tidak berfungsinya kembali jaringan tulang atupun otot sekitar.
Untuk itu diperlukan pemberian asuhan keperawatan yang baik dan profesional.

Batang Femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting), atau
pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya.
Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat
kuat. Dengan demikian trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan
automobile. Perdarahan interna yang massif dapat menimbulkan renjatan berat.

1.2 Batasan masalah


Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membatasi pada asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa penyakit fraktur di ruang anggur RS. Dr. Haryoto Lumajang.

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Penulis memperoleh pengalaman yang nyata dalam pemberian asuhan keperawatan
terhadap klien fraktur dengan mempergunakan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.

1
1.3.2 Tujuan khusus
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur dengan penerapan
tahap-tahap proses keperawatan meliputi :

1. Pengkajian data dasar dan pengelompokan data dan menganalisa data sesuai dengan
hasil pengkajian.
2. Merumuskan masalah keperawatan pada klien sesui dengan analisa data.
3. Menyusun rencana keperawatan.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
5. Mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan berdasarkan pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan.

1.4 Metode penulisan


1. Metode pengumpulan data
Dalam menghimpun atau mengumpulkan data untuk penulisan ini, penulis
menggunakan beberapa pendekatan :

a. Metode diskriftif yaitu suatu metode yang sifatnya mengumpulkan peristiwa


atau gejala yang terjadi saat itu.
b. Study kepustakaan yaitu suatu pendekatan dengan cara mengumpulkan literatur
yang diperlukan dalam penyusunan karya tulis ini.
c. Study lapangan yaitu melakukan pengamatan dan pemeriksaan secara langsung
pada klien menurut rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan memberikan penilaian terhadap keberhasilan dari pelaksanaan tindakan
keperawatan.
2. Tehnik pengumpulan data
a. Wawancara, merupakan tanya jawab atau wawancara langsung dari klien untuk
menghimpun data subyektif, terutama tentang tentang anggapan seseorang yang
berhubungan dengan masalah klien.
b. Observasi yaitu cara memperoleh data tentang gejala-gejala tertentu yang
tampak dari suatu obyek dengan jalan mengamati secara langsung.

2
c. Pemeriksaan baik pemeriksaan fisik laboratorium,ECG dan lain-lain yang dapat
menunjang tegaknya diagnosa.
3. Sumber data
a. Primer, dengan mengumpulkan data sendiri dari klien.
b. Skunder, diperoleh dari keluarga dan orang dekat klien, serta hasil pemeriksaan
fisik dan penujang lainnya.
4. Lokasi
Asuhan keperawatan ini dilasanakan di ruang Kenanga RS. Dr. Haryoto Lumajang.

5. Waktu
Asuhan keperwatan ini dilakukan pada saat melaksanakan tugas jaga di ruang anggur
RS. Dr. Haryoto Lumajang pada tanggal 2 Januari 2012 sampai dengan 4 Januari
2012.

1.5 Sistematika penulisan


Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan sistematika yang terdiri
dari Bab pertama pendahuluan, Bab kedua tinjauan pustaka, Bab ke tiga tinjauan kasus,
Bab empat penutu.

Bab pertama, Pendahuluan berisi latarbelakang, batasan masalah keperawatan


pada klien dengan cidera otak berat (COB) di RS. Dr. Haryoto Lumajang. Tujuan
penulisan yang terklasifikasi menjadi tujuan umum dan khusus serta metode penulisan,
tehnik pengumpulan datadan sistematika penulisan yang digunakan penulis.

Bab ke dua, Tinjauan kepustakaan, berisi tentang konsep dasar cidera otak berat
(COB) dan asuhan keperawatannya secara teoritis yang terdiri dari, pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, peleksanaan dan evaluasi pada kasus cidera otak berat (COB).

Bab ke tiga, tinjauan kasus berisi tentang penerapan proses asuhan keperawatan
terhadap klien dengan cidera otak berat (COB) secara riil, sebagai aplikasi dari konsep
teori dalam bab ke dua.

3
Bab ke empat, penutup berisi tentang kesimpulan dan saran dari penulis. Daftar
pustaka, berisi literature yang digunakan penulis untuk mempermudah dalam penyusunan
karya tulis ini.

4
BAB II

FRAKTUR

2.1 PENGERTIAN
Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berubah trauma
langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan
ulna, dan dapat berubah trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,kekuatan, dan arahnya.Taruma
tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan
luka terbuka sampai ketulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang yang didekat
sendi atau yang mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksa di sendi yang
disebut fraktur dislokasi.

2.2 ETIOLOGI
a. Trauma
b. Gerakan pintir mendadak
c. Kontraksi otot ekstem
d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

2.3 TANDA DAN GEJALA


a. Nyeri
b. Deformitas
c. Krepitasi
d. Bengkak
e. Peningkatan temperatur lokal
f. Pergerakan abnormal
g. Ecchymosis
h. Kehilangan fungsi

5
2.4 KLASIFIKASI PATAH TULANG.
a. Menurut jumlah garis fraktur :
1. Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
2. Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
3. Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
b. Menurut luas garis fraktur :
1. Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
2. Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
3. Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan
bentuk tulang)
c. Menurut bentuk fragmen :
1. Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
2. Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
3. Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
1. Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
- Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan,
luka <1 cm.
- Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
- III. Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler,
kontaminasi besar.
2. Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)

2.5 MANIFESTASI KLINIS


a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas
dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

6
2.6 PENATALAKSANAAN
a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang
patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
b. Imobilisasi fraktur، dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
1. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
2. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
3. Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
4. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse
dan meningkatkan peredaran darah

2.7 KOMPLIKASI PATAH TULANG

a. Umum :
1. Shock
2. Kerusakan organ
3. Kerusakan saraf
4. Emboli lemak
b. D i n i :
1. Cedera arteri
2. Cedera kulit dan jaringan
3. Cedera partement syndrom.
c. Lanjut :
1. Stifnes (kaku sendi)
2. Degenerasi sendi
3. Penyembuhan tulang terganggu :
o Malunion adalah tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.

o Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
o Non union adalah tulang yang tidak menyambung kembali

7
2.8 TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
a. Haematom :
1. Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom
2. Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat
3. Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi
berubah dan berkembang menjadi granulasi.
b. Proliferasi sel :
1. Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur
2. Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus, lapisan
fibrosa periosteum melebihi tulang.
3. Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di
ujung fraktur.
c. Pembentukan callus :
1. Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk callus.
2. Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.
3. Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang melebihi
normal.
4. Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan, sementara itu
terus meluas melebihi garis fraktur.
d. Ossification
1. Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam
kalsium dan bersatu di ujung tulang.
2. Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan
berakhir pada bagian tengah
3. Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.
e. Consolidasi dan Remodelling
Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan
osteoklast.

8
2.9 PATYWAYS

Kondisi Patologis Traumatik

 Osteoporosis Jatuh
 Ca. Tulang
 Tumor Tulang Kecelakaan

Penurunan absorbsi kalsium dlm tulang Terputusnya kontinuitas tulang

Tulang menjadi rentan Fraktur

Terbuka Tertutup

Reduksi Immobilisasi

bedrest
eksterna interna
Penekanan pd kulit
Penurunan
aktivitas
Gang. Integritas
pembedahan
traksi kulit
Penurunan
Depresi syaraf
peristaltik usus
Pengaruh
Penekanan pd kulit
anestesi nyeri
Gang. Eliminasi
Trauma jaringan
Relaksasi otot Gang. Rasa defekasi
Gang. Integritas kulit
nyaman

Intoleransi Resiko infeksi

aktivitas

9
2.10 TINJAUAN KEPERAWATAN
Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses
keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

1. Pengumpulan Data
a) Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.

2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

- Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi


faktor presipitasi nyeri.
- Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
- Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
- Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
- Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk

10
pada malam hari atau siang hari.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

4) Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit
tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan
fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit
diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut
maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
(Ignatavicius, Donna D, 1995).

5) Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).

6) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).

11
7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
- Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga
atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).

- Pola Nutrisi dan Metabolisme


Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi
klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan
faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain
itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

- Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta
bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri
dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola
ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)

- Pola Tidur dan Istirahat


Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal
ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur
(Doengos. Marilynn E, 1999).

12
- Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien
terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko
untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius,
Donna D, 1995).

- Pola Hubungan dan Peran


Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 1995).

- Pola Persepsi dan Konsep Diri


Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).

- Pola Sensori dan Kognitif


Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa
nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).

- Pola Reproduksi Seksual


Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta
rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status
perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya
(Ignatavicius, Donna D, 1995).

- Pola Penanggulangan Stress


Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme

13
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D,
1995).

- Pola Tata Nilai dan Keyakinan


Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan
karena nyeri dan keterbatasan gerak klien (Ignatavicius, Donna D, 1995).

b) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana
spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih
mendalam.

1) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:

- Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,


seperti:
 Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
 Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan
pada kasus fraktur biasanya akut.
 Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
- Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
 Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.

 Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

14
 Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.

 Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.

 Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)

 Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.

 Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

 Mulut dan Faring


Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.

 Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

 Paru
1. Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.

2. Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

3. Perkusi

15
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.

4. Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.

 Jantung
1. Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.

2. Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

3. Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

 Abdomen
1. Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

2. Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

3. Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

4. Auskultasi
Peristaltik usus normal  20 kali/menit.

 Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

2) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal
adalah:

16
- Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

 Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas
operasi).
 Cape au lait spot (birth mark).
 Fistulae.
 Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
 Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak
biasa (abnormal).
 Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
 Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
 Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki
mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa
maupun klien.

Yang perlu dicatat adalah:

1. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.


2. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema
terutama disekitar persendian.
3. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal,tengah, atau distal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat
di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status
neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu
dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap
dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.

17
c) Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan
proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi
yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-
ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya
dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:

- Bayangan jaringan lunak.


- Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi.
- Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
- Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
3) Pemeriksaan lain-lain
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
b. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
c. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
d. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena

18
trauma yang berlebihan.
e. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
f. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
(Ignatavicius, Donna D, 1995)

2. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianaisa untuk
menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi
dua data yaitu, data sujektif dan data objektif, dan kemudian ditentukan masalah
keperawatan yang timbul.

3. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskotinuitas jaringan tulang,
jaringan lunak di sekitar tulang
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan
adanya penurunan rasa nyeri, pengendalian terhadap spasme dan cara
berelaksasi.
Rencana:
1. Pertahankan posisi atau imobilisasi pada bagian yang terkait.
2. Bantu dan tinggikan akstrimitas yang mengalami injuri.
3. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
4. Lakukan diskusi dengan pasien mengenai nyeri dan alternatif solusinya.
5. Jelaskan pada pasien setiap akan melakukan suatu tindakan.
6. Kaji kemampuan klien dalam ROM ekstrimitasnya.
7. Jelaskan pada pasien beberapa tahenik yang dapat dilakukan guna
mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi dan fiksasi).
8. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, antispamodik.
9. Observasi TTV dan keluhan nyeri.

19
b. Perubahan pola eliminasi uri berhubungan dengan adanya batu di saluran kemih,
iritasi jaringan oleh batu, mekanik obstruksi, inflamasi.
Tujuan:
Setelah di lakukan tindakan perawatan klien mampu melakukan eliminasi
miksi secara normal, dan bebas dari tanda-tanda obstruksi.
Rencana:
1. Monitor intake dan output dan kaji karakteristik urine.
2. Kaji pola miksi normal pasien.
3. Anjurkan pada pasien untuk meningkatkan konsumsi minum.
4. Tampung semua urine dan perlu di lihat apakah ada batu yang perlu untuk
di lakukan pemeriksan.
5. Kaji adanya keluhan kandung kemih yang penuh, penurunan jumlah urine
dan adanya periorbital/ edema dependent sebagai tanda dari terjadinya
obstruksi.
6. Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit, Bun, serum creat, urine kultur, dan
pemberian antibiotik.
7. Observasi keadaan umum pasien, status mental, perilaku dan kesadaran.
c. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan
post obstruktif deurisis, nausea vomiting.
Tujuan:
Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan (defisit) selama di lakukan
tindakan keperawatan.
Rencana:
1. Monitor intake dan output cairan.
2. Observasi KU pasien dan keluhan.
3. Anjurkan pasien untuk minum banyak (3-4 l/hari) jika tidak ada kontra
indikasi.
4. Monitor tanda vital (peningkatan nadi, turgor kulit, mukosa membran,
capilary refill time).
5. Kaji berat badan setiap hari jika memungkinkan.
6. Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena sesuai indikasi, antiemetik

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUAHANKEPERAWATAN PADA Tn. N

DENGAN CLOSE FRAKTUR KLAVIKULA DEKSTRA

3.1 DATA UMUM

Nama : Tn.N

Register 105331

Tempat tanggal lahir : Lumajang ,14 Februari 1986

Status perkawinan :-

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : swasta

Alamat : Rogotrunan, Lumajang

Umur : 22 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tanggal masuk RS : 2 Januari 2012

Ruangan : Kenanga

Sumber info : Keluarga

21
3.2 RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan utama : Nyeri
2. Alasan MRS : Klien mengeluh nyeri dibagian bahu setelah kecelakaan
3. Riwayat penyakit :

P : Klien mengeluh nyeri dibagian bahu dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya.

Q : Intermitten

R : Otot,sekitar Bahu

S : Nyeri berat skala 8

T : Tidak menentu

3.3 RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

Penyakit yang pernah dialami pada masa anak-anak : -

Riwayat perawatan : -

Riwayat Operasi : -

Riwayat pengobatan : -

Riwayat alergi :-

3.4 RIWAYAT PSIKO – SPRIUAL


1. Pola koping : Klien Merasa takut dan mersa cemas dengan penyakitnya
2. Harapan klien terhadap penyakitnya : Klien mengiginkan cepat sembuh dan bisa
beraktifitas seperti biasanya
3. Faktor stresor : Klien takut kehilangan fungsi tubuh

22
4. Konsep diri : klien mengatakan rendah diri dan merasa sunyi karena berpisah dari
keluarga
5. Pengetahuan klien tentang penyakitya : Klien mengatakan takut cacat
6. Adaptasi : Klien kurang beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit
7. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan merasa kehilangan peran di
keluarga
8. Hubungan dengan masyarakat : Klien kurang bersosialisasi di masyarakat
9. Perhatian terhadap lawan bicara :cukup Baik
10. Aktivitas social : Klien tidak mengikut kegiatan social
11. Bahasa yang sering dgunakan : Indonesia
12. Keadaan lingkungan : Bersih
13. Pola ibadah : Klien sering sholat 5 waktu
14. Keyakinan tentang kesehatan : Klien menyerahkan kesembuhannya kepada tuhan

3.5 KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI


1. Makan
Sebelum MRS : Makan 2 kali sehari porsi makan dihabiskan
Setelah MRS : Makan 2 kali sehari porsi kecil makan dihabiskan,pada keadaan ini
klien tidak mengalami gagguan pola makan
2. Minum
Sebelum MRS : Minum sekitar 8 gelas sehari
Setelah MRS : Minum 6-7 gelas sehari,tidak ada masalah
3. Tidur
Sebelum MRS : Tidur 6-8 jam Sehari
Setelah MRS : Tidur 4-5 jam sehari , klien mengalami gangguan pada pola tidur
4. Eliminasi fekal / BAB
Sebelum MRS : BAB 2 kali sehari,konsistensi lunak
Setelah MRS : BAB 2 kali sehari,konsistensi lunak, tidak ada gangguan
5. Eliminasi urine / BAK
Sebulum MRS : frekuensi 6-10 kali sehari,kekuningan bau amoniak

23
Setelah MRS : Frekuensi 6-7 kali sehari, kekuningan bau amoniak,dalam keadaan
ini klien tidak mengalami gangguan pada pola berkemih
6. Aktifitas
Sebelum MRS : Klien mengatakan melakukan aktivitas
Setelah MRS : Klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya
7. Personal hygiene
Sebelum MRS : Mandi 2 kali sehari
Setelsh MRS : mandi 1 kali sehari,(dibantu keluarga).

3.6 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum :
 Kehilangan BB : Klien tidak mengalami kehilangan berat badan
 Kelemahan : Klien mengalami kelemahan dan sulit melakukanaktifitas
 Perubahan mood : Klien kurang mood
 Vital sign :
TD = 110/80
N = 70/Menit
S = 36,5
RR = 16 kali / menit
 Tingkat kesadaran : compos mentis, nilai 15
2. Head to toe
 Kulit / integumen
Inspeksi : kulit tampak sianosis
Palpasi : ada edema dan ada nyeri tekan
 Kepala
Inspeksi : rambut hitam lurus, bersih
Palpasi : tidak ada edema dan nyeri tekan
 Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

24
 Hidung
Inspeksi : simetris kiri dan kanan , tidak ada gangguan fungsi penciuman
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan,tidak ada gangguan sisstem penciuman
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Mulut dan gigi
Inspeksi : keadaan gigi lengkap, tidak ada gangguan
 Leher
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Abdomen
inspeksi : tidak ada pembesaran pada abdomen
palpasi : tidak ada distensi abdomen
perkusi : tidak ada massa
auskultasi: peristaltic usus baik
 Ekstemitas (atas)
Inspeksi : pergerakan tangan kanan klien terbatas(+), luka (-)
Palpasi : nyeri tekan pada klavikula kanan (+), krepitasi (+), deformitas
 Ekstemitas (bawah)
Inspeksi : pergerakan kedua kaki klien tidak mengalami gangguan, vulnus
abrasi pada dorsal pedis dekstra (+),vulnus abrasi pada gnue dekstra
(+), ROM ridak mengalami gangguan
Palpasi : nyeri tekan pada gnue kanan (+), krepitasi (-), deformitas (-)

25
3.7 Pemeriksaan Penunjang
- Rongent Thorak: CF clavikula dekstra
- Pemeriksaan Laboratorium:

Jenis Periksa Hasil


No. Nilai Normal Metode
Hematologi Pemeriksaan
Hematologi
1 Hemoglobin 10,1 P13,0-18,0 mg/dl Flowcytometri
L14,0-18,0 mg/d
2 Leukosit 7.970 3.500-10.000/cmm Flowcytometri
3 Eritrosit 4,72 L4,5-6,5 juta/cmm Flowcytometri
P3,0-6,0 juta/cmm
4 Laju endap darah 29 L0-5/jam P0-7/jam Westergren
5 Hematokrit 31 L40-54 % Flowcytometri
P35-47 %
6 Trombosit 274.000 150.000-450.000 Flowcytometri
7 Diffcount 0/0/0/46/42/12 1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7 Flowcytometri

3.8 Program Terapi


- Infuse RL 2000 cc/24 jam
- Ceftriaxone 2x1gr
- Ketorolak 3x30mg
- Rawat luka tiap 2 hari
- Diit TKTP bebas

26
3.9 ANALISA DATA

Nama : Tn. N

Reg : 105331

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Klien mengeluh merasa nyeri yang hebat Proses inflamasi Nyeri (akut)
pada daerah bahu (klavikula) kanan
DO :
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 6 (rentang 0-10)
- Pergerakan lengan kanan terbatas
- Nyeri tekan pada klavikula kanan (+)
- Krepitasi (+)
- Deformitas (+)
- TTV:
TD = 110/80
N = 70/Menit
S = 36,5
RR = 16 kali / menit
- Hasil rongen torak: CF. clavicula (D)
- Klien post op hr ke 0

2. DS : Keterbatasan gerak Gangguan


- Klien mengeluh merasa nyeri yang hebat pemenuhan
pada daerah bahu (klavikula) kanan ADL
- Klien mengeluh kesulitan dalam
melakukan aktivitas.
DO :
- Klien tampak meringis
- Tangan kanan klien tdk bisa bergerak

27
bebas
- Skala nyeri 6 (rentang 0-10)
- Pergerakan lengan kanan terbatas
- Nyeri tekan pada klavikula kanan (+)
- Krepitasi (+)
- Deformitas (+)
- Klien post op hr ke 0
- TTV:
TD = 110/80
N = 70/Menit
S = 36,5
RR = 16 kali / menit
- Hasil rongen torak: CF. clavicula (D)

3. DS: Kurangnya Kurang


- Klien mengatakan tidak tau cara merawat informasi pengetahuan
luka post operasi dan makanan apa yang
harus dihindari
- Klien bertanya tentang penyakitnya

DO:
- Klien tampak bingung
- Klien tidak mau makan diit dari rumah
sakit
- Klien takut menggerakkan tanggannya
- TTV:
TD = 110/80
N = 70/Menit
S = 36,5
RR = 16 kali / menit
- Klien post op hr ke 0

28
3.10 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn. N

Reg : 105331

Dalam kasus ini penulis menemukan diagnose keperawatan sebagai berikut:

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi


2. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan keterbatasan gerak
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

29
3.11 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. N

Reg : 105331

NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Tujuan: setelah 1. Kaji ulang lokasi, 1. Mengetahui tipe,
berhubungan dilakukan tindakan intensitas dan tipe skala dan lokasi
dengan keperawatan selama nyeri. nyeri yang tepat
diskontinyuitas 3x24 jam, nyeri klien untuk menentukan
jaringan tulang berkurang evaluasi berikutnya.
Kriteria hasil: 2. Berikan lingkungan 2. Memberikan
- Klien dapat yang tenang dan kenyamanan dan
beradaptasi berikan dorongan mengalihkan
dengan nyerinya untuk melakukan perhatian klien dari
- Ekspresi wajah aktivitas hiburan. nyerinya.
rileks 3. Lakukan dan awasi 3. Melatih tonus otot
- Klien nampak latihan rentang gerak dan mencegah
tanang pasif/aktif kontraktur.
- Skala nyeri ringan 4. Dorong 4. Memberikan
(1-3) menggunakan tehnik kenyamanan dan
manajemen stress, mengalihkan
contoh : relasksasi, perhatian klien dari
latihan nafas dalam, nyerinya.
imajinasi visualisasi,
sentuhan
5. Observasi tanda- 5. Perubahan skala
tanda vital. nyeri dapat
mempengaruhi
tanda-tanda vital

30
6. Lakukan perawatan 6. Mencegah adanya
luka infeksi tambahan
yang dapat
meningkatkan
intensitas nyari

7. Kolaborasi : 7. Mencegah adanya

pemberian analgetik infeksi tambahan

dan antibiotik dan mengurangi


nyeri klien.

2 Gangguan Tujuan : setelah 1. Kaji kemampuan 1. Berguna untuk


pemenuhan ADL dilakukan tindakan klien dalam mengetahui
berhubungan keperawatan selama memenuhi ADL. kemampuan klien.
dengan 3x24 jam, kerusakan 2. Instruksikan 2. Mencegah adanya
keterbatasan mobilitas fisik dapat klien/bantu dalam cidera tambahan dan
gerak berkurang latian rentanng gerak melatih rentang
Kriteria hasil: pada ekstrimitas yang gerak klien.
- Mempertahankan sakit dan tak sakit.
posisi fungsinal 3. Beri penyangga pada 3. Mengurangi nyeri
- Meningkaatkan ekstrimit yang sakit ketika bergerak.
kekuatan /fungsi diatas dan di bawah
yang sakit fraktur ketika
- Menunjukkan bergerak.
tehnik mampu 4. Berikan dorongan 4. Membangkitkan
melakukan pada pasien untuk semangat klien dan
aktivitas. melakukan aktifitas melibatkan keluarga
semampunya dan untuk melatih
motifasi keluarga kemandirian klien
pasien untuk dan keluarganya.
membantu bila
diperlukan.
5. Kolabirasi dengan 5. Memberikan

31
tim fisioterapi. pelayanan yang
komprehensif dan
profesional
3 Kurang Tujuan : setelah 1. Kaji pengetahuan 1. Mengetahui
pengetahuan dilakukan tindakan klien dan pengetahuan klien
berhubungan keperawatan selama keluarganya. dan keluarganya.
dengan 3x24 jam, klien tahu 2. Jelaskan pentingnya 2. Meningkatkan
kurangnya tentang penyakitnya memenuhi kebutuhan pemahaman klien
informasi Kriteria hasil: nutrisi post operasi. dan keluarga tentang
- klien tidak tampak nutrisi post operasi
bingung 3. Jelaskan pentingnya 3. Meningkatkan
- klien mau menjaga kebersihan. pemahaman klien
menghabiskan diit dan keluarga tentang
dari rumahsakit pencegahan inos.
- klien kooperatif 4. Jelaskan pentingnya 4. Meningkatkan
terhadap semua melatih bahu yang pemahaman klien
program terapi sakit. dan keluarga tentang
rentang gerak sendi
pasien.
5. Evaluasi kognitif 5. Mengetahui
pasien setelah diberi seberapa banyak
penyuluhan. pasien dan keluarga
menyerap kognitif
yang di jelaskan
perawat.

32
3.12 CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn. N

Reg : 105331

Hari/Tgl No. IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx
Senin 1. 1. Mengkaji ulang lokasi, intensitas S: klien mengatakan luka operasinya
2/1/12 dan tipe nyeri. terasa sakit seperti tertusuk dan tidak
2. memberikan lingkungan yang menjalar
tenang dan memberikan O:
dorongan untuk melakukan - ku: lemah
aktivitas hiburan. - grimace (+)
3. melakukan dan mengawasi - Menyeringai (+)
latihan rentang gerak pasif/aktif - Skala nyeri 6
4. mendorong menggunakan tehnik - Melatih nafas dalam (+)
manajemen stress - TTV:
relasksasidengan latihan nafas TD = 130/80
dalam. N = 88/Menit
5. mengobservasi tanda-tanda vital. S = 36,5
6. melakukan perawatan luka RR = 24 kali / menit
7. menginjeksikan ceftriaxone 1 - Luka operasi di bahu kanan di
gr/iv dan ketorolac 3 %/iv bungkus kasa hypafix dan tidak
ada cairan yang menembus balutab
luka.
- Ceftriaxone 1gr dan ketorolac 3%
sudah masuk.
A: masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-7

2. 1. Mengkaji kemampuan klien S: klien mengatakan bahu kanannya

33
dalam memenuhi ADL. terasa sakit bila tangan digerakkan
2. menginstruksikan klien dan O:
membantu dalam latian rentang - ku: lemah
gerak pada ekstrimitas yang sakit - grimace (+)
dan tak sakit. - Menyeringai (+)
3. Menyangga bahu yang sakit - Klien Post op hari ke 0
diatas dan di bawah fraktur - TTV:
ketika bergerak. TD = 130/80
4. Memberikan dorongan pada N = 88/Menit
pasien untuk melakukan aktifitas S = 36,5
semampunya dan motifasi RR = 24 kali / menit
keluarga pasien untuk membantu - Klien belum mampu memnuhi
bila diperlukan. ADL
5. Berkolabirasi dengan tim - Klien masih takut menggerakkan
fisioterapi tangan
- Keluarga mau membantu ADL
klien
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5

3. 1. Mengkaji pengetahuan klien dan S : klien mengatakan masih tidak


keluarganya. paham dengan penyakitnya
2. Menjelaskan pentingnya O:
memenuhi kebutuhan nutrisi post - ku: lemah
operasi. - klien dan keluarga tidak tahu
3. Menjelaskan pentingnya menjaga tentang perawatan pasien post
kebersihan. operasi
4. Menjelaskan pentingnya melatih - klien masih malas makan
bahu yang sakit. - keluarga klien takut menyeka klien
5. mengevaluasi kognitif pasien - klien masih takuk menggerakkan
setelah diberi penyuluhan tangan kanannya.

34
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkajn intervensi no 5

Selasa 1. S: klien mengatakan luka operasinya


3/1/12 1. Mengkaji ulang lokasi, intensitas terasa sakit seperti tertusuk dan tidak
dan tipe nyeri. menjalar
2. memberikan lingkungan yang O:
tenang dan memberikan - ku: cukup
dorongan untuk melakukan - grimace (-)
aktivitas hiburan. - Menyeringai (-)
3. melakukan dan mengawasi - Skala nyeri 4
latihan rentang gerak pasif/aktif - Melatih nafas dalam (+)
4. mendorong menggunakan tehnik - TTV:
manajemen stress TD = 120/80
relasksasidengan latihan nafas N = 84/Menit
dalam. S = 36,5
5. mengobservasi tanda-tanda vital. RR = 16 kali / menit
6. melakukan perawatan luka - Luka operasi: panjang 8 cm
7. menginjeksikan ceftriaxone 1 dengan jahitan sub kutikuler,
gr/iv dan ketorolac 3 %/iv cairan luka (-)
- Ceftriaxone 1gr dan ketorolac 3%
sudah masuk.
A: masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1-7

2. S: klien mengatakan bahu kanannya


1. Mengkaji kemampuan klien sudah enak digerakkan
dalam memenuhi ADL. O:
2. menginstruksikan klien dan - ku: cukup
membantu dalam latian rentang - grimace (-)
gerak pada ekstrimitas yang sakit - Menyeringai (-)

35
dan tak sakit. - Klien Post op hari ke 1
3. Menyangga bahu yang sakit - TTV:
diatas dan di bawah fraktur TD = 120/80
ketika bergerak. N = 84/Menit
4. Memberikan dorongan pada S = 36,5
pasien untuk melakukan aktifitas RR = 16 kali / menit
semampunya dan motifasi - Klien belum mampu memenuhi
keluarga pasien untuk membantu ADL secara mandiri
bila diperlukan. - Keluarga mau membantu ADL
5. Berkolabirasi dengan tim klien
fisioterapi - Latihan dengan fisioterapi (+)
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1-5

3. S : klien mengatakan sudah paham


5. Mengevaluasi kognitif pasien tentang perawatan pasien setelah
setelah diberi penyuluhan dioperasi
O:
- ku: cukup
- klien dan keluarga sudah tahu
tentang perawatan pasien post
operasi
- diit dari RS dihabiskan
- keluarga berani menyeka klien
- klien sudah tidak takut
menggerakkan tangan kanannya.
A: Masalah teratasi
P : hentikan intervensi

36
Rabu 1. 1. Mengkaji ulang lokasi, intensitas S: klien mengatakan luka operasinya
4/1/12 dan tipe nyeri. terasa sakit seperti tertusuk dan tidak
2. memberikan lingkungan yang menjalar
tenang dan memberikan O:
dorongan untuk melakukan - ku: baik
aktivitas hiburan. - grimace (-)
3. melakukan dan mengawasi - Menyeringai (-)
latihan rentang gerak pasif/aktif - Skala nyeri 2
4. mendorong menggunakan tehnik - Melatih nafas dalam (+)
manajemen stress - TTV:
relasksasidengan latihan nafas TD = 120/80
dalam. N = 84/Menit
5. mengobservasi tanda-tanda vital. S = 36,5
6. melakukan perawatan luka RR = 16 kali / menit
7. menginjeksikan ceftriaxone 1 - Luka operasi terbungkus kasa dan
gr/iv dan ketorolac 3 %/iv hypapix serta tidak ada cairan
yang menembus pembalut luka
- Ceftriaxone 1gr dan ketorolac 3%
sudah masuk.
A: Masalah teratasi
P : hentikan intervensi klian KRS

2. 1. Mengkaji kemampuan klien S: klien mengatakan bahu kanannya


dalam memenuhi ADL. sudah enak digerakkan
2. menginstruksikan klien dan O:
membantu dalam latian rentang - ku: baik
gerak pada ekstrimitas yang sakit - grimace (-)
dan tak sakit. - Menyeringai (-)
3. Menyangga bahu yang sakit - Klien Post op hari ke 2
diatas dan di bawah fraktur - TTV:
ketika bergerak. TD = 120/80

37
4. Memberikan dorongan pada N = 84/Menit
pasien untuk melakukan aktifitas S = 36,5
semampunya dan motifasi RR = 16 kali / menit
keluarga pasien untuk membantu - Klien sudah mampu memenuhi
bila diperlukan. ADL secara mandiri
5. Berkolabirasi dengan tim - Latihan dengan fisioterapi (+)
fisioterapi A: Masalah teratasi
P : hentikan intervensi klian KRS

Perawat yang Merawat

MUHAMAD TAUFIK, SST

19860705 201001 1 018

38
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada bab III, maka penulis mengambil kesimpulan,bahwa:


1. Pada pengkajian kondisi yang ditemukan pada pasien adalah keadaan umum lemah,
kesadaran compos mentis, pasien sudah menjalani operasi ORIF hari ke 0. Pasien
masih kasakitan bila menggerakkan tangan atau bahu kanannya. Terdapat luka post
operasi pada klavikula dextra terbungkus kasa dan hypapix dan tidak ditemukan
adanya cairan yang menembus balutan luka. Ditemukan juga ada luka abrasi pada siku
kanan dan lutut kanan klien. Tanda-tanda vital: tekanan darah:120/80 mmHg posisi
berbaring semi fowler, Nadi:88 x/menit, irama teratur dan kuat, Suhu:36,5oC/axila,
Pernapasan:24x/menit, irama teratur, dan akral teraba hangat. Pasien sering
menyeringai karena menahan nyeri post op nya.
2. Diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada kasus close fracture klavikula
dextra pada penelitian ini adalah: Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi,
Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan keterbatasan gerak, Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
3. Rencana tindakan pada ketiga diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus nyata
semuanya dilakukan pada pasien.
4. Evaluasi dari ketiga diagnosa keperawatan yang ditemukan semua teratasi dan pasien
dipulangkan dengan kontrol ke poli orthopedi.

4.2 Saran
1. Bagi perawat

Agar dalam memberikan tindakan keperawatan kepada pasien, juga harus dilakukan
tindakan-tindakan mandiri perawat.

2. Bagi Rumah Sakit

39
Agar jumlah instrument untuk perawatan luka ditambah, sehingga perawat ruangan
bisa melaksanakan teknik steril dan on steril dengan benar.

3. Bagi penulis

Agar terus mengembangkan pengetahuan yang telah didapat tentang kasus fraktur dan
membagikannya kepada orang lain sehingga tindakan perawatan pasien post operasi
bisa optimal.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price, 1985, Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit,


Jakarta: EGC.

Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis
Company.

Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC;
1999.

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC

Syaifuddin. 2009 . Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan edisi kedua.
Jakarta. Salemba Medika

41

Anda mungkin juga menyukai