Anda di halaman 1dari 4

ABSTRAKSI

IMANUELA, SWEETY ANGELIA


2012 KETELADAN YESUS SEBAGAI GEMBALA YANG
BAIK MENURUT YOHANES 10: 1-18 DAN
IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN GKSI

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI ARASTAMAR (SETIA) JAKARTA, JAKARTA,


Skripsi, S,Th _____ Halaman

Hamba Tuhan memiliki peranan penting dalam mengembangkan pelayanan yang


dipercayakan Tuhan kepada-nya. Hamba Tuhan perlu menjadi teladan dalam mengembalakan
jemaat atau orang-orang yang menjadi tanggung jawab
____________________________________
__________________________________________________________
Pertamaskripsi inimenjelaskan tentang latar belakang Injil Yohanes
dst………
Kedua skripsi inibertujuan untuk menguraikan maksud …….…dst
Ketiga skripsi inijuga menjelaskan …….…dst

Jumlah Kata : ----------


Dosen Pembimbing I : Herison M. Butar-Butar, M.Th
Dosen Pembimbing II : Riste Tioma Silaen, M.Th
. Latar Belakang Masalah

Upaya pengembangan pendidikan dalam gerak pembangunan nasional merupakan suatu yang wajar dan
harus tetap dilakukan. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa pendidikan merupakan faktor strategis dalam
menunjang keberhasilan pembangunan. Pendidikan luar biasa sebagai salah satu bentuk pendidikan
yang khusus mengenai anak-anak berkelainan dari berbagai jenis termasuk juga anak tuna grahita. Di
dalam pasal 31 Batang Tubuh UUD 1945 ditegaskan bahwa setiap Warga Negara Indonesia berhak
mendapatkan pengajaran yang diupayakan pemerintah baik formal maupun non formal. Menurut
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2, juga ditegaskan bahwa “Warga Negara yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak mendapat pendidikan khusus”.
Anak tuna grahita dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya di sekolah luar biasa bagian C atau lebih
dikenal dengan singkatan SLB C. SLB C Setya Darma Surakarta merupakan salah satu bentuk pendidikan
sekolah khusus bagi anak tuna grahita. Di sekolah luar biasa ini dimulai dari tingkat permulaan atau biasa
disebut taman kanak-kanak sampai tingkat menengah atas. Sehingga anak yang dididik dan dibantu
dapat menyiapkan diri memasuki dunia luar sekolah yang lebih luas, karena tidaklah mungkin anak yang
telah lulus dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Hambatan-hambatan yang dialami anak tuna
grahita dalam peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah berasal dari “konsep diri anak
akan ketunaannya yang timbul dari dalam diri anak akibat cacatnya diperkuat perlakuan orang lain
terhadapnya”. (Muh. Bandi, 1999: 11)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:

1. Pola asuh orang tua terhadap anak tuna grahita pada umumnya banyak mengalami kekeliruan.
Dari kekeliruan itu maka orang tua gagal menciptakan kondisi yang baik dalam proses belajar
anak tuna grahita.

2. Dalam pelaksanaan bimbingan guru pada umumnya belum melaksanakan bimbingan yang
sebenarnya, guru lebih banyak melakukan kegiatan belajar mengajar yang sifatnya klasikal.

C. Pembatasan Masalah

Supaya masalah dapat dikaji dan dijawab secara mendalam serta tidak terlalu luas, maka penulis
membatasi masalah sebagai berikut:

1. Pola asuh orang tua adalah seperangkat sikap dan perilaku yang ditata yang diterapkan oleh
orang tua dalam berinteraksi dengan anak di rumah. Pola asuh orang tua dalam penelitian ini
merupakan pola asuh orang tua yang sifatnya positif yang
meliputi: permissivenesess (pembolehan) dan acceptance(penerimaan).

2. Bimbingan guru dalam penelitian ini penulis batasi dengan bimbingan belajar guru yang sifatnya
positif

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dan prestasi belajar anak tuna grahita SMALB
di SLB C Setya Darma Surakarta tahun ajaran 2005/2006?

2. Apakah ada hubungan antara bimbingan guru dan prestasi belajar anak tuna grahita SMALB di
SLB C Setya Darma Surakarta tahun ajaran 2005/2006?
3. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dan bimbingan guru dengan prestasi belajar
anak tuna grahita SMALB di SLB C Setya Darma Surakarta tahun ajaran 2005/2006?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola asuh orang tua dan
bimbingan guru dengan prestasi belajar anak tuna grahita SMALB di SLB C Setya Darma Surakarta tahun
ajaran 2005/2006.

F. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada orang tua agar lebih memperhatikan kebutuhan dan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak tuna grahita di rumah sehingga dapat memberikan
pola asuh dan bimbingan secara tepat.

2. Sebagai masukan pada Lembaga Pendidikan Luar Biasa guna meningkatkan kualitas Pendidikan
Luar Biasa, khususnya pendidikan bagi anak tuna grahita.

Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Orang Tua

Rumah dan keluarga adalah lingkungan hidup pertama, dimana anak memperoleh pengalaman-
pengalaman pertama yang sudah mempengaruhi jalan hidupnya. Di dalam keluarga anak mendapat
pengalaman dari orang tua. Sanyoto (1999: 10) menyatakan bahwa, “Orang tua berarti orang yang
sudah tua, ibu atau bapak atau orang yang dianggap tua”.

Thamrin Nasution. (1986: 1) berpendapat bahwa “Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung
jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, dan dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut ibu.

Anda mungkin juga menyukai