Anda di halaman 1dari 12

KEERATAN PENYIMPANAN DAN PENCATATAN DENGAN KUALITAS

RANTAI DINGIN VAKSIN DPT DI PUSKESMAS


Relationship Between Storage and Recording with Quality of DPT Vaccine Cold Chain
in Puskesmas

Faradiba Hikmarida
FKM UA, faradibahikmarida@gmail.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga,
Surabaya, Jawa timur, Indonesia

ABSTRAK
Peningkatan kasus difteri di Kabupaten Sidoarjo dan terdapat kasus dengan status sudah diimunisasi DPT menunjukkan
adanya masalah pada program imunisasi. Keberhasilan imunisasi tergantung kualitas vaksin yang diberikan. Rantai
dingin vaksin DPT yang kurang dapat menurunkan kualitas vaksin DPT. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
keeratan antara penyimpanan vaksin DPT dan pencatatan rantai dingin vaksin DPT dengan kualitas rantai dingin vaksin
DPT di puskesmas Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross
sectional. Besar sampel yang digunakan adalah total population yaitu semua puskesmas di Kabupaten Sidoarjo sebanyak
26 puskesmas. Variabel yang diteliti adalah penyimpanan vaksin DPT, pencatatan rantai dingin vaksin DPT dan kualitas
rantai dingin vaksin DPT. Hasil penelitian menunjukkan penyimpanan vaksin DPT tergolong baik (58%), pencatatan rantai
dingin vaksin DPT termasuk kurang (77%) dan kualitas rantai dingin vaksin DPT di puskesmas tergolong baik (62%).
Uji korelasi spearman menunjukkan keeratan antara penyimpanan vaksin DPT dengan kualitas rantai dingin vaksin DPT
di puskesmas adalah kuat dan positif (r = 0,561). Keeratan antara pencatatan rantai dingin vaksin DPT dengan kualitas
rantai dingin vaksin DPT di puskesmas adalah sedang dan positif (r = 0,421). Semakin baik penyimpanan vaksin DPT
dan pencatatan rantai dingin vaksin DPT semakin baik kualitas rantai dingin vaksin DPT. Perlu meningkatkan kepatuhan
petugas dalam hal penyimpanan vaksin DPT dan pencatatan rantai dingin vaksin DPT di puskesmas yang sesuai dengan
prosedur.

Kata kunci: penyimpanan, pencatatan kualitas, rantai dingin, vaksin DPT

ABSTRACT
Increasing number of diphteria cases in Sidoarjo Regency, with occurrence of cases in those who had received DPT
immunization shows the existence of problem concerning to immunization. The efficacy itself, depends on the quality of
vaccines given. Insufficiency in cold chain may lower the quality of DPT vaccines. The purpose of this study was to analyze
relationship between DPT vaccine storage and recording for DPT vaccines cold chain with quality of DPT vaccine cold
chain in puskesmas Sidoarjo Regency. This research is a descriptive research with cross sectional design. Sample used were
total population, which includes all 26 puskesmas within Sidoarjo. The variables were DPT vaccine storage, recording
for DPT vaccines cold chain and quality of DPT vaccine cold chain. The result of this study showed that DPT vaccine
storage was good (58%), recording for DPT vaccines cold chain were insufficient (77%), and quality of DPT vaccine cold
chain in puskesmas was also good (62%). Spearman correlation test showed relationship between DPT vaccine storage
and quality of DPT vaccine cold chain in Puskesmas was strong and positive (r = 0,561). Relationship between recording
for DPT vaccines cold chain and quality of DPT vaccine cold chain in puskesmas was moderate and positive (r = 0,421).
the better the storage for DPT vaccines and recording for DPT vaccines cold chain in puskesmas, the better its cold chain
quality in puskesmas. Improvement in officers’ obedience in storing DPT vaccine and its recording concerning to the cold
chain which appropriate according to procedures, were really needed.

Keywords: storage, recording, quality, cold chain, DPT vaccine

PENDAHULUAN angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat


Penyakit menular masih menjadi masalah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
kesehatan di Indonesia. Salah satu tindakan (PD3I). Imunisasi adalah salah satu cara untuk
pencegahan yang terbukti sangat cost effective adalah mencapai Millennium Development Goals (MDGs)
imunisasi. Imunisasi bertujuan untuk menurunkan terutama untuk menurunkan angka kematian pada
anak (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

380
381 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 380–391

Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013). Pada tahun
imunisasi adalah penyakit difteri yang disebabkan 2013 mengalami peningkatan menjadi 42 kasus
bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit dengan 3 kematian (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
difteri sangat mudah menular dengan gejala klinis Timur, 2014).
yang bervariasi dari yang tidak bergejala hingga Terdapat tiga langkah yang dapat dilakukan
fatal. Penyakit difteri dapat menyerang saluran nafas untuk pengendalian difteri yaitu pertama
atas (laring, faring, dan tonsil) dan organ lain seperti pencegahan primer penyakit dengan memastikan
kulit, mukosa, serta mata. Penularan difteri dapat kekebalan populasi tinggi melalui imunisasi. Kedua
dikarenakan kontak langsung dengan penderita pencegahan sekunder penyebaran oleh penyelidikan
ataupun carrier melalui percikan ludah, luka di cepat kontak dekat untuk memastikan perawatan
tangan, atau muntahan (Kementerian Kesehatan RI, yang tepat mereka. Ketiga pencegahan tersier
2012). komplikasi dan kematian dengan diagnosis dini
Penyakit difteri masih menjadi masalah dan manajemen yang tepat (WHO, 2014a). Salah
kesehatan di Indonesia dan satu kasus difteri sudah satu pengendalian difteri yaitu melalui imunisasi.
dianggap sebagai Kejadian Luar Biasa (Kementerian Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan
Kesehatan RI, 2012). Selama 5 tahun terakhir atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
kasus difteri di Indonesia mengalami peningkatan. terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
Kasus difteri di Indonesia tahun 2009 sebanyak terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
182 kasus, tahun 2010 sebanyak 432 kasus, tahun atau hanya mengalami sakit ringan (Kementerian
2011 sebanyak 806 kasus dan tahun 2012 dengan Kesehatan RI, 2013). Di Indonesia untuk bayi dan
1192 kasus. Tahun 2013 mengalami penurunan anak di bawah 3 tahun diberikan vaksin DPT-HB,
menjadi 775 kasus. Indonesia menempati peringkat sedangkan vaksin DT dan Td diberikan untuk anak
kedua kasus difteri tertinggi di dunia di bawah India sekolah dasar (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
(WHO, 2014). Kasus difteri di Kabupaten Sidoarjo tahun 2013
Jawa timur merupakan provinsi dengan kasus sebesar 69% kasus sudah diimunisasi namun status
difteri terbanyak di Indonesia. Tahun 2009 sampai imunisasi kasus belum dibedakan antara status
tahun 2012 difteri di Provinsi Jawa Timur mengalami imunisasi kasus yang ada bukti fisik atau hanya dari
peningkatan yang signifikan. Tahun 2009 sebanyak ingatan saja (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,
140 kasus, tahun 2010 sebanyak 304 kasus, tahun 2014). Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu
2011 sebanyak 665 kasus dan tahun 2012 sebanyak Kabupaten di Jawa Timur yang melakukan kegiatan
955 kasus dengan 37 kematian (Dinas Kesehatan Sub PIN.
Provinsi Jawa Timur, 2013). Tahun 2013 sebanyak Keberhasilan imunisasi tergantung oleh
653 kasus dengan 27 kematian (Dinas Kesehatan beberapa faktor yaitu status imun penjamu, faktor
Provinsi Jawa Timur, 2014). genetik penjamu, dan kualitas serta kuantitas
Kasus difteri di Jawa Timur tahun 2013 vaksin. Salah satu faktor yang mempengaruhi
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 keberhasilan imunisasi adalah kualitas vaksin
namun Jawa Timur tetap menjadi provinsi dengan yang digunakan. Penyimpanan dan transportasi
kasus difteri tertinggi. Kasus difteri di Jawa Timur vaksin harus memenuhi syarat rantai dingin vaksin
tetap tinggi meskipun sudah dilakukan tiga kali yang baik untuk mempertahankan kualitas vaksin
Sub PIN Difteri di 19 Kabupaten/Kota di Jawa (Ranuh, et al., 2011). Kualitas vaksin yang rendah
Timur. Pada tahun 2013 kasus difteri di Jawa Timur menyebabkan vaksin tidak poten sehingga tidak bisa
tersebar di 38 Kabupaten atau Kota. Pada tahun memberikan perlindungan.
2013 kasus difteri tertinggi di Jawa Timur terdapat Elemen penting untuk meningkatkan imunisasi
di Kota Surabaya sebesar 82 kasus. Sedangkan kasus merupakan rantai dingin dan manajemen logistik
terendah terdapat di Kabupaten Ngawi, Kabupaten vaksin. Keduanya adalah tulang punggung program
Lamongan, Kota Probolinggo, dan Kota Pasuruan imunisasi. Vaksin harus memiliki dua karakteristik
masing-masing 2 (dua) kasus (Dinas Kesehatan yaitu keamanan vaksin dan potensi vaksin. Vaksin
Provinsi Jawa Timur, 2014). akan kehilangan potensi jika mereka tidak disimpan
Salah satu Kabupaten yang terdapat kasus atau diangkut pada suhu dan kondisi yang tepat.
difteri setiap tahun adalah Kabupaten Sidoarjo. Pada Potensi vaksin harus dipelihara untuk mendapatkan
tahun 2012 kasus difteri di Kabupaten Sidoarjo manfaat yang optimal dari program imunisasi
sebanyak 33 kasus dan tidak ada kematian (Dinas (UNICEF, 2010).
Faradiba Hikmarida, Keeratan Penyimpanan dan Pencatatan… 382

Rantai dingin vaksin merupakan sebuah keadaan baik sebesar 40% tidak memenuhi syarat
lingkungan dengan suhu yang terkontrol digunakan (Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, 2014). Pada
untuk memelihara dan mendistribusikan vaksin tahun 2014 terlihat bahwa persentase lemari es di
dalam kondisi optimal. Rantai dingin vaksin seluruh puskesmas Kabupaten Sidoarjo yang rusak
bergantung pada tiga elemen utama yaitu personil mengalami peningkatan dari tahun 2010 meskipun
yang terlatih secara efektif, peralatan transportasi dan terjadi penambahan jumlah lemari es. Daftar lemari
penyimpanan yang tepat, dan prosedur manajemen es di Puskesmas se Sidoarjo pada tahun 2014 sebesar
yang efisien. Ketiga elemen harus tetap konsisten 64,8% lemari es yang tersebar di 26 puskesmas telah
untuk memastikan vaksin diangkut dan disimpan memiliki usia lebih dari 10 tahun.
secara benar (CDC, 2014). Menurut UNICEF Vaksin DPT merupakan jenis vaksin inaktif
(2010) terdapat tiga elemen kunci dari rantai dingin yang sensitif terhadap suhu beku. Paparan suhu
yaitu personil untuk mengelola penyimpanan dan beku dapat merusak vaksin DPT (Ranuh et.al.,
distribusi vaksin, peralatan untuk menyimpan dan 2011). Vaksin yang rusak jika diberikan kepada
transportasi vaksin, dan prosedur untuk memastikan sasaran tidak dapat menimbulkan kekebalan. Oleh
bahwa vaksin disimpan dan diangkut pada suhu karena itu sangat penting untuk menjaga rantai
yang tepat. dingin vaksin karena setelah potensi vaksin hilang
Elemen kunci rantai dingin vaksin salah tidak dapat dipulihkan kembali (UNICEF, 2010).
satunya adalah prosedur untuk memastikan bahwa Penyimpangan dari ketentuan pengelolaan yang
vaksin disimpan dan diangkut pada suhu yang tepat ditetapkan dapat mengakibatkan kerusakan vaksin
(UNICEF, 2010). Pengelolaan yang tidak sesuai dan dapat menurunkan atau menghilangkan potensi
dengan ketentuan dapat mengakibatkan kerusakan vaksin.
vaksin dan dapat menurunkan atau menghilangkan Vaksin yang telah rusak tidak dapat diperbaiki
potensi vaksin. Pemantauan suhu yang tepat adalah lagi dan tidak dapat menimbulkan kekebalan.
kunci untuk manajemen rantai dingin yang baik Penggunaan vaksin yang rusak akan memberikan
(CDC, 2003). rasa aman yang palsu kepada para penerima vaksin
Unit pelayanan kesehatan yang menyediakan dan hal ini juga dapat mempengaruhi kredibilitas
pelayanan imunisasi salah satunya adalah puskesmas. program menjadi negatif. Akibatnya wabah penyakit
Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan yang yang dapat dicegah imunisasi akan terus terjadi
menyediakan pelayanan imunisasi di puskesmas (UNICEF, 2010).
ataupun kegiatan imunisasi yang dilakukan di Tujuan penelitian ini menganalisis keeratan
lapangan seperti posyandu dan imunisasi yang penyimpanan dan pencatatan dengan kualitas
dilakukan di bidan. Vaksin di puskesmas tidak hanya rantai dingin vaksin DPT di puskesmas Kabupaten
digunakan untuk pelayanan imunisasi di puskesmas Sidoarjo. Penelitian ini terbatas pada rantai dingin
namun juga digunakan oleh unit pelayanan vaksin DPT di gedung Puskesmas (pelayanan
kesehatan lainnya. Oleh karena itu rantai dingin statis).
vaksin di puskesmas harus memenuhi syarat rantai
dingin vaksin yang baik agar kualitas vaksin tetap
METODE
terjamin.
Vaksin harus disimpan pada kondisi yang sesuai. Rancang bangun penelitian adalah cross
Elemen yang berpengaruh terhadap rantai dingin sectional. Populasi penelitian adalah seluruh
vaksin antara lain adalah kondisi peralatan rantai Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Sidoarjo
dingin vaksin. Daftar lemari es di seluruh puskesmas sebanyak 26 puskesmas. Besar sampel adalah
Kabupaten Sidoarjo tahun 2010 terdapat 52 lemari total populasi sejumlah 26 puskesmas. Responden
es yang tersebar di 26 puskesmas. Lemari es yang penelitian adalah petugas penanggung jawab rantai
terdapat di puskesmas Kabupaten Sidoarjo yang dingin vaksin di Puskesmas. Variabel pada penelitian
termasuk dalam kondisi baik sebesar 84,6% dan ini adalah penyimpanan vaksin DPT, pencatatan
15,4% lemari es dalam kondisi rusak. Lemari es yang rantai dingin vaksin DPT, dan kualitas rantai dingin
dalam kondisi baik sebesar 36,4% tidak memenuhi vaksin DPT.
standar. Pada tahun 2014 terdapat 54 lemari es yang Pengumpulan data dilakukan dengan
tersebar di 26 puskesmas. Lemari es yang termasuk menggunakan instrumen berupa lembar observasi.
dalam keadaan baik sebesar 74,1% dan 25,9% lemari Lembar observasi digunakan untuk menilai variabel
es dalam keadaan rusak. Lemari es yang dalam penyimpanan vaksin DPT, pencatatan rantai dingin
383 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 380–391

vaksin DPT, dan kualitas rantai dingin vaksin Tabel 2. Hasil Observasi Penyimpan Vaksin DPT
DPT. Instrumen untuk menilai penyimpanan Pada 26 Puskesmas Di Kabupaten Sidoarjo
vaksin DPT di puskesmas mengacu pada check Tahun 2014
list supervisi suportif program imunisasi tingkat
Penyimpanan Vaksin DPT Jumlah Persen
puskesmas dan pedoman imunisasi di Indonesia
(Departemen Kesehatan RI, 2007; Ranuh, et al., Temperatur di lemari es memenuhi 20 77%
syarat penyimpanan vaksin
2011). Instrumen penilaian untuk variabel pencatatan
(2–8°C) saat kunjungan
rantai dingin vaksin DPT mengacu pada Peraturan Tidak dijumpai vaksin sisa 26 100%
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 yang terbuka (pelayanan dari
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. komponen statis) di dalam lemari
Penilaian untuk kualitas rantai dingin vaksin DPT melebihi waktu yang ditentukan
instrumen di puskesmas mengacu pada pedoman Di dalam lemari es tidak ada 25 96%
imunisasi di Indonesia (Ranuh, et al., 2011). Setelah vaksin yang disusun tidak sesuai
pengumpulan data dilakukan editing, coding, data ketentuan (seharusnya: vaksin TT,
entry, cleaning dan di analisis data. DPT-HB dan HB jauh dari tempat
membuat es (evaporator)
Jarak antar kotak vaksin selebar jari 11 42%
Tabel 1. Penafsiran Kekuatan Koefisien Korelasi
tangan (± 1 cm)
Koefisien Keeratan Terdapat cool pack pada bagian 26 100%
0,00 Tidak ada dasar lemari es untuk menjaga
0,01–0,09 Sangat rendah suhu dan vaksin agar tidak
0,10–0,29 Rendah terendam air
0,30–0,49 Sedang Lemari es tidak digunakan untuk 24 92%
0,50–0,69 Kuat menyimpan benda selain vaksin
0,70–0,89 Sangat kuat (misal obat, makanan, minuman)
0,90+ Mendekati sempurna Ada termometer dan berfungsi baik. 25 96%
Tidak dijumpai bunga es dengan 17 65%
Sumber: De Vaus, D. A., tahun 2002 ketebalan > 0,5 cm

Analisis univariat digunakan untuk Tabel 2 menunjukkan puskesmas yang


mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti. memiliki lemari es dengan temperatur memenuhi
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis syarat temperatur di lemari es memenuhi syarat
keeratan antara variabel bebas (Independent) dan penyimpanan vaksin pada saat kunjungan yaitu
variabel terikat (Dependent). Uji statistik yang (+2)°C sampai (+8)°C penyimpanan vaksin pada
digunakan yaitu uji korelasi spearman. Uji korelasi saat kunjungan yaitu (+2)°C sampai (+8)°C sebesar
spearman digunakan karena data berskala ordinal. 77%. Terdapat 1 puskesmas dengan susunan
Keeratan hubungan antara variabel bebas dengan vaksin DPT di lemari es yang tidak sesuai dengan
variabel terikat dilihat dari nilai koefisien korelasi ketentuan. Terdapat 2 puskesmas yang menggunakan
spearman. Koefisien korelasi yang bertanda positif lemari es untuk menyimpan benda lain selain
menunjukkan arah korelasi yang positif dan yang vaksin. Puskesmas dengan penyimpanan vaksin
bertanda negatif menunjukkan arah korelasi negatif. yang memenuhi jarak antar kotak vaksin sebesar
Interval koefisien untuk menentukan keeratan 42%. Puskesmas yang memiliki lemari es dengan
hubungan antara variabel dependen dan variabel ketebalan bunga es > 0,5 cm sebanyak 17 puskesmas
independen tampak pada tabel 1. (35%).
Tabel 3 menunjukkan bahwa puskesmas
yang melakukan pencatatan suhu lemari es 2 kali
HASIL sehari pada kartu suhu setiap hari sebesar 54%.
Tidak ada puskesmas yang melakukan pencatatan
Hasil observasi tentang penyimpanan vaksin
terkait kegiatan pemeliharaan mingguan yakni
DPT pada 26 puskesmas (pelayanan statis) di
meliputi memeriksa steker dan membersihkan
Kabupaten Sidoarjo tahun 2014 tampak pada tabel 2.
badan lemari es dan pemeliharaan bulanan seperti
Faradiba Hikmarida, Keeratan Penyimpanan dan Pencatatan… 384

Tabel 3. Hasil Observasi Tentang Pencatatan Tabel 4. Hasil Observasi Kualitas Rantai Dingin
Tentang Rantai Dingin Vaksin DPT Pada Vaksin di 26 Puskesmas Kabupaten
26 Puskesmas Di Kabupaten Sidoarjo Sidoarjo Tahun 2014
Tahun 2014
Kualitas Rantai Dingin Vaksin Jumlah Persen
Pencatatan Jumlah Persen DPT
Suhu lemari es dicatat 2 x sehari 14 54% Disimpan di lemari es dalam suhu 20 77%
pada kartu suhu setiap hari (Lihat (+2°C) – (+8°C)
kartu suhu). Vaksin belum melewati tanggal 26 100%
Kartu suhu harus disimpan minimal 20 kadaluarsa
3 tahun 77% Vaksin DPT memiliki VVM A atau B 26 100%
Waktu pencatatan suhu: Freeze tag atau freeze watch belum 22 85%
Pagi dan sore 11 42% rusak (freeze tag ada tanda silang
Selain pagi dan sore 15 58% (X) atau freeze watch terdapat
Mencatat kegiatan pemeliharaan 0 0% warna biru)
mingguan pada kartu
pemeliharaan lemari es
(memeriksa steker dan
membersihkan badan lemari es).
Mencatat kegiatan pemeliharaan 0 0%
bulanan pada kartu pemeliharaan
lemari es (melakukan pencairan
bunga es, memeriksa kerapatan
pintu, memeriksa steker jangan
sampai kendor, dan membersihkan
badan lemari es).
Mencatat keluar masuknya vaksin 25 96%
terperinci menurut jumlah nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa
harus ke dalam kartu stok.
Mencatatan Logistik Imunisasi 0 0%
seperti cold chain harus dicatat
jumlah, keadaan, beserta nomor
seri serta tahun (lemari es, mini
freezer, vaccine carrier, container)
ke dalam kolom keterangan.

melakukan pencairan bunga es, memeriksa Gambar 1. Hasil Penilaian Variabel Independen
kerapatan pintu, memeriksa steker jangan sampai dan Variabel Dependen di 26 Puskesmas
kendor, dan membersihkan badan lemari es pada Kabupaten Sidoarjo Tahun 2014
kartu pemeliharaan lemari es. Semua puskesmas
di Kabupaten Sidoarjo tidak ada yang melakukan Gambar 1 menunjukkan sebagian besar
pencatatan terkait logistik imunisasi. penyimpanan vaksin DPT di puskesmas untuk
Tabel 4 menunjukkan bahwa puskesmas yang pelayanan statis termasuk kategori baik di mana
menyimpan vaksin DPT pada lemari es dengan total nilai dari variabel penyimpanan ≥ 80% yakni
suhu (+2°C) sampai (+8°C) sebesar 77%. Freeze tag sebanyak 15 puskesmas (58%) dan sebesar 4%
atau freeze watch yang belum rusak ditemukan di termasuk kategori kurang di mana total nilai dari
22 puskesmas yaitu sebanyak 85%. Seluruh variabel penyimpanan < 60%. Mayoritas pencatatan
puskesmas di Kabupaten Sidoarjo memiliki vaksin rantai dingin vaksin DPT termasuk kategori 77%
DPT dalam kondisi VVM A atau B dan tidak ada kurang di mana total nilai dari variabel pencatatan
vaksin DPT yang melewati tanggal kedaluarsa. antara 0 sampai 7.
385 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 380–391

Variabel kualitas rantai dingin vaksin tampak yang baik yaitu memiliki persentase sebesar 100%.
pada gambar 1 menunjukkan sebagian besar kualitas Hasil uji korelasi spearman menunjukkan bahwa
rantai dingin vaksin DPT di puskesmas dalam correlation coeficient diperoleh sebesar 0,421 artinya
kategori baik yaitu sebanyak 62% dan sebanyak keeratan hubungan antara pencatatan rantai dingin
15% termasuk dalam kategori cukup. Kualitas vaksin DPT dengan kualitas rantai dingin vaksin
rantai dingin vaksin di puskesmas termasuk kategori DPT adalah sedang dan positif artinya semakin baik
baik apabila memenuhi semua syarat rantai dingin pencatatan rantai dingin vaksin DPT di puskesmas
vaksin yang baik. Jika vaksin tidak disimpan di semakin baik pula kualitas rantai dingin vaksin
lemari es dalam suhu (+2°C) – (+8°C) atau vaksin DPT di puskesmas. Hubungan yang dihasilkan
telah melewati tanggal kadaluarsa atau vaksin DPT bersifat positif atau searah karena memiliki nilai
memiliki VVM bukan A atau B maka kualitas rantai correlation coeficient positif. Sehingga semakin
dingin vaksin DPT termasuk dalam kategori kurang. baik cara penyimpanan vaksin DPT di puskesmas
Apabila freeze tag atau freeze watch di dalam lemari semakin baik pula kualitas rantai dingin vaksin DPT
es di puskesmas telah rusak atau tidak ada freeze tag di puskesmas.
atau freeze watch maka kualitas rantai dingin vaksin
DPT tergolong cukup.
PEMBAHASAN
Tabel 5. Keeratan Variabel Independn dengan Penyimpanan vaksin DPT
Variabel Dependen di 26 Puskesmas Vaksin adalah unsur biologis yang memiliki
Kabupaten Sidoarjo Tahun 2014 karakteristik tertentu sehingga memerlukan
Kualitas rantai dingin vaksin DPT
penanganan khusus. Penyimpangan dari
Variabel Kurang Cukup Baik ketentuan penanganan yang telah ditetapkan dapat
n % n % n % menyebabkan penurunan dan dapat menghilangkan
Kurang 1 100% 0 0,0% 0 0,0% potensi vaksin. Pada 26 puskesmas di Kabupaten
Pencatatan Penyimpanan

Sidoarjo ditemukan sebesar 58% penyimpanan


Cukup 5 50,0% 1 10,0% 4 40,0%
vaksin DPT di gedung puskesmas dalam kategori
Baik 0 0,0% 3 20,0% 12 80,0%
baik.
Total 6 23,1% 4 15,4% 16 61,5% Puskesmas yang memiliki lemari es dengan
6 30,0% 4 20,0% 10 50,0% temperatur di luar 2°C sampai 8°C pada saat
Kurang
kunjungan ditemukan sebanyak 6 puskesmas
Baik 0 0,0% 0 0,0% 6 100,%
(77%). Vaksin yang disimpan pada suhu yang tidak
Total 6 23,1% 4 15,4% 16 61,5% sesuai ketentuan dapat merusak potensi vaksin yang
disimpan. Vaksin yang rusak tidak dapat digunakan
lagi karena tidak dapat memberikan perlindungan
Tabel 5 menunjukkan bahwa kualitas rantai bagi penggunanya (UNICEF, 2010).
dingin vaksin DPT yang kurang 100% terjadi pada Vaksin DPT merupakan vaksin inaktif yang
puskesmas dengan penyimpanan vaksin DPT yang seharusnya disimpan pada suhu 2°C sampai 8°C.
kurang. Hasil uji korelasi spearman menunjukkan Vaksin DPT yang disimpan pada suhu di bawah
bahwa correlation coeficient diperoleh sebesar 0,561 2°C akan cepat rusak dan bila disimpan pada suhu
artinya keeratan hubungan antara penyimpanan diatas 8°C masih bisa bertahan sampai 14 hari. Jika
vaksin DPT dengan kualitas rantai dingin vaksin disimpan pada suhu 2°C sampai 8°C vaksin DPT
DPT adalah kuat. Hubungan yang dihasilkan dapat bertahan sampai 18–24 bulan (Ranuh, et al.,
bersifat positif atau searah karena memiliki nilai 2011). Penyimpanan pada suhu yang tidak sesuai
correlation coeficient positif. Sehingga semakin ketentuan dapat menimbulkan kerugian karena
baik cara penyimpanan vaksin DPT di puskesmas memperpendek umur vaksin dan dapat merusak
semakin baik pula kualitas rantai dingin vaksin DPT vaksin. Vaksin yang rusak tidak dapat digunakan
di puskesmas. lagi karena tidak dapat memberikan perlindungan
Kualitas rantai dingin vaksin DPT yang baik bagi penggunanya.
pada puskesmas dengan pencatatan rantai dingin Puskesmas dengan susunan vaksin yang tidak
vaksin DPT yang kurang sebesar 50,0%. Persentase sesuai ketentuan yakni vaksin DPT diletakkan dekat
ini lebih kecil jika dibandingkan dengan puskesmas evaporator sebesar 4%. Vaksin DPT adalah vaksin
yang memiliki pencatatan rantai dingin vaksin DPT inaktif yang sensitif terhadap suhun dingin sehingga
Faradiba Hikmarida, Keeratan Penyimpanan dan Pencatatan… 386

tidak boleh diletakkan di dekat evaporator. Daerah Penelitian Mavimbe & Bjune (2007) tentang
dekat evaporator adalah daerah yang terdingin. Cold chain management: Knowledge and practices
Puskesmas tidak memenuhi ketentuan jarak antar in primary health care facilities in Niassa,
kotak vaksin sebesar 42%. Adanya jarak antar Mozambique menemukan bahwa lemari es selain
kotak vaksin bertujuan agar udara dingin dapat untuk penyimpanan vaksin juga untuk menyimpan
menyebar merata ke semua kotak vaksin (Ranuh, bahan laboratorium. Hal ini menyebabkan kulkas
et al., 2011). terus menerus dibuka dan ditutup karena beban
Puskesmas yang menggunakan lemari es kerja yang intensif dari laboratorium. Selain itu pada
untuk menyimpan benda selain vaksin sebesar 8%. saat dilakukan pembacaan suhu ditemukan suhu
Lemari es untuk penyimpanan vaksin tidak boleh diatas +18°C yang jauh dari ketentuan suhu untuk
digunakan untuk menyimpan benda lain karena akan penyimpanan vaksin.
mengganggu stabilitas suhu lemari es. Stabilitas
suhu lemari es akan terganggu karena dengan adanya Pencatatan rantai dingin vaksin DPT
benda lain di dalam lemari es menyebabkan lemari Peraturan Menteri Kesehatan Republik
es akan sering dibuka (Ranuh, et al., 2011). Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Terdapat lemari es yang tidak diletakkan Penyelenggaraan Imunisasi, pencatatan di tingkat
termometer didalamnya yakni ditemukan pada puskesmas antara lain meliputi pencatatan suhu
1 puskesmas (4%). Termometer sangat penting lemari es dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore
untuk diletakkan di dalam lemari es karena untuk hari, pencatatan terkait sarana cold chain meliputi
memastikan bahwa vaksin tidak terpapar suhu yang pemeliharaan mingguan dan pemeliharaan bulanan
tidak sesuai ketentuan (CDC, 2014). Jika tidak pada kartu pemeliharaan lemari es, pencatatan
terdapat termometer di dalam lemari es, suhu di vaksin pada kartu stok, dan pencatatan logistik
dalam lemari es tidak bisa diketahui apakah sesuai imunisasi. Kegiatan pemeliharaan mingguan antara
atau tidak. Penelitian Kristini (2008) menyebutkan lain meliputi memeriksa steker dan membersihkan
lemari es yang tidak dilengkapi dengan termometer badan lemari es, sedangkan kegiatan pemeliharaan
mempunyai risiko 13,6 kali menyebabkan kualitas bulanan antara lain melakukan pencairan bunga es,
pengelolaan vaksin yang buruk dibanding lemari es memeriksa kerapatan pintu, memeriksa steker jangan
yang dilengkapi termometer. Hal ini dikarenakan sampai kendor, dan membersihkan badan lemari es.
pemantauan suhu yang tepat elemen penting untuk Hasil penelitian pada 26 puskesmas di Kabupaten
manajemen rantai dingin yang baik (CDC, 2003). Sidoarjo menemukan bahwa 77% puskesmas
Puskesmas di kabupaten Sidoarjo yang memiliki tergolong kategori kurang mengenai pencatatan
lemari es dengan ketebalan bunga es lebih dari tentang rantai dingin vaksin DPT.
0,5 cm sebesar 35%. Bunga es pada lemari es dapat Suhu lemari es yang tidak dicatat dua kali
menghambat jalur keluar udara dingin. Kondisi ini sehari menyebabkan petugas tidak dapat mengetahui
akan membuat proses pendistribusian udara dingin riwayat suhu di lemari es selalu sesuai ketentuan
ke seluruh bagian kulkas berjalan lambat. Hasil atau pernah menyimpang dari ketentuan. Riwayat
penelitian Rao et al. (2012) menyatakan bahwa suhu yang akurat yang mencerminkan suhu vaksin
90% primary health care di Coastal South India yang sebenarnya sangat penting untuk manajemen
telah melakukan penyimpanan vaksin di lemari es vaksin yang efektif (CDC, 2014). Berbeda dari hasil
secara tepat. Hanya 61,8% petugas yang melakukan penelitian Roa et al. (2012) bahwa 94,2% primary
praktik pencairan bunga es dengan benar. 14,3% health center di Coastal South India telah melakukan
lemari es untuk penyimpanan vaksin digunakan pemeliharaan grafik suhu.
untuk penyimpanan benda lain. Pencatatan tentang rantai dingin vaksin DPT
Hasil penelitian Maksuk (2011) menyebutkan dapat dikaitkan dengan atribut surveilans kualitas
bahwa 35,7% puskesmas di Kota Palembang data. Kualitas data mencerminkan kelengkapan dan
mempunyai penyimpanan cold chain yang belum validitas data yang tercatat. Sistem yang memiliki
memenuhi standar karena terdapat susunan vaksin data yang berkualitas tinggi secara akurat dapat
yang tidak sesuai dengan ketentuan. Sama dengan menggambarkan kejadian yang dilaporkan (CDC,
penelitian Kristini (2008) yang menyebutkan 31,4% 2001). Sama halnya jika pencatatan tentang rantai
unit pelayanan swasta di Kota Semarang menyimpan dingin vaksin DPT lengkap dan akurat hal ini dapat
vaksin tidak benar. digunakan untuk memantau kualitas vaksin DPT
dalam kondisi baik atau tidak.
387 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 380–391

Rutinitas pencatatan tentang rantai dingin vaksin. Setelah dilakukan freeze-thaw cycle yang
vaksin juga berkaitan dengan atribut stabilitas. Jika kedua, potensi vaksin menjadi 80% dari potensi asli
data dicatat secara rutin maka sewaktu-waktu data vaksin. Setelah dilakukan freeze-thaw cycle yang
tentang rantai dingin vaksin dibutuhkan maka data ketiga, potensi vaksin menjadi 44% dari potensi asli
dapat langsung tersedia. Stabilitas mengacu pada vaksin difteri (PATH, 2003).
keandalan yakni kemampuan untuk mengumpulkan, Pada suhu 37°C vaksin DPT dapat bertahan
mengelola, dan menyediakan data dengan benar selama berminggu-minggu. Pada suhu 45°C
tanpa kegagalan serta ketersediaan yaitu kemampuan degradasi toksoid difteri dipercepat dan potensi
akan beroperasi bila diperlukan (CDC, 2001). dapat menurun selama beberapa minggu. Pada
53°C toksoid difteri kehilangan potensinya setelah
Kualitas rantai dingin vaksin DPT beberapa hari dan pada suhu 60°C vaksin kehilangan
Rantai dingin merupakan sistem transportasi potensi dalam beberapa jam (Kartoglu, 2012). Titik
dan penyimpanan vaksin pada suhu +2˚C sampai beku dari vaksin DPT berkisar antara (-5°C) dan
+8˚C dari tempat pembuatan sampai diberikan pada (-10°C). Vaksin DPT akan bertahan selama 110
individu. Apabila rantai vaksin tidak baik, maka sampai 130 menit pada suhu (-10°C). Pada suhu
vaksin tidak bisa merangsang kekebalan tubuh (-20°C) vaksin DPT bertahan selama 25 sampai 45
dengan optimal bahkan dapat menyebabkan kejadian menit dan hanya bertahan 9 sampai 11 menit pada
ikutan pasca imunisasi (KIPI) (Ranuh, et al., 2011). suhu (-70°C) (Galazka, et al., 1998). Vaksin DPT
Oleh karena itu sangat penting untuk memastikan dapat bertahan selama 18-24 bulan jika disimpan
rantai dingin vaksin berjalan dengan benar. pada suhu (+2°C) sampai (8°C) vaksin DPT.
Kualitas rantai dingin vaksin DPT pada 26 Puskesmas di Kabupaten Sidoarjo yang tidak
puskesmas di Kabupaten Sidoarjo dalam kategori memiliki freeze indicator sebanyak 3 puskesmas dan
baik sebesar 62%. Puskesmas dengan kualitas rantai terdapat 1 puskesmas yang memiliki freeze tag yang
dingin vaksin DPT yang termasuk kategori kurang sudah rusak. Freeze indicator merupakan alat untuk
sebesar 23% dan cukup 15%. Hal ini dikarenakan mengetahui vaksin pernah terpapar suhu di bawah
masih ditemukan puskesmas yang tidak memenuhi 0°C. terdapat warna biru pada freeze watch atau ada
syarat rantai dingin vaksin yang baik. Salah satunya tanda silang (X) pada freeze tag jika vaksin pernah
yakni terdapat vaksin DPT yang disimpan di lemari terpapar suhu di bawah 0°C (Ranuh, et al., 2011).
es dengan suhu < 2°C atau > 8°C. Hal ini tidak Freeze indicator sangat penting diletakkan di sekitar
sesuai dengan ketentuan yakni di tingkat puskesmas vaksin DPT untuk memastikan vaksin DPT tidak
semua vaksin disimpan pada suhu 2°C sampai pernah terpapar suhu beku. Namun dengan tidak
dengan 8°C pada lemari es (Kementerian Kesehatan adanya freeze indicator tidak dapat diketahui kondisi
RI, 2013). suhu di lemari es pernah terpapar suhu beku atau
Kegagalan untuk menjaga rantai dingin selama tidak. Hasil observasi terdapat salah satu puskesmas
transportasi dan penyimpanan dapat menurunkan yang memiliki suhu < 2°C namun tidak terdapat
efektivitas sebuah vaksin (Farmer & Lawrenson, freeze tag di dalam lemari es tersebut sehingga
2004). Vaksin Difteri baik dalam bentuk monovalen tidak dapat diketahui berapa lama vaksin terpapar
atau kombinasi selalu terabsorpsi ke adjuvant suhu < 2°C. Adanya freeze tag yang telah rusak
berbasis aluminium yang stabil pada suhu yang merupakan tanda bahwa suhu di lemari es berada di
tinggi bahkan pada jangka waktu penyimpanan yang bawah 0°C. Tetapi lemari es dengan freeze indicator
lama. Sebaliknya, toksoid difteri di dalam vaksin yang sudah rusak belum tentu vaksin DPT di dalam
dapat mengalami perubahan fisik dan kehilangan lemari es tersebut sudah rusak. Untuk memastikan
potensi ketika membeku karena pembekuan kerusakan vaksin DPT perlu dilakukan uji kocok
menghancurkan struktur gel dari adjuvant (Kartoglu, terlebih dahulu.
2012). Penelitian di Hungaria, pemantauan rantai
Serum Institute of India, Ltd (2002) melakukan dingin menunjukkan bahwa setidaknya 6% dari
evaluasi mengenai efek freeze-thaw cycle pada DTP terkena panas yang berlebihan ketika dibawa
toksoid tetanus, difteri, dan pertusis dengan tes oleh layanan pos selama musim panas. Pada musim
potensi, uji toksisitas, dan parameter fisik. Untuk dingin 38% dari pengiriman vaksin DTP terkena
komponen difteri potensi diukur pada tiga batch. suhu beku (Galazka, et al., 1998). Hasil penelitian
Setelah dilakukan freeze-thaw cycle yang kesatu, Kristini (2008) terhadap 138 unit pelayanan swasta
potensi dari vaksin menjadi 94% dari potensi asli (UPS) di Kota Semarang menunjukkan 84 UPS
Faradiba Hikmarida, Keeratan Penyimpanan dan Pencatatan… 388

(60.9%) dengan kualitas pengelolaan vaksin yang mencapai 85%. Jika tingkat imunitas kelompok
buruk. Nelson et al. (2006) melakukan monitoring tinggi, kemampuan orang yang rentan untuk
suhu pada cold chain di Bolivia menunjukkan bahwa berkontak dengan orang yang sakit sangat terbatas
pembekuan terjadi hampir pada setiap tingkat dari sehingga penularan penyakit dapat dihentikan
sistem distribusi rantai dingin, terutama selama (Timmreck, 2004). Pemberian vaksin DPT pada
penyimpanan di kabupaten dan pusat kesehatan individu berguna untuk meningkatkan imunitas
dan selama transportasi ke tingkat provinsi dan kelompok terhadap penyakit difteri sehingga jika
kabupaten. tingkat imunitas kelompok tinggi, kemampuan
Kualitas vaksin dapat dipertahankan dengan individu yang rentan untuk kontak dengan individu
melaksanakan penyimpanan dan transportasi yang sakit sangat terbatas sehingga penularan
vaksin yang memenuhi syarat rantai dingin vaksin penyakit difteri dapat dihentikan. Namun jika vaksin
yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi DPT yang diberikan kualitasnya buruk, vaksin tidak
keberhasilan imunisasi adalah kualitas vaksin dapat menimbulkan kekebalan bagi penggunanya.
(Ranuh, et al., 2011). Apabila vaksin yang diberikan Sehingga meskipun jumlah individu yang sudah
ke sasaran memiliki kualitas vaksin yang baik maka mendapat imunisasi DPT sudah tinggi herd immunity
vaksin akan memberikan perlindungan secara atau kekebalan kelompok tidak dapat tercapai karena
optimal sehingga tujuan imunisasi dapat tercapai masih banyak individu yang masih rentan atau
yakni menurunkan angka kesakitan, kecacatan belum kebal terhadap penyakit difteri. Akibatnya
dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah KLB difteri akan terus terjadi meskipun cakupan
Dengan Imunisasi (PD3I), khususnya penyakit imunisasi DPT sudah tinggi.
difteri. Kualitas vaksin DPT yang buruk dapat Kualitas vaksin DPT yang diberikan pada
menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus sasaran buruk maka tidak dapat menimbulkan
difteri dengan status sudah diimunisasi. Penggunaan dampak yang optimal bagi penggunanya yaitu
vaksin yang rusak hanya menciptakan rasa aman menimbulkan kekebalan. Vaksin DPT yang telah
yang palsu kepada para penerima vaksin karena diberikan pada sasaran yang dapat dilihat dari
tidak dapat melindungi penggunanya. Kondisi ini besar cakupan imunisasi DPT. Jika kualitas vaksin
dapat menurunkan kredibilitas program imunisasi buruk maka cakupan imunisasi DPT masih belum
(UNICEF, 2010). dapat menggambarkan jumlah sesungguhnya
Keuntungan yang diperoleh dari imunisasi sasaran yang telah terlindung dari penyakit difteri
selain keuntungan secara individu juga keuntungan karena dengan kualitas vaksin yang buruk ada
sosial. Keuntungan sosial yang diperoleh adalah kemungkinan sasaran yang telah diimunisasi DPT
akibat adanya kekebalan individu maka akan tetap tidak dapat terlindung dari difteri. Hal ini dapat
memutus rantai penularan penyakit ke orang lain mengganggu atribut surveilans sensitivitas karena
sehingga menyebabkan 5%-20% anak yang tidak cakupan imunisasi DPT yang ada belum sensitif
diimunisasi juga akan terlindung. Hal ini disebut untuk menunjukkan jumlah individu yang sudah
herd immunity atau kekebalan kelompok (Ranuh, et kebal terhadap penyakit difteri. Atribut sensitivitas
al., 2011). berhubungan dengan kemampuan sistem untuk
Imunitas kelompok bergantung pada tingkat menjaring data informasi yang akurat.
resistensi yang dimiliki suatu populasi terhadap Data mengenai total dosis vaksin difteri yang
suatu penyakit menular di mana proporsi anggota telah diterima dan jumlah ketiga dosis vaksin yang
kelompok yang tidak dapat diserang penyakit mengandung toxoid diphtheria (misalnya DTP3)
tersebut cukup tinggi. Imunitas kelompok dapat diberikan kepada bayi merupakan salah satu elemen
dicapai jika mereka yang rentan berkurang sampai data minimum yang direkomendasikan untuk
jumlah tertentu dan jumlah orang yang terlindung terdapat pada surveilans difteri berdasarkan WHO-
dan kebal mendominasi populasi itu (Timmreck, recommended surveillance standard of diphtheria.
2004). Data surveilans dapat digunakan untuk memantau
Imunitas kelompok dapat dicapai apabila tingkat cakupan dan penyakit sebagai ukuran dari
individu yang rentan berkurang sampai jumlah dampak program pengendalian (WHO, 2014a).
tertentu dan jumlah individu yang terlindung dan Hasil dari penyelidikan epidemiologi difteri salah
kebal mendominasi populasi itu. Herd immunity satunya dapat diketahui status imunisasi dari kasus
akan tercapai jika tingkat imunitas dalam populasi difteri. Jika ditemukan masih ada kasus dengan
389 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 380–391

status imunisasi sudah diimunisasi difteri maka merupakan alasan utama untuk penyimpanan yang
informasi ini dapat digunakan sebagai bahan dasar tidak layak (Rao, et al., 2012).
untuk melakukan evaluasi dari rantai dingin vaksin Penyimpanan dan penanganan vaksin perlu
DPT di pelayanan kesehatan di wilayah tersebut. mendapat perhatian untuk memastikan potensi
optimal dari vaksin karena vaksin yang rusak tidak
Keeratan antara penyimpanan vaksin DPT dapat dipulihkan kembali. Kualitas vaksin hanya
dengan kualitas rantai dingin vaksin DPT di dapat dipertahankan jika produk disimpan dan
puskesmas ditangani dengan tepat mulai dari pembuatan hingga
Salah satu elemen kunci dari rantai dingin yaitu penggunaan (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
prosedur untuk memastikan bahwa vaksin disimpan Vaksin yang telah rusak tidak dapat menimbulkan
dan diangkut pada suhu yang tepat (UNICEF, 2010). kekebalan pada penggunanya sehingga dapat
Hasil penelitian didapat semakin baik penyimpanan memungkinkan terjadinya penyakit difteri meskipun
vaksin DPT di puskesmas maka semakin baik sudah diimunisasi.
kualitas rantai dingin vaksin DPT di puskesmas. Semakin baik penyimpanan vaksin DPT maka
Terjadi keeratan yang kuat antara penyimpanan semakin baik pula kualitas rantai dingin vaksin DPT
vaksin DPT di puskesmas dengan kualitas rantai di puskesmas oleh karena itu penyimpanan vaksin
dingin vaksin di puskesmas dengan arah hubungan di lemari es pada puskesmas harus dijaga sesuai
yang positif (r = 0,561). Kualitas rantai dingin vaksin dengan ketentuan. Lemari es yang digunakan untuk
yang kurang 100% terjadi pada puskesmas dengan penyimpanan vaksin di puskesmas tidak hanya untuk
penyimpanan vaksin DPT yang kurang. menyimpan vaksin DPT atau vaksin imunisasi dasar
Pada jurnal yang berjudul freezing temperatures lengkap saja, tetapi juga vaksin untuk imunisasi
in the vaccine cold chain: A systematic literature lanjutan. Imunisasi lanjutan pencegahan penyakit
review oleh Matthias et al. (2007) diperoleh difteri meliputi imunisasi DT dan Td pada anak
hasil selama penyimpanan, paparan suhu beku sekolah (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
ditemukan 13,5% di negara maju dan 21,9% di Vaksin DT dan Td merupakan vaksin yang
negara berkembang. Penelitian Edstam et al (2002) sensitif beku yang sama dengan vaksin DPT yang
menunjukkan bahwa perbedaan efektivitas vaksin akan rusak jika terpapar suhu beku. Pemberian
hepatitis B pada anak berusia 2 tahun di wilayah imunisasi DT dan Td penting karena vaksin DPT
perdesaan dan perkotaan diduga karena kerusakan yang diberikan saat bayi merupakan jenis vaksin
vaksin hepatitis B akibat pembekuan dalam inaktif. Respon imun terhadap vaksin inaktif
penyimpanan dan transportasi di pedesaan. Vaksin sebagian besar humoral. Titer antibodi terhadap
hepatitis B memiliki sifat yang sama dengan vaksin antigen inactivated menurun beberapa waktu (Ranuh,
DPT yakni sensitif terhadap pembekuan (PATH, et al., 2011). Jenis vaksin inaktif memerlukan
2003). Kristini (2008) menyatakan cara menyimpan booster agar tetap terlindung dari penyakit difteri.
vaksin merupakan faktor risiko yang berpengaruh Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur kasus
terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Penyimpanan Difteri di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2013
vaksin yang salah mempunyai risiko 3,67 kali lebih sebesar 26% terjadi pada kelompok umur 5–9 tahun
besar untuk menyebabkan kualitas pengelolaan dan 33% terjadi pada kelompok umur 10 tahun ke
vaksin yang buruk, dibanding bila vaksin disimpan atas. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia anak-
dengan cara yang benar. anak dan dewasa juga masih rentan terkena difteri
Kegagalan dalam menjaga suhu selama oleh karena itu imunisasi DT dan Td yang diberikan
penyimpanan salah satunya dapat disebabkan saat SD penting untuk dijaga potensinya agar tetap
oleh bunga es yang terlalu tebal. Lapisan es yang memberikan kekebalan bagi penggunanya sehingga
tipis tidak mempengaruhi kinerja pendinginan, dapat mencegah terkena penyakit difteri.
namun lapisan es yang tebal akan mempengaruhi
Keeratan antara pencatatan rantai dingin Vaksin
kemampuan lemari es untuk secara efisien
DPT dengan kualitas rantai dingin vaksin DPT
menjaga suhu dan akhirnya akan menyebabkan
di puskesmas
kegagalan menjaga suhu lemari es (CDC, 2014).
Pemberian jarak antar kotak vaksin juga penting Terjadi keeratan yang sedang antara pencatatan
karena berfungsi memberi sirkulasi udara antar rantai dingin vaksin DPT dengan kualitas rantai
kotak vaksin. Sirkulasi udara tidak memadai antara dingin vaksin DPT dengan arah hubungan yang
kotak vaksin dan vaksin yang disimpan di lemari es positif (r = 0,421). Kualitas rantai dingin vaksin
Faradiba Hikmarida, Keeratan Penyimpanan dan Pencatatan… 390

yang kurang lebih banyak terjadi pada puskesmas KESIMPULAN DAN SARAN
yang memiliki pencatatan tentang rantai dingin Kesimpulan
vaksin yang kurang (30%) dibandingkan puskesmas
yang memiliki pencatatan tentang rantai dingin yang Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
baik (0%). Kegagalan melakukan pembacaan dan bahwa sebagian besar penyimpanan vaksin DPT di
perekaman suhu lemari es secara teratur adalah puskesmas Kabupaten Sidoarjo dalam kategori baik.
salah satu penyebab kurangnya kualitas rantai Mayoritas pencatatan rantai dingin vaksin DPT di
dingin vaksin pada negara maju maupun negara puskesmas dalam kategori kurang. Kualitas rantai
berkembang (Galazka, et al., 1998). dingin vaksin DPT di puskesmas sebagian besar
Pencatatan tentang rantai dingin vaksin termasuk dalam kategori baik.
juga terdiri dari pencatatan pemeliharaan Keeratan antara penyimpanan vaksin DPT
mingguan, bulanan, dan logistik imunisasi selain dengan kualitas rantai dingin vaksin DPT di
pencatatan suhu yang rutin. Penyebab tidak ada puskesmas mempunyai yang kuat dan bersifat
satu pun puskesmas di Kabupaten Sidoarjo yang positif. Keeratan antara pencatatan rantai dingin
melakukan pencatatan pemeliharaan mingguan, vaksin DPT dengan kualitas rantai dingin vaksin
pemeliharaan bulanan, dan logistik diimunisasi DPT di puskesmas mempunyai yang sedang dan
dikarenakan terdapat petugas yang tidak tahu bersifat positif.
bahwa kegiatan pemeliharaan dan logistik
imunisasi perlu dicatat. Selain itu juga terdapat Saran
petugas yang sudah mengetahui bahwa kegiatan Perlu meningkatkan kepatuhan petugas
pemeliharaan perlu dicatat namun karena tidak ada dalam hal penyimpanan vaksin di puskesmas dan
kartu pemeliharaan lemari es sehingga kegiatan ini pencatatan tentang rantai dingin vaksin sesuai
tidak dijalankan. Sesuai dengan teori perubahan prosedur dengan meningkatkan peran aktif kepala
perilaku oleh Lawrence Green yang menyatakan puskesmas untuk melakukan monitoring secara
perilaku ditentukan oleh faktor predisposisi seperti berkala. Selain itu juga perlu melakukan sosialisasi
pengetahuan dan faktor pendukung (enabling ke petugas penanggung jawab rantai dingin vaksin
factors) seperti fasilitas atau sarana (Notoatmodjo, tentang pencatatan pemeliharaan mingguan,
2012). Ketidaktahuan petugas tentang pencatatan pemeliharaan bulanan, dan logistik dan menyediakan
pemeliharaan mingguan, pemeliharaan bulanan, kartu pemeliharaan lemari es bagi puskesmas.
dan logistik imunisasi serta tidak adanya kartu Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait
pemeliharaan lemari es menyebabkan petugas tidak kualitas rantai dingin vaksin DPT di pelayanan
melakukan pencatatan. kesehatan dinamis dan di pelayanan kesehatan
Pencatatan tentang rantai dingin vaksin dapat statis lainnya seperti di rumah sakit, bidan praktek
berguna untuk memberi informasi terkait program swasta, atau unit pelayanan kesehatan lain yang
imunisasi khususnya tentang kualitas rantai dingin menyediakan program imunisasi. Untuk penilaian
vaksin. Dengan melakukan pencatatan tentang variabel kualitas rantai dingin vaksin sebaiknya
pemeliharaan mingguan dan bulanan dapat menjadi menambahkan poin tentang vaksin tidak terendam
sebuah bukti bahwa kegiatan tersebut memang benar air pada kuesioner penelitian.
dijalankan. Pencatatan tentang vaksin dan logistik
imunisasi dapat menjadi bahan untuk evaluasi
tentang kondisi logistik imunisasi dalam keadaan REFERENSI
baik atau tidak. Saat vaksin tiba di pelayanan
CDC, 2001. Updated Guidelines for Evaluating Public
kesehatan dengan potensi yang masih ampuh, namun
Health Surveillance Systems Recommendations
karena sistem pemantauan rantai dingin vaksin yang
from the Guidelines Working Group. [Online]
kurang tepat dapat mengakibatkan penurunan potensi
Available at: http://www.cdc.gov/mmwr/
pada vaksin tersebut (Rao, et al., 2012).
preview/mmwrhtml/rr5013a1.htm
[Accessed 28 Juni 2014].
391 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 380–391

CDC, 2014. Vaccine Storage and Handling Toolkit. Matthias, D.M. et al., 2007. Freezing temperatures
Atlanta: CDC. in the vaccine cold chain: A systematic literature
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, 2014. Daftar review. Science Direct, 25(Vaccine), p. 3980–
Lemari Es di Puskesmas se Sidoarjo Tahun 2014, 3986.
Sidarjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sidarjo. Mavimbe, J.C.d.T. & Bjune, G., 2007. Cold chain
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013. Profil management: Knowledge and practices in primary
Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. health care facilities in Niassa, Mozambique.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Ethiop. J. Health Dev, Volume 21(2), pp. 1-6.
Timur. Nelson, C., Froes, P., Dyck, Van., Mie Anna.,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2014. Chavarria, J., Boda, E., Coca, A., Crespo, G., &
Distribusi KLB Difteri Provinsi Jawa Timur Lima, H., 2006. Monitoring Temperatures in The
Tahun 2013, Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Vaccine Cold Chain in Bolivia. Sciene Direct,
Jawa Timur. Volume 25, pp. 433-437.
Farmer, R. & Lawrenson, R., 2004. Epidemiology Notoatmodjo, S., 2012. Promosi Kesehatan dan
and public health medicine. USA: Blackwell Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Publishing. PATH. (2003) Effects of Freezing on Vaccine Potency.
Departemen Kesehatan RI, 2007. Daftar Tilik Seattle: PATH. [Accessed 20 May 2014]. http://
Supervisi Suportif Program Imunisasi Tingkat www.path.org/publications/files/TS_cc_effects.
Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. pdf
De Vaus, D. A., 2002. Survey in Social Researc. fifith Ranuh, I.G.N.G., Suyitno, H., Hadinegoro, S.R.S.,
ed. New South Wales: Allen Unwin. Kartasasmita, C. B., Ismoedijanto, & Soedjatmiko,
Galazka, A., Milstien, J. & Zaffran, M., 1998. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi
Thermostability of Vaccines. Geneva: World Keempat. Keempat ed. Jakarta: Ikatan Dokter
Health Organization. Anak Indonesia.
Kartoğlu, U. (2012) Temperature Sensitivity of Rao, S., Naftar, S., Baliga, S. & Unnikrishnana,
the Diphtheria Containing Vaccines, Insight B., 2012. Evaluation, Awareness, Practice and
and Control of Infectious Disease in Global Management of Cold Chain at the Primary Health
Scenario. Croatia: InTech [Accessed 24 May Care Centers in Coastal South India. J. Nepal
2014]. http://www.intechopen.com/books/ Paediatr. Soc., 32(1), pp. 19-22.
insight-and-control-of-infectious-disease-in- Timmreck, T.C., 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar.
global-scenario/temperaturesensitivity-of-the- 2 ed. Jakarta: EGC.
diptheria-containing-vaccines UNICEF, 2010. Handbook for Vaccine and Cold
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Data Surveilans Chain Handlers. New Delhi: UNICEF.
dan KLB 2011. Jakarta: Kemenkes RI. WHO, 2014. Diphtheria reported cases. [Online]
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Peraturan Menteri Av a i l a b l e a t : h t t p : / / a p p s . w h o . i n t /
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun immunization_monitoring/globalsummary/
2013 tentang Penyelenggaraan Imnunisasi. timeseries/tsincidencediphtheria.html
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. [Accessed 11 June 2014].
Kristini, T.D., 2008. Faktor-Faktor Risiko Kualitas WHO, 2014a. WHO-recommended surveillance
Pengelolaan Vaksin Program Imunisasi yang standard of diphtheria. [Online]
Buruk di Unit Pelayanan Swasta (Studi Kasus di Av a i l a b l e a t : h t t p : / / w w w. w h o . i n t /
Kota Semarang). Tesis. Semarang; Universitas immunization/monitoring_surveillance/
Diponegoro. burden/vpd/surveillance_type/
Maksuk, 2011. Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin passive/diphtheria_standards/en/
Tingkat Puskesmas di Kota Palembang [Accessed 10 June 2014].
Tahun 2011. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang.

Anda mungkin juga menyukai