Anda di halaman 1dari 10

5.

Tes Periapeks
a. Perkusi
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Respons positif yang jelas
menandakan adanya inflamasi periodontium. Karena perubahan inflamasi dalam ligament
periodontium tidak selalu berasal dari pulpa dan dapat diinduksi oleh penyakit periodontium,
hasilnya harus dikonfirmasikan dengan tes yang lain. Cara melakukan perkusi dengan mengetukan
ujung kaca mulut yang dipegang paralel atau tegak lurus terhadap mahkota pada permukaan insisal
atau oklusal mahkota.
b. Palpasi
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi meluas kearah
periapeks. Respon positif menandakan adanya inflamasi periradikuler. Palpasi dilakukan dengan
menekan mukosa di atas apeks dengan cukup kuat. Pemeriksaan hendaknya memakai juga gigi
pembanding.

c. Tes kevitalan pulpa


Tes dingin menggunakan larutan chlor etil yang dibasahkan pada cotton palate. Respon nyeri tajam
dan sebentar akan timbul baik pada pulpa normal, pulpitis reversible maupun irreversible. Akan
tetapi jika responnya cukup intens dan berkepanjangan, pulpa biasanya telah mengalami
peradangan irreversible. Sebaliknya jika pulpa nekrosis tidak akan memberikan respon.
Tes panas menggunakan gutta percha yang dipanaskan dan diaplikasikan pada permukaan fasial.
Seperti halnya pada tes dingin, nyeri tajam dan sebentar menandakan pulpa vital atau peradangan
reversible. Respon hebat dan tidak cepat hilang adalah pulpitis irreversible. Jika tidak ada respon
menandakan pulpanya nekrosis.
Pengetesan pulpa secara elektrik diaplikasikan pada permukaan fasial untuk menentukan ada
tidaknya saraf sensoris dan vital tidaknya pulpa. Tes ini masih belum sempurna dan mungkun
menghasilkan respons positif dan negative palsu. Metamorphosis kalsium dapat menghasilkan
respons negative palsu. (Walton & Torabinejad, 1997 : 79-81)

6. Pemeriksaan Radiografis
a. Periapeks
Lesi periradikuler yang disebabkan oleh pulpa biasanya memiliki empat karakteristik yaitu (1)
hilangnya lamina dura di daerah apeks, (2) radiolusensi tetap terlihat di apeks bagaimanapun sudut
pengambilannya, (3) radiolusensi menyerupai suatu hanging drop; dan (4) biasanya nekrosisnya
pulpa telah jelas. Lesi radiolusen yang terbentuk sempurna disebabkan oleh hasil dari suatu pulpa
yang nekrosis. Suatu radiolusensi yang cukup besar di daerah periapeks dengan gigi yang pulpanya
vital adalah bukan berasal dari lesi endodonsi melainkan struktur normal atau penyakit
nonendodonsi. Perubahan juga bisa berupa radioopak. Condensing osteitis adalah reaksi yang jelas
terhadap pulpa atau inflamasi periradikuler dan mengakibatkan peningkatan dalam tulang medulla.
b. Pulpa
Hanya sedikit keadaan patologis khusus yang berkaitan dengan pulpitis ireversibel terlihat secara
radiografis. Suatu pulpa yang terinflamasi dengan aktivitas dentinoklast dapat memperlihatkan
pembesaran ruang pulpa yang berubah abnormal dan merupakan tanda patologis dari resorpsi
interna.kalsifikasi yang menyebar luas dalam kamar pulpa menunjukkan adanya iritasi dengan
derajat rendah yang sudah berjalan lama (tidak harus suatu pulpitis ireversibel.) (Walton &
Torabinejad, 1997 : 83-85)

7. Tes Khusus
a. Pembuangan karies
Pada beberpa keadaan, yang perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis yang tepat adalah
penentuan kedalaman penetrasi karies. Keadaan yang sering dijumpai adalah adanya karies dalam
yang terlihat secara radiografis, tidak ada riwayat penyakit, dan pulpa yang memberikan respons
terhadap ter-tes klinis. Semua temuan lain tidak begitu relevan. Tes definitive finalnya adalah
pembuangan karies seluruhnya untuk melihat keadaan pulpanya.
Penetrasi karies ke dalam pulpa menandakan adanya pulpitis irebersible. Karies yang belum
berpenetrasi ke dalam pulpa biasanya menunjukkan suatu pulpitis reversible (walaupun ada
sejumlah pulpa yang mengalami inflamasi irreversible tanpa ada daerah yang terbuka). Gigi
kemudian direstorasi secara nirtrauma.
b. Anastesi selektif
Tes ini berlawanan dengan tes kavitas yang dilaksanakan pada gigi tanpa nyeri maupun gigi yang
disertai gejala. Tes ini bermanfaat pada gigi yang sedang nyeri terutama jika pasien tidak dapat
menentukan gigi mana yang sakit, bahkan tidak dapat pula menentukan lengkung giginya. Jika
dicurigai gigi yang sakit ada di daerah mandibula, anastesi blok mandibula akan mengkonformasikan
paling sedikit region sakitnya apabila nyeri tersebut hilag setelah dianastesi.
c. Transluminasi
Tes ini membantu mengidentifikasi fraktur mahkota vertical karena segmen fraktur dari mahkota
tidak mentransmisikan cahaya secara sama. Transluminasi menghasilkan bayangan gelap dan abu-
abu di daerah fraktur.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 85-87)

2.4 Rencana Perawatan


Jika sifat penyakitnya telah ditentukan, buatlah keputusan perawatan dasarnya. Keputusannya dapat
berupa perawatan saluran akar atau cara lain yang lebih tepat. Sejumlah keadaan memerlukan
perawatan saluran akar yang dikombinasikan dengan prosedur tambahan. Sedangkan yang lain
mungkin memerlukan pencabutan atau perawatan sementara (misalnya pada suatu keadaan
darurat) dengan perawatan saluran akar definitif pada kunjungan berikutnya. Akan tetapi keputusan
utama adalah apakah memang suatu perawatan saluran akar merupakan indikasi atau bukan.

Perawatan Berdasarkan Diagnosis


Diagnosis pulpa secara umum menentukan apakah perawatan saluran akar memang diperlukan.
Andaikata berbagai keadaan pulpa ini dibuat daftarnya, yakni : normal, pulpitis reversible, pulpitis
irreversible, dan nekrosis, terdapat suatu garis yang membentang antara pulpitis reversible dan
ireversibel. Semua yang ada di sisi yang reversible mungkin perlu atau mungkin pula tidak perlu
dilakukan perawatan noninvasive, sedangkan yang berada pada sisi irreversible memerlukan
pencabutan atau perawatan saluran akar atau paling tidak pembuangan jaringan pulpanya yang
terinfeksi.
Diagnosis periapeks menandakan adanya sifat khusus yang harus diikuti, biasanya dalam kaitannya
dengan perawatan saluran akar. Dengan perkataan lain, berkembangnya lesi periradikuler hanyalah
karena adanya suatu penyakit pulpa yang parah. Hal ini memerlukan terapi saluran akar (jika
memang dibutuhkan) dan kadang-kadang prosedur bedah lain seperti insisi dan drainase.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 90)

Jumlah kunjungan
Walaupun masih merupakan bahan perdebatan, hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa
perawatan saluran akar satu kali kunjungan dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Akan tetapi,
dokter gigi umum harus mengerjakan macam perawatan ini dengan hati-hati serta memilih kasusnya
dengan teliti.

a. Kunjungan Jamak
Ada dua keadaan yang memerlukan lebih dari satu kunjungan pasien. Pertama adalah kasus yang
rumit atau memerlukan waktu banyak. Yang berkaitan dengan hal ini dan yang paling penting adalah
manajemen pasien dan tingkat toleransi pasien dan operatornya. Jika sudah lelah atau frustasi,
hentikan dahulu perawatan dan buat tumpatan sementara serta perjanjian pertemuan berikutnya.
Situasi lain adalah jika pasien memiliki gejala periradikuler parah dan keluarnya eksudat saluran akar
yang tidak berhenti. Flare up diantara waktu kunjungan lebig sering terjadi pada situasi seperti ini.
Flare up pasca perawatan akan lebih sukar ditanggulangi jika saluran akarnya telah diiisi.

b. Pengaruh pada Prognosis dan Rasa Nyeri


Prognosis jangka panjang dan gejala setelah perawatan adalah dua hal utama yang harus
diperhitungkan dalam menentukan jumlah kunjungan. Dari penelitian terungkap bahwa pada pasien
yang asimtomatik, baik nyeri pascaperawatan maupun kegagalan perawatan tidak disebabkan oleh
apakah perawatannya dilakukan dalam satu kali kunjungan. Tetapi perawatan saluran akar satu kali
kunjungan harus selalu disertai dengan kehati-hatian yang tinggi dan dengan mempertimbangkan
kasus per kasus dengan teliti. (Walton & Torabinejad, 1997 : 90-91)
Seperti telah dikemukakan di muka, jika diagnosis telah ditegakkan, buatlah rencana perawatan
keseluruhan. Walaupun demikian, pendekatan khusus juga dilakukan tergantung kepada situasi tiap-
tiap pasien. Rekomendasi umum berikutnya dibuat berdasarkan diagnosis pulpa dan jaringan
periapeks. Variasi atau perubahan dalam perawatan ditentukn kemudian berdasarkan situasi yang
dihadapi.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 91)

Perawatan Untuk Diagnosis Pulpitis Reversible


Perawatan saluran akar bukan merupakan indikasi untuk kasus pulpitis reversible (kecuali pada
kasus-kasus tertentu). Pasien dengan pulpitis reversible, biasanya ditangani dengan membuang
penyebabnya kemudian diikuti dengan restorasi (jika diperlukan). (Walton & Torabinejad, 1997 : 91)

PENYAKIT PULPA ( PULPITIS )

Pulpitis Reversible
Pulpitis reversible merupakan proses inflamasi ringan yang apabila penyebabnya dihilangkan
maka inflamasi menghilang dan pulpa akan kembali normal. Faktor-faktor yang
menyebabkan pulpitis reversible, antara lain stimulus ringan atau sebentar seperti karies
insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase
periodontium yang dalam dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.
Gejala
Pulpitis reversible bersifat asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang baru muncul dan
akan kembali normal bila karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik, apabila ada
gejala (bersifat simtomatik) biasanya berbentuk pola khusus. Aplikasi stimulus dingin atau
panas, dapat menyebabkan rasa sakit yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan
segera reda. Stimulus panas dan dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada pulpa normal.
Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respon awal yang
langsung terjadi (tertunda), namun jika stimulus panas ditingkatkan maka intensitas nyeri
akan meningkat. Sebaliknya, jika stimulus dingin diberikan, pulpa normal akan segera terasa
nyeri dan menurun jika stimulus dingin dipertahankan. Berdasarkan observasi hal ini, respon
dari pulpa sehat maupun terinflamasi tampaknya sebagian besar disebabkan oleh perubahan
dalam tekanan intrapulpa.
Pulpitis Irreversible

Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa
irreversible ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat
pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas
selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang
menyebabkan terganggunya aliran darah pulpa.
Gejala
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme
(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang
tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang
dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada
pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan
dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya
adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus
eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke
pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa
lebih sulit dibandingkan nyeri pada periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika
nyerinya semakin intens.Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat menyebabkan
nyeri berkepanjangan.
Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang normal atau sehat. Sebagai
contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini dapat menghasilkan respon yang cepat dan aplikasi
dingin, responnya tidak hilang dan berkepanjangan. Walaupun telah diklaim bahwa gigi
dengan pulpitis irreversible mempunyai ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi
elektrik, menurut Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan
tidak terinflamasi adalah sama.
Nekrosis Pulpa

pulpa nekrosis
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya, tergantung pada
seluruh atau sebagian yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu inflamasi dapat juga terjadi
setelah jejas traumatic yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis ada
dua jenis yaitu koagulasi dan likuifaksi (pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi,
bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan
adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti keju,
yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim
proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau debris
amorfus. Pulpa terkurung oleh dinding yang kaku, tidak mempunyai sirkulasi daerah
kolateral, dan venul serta limfatiknya kolaps akibat meningkatnya tekanan jaringan sehingga
pulpitis irreversible akan menjadi nekrosis likuifaksi. Jika eksudat yang dihasilkan selama
pulpitis irreversible diserap atau didrainase melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang
tebuka ke dalam rongga mulut, proses nekrosis akan tertunda; pulpa di daerah akar akan tetap
vital dalam jangka waktu yang cukup lama. Sebaliknya, tertutup atau ditutupnya pulpa yang
terinflamasi mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat dan total serta timbulnya
patosis periapikal.
Gejala
Gejala umum nekrosis pulpa :

1. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible


2. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.
3. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik
4. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif seperti pelebaran
jaringan periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan lamina dura
5. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat
6. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari salah satu atau
beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.

Keluhan subjektif :

1. Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas


2. Bau mulut (halitosis)
3. Gigi berubah warna.

Pemeriksaan objektif :

1. Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman


2. Terdapat lubang gigi yang dalam
3. Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit
4. Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali pada nekrosis tipe
liquifaktif.
5. Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi dan sondenasi
sakit.

1. 2. Pulpitis Reversibel

Definisi pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali pada keadaan tidak
terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit biasanya sebentar, yang dapat dihasilkan
oleh karena jejas termal pada pulpa yang sedang mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa
sakit ini akan hilang segera setelah jejas dihilangkan. Pulpitis reversibel yang disebabkan
oleh jejas ringan contohnya erosi servikal atau atrisi oklusal, fraktur email.
Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai pulpa, antara lain:
trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang terganggu; syok termal,
seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan bur yang tumpul, atau membiarkan bur
terlalu lama berkontak dengan gigi atau panas yang berlebihan saat memoles tumpatan;
dehidrasi kavitas dengan alkohol atau kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher
gigi yang dentinnya terbuka, adanya bakteri dari karies.
Kadang-kadang setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang sensitivitas
ringan terhadap permukaan temperatur, terutama dingin. Hal ini dapat berlangsung dua
sampai tiga hari atau satu minggu, tetapi berangsur-angsur akan hilang. Sensitivitas ini
adalah gejala pulpitis reversibel. Rangsangan tersebut di atas dapat menyebabkan hiperemia
atau inflamasi ringan pada pulpa sehingga menghasilkan dentin sekunder, bila rangsangan
cukup ringan atau bila pulpa cukup kuat untuk melindungi diri sendiri. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penyebab terjadinya pulpitis reversibel bisa karena trauma yaitu apa saja
yang dapat melukai pulpa. Seperti telah diterangkan di atas bahwa sejak lapisan terluar gigi
terluka sudah dapat menyebabkan perubahan pada pulpa.
Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih
sering diakibatkan oleh makanan atau minuman dingin daripada panas, tidak timbul secara
spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis
reversibel dan irreversibel adalah kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah
dan beralngsung lebih lama.
Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu stimulus, seperti
air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit dapat datang tanpa stimulus
yang nyata. pulpitis reversibel asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang baru mulai
dan menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik.
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan hingga sedang
terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara mikroskopis terlihat dentin
reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah dan adanya sel inflamasi
kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat
dilihat juga sel inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala sensitif dan rasa
sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh rangsangan dingin daripada
panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan makanan, terutama makanan dan minuman
dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara
spontan. Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah rangsangan
dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul bila ada
rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-kadang
mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika karies
porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian tidak ada keluhan
dapat langsung dilakukan penumpatan.

1. 3. Pulpitis Irreversibel

Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat
simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan
pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke
kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus
panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk
beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies, jadi
sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh
faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana
merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme
(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang
tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang
dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada
pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan
dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya
adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus
eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke
pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat pembukaan
sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak
ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa
sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik.
Setelah pembukaan atau draenase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama
sekali. Rasa sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah
tumpatan yang bocor. Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit),
nyeri lama sampai berjam-jam.
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan
kadang-kadang ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan
vital.
- Terapi: pulpektomi

1. 4. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya, tergantung pada
apakah sebagian atau seluruh pulpa yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu inflamasi dapat
juga terjadi setelah jejas traumatik yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi.
Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuefaksi (pengentalan dan pencairan). Pada jenis
koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau dirubah menjadi bahan solid.
Pengejuan adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa
seperti keju, yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi
terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan
atau debris amorfus.
Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh jejas yang membahayakan pulpa seperti bakteri,
trauma dan iritasi kimiawi. Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak
menyebabkan gejala rasa sakit. Sering adanya perubahan warna pada gigi keabu-
abuan/kecoklat-coklatan adalah indikasi pertama bahwa pulpa mati.
Pada pemeriksaan histopatologis tampak debris seluler dan mikroorganisme mungkin terlihat
di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal atau menunjukkan sedikit
inflamasi yang dijumpai pada ligamen periodontal.

NEKROSIS PULPA
I. Definisi
Nekrosis pulpa (gangrene) merupakan proses lanjut dari radang pulpa akut maupun kronis
atau terhentinya darah secara tiba-tiba karena trauma. Nekrosi pulpa dapat terjadi parsial
maupun full. Ada 2 macam nekrosis :
 Tipe koagulasi terjadi karena jaringan yang larut mengendap dan berubah menjadi bahan
yang padat.
 Tipa liquefaction terjadi karena enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi bahan
yang lunak dan cair.
Penyebabnya :
1. Microbakterial
2. Trauma fisik (benturan, radiasi)
3. Bahan-bahan kimia (tumpatan gigi, bahan korosif)
4. Reaksi hipersensitivitas
Umumnnya nekrosis pulpa disebabkan karena pulpitis reversible dan irreversible yang tidak
di tangani dengan baik/benar (kegagalan perawatan).
Nekrosis pulpa ditandai dengan hasil akhir berupa H2S, amoniak, bahan yang bersifat lemak,
indikan, protamine, CO2 selain itu Indole, Skatol, Putresin dan kadaverin yang menimbulkan
bau busuk. Ditemukan juga kuman saprofit anaerob.
II. Mekanisme
Meknisme terjadinya nekrosis pulpa merupakan penjalaran yang membutuhkan waktu yang
lama. Proses terjadi nekrosis dimulai dari :
 Karies superfacial (karies email).
Dimana terjadi pembentukan plak dan penguraian karbohidrat oleh bakteri dengan
menggunakan enzim Ftase dan Gtase. Bakteri yang mengurai karbohidrat (sukrosa) akan
menghasilkan asam sebagai hasil akhir yang meng-etsa email gigi hingga tebentuk kavitas.
 Karies dentin
Merupakan kelanjutan invasi bakteri setelah terbentuk kavitas superfacial.
 Peradangan pulpa (infeksi pulpa)
Merupakan reaksi terhadap invasi bakteri yang telah mengenai pulpa.
Ditandai dengan terjadinya dilatasi pembuluh darah, peningkatan volume darah dalam
ruangan pulpa (kongesti)
 Pulpitis
Dibedakan menjadi 2 :
- Reversible
Inflamasi pulpa yang masih ringan yang disebabkan oleh stimuli tapi pulpa dapat kembali ke
keadaan tidak terinflamasi bila stimuli dihilangkan.
a. Kronik (tanpa gejala)/asimtomatik
b. Akut (dengan gejala)/symtomatik
- Ireversibel
Inflamasi pulpa yang persisten yang dapat simtomatik ataupun asimtomatik yang
menyebabkan pulpa menjadi nekrosis (mati).
a. Akut
b. Kronik : pulpitis hiperplastik
Ditandai dengan berlanjutnya dilatasi pembuluh darah, akumulasi cairan udema pada jaringan
penghubung yang mengelilingi pembuluh darah kecil. Cairan udema ini akan merusak kapiler
yang ditandai dengan ektravasasi sel darah merah dan diapedesis sel darah putih. Ditemukan
juga PMN disekitar dinding pembuluh kapiler yang aktif bergerak secara teratur. Sel-sel yang
rusak, leukosit PMN, bakteri yang mati yang menyebabkan terbentuknya PUS (abses pulpa).
Pus tersebut akan menyumbat jalan peredaran darah sehingga drainase terganggu akibatnya
pus menjalar di seluruh bagian pulpa dan menyebabkan terjdinya nekrosis.
 Nekrosis (gangrene)
Nekrosis yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya abses periapikal.
 Abses periapikal
 Penyebaran PUS ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah, yang bisa menyebabkan
kematian.
III. Gejala :
Gejala umum nekrosis pulpa :
a. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible
b. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.
c. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik
d. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif seperti pelebaran jaringa
periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan lamina dura
e. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat
f. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari salah satu atau
beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.
• Keluhan subjektif :
 Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas
 Bau mulut (halitosis)
 Gigi berubah warna.
• Pemeriksaan objektif :
 Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman
 Terdapat lubang gigi yang dalam
 Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit
 Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali pada nekrosis tipe
liquifaktif.
 Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi dan sondenasi sakit.
IV. Pengobatan
a. Simtomatis :
Diberikan obat-obat penghilang rasa sakit/anti inflmasi (OAINS)
b. Kausatif :
Diberikan antibiotika (bila ada peradangan)
c. Tindakan :
- Gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas.
- Beri anagesik, bila ada peradangan bisa di tambah dengan antibiotic
- Sesudah peradangan reda bisa dilakukan pencabutan atau dirujuk untuk perawatan saluran
akar.
- Biasanya perawatan saluran akar yang digunakan yaitu endodontic intrakanal.
Yaitu perawatan pada bagian dalam gigi (ruang akar dan saluran akar) dan kelainan
periapaikal yang disebabkan karena pulpa gigi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai