Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah dalam karya tulis ini
adalah sebagai berikut.
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan masalah dalam karya tulis ini adalah untuk :

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengantar

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara


mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan
untuk merubah fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Namun tidak
semua jenis antikoagulan dapat dipakai karena ada beberapa antikoagulan yang dapat
mempengaruhi bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Pada
pemeriksaan hematologi yang membutuhkan spesimen berupa whole blood dan atau
plasma maka sampel darah harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi
antikoagulan sehingga dengan pemberian antikoagulan maka darah tidak akan beku.

Spesimen dan antikoagulan harus dicampur homogen serta segera setelah


pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan microclot. Pencampuran yang
lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis. Jenis antikoagulan yang baik
adalah yang tidak merusak komponen - komponen yang terkandung di dalam darah
dan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diinginkan.

Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis


pemeriksaan tertentu. Namun tidak semuanya dapat digunakan karena ada yang
terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk/morfologi eritrosit atau leukosit.
Beberapa antikoagulan yang banyak digunakan untuk pemeriksaan darah diantaranya
adalah :

1. EDTA (Ethylen Diamine Tetracetic Acid).


2. Natrium Sitrat 3,8%
3. Heparin
4. Antikoagulan oral
5. Natriun dan Kalium Oskalat

2
6. Double oxalate
2.2 Jenis-jenis Anti Koagulan
1. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)

Garam Kalium atau Natrium dari Ethylen Diamine Tetra Asetat (EDTA).
Garam-garam tersebut mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan
ion sehingga pembekuan dapat dicegah. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan
bentuk dari eritrosit dan leukosit. Selain itu EDTA juga dapat mencegah
penggumpalan trombosit, sehingga sangat baik sebagai antikoagulan untuk
pemeriksaan trombosit. Antikoagulan EDTA sangat luas pemakaiannya, dapat
digunakan untuk kebanyakan pemeriksaan hematologi. Dengan antikoagulan EDTA,
sel-sel darah dapat bertahan lebih lama dibanding dengan antikoagulan lain.

Terdapat tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA),


dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Dari ketiga jenis
EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH
(International Council for Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and
Laboratory Standards Institute).

Jumlah EDTA yang biasa digunakan:

 EDTA kering: 1 mg EDTA/1 ml darah


 EDTA cair: 0.01ml EDTA/1 ml darah

EDTA cair (laruatan EDTA 10 %) lebih sering digunakan. Pada penggunaan EDTA
kering, wadah yang berisi darah dan EDTA harus digoyang(homogenkan) selama 1-2
menit karena EDTA kering lambat larut. Penggunaan EDTA kurang atau lebih dari
ketentuan seharusnya dihindari. Penggunaan EDTA yang kurang dari ketentuan dapat
menyebabkan darah membeku, sedangkan penggunaan yang lebih dari ketentuan
dapat menyebabkan eritrosit mengkerut sehingga nilai hematokrit rendah dari nilai
yang sebenarnya. Saat ini sudah tersedia, tabungdarah/tabung hampa udara

3
(vacutainer tube) yang berisi EDTA. Tabung EDTA bertutup lavender (Ungu) atau
pink seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan EDTA:

 Penentuan kadar Hb
 Penentuan Hematokrit
 Penentuan Laju Endap Darah (LED)
 Penentuan Resisitensi osmotik darah
 Penentuan golongan darah
 Perhitungan sel-sel darah, termasuk retikulosit
 Pembuatan apusan darah

Keuntungan dan penggunaan EDTA sebagai berikut:

 Tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya erithrosit dan


leukosit
 Mencegah trombosit menggumpal
 Dapat digunakan berbagai macam pemeriksaan hematologi

Kerugian EDTA sebagai berikut:

 Lambat larut karena sering digunakan dalam bentuk kering sehingga


harus menggoncang wadah yang berisi darah EDTA selama 1-2 menit.

Cara pembuatan antikoagulan EDTA, yaitu sebagai berikut:


1. Ambil botol yang bersih dan kering
2. Pipet EDTA 10% sebanyak 0,020 ml dengan pipet sahli
3. Masukkan kedalam botol dan keringkan

4
2. Natrium Sitrat (Trisodium Citrat)
Natrium Sitrat (Trisodium Citrat) yang digunakan berbentuk larutan 3,2 %
dan 3,8%. Antikogulan ini mencegah pembekuan dengan cara mengikat ion kalsium.
Antikoagulan Natrium Sitrat bersifat isotonis dengan darah dan tidak bersifat toksik
sehingga dapat juga digunakan untuk transfusi darah. Antikoagulan ini biasa
digunakan dalam bentuk larutan dan paling sering dipakai untuk pemeriksaan laju
endap darah dengan pendinginannya 1 volume Natrium sitrat 3,8% : 4 volume
darah. Prinsip kerja natrium sitrat 3,8%, yaitu dengan cara mengikat ion kalsium
dalam darah dan mempertahankan kapabilitas fungsi trombosit (bufer Natrium sitrat
bisa meningkatkan stabilitas faktor V & VIII). Natrium Sitrat 3,8% dibuat dengan
cara melarutkan 3,8 gram Natrium Sitrat Dihidrat dalam 100 ml aquadest.
Banyaknya Natrium Sitrat yang Digunakan :
 Larutan Natrium Sitrat 3,2 % digunakan untuk pemeriksaan soal-soal
proses pembekuan darah (Koagulasi) dan agregasi trombosit, Volume:
1 volume antikoagulan : 9 volume darah
 Larutan Natrium Sitrat 3,8 % digunakan pemeriksaan Laju Endap
Darah dan Eritrosit Sedimen Rate (ESR), Volumenya : 1 volume
antikoagulan : 4 volume darah
Saat ini sudah tersedia Tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer tube)
yang berisi Natrium sitrat. Tabung sitrat 3,2% bertutup biru terang dan tabung sitrat
3,8% bertutup hitam.
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Natrium Citrat:
 Penentuan Laju Endap Darah
 Eritrosit Sedimen Rate (ESR)
 Pemeriksaan soal-soal proses pembekuan darah
 Agregasi Trombosit
 Penentuan golongan darah
 Transfusi darah

5
Keuntungan menggunakan antikoagulan natrium citrate :

 Antikoagulan ini berisfat tidak toksis sehingga sering digunakan dalam


unit transfusi darah dalam bentuk ACD (Acid Citric Dextrose)

Kerugian menggunakan antikoagulan natrium citrate :

 Pemakaiannya terbatas dalam pemeriksaan hematologi.


3. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, namun di
laboratorium heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan di
laboratorium karena mahal harganya. Heparin berdaya seperti antitrombin. Heparin
bekerja dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga
menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen. Heparin tidak mempengaruhi
bentuk eritrosit maupun trombosit.
 dosis kecil : mencegah protrombin trombin
 dosis besar : menginaktivasi trombin dan mencegah protrombin
trombin

Jenis heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium heparin karena
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.

Banyaknya Heparin yang Digunakan:

 Heparin Kering : 0,1-0,2 mg/ml Darah


 Heparin Cair : 15 IU +/- 2.5 IU/ml darah

Saat ini telah tersedia tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer tube)
yang berisi heparin. Tabung heparin bertutup Hijau muda (Lithium heparin) dan
Hijau (Lithium heparin dengan gel)

6
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Heparin :

 Penentuan hemoglobin
 Penentuan hematokrit
 Penentuan resistensi osmotic
 Penghitungan sel-sel darah
 Penentuan golongan darah
 Transfusi darah

Kerugian Menggunakan Antikoagulan Heparin :

 Heparin tidak bisa digunakan untuk membuat apusan darah karena


menyebebabkan dasar yang biru kehitaman bisa dicat dengan cat
wright stain
 Harganya mahal

4.
Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan
pengobatan tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan dalam
jangka panjang.Terhadap trombosis vena, efek antikoagulan oral sama dengan
heparin, tetapi terhadap tromboemboli sistem arteri, antikoagulan oral kurang efektif.
Antikoagulan oral diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan timbulnya
tromboemboli, antara lain infark miokard, penyakit jantung rematik, serangan
iskemia selintas, trombosis vena, emboli paru.
Mekanisme kerja antikoagulan oral dengan cara mencegah reduksi oksidasi
vitamin K sehingga aktivitas vitamin K sebagai kofaktor pembekuan darah menjadi
terganggu. Contoh Obat: Natrium Warfarin (oral,IV) , Dikumarol, Clopidogrel.

7
5. Natrium Oxalat
Natrum Oxalat bekerja dengan menikat ion Ca, sehingga terbentuk Ca Oxalat
yang mengendap. Na oxalat yang digunakan berbentuk larutan 0.1 N. Banyaknya Na-
Oxalat yang digunakan:
 Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT) : 1 volume darah: 9
volume darah
 Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Na-Oxalat
 Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT)

6. Double Oxalat
Double Oxalat atau sering disebut juga Balance Oxalat Mixture atau
antikoagulan dari Heller dan Paul. Antikoagulan ini mengandung kalium oxalat dan
ammonium oxalat dengan perbandingan 2:3. Kalium oxalat menyebebkan eritrosit
mengkerut, sedangkan ammonium oxalat menyebabkan eritrosit mengembang.
Campuran kedua garam tersebut bertujuan untuk menghindari perubahan perubahan
volume eritrosit.
Banyaknya Antikoagulan Double Oxalat yang digunakan:
 Double oxalat kering : 2 mg Double oxalat / 1 ml darah
 Double oxalat cair 2%: 0.1 ml Double oxalat/ 1 ml darah
Double oxalat digunakan dalam bentuk kering. Sebelum ditambahkan darah, double
oxalat cair yang dimasukkan kedalam tabung penampung darah harus di keringkan
terlebih dahulu pada suhu yang kurang 600C, menghindari perubahan menjadi
Karbonat (Sifat antikoagulannya hilang).
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Double Oxalat:
 Penentuan hemoglobin
 Penentuan hematokrit

8
 Penentuan Laju Endap Darah (LED)
 Penentuak resistensi eritrosit
 Penentuan golongan darah

7. NaF dan Kalium Oxalat

Antikoagulan ini sebenarnya dikhususkan untuk pemeriksaan glukosa darah,


namun masih dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi. Antikoagulan ini
biasanya tersedia dalam tabung vakum yang diproduksi pabrikan. Kalium oksalat
berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis dengan cara
menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan urease sehingga kadar glukosa
darah stabil

BAB III
PENUTUP

9
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai