Anda di halaman 1dari 12

Judul Jurnal : Comparative study of efficacy of glimepiride and metformin versus

glibenclamide and metformin for type 2 diabetic patients


Nama Jurnal : Der Pharmacia Lettre, 2014, 6 (1):78-82
Penulis : Sivakumar R., Mohammed Rafy, Arya Mohan & Mohammed Shihab

Analisis PICO:
Problem/Patient Pasien yang didiagnosis dengan diabetes
mellitus dan mereka yang dalam
pengobatan dengan glimepirid plus
metformin atau glibenklamid plus
metformin dan pasien dengan HbA1C
>7%, kadar gula darah >140 mg/dl,
pasien obes, dan usia antara 30 – 65
tahun di Al Madeena Institute of Medical
Science (ALMAS Hospital), Kottakkal,
Kerala.
Intervention Kombinasi glimepirid plus metformin
Comparison Kombinasi glibenklamid plus metformin
Outcome Terapi kombinasi glimepirid plus
metformin dapat dipertimbangkan
sebagai kombinasi terbaik pada pasien
dengan peningkatan kontrol glikemik
dibandingkan terapi glibenklamin plus
metformin.

1
RESUME JURNAL
1. Pendahuluan
Diabetes mellitus ialah salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan
di seluruh dunia. Sesuai dengan estimasi, sekitar 285 juta orang di seluruh dunia
(6.6%) pada kelompok usia 20 – 79 tahun memiliki diabetes pada tahun 2010 dan
pada tahun 2030, 438 juta orang (7.8%) populasi dewasa, diduga memiliki
diabetes. The International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan total
jumlah orang di India dengan diabetes sekitar 50.8 juta pada tahun 2010,
meningkat menjadi 87.0 juta pada tahun 2030.
Diabetes mellitus merupakan kondisi kronik dan ditandai dengan
hiperglikemia yang disebabkan oleh defek pada sekresi insulin, aksi insulin
maupun keduanya. Akibat hal tersebut, jumlah glukosa di darah meningkat dan
menyebabkan hiperglikemia. Komplikasi mayor berupa neuropati diabetikum dan
nefropati, penyakit vaskuler perifer, ulkus pedis, dan amputasi tungkai terjadi
pada 30% dari mereka yang berusia 40 tahun atau lebih. Gejala diabetes meliputi
poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, kadang-kadang dengan polifagia, dan
penglihatan kabur.
Diabetes merupakan kondisi kronik yang memerlukan pengobatan
berkelanjutan dan modifikasi gaya hidup untuk mencegah komplikasi akut dan
untuk mengurangi komplikasi jangka panjang. Kadar gula darah tidak dapat
dikontrol karena fungsi sel β memburuk dari waktu ke waktu, tidak tergantung
apakah pengobatannya diet saja, sulfonyl urea, metformin, atau insulin. Jika kadar
gula darah tidak dapat dikontrol dengan agen tunggal, harus dianjurkan untuk
menambah agen oral atau insulin. Kombinasi oral yang terbaik diuji adalah
sulfonylurea plus metformin. Menambahkan satu sulfonylurea terhadap
metformin dalam dosis penuh dapat menurunkan kadar HbA1C sebesar 1.5% -
2%.
Studi ini bertujuan untuk membandingkan efikasi glimepirid plus
metformin vs glibenklamid plus metformin pada pasien dengan diabetes mellitus

2
tipe 2 dan untuk menilai persentase penurunan kadar FPG, PPG, dan HbA1C pada
kedua kelompok.

2. Metode
Studi observasional prospektif ini dilakukan di Al Madeena Institute of
Medical Science (ALMAS Hospital), Kottakkal, Kerala selama 6 bulan. Pasien
yang didiagnosis dengan diabetes mellitus dan mereka yang dalam pengobatan
dengan glimepirid plus metformin atau glibenklamid plus metformin dan pasien
dengan HbA1C >7%, kadar gula darah >140 mg/dl, pasien obes, dan usia antara
30 – 65 tahun diinklusi dalam studi. Pasien yang sedang menjalani terapi insulin
atau menerima insulin selama lebih dari 6 minggu dalam 3 bulan terakhir, riwayat
reaksi buruk terhadap sulfonylurea atau metformin, pasien dengan disfungsi
ginjal, kehamilan, sedang menyusui, dan pasien dengan disfungsi hepar dieksklusi
dari studi. Sebelum pengumpulan data, pasien diberi informasi dengan jelas
mengenai tujuan studi dan bahwa informasi yang dikumpulkan tidak akan
diungkapkan pada siapapun dan partisipasi akan menjadi pilihan mereka. Usia,
jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, penyakit berhubungan yang lainnya
dicatat, IMT dihitung dan pasien diberi instruksi untuk memonitor kadar glukosa
darah mereka, HbA1C, dan profil lipid pada kunjungan awal ke rumah sakit.
Pasien diminta untuk memeriksa kadar glukosa secara rutin dalam interval 2
bulan. Rekam pasien dipertahankan selama 6 bulan setelah kunjungan pertama
mereka ke rumah sakit. HbA1C diperiksa setelah pengobatan dan setelah 6 bulan
pengobatan. Parameter primer yang digunakan untuk studi ialah glukosa plasma
puasa, glukosa post prandial, HbA1C, dan IMT. Parameter sekundernya berupa
kholesterol serum, kreatinin serum, urea serum, dan kadar asam urat serum.
Informasi yang dikumpulkan dicatat dalam Master Chart. Analisis data
dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan Epidemiological Information
Package (EPI 2010) yang dibuat oleh Centre of Disease Control, Atlanta, Graph
Pad Prism 6, dan Microsoft Excel. Menggunakan software ini, frekuensi,

3
persentase, rata-rata, deviasi standar, chi-square, dan nilai p dihitung. Uji chi-
square Kruskal Wallis digunakan untuk menemukan perbedaan signifikan antar
variabel kuantitatif dan uji chi square Yate untuk variabel kualitatif. Nilai p
kurang dari 0.05 digunakan untuk menunjukkan hubungan signifikan.

3. Hasil & Pembahasan


Total sebanyak 96 pasien diinklusi dalam studi kami dimana 52 pasien di
kelompok A (glimepirid plus metformin) dan 44 pasien di kelompok B
(glibenklamid plus metformin). Detail demografis di antara subyek kelompok A
mengungkapkan bahwa dari 52 pasien, 4 pasien (7.7%) berusia kurang dari 40
tahun, 12 pasien (23.1%) berusia antara 41 – 50 tahun, 32 pasien (61.5%) berusia
antara 51 – 60 tahun, dan 4 pasien (7.7%) berusia di atas 60 tahun. Detail
demografis di antara subyek kelompok B mengungkapkan bahwa dari 44 pasien,
2 pasien (4.5%) berusia di bawah 40 tahun, 11 pasien (25%) berusia antara 41 –
50 tahun, 26 pasien (59.1%) berusia antara 51 – 60 tahun, dan 5 pasien (11.4%)
berusia di atas 60 tahun (Tabel 1).

Pada kedua kelompok, mayoritas pasien adalah perempuan dan distribusi


jenis kelamin populasi studi ditunjukkan pada Tabel 2.

4
Dari 52 pasien pada kelompok A, durasi DM ialah 1 – 9 tahun, dan dari 41
pasien pada kelompok B, durasi DM ialah 2 – 10 tahun (Tabel 3).

Tabel 4 menunjukkan pengobatan pasien diabetes tipe 2. Kelompok A


menunjukkan bahwa 30 pasien (57.6%) memiliki riwayat DM dan pada kelompok
B 25 pasien (56.8%) memiliki riwayat DM. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan kesempatan DM untuk orang-orang yang memiliki riwayat
keluarga DM (p < 0.05).

Rata-rata tinggi badan pasien pada kelompok A dan B berkisar 164.8+4.2


cm dan 165.4+34.8 cm masing-masing. Rata-rata berat badan awal pasien di
kelompok A dan B ditemukan berkisar 72.5+4.3 kg dan 71+5 kg masing-masing.
Rata-rata IMT awal pasien di kelompok A dan B ditemukan 26.7+1.0 dan
26.1+0.85 masing-masing. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara
statistik pada rata-rata tinggi badan, berat badan, dan IMT kedua kelompok (p >

5
0.05). Rata-rata tekanan darah sistolik pasien pada kelompok A ditemukan
127.1+10.7 mmHg dan pada kelompok B 126.1+7.2 mmHg dan rata-rata tekanan
darah diastolic pada kelompok A ditemukan 81.0+8.4 mmHg dan pada kelompok
B 81.0+6.5 mmHg. Rata-rata nilai tekanan darah kedua kelompok tidak
menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik (p > 0.05). Rata-rata kadar
urea pasien pada kelompok A dan B ditemukan 26.1+8.7 dan 24.5+7.1 masing-
masing. Rata-rata kadar kreatinin serum pasien pada kelompok A dan B berkisar
0.9+0.07 dan 0.9+0.069 masing-masing. Rata-rata kadar asam urat pada pasien
kelompok A dan B berkisar 4.19+0.47 dan 4.13+0.48 masing-masing. Kadar urea,
kreatinin, dan asam urat akhir pasien tidak signifikan dan ditemukan normal.
Tidak terdapat perbedaan signifikan secara statistik pada rata-rata nilai urea,
kreatinin, dan asam urat pada kedua kelompok (p > 0.05).
Perubahan kadar gula darah puasa pasien ditunjukkan pada Tabel 5.
Regimen B memiliki dampak yang lebih baik pada penurunan FBS dibandingkan
regimen A.

Perubahan kadar gula darah post prandial ditunjukkan pada Tabel 6.


Regimen B memiliki dampak yang lebih baik pada PPBS dibandingkan regimen
A.

6
Nilai HbA1C menunjukkan (Tabel 7) penurunan signifikan pada kelompok
A (1.65+0.39) dibandingkan pada kelompok B (1.29+0.52) di akhir 6 bulan.

Rata-rata kadar kholesterol serum berubah dari kunjungan pertama


(180+19.5; 215.8+24.2) hingga follow up 6 bulan (163.1+ 16.6; 210.2+24.0) pada
kelompok A dan B masing-masing (Gambar 1). Terdapat perbedaan signifikan
secara statistik pada kadar kholesterol total antara kedua kelompok (p < 0.05).

7
Rata-rata IMT awal ialah 26.7+1.0; 26.08+0.85 dan setelah 6 bulan ialah
25.23+1.11; 24.88+0.95 pada kelompok A dan B masing-masing. Pasien pada
kedua kelompok tidak mengalami perubahan signifikan secara statistik pada IMT
setelah 6 bulan mengkonsumsi obat (p > 0.05).

4. Kesimpulan
Studi kami menunjukkan bahwa kombinasi glimepirid plus metformin
secara signifikan menurunkan kadar hemoglobin terglikosilasi, kadar glukosa post
prandial dan kadar kholesterol total selama proses pengobatan. Kombinasi
glibenklamid plus metformin secara signifikan menurunkan kadar glukosa puasa
sepanjang periode studi. Oleh karena itu, terapi kombinasi glimepirid plus
metformin dapat dipertimbangkan sebagai kombinasi terbaik pada pasien diabetes
dengan peningkatan kontrol glikemik dibandingkan terapi kombinasi
glibenklamid plus metformin.

8
ANALISIS JURNAL TERAPI
Validity
1a. Apakah alokasi Ya Tidak dilakukan randomisasi pada studi ini karena
pasien terhadap [ ] studi ini menggunakan sampel pasien yang sedang
terapi atau perlakuan Tidak dalam pengobatan glimepirid plus metformin dan
dilakukan secara [√] pengobatan glibenklamid plus metformin.
random?
1b. Apakah - Tidak dilakukan randomisasi
randomisasi
dilakukan
tersembunyi ?
1c. Apakah antara Ya Tidak dilakukan blinding karena studi ini mengamati
subjek penelitian [ ] subyek yang memang sedang menjalani pengobatan
dan peneliti “blind” Tidak tersebut, sehingga peneliti tidak menerapkan
terhadap terapi atau [√] perlakuan/terapi baru pada subyek, dan peneliti hanya
perlakuan yang akan tinggal melakukan pemeriksaan dan follow up tanpa
diberikan ? adanya blinding.
2a. Apakah semua Ya Data seluruh pasien dan hasil penelitian tercantum
subjek yang ikut [√] pada Table 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan Figure 1 dengan
serta dalam Tidak lengkap.
penelitian [ ]
diperhitungkan
dalam hasil atau
kesimpulan ?
(apakah
pengamatannya
cukup lengkap)
2b. Apakah Ya

9
pengamatan yang [√] Pengamatan pada studi ini dilakukan cukup panjang,
dilakukan cukup Tidak yaitu selama 6 bulan.
panjang ? [ ]
2c. Apakah subjek - Tidak dilakukan randomisasi.
dianalisis pada
kelompok dimana
subjek tersebut
dikelompokan dalam
randomisasi ?
3a. Selain perlakuan Ya Subyek diperlakukan sama dari segi pemeriksaan
yang [√] yang berupa pemeriksaan glukosa plasma puasa,
dieksperimenkan, Tidak glukosa post prandial, HbA1C, IMT, kholesterol
apakah subjek [ ] serum, kreatinin serum, urea serum, dan kadar asam
diperlakukan sama ? urat serum.
3b. Apakah Ya Karakteristik antar kelompok studi serupa, seperti
karakteristik antar [√] yang dicantumkan pada Table 1 dan Table 2
kelompok dalam Tidak mengenai usia dan jenis kelamin.
penelitian serupa? [ ]
Importance
1. Apa hasil studi  Detail demografis di antara subyek kelompok A
ini? Seberapa mengungkapkan bahwa dari 52 pasien, 4 pasien (7.7%)
bermakna? berusia kurang dari 40 tahun, 12 pasien (23.1%) berusia antara
41 – 50 tahun, 32 pasien (61.5%) berusia antara 51 – 60 tahun,
dan 4 pasien (7.7%) berusia di atas 60 tahun. Detail
demografis di antara subyek kelompok B mengungkapkan
bahwa dari 44 pasien, 2 pasien (4.5%) berusia di bawah 40
tahun, 11 pasien (25%) berusia antara 41 – 50 tahun, 26 pasien
(59.1%) berusia antara 51 – 60 tahun, dan 5 pasien (11.4%)

10
berusia di atas 60 tahun.
 Pada kedua kelompok, mayoritas pasien adalah perempuan.
 Dari 52 pasien pada kelompok A, durasi DM ialah 1 – 9 tahun,
dan dari 41 pasien pada kelompok B, durasi DM ialah 2 – 10
tahun.
 Kelompok A menunjukkan bahwa 30 pasien (57.6%) memiliki
riwayat DM dan pada kelompok B 25 pasien (56.8%)
memiliki riwayat DM. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan kesempatan DM untuk orang-orang yang
memiliki riwayat keluarga DM (p < 0.05).
 Tidak terdapat perbedaan signifikan secara statistik pada rata-
rata nilai urea, kreatinin, dan asam urat pada kedua kelompok
(p > 0.05).
 Terdapat perbedaan signifikan secara statistik pada kadar
kholesterol total antara kedua kelompok (p < 0.05).
 Pasien pada kedua kelompok tidak mengalami perubahan
signifikan secara statistik pada IMT setelah 6 bulan
mengkonsumsi obat (p > 0.05).
Applicability
1. Apakah pasien Ya Di RSUD Wonogiri, pasien DM tipe 2 berusia antara
yang kita miliki [ ] 30 – 65 tahun, sesuai dengan karakteristik usia pasien
sangat berbeda Tidak dalam studi ini. Selain itu, obat-obatan yang
dengan pasien [√] digunakan dalam studi ini tersedia dan umum
dalam digunakan di RSUD Wonogiri.
penelitian?
2. Apakah hasil Ya Glimepirid, glibenklamid, dan metformin umum
yang baik dari [√] digunakan sebagai obat-obatan pada pasien DM tipe 2
penelitian dapat Tidak di RSUD Wonogiri, sehingga hasil baik dari studi ini

11
diterapkan [ ] dapat diterapkan di populasi kita.
dengan kondisi
yang kita miliki?
3. Apakah semua Ya Efek samping yang mungkin timbul tidak
outcome klinis [ ] dicantumkan dalam studi ini.
yang penting Tidak
dipertimbangkan [√]
(efek samping
yang mungkin
timbul)
4. Apakah sudah Ya Obat glimepirid, glibenklamid, dan metformin sangat
memahami [√] mudah ditemukan di seluruh apotek di Indonesia, dan
harapan dan Tidak tersedia dalam harga yang murah. Sehingga
pilihan pasien? [ ] diharapkan dapat memahami harapan dan pilihan
pasien.

12

Anda mungkin juga menyukai