Disusun oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN TEKNIK KEJURUAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
1. Batasan pembelajaran berbasis tik
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami
sesuatu yang dipelajari.
Gagne mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa
belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku. Dan Pembelajaran yang
diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk
yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe”
dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar
atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI)
Revolusi teknologi masa kini, khususnya komputer dan internet telah mengubah
cara pandang dan berpikir secara praktis dan efisien pada masyarakat kita khususnya dan
dunia pada umumnya. Kita semua dihadapkan pada ambang gerbang transisi yang
berbasis teknologi, dimana kecepatan penyampaian dan menangkap suatu informasi
menjadi sangat penting dalam rangka memajukan pendidikan. Pada era masyarakat yang
dinamis atau menjelang era masyarakat dinamis yang kita harapkan dapat terwujud di
tahun–tahun mendatang, perlu kiranya kita melakukan langkah persiapan secara optimal.
Mengapa persiapan tersebut tidak dimulai dari sekarang juga? Ilmu pengetahuan saja
tidak lagi cukup, sebab kita sudah berada di sekitar teknologi mobile, serba nir–kabel,
semua menuntut multimedialitas. Siap atau tidak pembelajaran berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi/Technology Information & Comunication (TIK/ICT) harus
dimulai sejak sekarang.
Pemanafaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk pendidikan jarak
jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan konvensional. Kini sudah
banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan
mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem
pendidikan konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra.
Yang pro dengan berbagai dalih meyakinkan akan manfaat kecanggihan teknologi ini
seperti;, memudahkan komunikasi, sumber informasi dunia, memudahkan kerjasama,
hiburan, berbelanja, dan kemudahan aktivitas lainnya. Sebaliknya yang kontra
menunjukan sisi negatifnya, antara lain: biaya relatif besar dan mudahnya pengaruh
budaya asing. Internet sebagai media baru ini juga belum begitu familier dengan
masyarakat, termasuk personil lembaga pendidikan. Oleh karena itu sangat perlu terus
dilakukan kajian, penelitian, dan pengembangan model e-learning. Tulisan ini akan
mencoba menjelaskan e-learning dan kemungkinan pengembangan modelnya dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
Komputer memungkinkan para siswa untuk belajr sesuai dengan keceptan belajar
mereka masing-masing. Komputer dapat diprogram menjadi lebih fleksibel dan pandai
karena dukungan informasi yang lengkap. Bahasa komputer yang mempermudah
programer untuk mengembanhkan aplikasi bidang pendidikan juga sudah mulai banyak
bermunculan, seperti misalnya LOGO dan Smaltalk-80. Komputer sudah dianggap
sebagai alat yang sangat membantu pendidikan (Rosenberg dalam Sinopsis Dosertasi
Hadi Sutopo, Hal. 4)
2. Deskripsikan, tentukan masalah yang dikandung, analisis dan solusi melalui komponen
dari model pembelajaran berikut
a. E leaning
1) Pengertian e-learning
Pengertian E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis
elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan
dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan
dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan
komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-learning berbasis web ini
bisa menjadi lebih interaktif. Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses,
inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu
(Nugroho, 2007).
Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning,
namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa
elektronika sebagai alat bantunya. E-learning memang merupakan suatu
teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia (Tafiardi, 2005).
a) Infrastruktur e-learning
Infrastruktur e-learning merupakan peralatan yang digunakan dalam e-
learning yang dapat berupa Personal Computer ((PC), yakni komputer yang
dimiliki secara pribadi (Febrian, 2004)), jaringan komputer (yakni,
kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch, router,
atau perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan
media komunikasi tertentu (Wagito, 2005)), internet (merupakan singkatan
dari Interconnection Networking yang diartikan sebagai komputer-
komputer yang terhubung di seluruh dunia (Febrian, 2004)) dan
perlengkapan multimedia (alat-alat media yang menggabungkan dua unsur
atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video
dan animasi secara terintegrasi (Febrian, 2004)). Termasuk di dalamnya
peralatan teleconference (pertemuan jarak jauh antara beberapa orang yang
fisiknya berada pada lokasi yang berbeda secara geografis (Febrian, 2004))
apabila kita memberikan layanan synchronous learning yakni proses
pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar
dan murid sedang belajar melalui teleconference.
c) Konten e-learning
Konten e-learning merupakan konten dan bahan ajar yang ada pada e-
learning sistem (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini
bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content (konten berbentuk
multimedia interaktif seperti multimedia pembelajaran yang memungkinkan
kita menggunakan mouse, keyboard untuk mengoperasikannya) atau Text-
based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran yang ada
di wikipedia.org, ilmukomputer.com, dsb.). Biasa disimpan dalam Learning
Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh peserta didik
kapan pun dan dimana pun.
2) Masalah e-learning
b. On learning
1) Pengertian on learning
2) Masalah on learning
3) Analisis dan solusi
c. Distance learning
1) Pengertian distance learning
Distance Learning atau pembelajaran jarak jauh, adalah bidang pendidikan
yang berfokus pada pedagogi, teknologi, dan desain sistem instruksional yang
bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada para siswa yang tidak secara
fisik "di situs" di kelas tradisional atau kampus. Ini telah digambarkan sebagai
"suatu proses untuk membuat dan menyediakan akses untuk belajar ketika
sumber informasi dan peserta didik dipisahkan oleh waktu dan jarak, atau
keduanya". Dengan kata lain, pembelajaran jarak jauh adalah proses
menciptakan pendidikan pengalaman kualitas yang sama bagi pelajar terbaik
sesuai dengan kebutuhan mereka di luar kelas.
Program pendidikan Jarak Jauh yang memerlukan kehadiran fisik di
tempat karena alasan apapun (termasuk mengambil ujian) dianggap kursus
hibrida atau dicampur studi. Teknologi baru ini menjadi banyak digunakan di
universitas-universitas dan lembaga di seluruh dunia. Dengan tren baru-baru ini
kemajuan teknologi, pembelajaran jarak jauh menjadi lebih diakui untuk
potensialnya dalam memberikan perhatian individual dan komunikasi dengan
siswa internasional. Kutipan teori pedagogis dari pendidikan jarak jauh adalah
"jarak transaksional".
Ada tiga teori belajar utama yang digunakan sebagai dasar pembelajaran
jarak jauh (E-Learning) yaitu behaviorisme, kognitivisme dan konstrukstivisme.
Hal ini tidak terlepas dari pendapat-pendapat ahli dan penjelasan dari beberapa
sumber referensi. Berikut penjabarannya:
a) Behaviorisme
b) Kognitivisme
c) Konstruktivisme
b) tidak terbatas oleh waktu. Pembelajar dapat menentukan kapan saja waktu
untuk belajar, sesuai dengan ketersediaan waktu masing-masing. Proses
pembelajaran ini sangat cocok diterapkan bagi karyawan/pegawai.
c) pembelajar dapat memilih topik atau bahan ajar sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan masing-masing. Hal ini sangat baik karena dapat
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.
d. Blended learning
1) Pengertian blended learning
Blended Learning berasal dari dua kata yaitu Blended dan Learning.
Blended artinya campuran/gabungan/kombinasi, sedangkan laring artinya
belajar/pembelajaran. Garrison dan Vaughan (2008) mendefinisikan yang
dikutip oleh Francine S.Glazer, “Blended learning adalah proses pembelajaran
campuran tatap muka dengan online, sehingga menjadi pengalaman belajar yang
unik”1 Menurut Josh Bersin, “Blended learning merupakan pembelajaran secara
tradisional yang dilengkapi media elektronik/media teknologi”. 2 Sedangkan
menurut Catlin R.Tucker, “Blended learning merupakan satu kesatuan yang
kohesif (berpadu/melekat), maksudnya adalah memadukan atau
menggabungkan pembelajaran tradisional tatap muka dengan komponen
online”.3
Selanjutnya menurut Kaye Thorne dan David Mackey, Blended learning
merupakan pembelajaran campuran yang memanfaatkan teknologi multimedia,
cd-rom, kelas virtual, voice-mail, e-mail, video streaming, dan sebagainya.4
Dari definisi tersebut maka Blended Learning dapat diartikan sebagai suatu
pembelajaran yang menggabungkan atau mengombinasikan pembelajaran tatap
muka (face to face) dengan media TIK, seperti komputer (online maupun
ofline), multimedia, kelas virtual, internet dan sebagainya.
e. Telekonferen
1) Pengertian telekonferen
Sistem telekomunikasi dapat mendukung teleconference karena
menyediakan satu atau lebih dari berikut ini: audio, video, dan / atau layanan
data oleh satu atau lebih berarti, seperti telepon, komputer , telegraf, teletip,
radio, dan televisi. Salah satu manfaat dan keuntungan perkembangan teknologi
jaringan dan informasi adalah kemudahan dalam berkomunikasi. Orang dapat
melakukan aktivitas tanpa harus berpergian dan membuang-buang waktu untuk
menghabiskan waktu yang yang dilakukan dari perjalanan dan tentunya juga
menghemat biaya.
Pada saat ini orang dapat melakukan suatu pertemuan bisnis dengan
rekannya tanpa harus meninggalkan tempat orang tersebut bekerja. Sebut saja
teknologi teleconference. Teknologi ini sangat memungkinkan untuk melakukan
hal tersebut. Komunikasi tersebut meliputi gambar dan suara sehingga pihak
pertama dan kedua ataupun ketiga seolah-olah bertatapan langsung antara
beberapa pihak yang berlangsung secara interaktif dan realtime.
Telekonferensi, dalam telekomunikasi, merupakan pertemuan berbasis
elektronik secara langsung (live) di antara dua atau lebih partisipan manusia
atau mesin yang dihubungkan dengan suatu sistem telekomunikasi yang
biasanya berupa saluran telepon. Penggunaan telekonferensi memiliki kelebihan
efektivitas biaya dan waktu. Telekonferensi dapat berbentuk konferensi audio
atau konferensi video.[1] Konferensi audio merupakan salah satu jenis
telekonferensi dimana seseorang dapat melakukan percakapan interaktif
didalamnya. Dengan audio-konferensi ini, seseorang dapat berbicara dengan
lebih dari satu orang melalui speaker. Dalam konferensi video, para
partisipannya dapat saling melihat gambar (video) dan saling mendengar,
melalui peralatan kamera, monitor, atau pengeras suara masing masing.
Secara harfiah diartikan konferensi atau rapat jarak jauh, artinya
pertemuan jarak jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada
pada lokasi yang berbeda secara geografis. Diskusi bisa dilakukan
secara realtime dan interaktif dengan dukungan infrastruktur jaringan serta
perangkat multimedia.
Pengertian teleconference atau telekonferensi atau teleseminar adalah
komunikasi langsung di antara beberapa orang yang biasanya dalam jarak jauh
atau tidak dalam satu ruangan dan dihubungkan oleh suatu sistem
telekomunikasi.
Jadi teleconference adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih yang dilakukan melewati telefon atau koneksi jaringan. Pertemuan
tersebut bisa menggunakan suara (audio conference) atau menggunakan audio-
video (video conference) yang memungkinkan peserta konferensi saling melihat
dan mendengar apa yang dibicarakan, sebagaimana pertemuan biasa. Dalam
telekonferensi juga dimungkinkan menggunakan whiteboard yang sama dan
setiap peserta mempunyai kontrol terhadapnya, juga berbagi aplikasi.
Bentuk Telekonferensi
a) Konferensi audio: seseorang hanya dapat melakukan percakapan interaktif
b) Konferensi video: dapat saling melihat gambar (video) dan saling
mendengar, melalui kamera, monitor, atau speaker.
Manfaat Telekonferensi
a) Efisiensi waktu
Dengan pemanfaatan teknologi ini kita bisa menghemat waktu yang
dibutuhkan untuk Meeting di suatu tempat hingga 50 %.
Contoh : Pak.Udin dari Jakarta hendak melakukan perjalanan meeting
ke Bandung, Berapa lama waktu yang dibutuhkan ?
Metode konvensional
Jarak dari Jakarta - Bandung 150 km dan bisa ditempuh +/- 2,5 jam
dengan mobil. Waktu yang dibutuhkan untuk meeting 2,5jam. Setelah
selesai meeting, Pak.Udin harus berjalan lagi +/- 2,5 jam untuk
menempuh perjalanan pulang Bandung - Jakarta Jadi, total waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan meeting di Bandung adalah 7,5 jam.
Metode Teleconference
Waktu yang dibutuhkan untuk meeting Pak.Udin Ceramah selama
2,5jam. Persiapan alat untuk melakukan telekonferensi 30 menit. Jadi,
total waktu keseluruhan yang dibutuhkan Pak.Udin hanya 3jam. Dari
contoh ini menunjukkan bahwa dengan teknologi teleconference ini,
Pak.Udin dapat menghemat waktunya untuk melakukan meeting di suatu
tempat yang jauh > 50 %.
b) Efisiensi Biaya
Dengan teknologi ini, Pak.Udin juga bisa menghemat biaya yang
dibutuhkan untuk meeting, terutama di tempat yang jauh. Hal ini karena
meeting bisa dilakukan dari mana saja tanpa harus datang ke tempat
meeting tersebut. Contoh : seperti contoh diatas Pak.Udin dari Jakarta
hendak melakukan perjalanan meeting ke Bandung, Berapa banyak biaya
yang dibutuhkan ?
Metode konvensional
Jarak dari Jakarta - Bandung 150 km. anggap ratio pemakaian
bahan bakar mobil 1 : 10 km. jadi, bahan bakar yang dibutuhkan untuk
pergi dan pulang adalah 30 liter x @ Rp. 9.500 (pertamax) = Rp.
285.000,- Belum lagi beaya untuk jalan tol dan konsumsi.
Metode Teleconference
Biaya koneksi melalu internet dengan menggunakan SPEEDY
per jam @ Rp. 4,000 x 2 tempat ( karena setiap tempat harus
tersambung dengan jalur internet ) = Rp. 8,000. Jadi total
penghematannya sebesar +/- 92 % dari metode konvensional. Coba
anda bayangkan berapa banyak lagi biaya yang bisa dihemat bila
Pak.Udin jika tidak harus berangkat kesana dan kemari untuk
melakukan meeting di l yang jauh.
c) Efisiensi Jarak
Dengan teknologi ini Pak.Udin dapat melakukan meeting yang paling
jauh sekalipun hanya dari depan sebuah Laptop dan webcam yang ada
dikantor tanpa harus datang ke tempat tersebut. Sangat sederhana
bukan! Contoh : Pak.Udin hendak menghadiri meeting di kantor cabang
yang berada di bandung. Berapa jauh jarak yang dibutuhkan ?
Metode konvensional
Jarak dari Jakarta - Bandung: 150 km.
Metode Teleconference
Jarak dari Rumah Pak.Udin – Kantor, Jakarta : 10 Km.
d) Mengurangi Risiko
Teknologi ini membantu kita untuk mengurangi risiko – risiko yang
mungkin terjadi dalam usahanya untuk melakukan perjalanan meeting.
Risiko itu antara lain :
Risiko perjalanan jauh dengan pesawat, mobil.
Risiko kesehatan : sakit, kelelahan,
Risiko Kecelakaan : kecelakaan lalu lintas karena menempuh
perjalanan jauh, akses jalan yang tidak bagus, dll
Risiko lain seperti terburu – buru sehingga lupa apa yang disampaikan
atau tertinggal materi yang hendak disampaikan karena waktu yang
mendesak, tegang, dll.
2) Masalah telekonferen
5. Hubungan media
Konsep press videoconference dikembangkan pada Oktober 2007 oleh
African Press Organization atau APO untuk mengizinkan wartawan Afrika
internasional untuk berpartisipasi dalam konferensi pers tentang masalah
pembangunan dan pemerintahan yang baik. Press videoconference
memungkinkan untuk mengatur sebuah konferensi pers internasional
menggunakan konferensi video melalui Internet. Wartawan dapat berpartisipasi
untuk sebuah konferensi pers internasional dari mana saja tanpa meninggalkan
kantor. Wartawan hanya perlu duduk di depan komputer yang terhubung ke
internet dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pembicara.
Pada poin diatas penulis menekankan pada penerapan nilai nilai moral pada siswa,
sebab menurut penulis perkembangan mental siswa dapat dilihat oleh pendidik dengan
bertemu secara langsung, dengan memperhatikan cara bicara, mimik wajah, gerak tubuh
dan cara bersosilisasi secara langsung dengan lingkungan belajarnya.
Dalam pembelajaran tatap monitor, pendidik juga tidak lupa untuk menerapkan
nilai nilai moral dalam pembelajaran melalui pemberian contoh contoh soal yang harus
di selesaikan ataupun di diskusikan yang bertemakan moral dan agama sehingga nilai
nilai itu dapat diserap oleh siswa pembelajar.