Anda di halaman 1dari 11

Pekerjaan Galian

Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk serta
elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang telah direncanakan. Adapun prosedur pekerjaan dari
pekerjaan galian, yaitu :

Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan pekerjaan clearing dan grubbing
yang bertujuan untuk membersihkan lokasi dari akar-akar pohon dan batu-batuan.

Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan pengukuran dengan menggunakan
alat ukur (theodolit). Apabila elevasi tanah tidak sesuai maka tanah dipotong kembali dengan
menggunakan alat berat (motor grader), sampai elevasi yang diinginkan.

Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator Roller.

Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (ujiDdensity Sand Cone test) di lapangan.

Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian :

a. Galian Biasa Commond Excavation)

Dalam pekerjaan ini dilakukan penggalian untuk menghilangkan atau membuang material yang tidak
dapat dipakai sebagai struktur jalan, yang dilakukan menggunakan excavator untuk memotong bagian
ruas jalan sesuai dengan gambar rencana, sedangkan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan
dump truck.

b. Galian Batuan / Padas

Pekerjaan galian batu (padas) mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik atau
lebih. Pada pekerjaan galian batu ini biasa dilakukan dengan menggunakan alat bertekanan udara
(pemboran) dan peledekan.

c. Galian Struktur

Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang
disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk struktur. Pekerjaan galian ini hanya terbatas untuk galian
lantai pondasi jembatan.

Pekerjaan Timbunan dan Pemadatan


Perlu diingat sebelum pekerjaan galian maupun timbunan harus didahului dengan pekerjaan clearing
dan grubbing, maksudnya adalah agar lokasi yang akan dilakerjakan tidak mengandung bahan organik
dan benda-benda yang mengganggu proses pemadatan. Timbunan dilaksanakan lapis demi lapis dengan
ketebalan tertentu dan dilakukan proses pemadatan.

Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

1. Timbunan Biasa

Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan berasal dari hasil galian badan jalan
yang telah memenuhi syarat.

2. Timbunan Pilihan

Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari luar yang biasa disebut borrowpitt.
Tanah ini digunakan apabila nilai CBR tanah dari timbunan kurang dari 6%.

Proses pemadata tanah dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum melakukan proses
penghamparan material untuk memenuhi kepadatan 95%, dengan menggunakan alat berat seperti
Vibrator Roller, Dump Truck, Motor Grader.

Adapun langkah kerja dari proses pemadatan tanah, yaitu :

Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan Dump Truck.

Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan pekerjaan penimbunan.

Meratakan material menggunakan Motor Grader sampai ketebalan yang direncanakan. Sebagai panduan
operator Grader dan vibro maka dipasang patok tiap jarak 25 m yang ditandai sesuai dengan tinggi
hamparan.
Memadatkan tanah denga menggunakan Vibrator Roller yang dimulai sepanjang tepi dan bergerak
sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan dalm keadaan memanjang, sedangkan pada tikungan
(alinyemen horizontal) harus dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah
yang tinggi, pemadatan tersebut dipadatkan dengan 6 pasing (12 x lintasan) hingga didapatkan tebal
padat 20 cm hingga didapat elevasi top subgrade yang sesuai dengan rencana.

Pengujian Kepadatan Tanah

Pengujian Sand Cone

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepadatan dan kadar air dilapangan. Juga bisa sebagai
perbandingan pekerjaan yang akan dilaksanakan dilapangan dengan perencanaan pekerjaan.

Gambar Titik Pengambilan Sampel

Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah

Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapis pondasi
bawah yang berfungsi sebagai :

Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Dengan nilai CBR 20%
dan Plastisitas indeks (PI) ≤ 10%.

Material pondasi bawah relatip murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya.

Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.

Lapisan perkerasan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.

Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.

Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik kelapis atas. Tebal rencana lapisan
pondasi bawah ini adalah 20 cm.

Lapisan pondasi agregat kelas B yang digunakan dalam proyek ini memiliki komposisi sebagai berikut :

Split 5/7

Split 3/5

Split 2/3

Abu Batu
Teknik pelaksanaan pekerjaan penghamparan dan pemadatan dari Base B adalah :

Pengangkutan material base B ke lokasi proyek dengan menggunakan Dump Truck.

Setelah sampai di lokasi, campuran ditumpuk menjadi lima sampai enam tumpukan disepanjang lokasi
yang telah siap untuk dihampar base B.

Penghamparan material base B dilakukan dengan menggunakan alat motor grader dengan kapasitas 3,6
m. Setelah badan jalan terbentuk, kemudian dipadatkan dengan alat vibrator roller dengan kapasitas 16
ton.

Jika disuatu lokasi ada campuran material yang kurang baik ikatannya maka dapat ditambahkan abu batu
dengan bantuan tenaga manusia untuk mengikat material tersebut ketika dipadatkan kebali dengan
vibrator roller.

Untuk mengetahui apakah tebal penghamparan base B dan % kemiringan telah sesuai dengan yang
direncanakan maka digunakan waterpass agar dapat menemukan elevasinya.

Peralatan

Dalam pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas digunakan alat alat sebagai berikut :

Wheel Loader berfungsi untuk mengambil tumpukan agregat dari tempat pengambilan material,
selanjutnya dimasukkan kedalam dunp truck.

Dump truck berfungsi untuk mengangkut material agregat base B ke lokasi pekerjaan.

Motor grader berfungsi untuk memadatkan material base B.

Water tank truck berfungsi untuk menyiram agregat base B setelah penghamparan.

Bahan dan Material

Agregat baru pecah kelas B yang sesuai dengan persyaratan (table agregat base B)

Tabel Gardasi Agregat Kelas A dan Kelas B


Nomor Mm Kelas A Kelas B

2 in 50 100 100

11/2 in 37.5 100 88 - 95

1 in 25 65 - 81 70 - 85

3/8 in 9.5 42 - 60 30 - 65

#4 4.75 27 - 45 25 - 55

# 10 2 Nop-25 15 - 40

# 40 0.425 6 – 16 8 – 20

# 200 0.075 0 - 8 2–8

Tabel Karakteristik Agregat Kelas A dan Kekas B

Sifat Material Sifat Kelas A Sifat Kelas B

Nilai Abrasi Agregat Kasar ( AASTHO T 96 - 87 ) 0 - 40% 0 - 40%

Plasticity Index ( AASTHO T 90 - 87 ) 0-6 4 – 10

Batas Cair ( AASTHO T 89 - 90 ) 0 – 25 -

CBR ( AASTHO T180 ) 90 min 35 min

Hasil Kali PI dengan % lolos ayakan no. 200 25 maksimum -

Pengawasan Pekerjaan

Pengawasan pekerjaan dilaksanakan olek konsultan pengawas. Hal ini dilakukan untuk menjamin
pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor sebagai pelaksana proyek, apakah sesuai dengan ketentuan
yang terdapat dalam spesifikasi.

Ketentuan ketentuan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi adalah sebagai berikut :

Penghamparan lapis pondasi agregat, baik kelas A maupun kelas B tidak boleh mempunyai ketebalan
kurang dari dua kali ukuran maksimum bahan.
Penghamparan lapis pondasi kelas A maupun kelas B tidak boleh lebih dari 20 cm dalam keadaan loose,
hal ini dapat mempengaruhi proses pemadatan sehingga pemadatan yang dilakukan tidak mencapai
keadaan optimal.

Permukaan lapis pondasi agregat harus rata sehingga air tidak dapat menggenang akibat permukaan
yang tidak rata. Deviasi maksimum untuk kerataan permukaan adalah 1 cm.

Toleransi terhadap tebal total lapis pondasi agregat adalah 1 cm dari tebal rencana.

Lapis pondasi yang terlalu kering atau terlalu basah untuk pemadatan yaitu kurang dari 1% atau lebih
dari 3% pada kadar air optimum, diperbaiki dengan cara menggali dan mengganti dengan bahan yang
memenuhi syarat kadar air tersebut.

Tujuan pemeliharaan jalan adalah untuk mempertahankan kondisi jalan mantap sesuai dengan tingkat
pelayanan dan kemampuannya pada saat jalan tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sampai
dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan.

Bertitik tolak dari kondisi mantap tersebut, pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara terus-
menerus/rutin dan berkesinambungan khususnya pada jenis konstruksi jalan yang menggunakan sistem
perkerasan lentur (flexible pavement). Pemeliharaan jalan tidak hanya pada perkerasannya saja, namun
mencakup pula pemeliharaan bangunan pelengkap jalan dan fasilitas beserta sarana-sarana
pendukungnya.

Suatu perkerasan jalan sekuat apapun tanpa didukung oleh fasilitas drainase akan dengan mudah
menurun kekuatannya sebagai akibat dari melemahnya kepada

tan lapisan pondasi dan terurainya butiran agregat dari bahan pengikatnya. Pemeliharaan saluran tepi di
kiri-kan

an badan jalan menjadi penting dan air harus senantiasa mengalir dengan lancar karena genangan air
hujan akan melemahkan struktur perkerasan secara menyeluruh. Sedangkan retak rambut pada lapisan
permukaan suatu perkerasan bila tidak segera ditutup akan semakin membesar dan dimasuki air hujan
yang berdampak terurainya ikatan antara butiran agregat dari bahan pengikatnya, dan menjadi
kerusakan yang lebih besar. Kondisi ini akan semakin cepat bertambah parah lagi bila beban lalulintasnya
padat dan berat.

Penanganan pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara rutin maupun berkala. Pemeliharaan jalan secara
rutin dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dan dilakukan sesegera mungkin ketika kerusakan
yang terjadi belum meluas. Perawatan dan perbaikan dilakukan pada tahap kerusakan masih ringan dan
setempat. Hal ini dilakukan sehubungan dengan biaya perbaikannya yang relatif rendah dan cara
memperbaikinyapun relatif mudah/ringan.
Sebelum jalan raya dibangun, lahan dibersihkan dahulu dari sampah maupun pepohonan kemudian
diratakan. Untuk membersihkan lahan dan menggali maupun mengurug tanah.

2.

Setelah lahan dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan perataan tanah dengan menggunakan alat
buldozer.

Untuk memindahkan tanah bekas galian maka digunakan dump truk.

3.

Penghamparan material pondasi bawah. Penghamparan material pondasi bawah merupakan batu kali
menggunakan alat transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan
alat tandem roller. Namun Sebelumnya digunakan Asphalt sprayer fungsinya buat nyemprotin aspal cair
sebagai lapis pengikat.

Pekerjaan perataan dengan tandem roller dilakukan lagi pada saat penghamparan lapis pondasi atas, dan
lapis permukaan.

Pada saat penghamparan material pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi urugan dengan alat
teodolit dan perlengkapannya.

Untuk menambah bobot dari wheelroller ini, maka roda silinder yang kosong diisi dengan zat cair
(minyak atau air) atau kadang-kadang juga diisi dengan pasir. Pada umumnya berat compactor ini
berkisar antara 6-12 ton. Penambahan bobot akibat pengisian zat cair pada roda silinder dapat
meningkatkan beratnya 15% - 35%.

4.

Setelah lapisan pondasi bawah selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah penghamparan asphalt yang
sebelumnya sudah dipanaskan terlebih dahulu sehingga mencair. untuk menghamparkan asphalt
digunakan alat asphalt finisher

5.
Setelah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang sudah diukur menggunakan
theodolit sesuai perencanaan pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan dengan double drum roller
hingga memenuhi kepadatan dan elevasi yang direncanakan.

6.Pekerjaan selanjutnya adalah finishing pemadatan dan perataan jalan raya dengan alat peneumatic
roller

. PENGENDALIAN MUTU PEMELIHARAAN JALAN

Pengendalian mutu dalam pemeliharaan jalan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan, khususnya pemeliharaan rutin. Seorang petugas yang terkait
dalam kegiatan pemeliharaan rutin harus dapat mempertanggungjawabkan seluruh pekerjaan
pemeliharaan yang telah dilaksanakan.

III.1. Mutu Pelaksanaan

Mutu pelaksanaan dari kegiatan pemeliharan rutin dimonitor dan dipantau sesuai dengan tingkat
kerusakan yang perlu segera diperbaiki dan ditindak lanjuti. Tanggungjawab seorang petugas pada suatu
kegiatan pemeliharaan jalan adalah, bagaimana yang bersangkutan dapat menjamin dipenuhinya tata
cara penanganan jenis-jenis kerusakan yang telah disyaratkan dalam pemeliharaan rutin tersebut.

Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain sebagai
berikut;

1. Melakukan monitoring dan pantauan secara terus-menerus terhadap kondisi jalan sesuai dengan
kewenangan dan tanggungjawab masing-masing.

2. Melakukan pencatatan yang dituangkan dalam bentuk laporan harian, tingkat dan jenis kerusakan
yang ada.

3. Melakukan usaha perbaikan sesuai tata cara yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemeliharaan jalan.

4. Melaporkan segera kepada atasan masing-masing bila terjadi hal-hal diluar kemampuannya yang
tidak dapat diatasi sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

III.2.Kuantitas Hasil Akhir


Hasil akhir dari suatu pekerjaan pemeliharaan rutin jalan perlu dicatat dan dievaluasi serta dilaporkan
secara periodik; harian, mingguan, bulanan, triwulanan, dan final/akhir.

Kuantitas hasil akhir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Kerataan permukaan dari struktur; menampilkan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas, sama seperti
keadaan baru atau kembali seperti semula.

Kepadatan; pada lapisan perkerasan telah dicapai tingkat kepadatan yang sesuai dengan peran dan
fungsinya dalam struktur.

Bentuk; hasil akhir sesuai dengan bentuk yang telah direncanakan (gambar rencana/kerja).

Fungsi; setelah dilakukan pemeliharaan/perbaikan, dapat berfungsi secara baik dan benar, misal
kelancaran air pada saluran tepi / tidak tersumbat.

Toleransi; perbedaan/selisih dari hasil akhir pekerjaan masih dalam batas-batas atau koridor yang
disyaratkan (tidak berpotensi menimbulkan kerusakan).

Jumlah; kuantitas hasil akhir pekerjaan sesuai dengan kuantitas yang telah direncanakan dalam
pemeliharaan/perbaikan.

III.3. Sumber Daya

Sumber daya yang diperlukan dalam suatu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan antara lain adalah
tenaga pekerja, peralatan dan bahan. Disamping itu, perlu diperhatikan pula jadual kegiatan masing-
masing pekerjaan dan mutu sumber dayanya yang dijelaskan sebagai berikut;

Tenaga Pekerja: pentingnya tingkat keahlian dan tingkat keterampilan tertentu dari masing-masing
tenaga pekerja untuk menangani suatu jenis pekerjaan, sehingga dapat disusun suatu jadual kegiatan
yang sesuai dengan kemampuan masing-masing tenaga pekerja dalam menangani suatu pekerjaan.

Peralatan; penggunaan jenis dan kapasitas peralatan yang tepat/sesuai dengan kebutuhan operasional
dalam penanganan masing-masing jenis kegiatan pemeliharaan/perbaikan agar diperoleh hasil pekerjaan
yang optimal.

Bahan; tersedianya bahan/material yang diperlukan dan memadai dalam setiap tahapan kegiatan
pemeliharaan rutin sehingga pelaksanaannya dapat lancar dan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
Pengendalian mutu sumber daya dilakukan secara terjadual dan senantiasa disesuaikan dengan jenis
pekerjaan/kegiatan yang telah direncanakan. Hal ini diperlukan agar penyelenggaraan kegiatan
berlangsung efisien dan mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan spesifikasi yang telah
dipersyaratkan. Penggunaan metode pelaksanaan dan ketersediaan biaya yang diperlukan turut
menentukan kelancaran kegiatan pemeliharaan jalan.

III.4. Waktu

Waktu penyelenggaraan suatu kegiatan/pekerjaan perlu pentahapan agar dapat dikendalikan dan
diawasi secara baik. Umumnya pentahapan waktu penyelenggaraan pemeliharaan rutin dibagi sebagai
berikut;

Perencanaan; seluruh kegiatan yang akan dilakukan direncanakan dan dijadualkan terlebih dahulu baik
mutu maupun jumlahnya, dan ditetapkan spesifikasi dan persyaratan yang diperlukan untuk
pelaksanaannya.

Persiapan; hal-hal yang perlu disiapkan dan disediakan, dijadual sesuai dengan rencana kegiatan yang
akan dilakukan sehingga tidak terjadi hambatan pada saat pelaksanaan pekerjaannya.

Pelaksanaan; waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan yang telah terjadual diupayakan
agar dapat dipenuhi sesuai dengan mutu dan jumlah yang telah ditentukan dalam spesifikasi. Dalam hal
ini, perlu pengendalian dan pengawasan yang akurat agar dapat dijamin kelancaran penyelenggaraan
kegiatan pemeliharaan rutin tersebut dan hasil yang optimal.

Pemantauan; agar kendali dan pengawasan pelaksanaan dapat berlangsung sesuai dengan yang telah
dijadualkan, waktu pemantauan dilakukan secara terus-menerus untuk mengantisipasi bila terjadi
penyimpangan atau kesalahan yang perlu segera diperbaiki dan ditindak lanjuti.

III.5. Tempat/Lokasi

Terjadinya kerusakan pada suatu struktur perlu diketahui dimana lokasi kerusakannya, jenis
kerusakannya, dan dimensi kerusakannya. Hal ini perlu segera diketahui agar penanganannya dapat
sesuai dengan jenis sumber daya yang perlu disiapkan/disediakan.

Lokasi kerusakan;

harus diketahui dengan jelas agar dapat segera dilakukan pengiriman petugas pemeliharaan dan
kelengkapannya untuk melakukan perbaikan.
Setiap lokasi kerusakan sudah diberi tanda (misal; cat semprot), dan dicatat untuk bahan
laporan/inventarisasi.

Jenis kerusakan;

Jenis kerusakan yang terjadi perlu diketahui untuk memastikan upaya perbaikannya yang menyangkut
masalah teknologi konstruksi.

Setiap jenis kerusakan perlu diinventarisasi untuk keperluan laporan evaluasi selanjutnya.

Dimensi kerusakan;

Dimensi kerusakan yang terjadi perlu diketahui guna memastikan tingkat kerusakan dan volume
kerusakan yang terjadi sehingga dapat dipersiapkan tenaga pekerja, bahan, alat, metode/cara, dan biaya
yang sesuai.

Setiap dimensi kerusakan diinventarisasi untuk keperluan laporan dan analisa perhitungan selanjutnya,
khususnya dalam mempersiapkan rencana anggaran biaya yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai