Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

RUMAH SAKIT UMUM DOKTER SOETOMO

BUKU PANDUAN
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT NON MEDIS

RSUD Dr. SOETOMO

INSTALASI SANITASI DAN LINGKUNGAN

RSUD Dr. SOETOMO


PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

NON MEDIS

BAB I : DEFINISI
Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang
berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapt dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.

BAB II : RUANG LINGKUP


1. Pengelolaan Sampah Non Medis
2. Komposting

BAB III : TATA LAKSANA


A. Pengelolaan Sampah Non Medis
1. Pemilahan Limbah Padat non Medis
a. Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang
dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali.
b. Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah
dan limbah kering.
2. Tempat Pewadahan Limbah padat Non Medis
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air
dan mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian
dalamnya, misalnya fiberglass
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
tangan.
c. Terdapat minimal 1 buah untuk kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
d. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam
atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah maka harus
diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau
binatang pengganggu.
3. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat non medis dari setiap ruangan ke tempat
penampungan sementara menggunakan troli tertutup.
4. Tempat Penampungan Limbah Padat Non Medis Sementara
a. Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara
dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah
yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak
merupakan sumber bau dan lalat lagi bagi lingkungan sekitarnya
dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
b. Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air,
bertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi
serta mudah dibersihkan.
c. Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut
limbah padat.
d. Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.
5. Pengolahan Limbah Padat
Upaya untuk mengurangi volume, merubah bentuk atau memusnahkan
limbah padat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat
dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat
organik dapat diolah menjadi pupuk.
6. Lokasi Pembuangan Limbah Padat Akhir
Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir
yang dikelola pleh Pemda atau badan lain sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

B. Komposting
I. Ketentuan Umum
a. Kandungan air yang diperlukan untuk proses komposting harus
mencapai 30-35%.
b. Kematangan kompos
Ada beberapa indicator kematangan kompos antara lain :
1. C/N – rasio mempunyai nilai (10-20) : 1
2. Suhu sesuai dengan suhu tanah
3. Berwarna kehitaman dan tekstur seperti tanah
4. Berbau tanah
c. Selama proses pengomposan kelembaban antara 50 dan 60%.
Kelembaban optimum kurang lebih 55%.
d. Untuk memperoleh hasil terbaik, temperature pada awal antara
50 – 55 0C, dan untuk pertengahan proses antara 55 – 60 0C.
e. Kebutuhan udara : oksigen yang dibutuhkan sesuai dengan kadar
senyawa organic di dalam sampah.
f. Untuk mencapai penguraian optimum, pH berada antara 7 - 7,5.

II. Proses Pembuatan Kompos


1. Pemilahan bahan baku kompos
2. Sampah harus dipilah-pilah terlebih dahulu dari bahan-bahan yang
tidak dapat dikomposkan dan bahan organik pilihan. Dalam hal ini
bahan yang dipakai sebagai kompos adalah sampah dari taman
(rumput, daun-daunan, ranting-ranting kecil), sayuran dan kulit buah.
3. Pencacahan bahan kompos yang berupa daun-daun, ranting-ranting
kecil, sayuran dan kulit buah dengan menggunakan mesin Pencacah
kompos. Sedangkan untuk rumput tidak perlu dicacah karena
volumenya sudah kecil.
4. Pencampuran bahan baku kompos dengan stater (kompos yang sudah
jadi) .
5. Memberi Perlakuan
a. Pemantauan suhu dengan menggunakan Thermometer. Suhu
optimal antara 500C – 600C, suhu yang terlalu tinggi akan
mematikan jasad renik sehinggga proses akan terhenti, bahan tidak
berubah menjadi kompos dan berbahaya untuk tanaman, tetapi
suhu yang tinggi juga dibutuhkan untuk membunuh bibit penyakit
(bakteri) dan gulma yang tidak dibutuhkan serta membantu
melunakkan bahan-bahan yang dikomposkan.
b. Pemantauan Kelembaban
Dengan pengepalan bisa diketahui kelembaban yang diinginkan
adalah bila bahan tersebut dikepal hanya muncul sedikit air disela-
sela jari kalau hal ini terjadi berarti kondisi kelembaban sekitar
50%. Bila air yang keluar banyak berarti terlalu basah maka perlu
diadakan pembalikan agar udara dapat mengalir kembali ke sela-
sela tumpukan.
Bila air tidak keluar sama sekali berarti kondisi bahan terlalu kering
sehingga perlu segera dibeikan perlakuan dengan
Penyiraman dilakukan bersamaan pada tumpukan yang sama.
Memberi perlakuan seperti tersebut di atas dimaksudkan untuk :
 Membuang panas yang berlebihan (menurunkan suhu).
 Memasukkan udara segar ke dalam tumpukan.
 Meratakan proses perlakuan di setiap bagian tumpukan.
 Meratakan pemberian air (bila diperlukan penyiraman)
 Membantu menghancurkan bahan menjadi partikel-partikel
kecil.
6. Pematangan
Bila proses berjalan baik maka suhu rata-rata akan menurun, bahan
telah lapuk menyerupai tanah warnanya menjadi coklat tua atau
kehitaman, maka kompos dapat dikatakan sudah jadi, berarti masuk
pada tahap pematangan. Proses ini memerlukan waktu 14 hari, proses
ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa kompos benar-benar aman
bagi konsumen. Pada tahap ini suhu yang diharapkan adalah 450C.
7. Pemanenan dan Pengemasan
Bila proses berlalu berarti kompos sudah matang dan dapat
dipasarkan, untuk kelancaran pemasaran kompos perlu diayak dengan
berbagai macam ukuran agar menarik dan sesuai dengan keinginan
konsumen.
Untuk mendapatkan hasil kompos kualitas baik sampai ke tangan
konsumen, maka perlu diperhatikan penyimpanannya kompos mulai
dari pengemasan sampai pendistribusian ke konsumen.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan tersebut adalah
 Kemasan kompos
 Kemasan memakai bahan tahan air (plastik) karena air yang masuk
ke dalam kompos akan merusak mutu kompos
 Hindarkan dari panas terus-menerus
 Panas yang terus-menerus mengakibatkan kompos menjadi kering
 Hindarkan dari hujan
Air yang mengenai kompos mengakibatkan kompos menjadi media
yang baik bagi pertumbuhan gulma dan beberapa jenis jamur
 Tempatkan produk kompos pada tempat yang kering

III. Alur Pembuatan Kompos


1. Bahan baku kompos berupa sampah taman yang terdiri dari potongan
rumput, daun-daun, ranting-ranting, sayuran dan kulit buah.
2. Daun-daun, ranting-ranting , kulit buah dan sayuran ditimbang terlebih
dulu kemudian dimasukkan ke Mesin Pencacah agar volumenya
lebih kecil sehingga memudahkan dan mempercepat pembuatan
kompos.
3. Bahan kompos yang sudah siap dicampur jadi satu dengan stater
(kompos yang sudah jadi).
4. Setiap hari bakal kompos dilakukan pengadukan dan dibolak balik
agar udara dapat mengalir kembali ke sela-sela tumpukan.
5. Setiap hari dilakukan monitor suhu, pH dan kelembaban.
6. Kompos yang telah matang, diayak dan ditimbang kemudian dikemas
dalam wadah kantong plastik (tahan air) dan siap dipasarkan.
IV. Evaluasi Dilakukan Secara Rutin Berkala
Mengetahui jumlah kompos yang dipanen/dihasilkan dengan membuat
laporan yang kemudian dilaporkan ke Pimpinan Instalasi Sanitasi
Lingkungan.

BAB IV : DOKUMENTASI
1. Pengecekan Pengambilan Sampah Umum
2. Pengecekan Sarana Sampah Umum
3. Pengecekan Drainase
4. Pengecekan TPS
5. Pengecekan Kompos

Anda mungkin juga menyukai