Anda di halaman 1dari 13

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HEMORAGIC FEVER
A. Definisi
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005). Penyakit ini dapat menyerang semua orang
dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot/nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragic. Pada DBD
terjadi pembesarn plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. (NIC / NOC 2016.
B. Klasifikasi
1. Derajat 1 (Ringan) : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji
perdarahan yaitu uji torniquet
2. Derajat 2 (Sedang) : seperti derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan lainnya
3. Derajat 3 : Ditemukan kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah
4. Derajat 4 : terdapat DSS (Dengue Syok Syndrom) dengan nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diukur.
C. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu
arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes
albopictus (didaerah pedesaan). (Widoyono, 2008).
Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam
berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus
dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu
nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes

76
aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini.
Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah
terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10
hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke
manusia sehat yang digigitnya.
D. Anatomi dan Fisiologi

Trombosit diproduksi dalam sumsum tulang oleh sel hemopoetik. Sel myeloid
yang dipengaruhi oleh hormon trombopoetin berkembang dan menjadi sel pembentuk
koloni megakariosit yang kemudian berubah bentuk menjadi megakariosit, sel besar yang
memecah menjadi 2000-3000 fragmen. Setiap fragmen tertutup oleh plasma membran
disebut Trombosit (Platelet). Trombosit merupakan pecahan dari megaakariot.
Dalam sumsum tulang merah dan kemudian masuk kedalam sirkulasi darah
dengan jumlah antara 150.000 – 400.000 µL, dengan ukuran 2 – 3 µm setiap bentuknya
dan mempunyai vesikel tetapi tidak mempunyai nukleus. Masa hidup trombosit adalah 5
– 9 hari, trombosit yang mati akan di keluarkan oleh makrofag melalui hati dan limpa.
Fungsi trombosit adalah menghentikan kehilangan darah melalui pembuluh darah yang

77
rusak dengan cara membentuk sumbatan trombosit (Platelet plug). Ganulnya
mengandung zat kimia yang dilepaskan untuk mendukung proses pembekuan darah.
Fungsi trombosit dalam proses pembentuk sumbatan terhadap luka sebagai
berikut :
1. Adesi trombosit, saat terjadi kerusakan pembuluh darah trombosit akan melekatkan
diri pada jaringan ikat subendotelial yang terbuka.
2. Reaksi pelepasan trombosit, pemaparan terhadap kolagen atau aksi trombin,
mengaktifkan pelepasan isi granula trombosit yang mencakup ADP, serotinin,
fibrinogen dan tromboxan A2 yang berperan dalam mengaktifkan trombosit polos
vaskuler dengan menurunkan aliran darah ke pembuluh darah yang terluka.
3. Agregasi trombosit, pelepasan ADP membuat trombosit membengkak dan
mempermudah membran trombosit berdekatan dan melekat satu sama lain. Dari
agregasi trombosit ini mengakibatkan pembentukan massa trombosit yang cukup
besar untuk menyumbat daerah luka endotelial (Tortora, 2009).
E. Manifestasi Klinis
1. Gejala
a. Demam dan nyeri sendi
b. Nyeri kepala
c. Mual, muntah, anorexia
d. Nyeri abdomen
2. Tanda
a. Demam tinggi suhu antara 39.5 – 41oC selama 1-7 hari, dan terjadi 2x puncak
demam tinggi
b. Cardiovaskuler : hipotensi, kapilari refill lambat, bradikardi
c. Hepatomegali dan lymphadenopati
d. Uji torniquet (rumple leed) positif
e. Rumpe leed dilakukan dengan menggunakan manset tekanan darah, dipasang
di lengan atas dan pompa manset sampai pertegahan antara sistolik dan
diastolik selama 5 menit. Jika terdapat ≥ 20 petechie atau 2.5 cm2hasilnya
postifi.

78
f. Petechie spontan (di aksila), pupura, epistaksis, gusi berdarah, perdarahan,
gastrointestinal dan menoragi
g. Mungkin ditemukan efusi pleura, ascites dan pericarditis berhubungan dengan
kebocoran darah plasma
h. DSS terjadi dengan ditemukannya hipotensi syok
i. Central nervous system : ensefalopati, koma, konvulsi (Rull, 2013)
F. Komplikasi
1. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan
ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah
dan cairan serta menyebabkan kematian.
2. Ensepalopati.
3. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
4. Disorientasi, prognosa buruk.
G. Penatalaksanaan
1. Kontrol demam dengan paracetamol, kompres Tepid sponge dan kipas angin atau
air conditioner (AC)
2. Resusitasi cairan intavena dengan monitoring ketat karena resiko peningkatan
permaebilitas kapiler. Bila perlu pemberian koloid/kristaloid
3. Monitor laboratorium : Darah rutin, trombosit, fungsi hati (SGOT/SGPT) dan
elektrolit
4. Monitor urine output
5. Penanganan infeksi bakteri sekunder yang mungkin terjadi
6. Bila perlu transfusi FFP dan Trombosit Concentrate untuk penanganan
perdarahan dan syok (Rull, 2013).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
a. IgG dan IgM antibodi dan NS-1 positif
b. Hematokrit meningkat (hemokonsentrasi)
c. Trombosit menurun
d. Leukopenia (Lekosit kurang dari normal)
e. APTT dan PT memanjang

79
f. Elektrolit mungkin mengalami gangguan
g. SGOT dan SGPT meningkat
2. Kultur darah dan pemeriksaan Malaria sebaiknya dilakukan pada penderita yang
mengalami demam tinggi dan baru kembali dari berpergian
3. Thorax Foto, biasanya digunakan untuk meyingkirkan sumber sepsis yang lain
atau mengkaji komplikasi, pada infeksi dengue kadang menunjukan abnormalitas
seperti efusi pleura (Rull, 2013).

80
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGUE HEMORAGIC FEVER
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Pengkajian umum : Keadaan umum, tingkat kesadaran, status gizi, tanda-
tanda vital
b. Pengkajian sistem tubuh
1) Integumen : ruam, petechie, purpura, hematom, hiperemia.
Pada DSS : lembab, dingin, sianosis (hidung, kuku, ekstremitas)
2) Kardiovaskuler : hipotensi/hipertensi, takikardi/bradikardi
3) Muskuloskeletal : nyeri sendi/otot
4) Pernafasan : retraksi dada, frekuensi pernafasan, suara paru
5) Persyarafan : GCS, kejang, koma
6) Pencernaan : pola BAB, keluhan mual, muntah, anoreksia, abdomen :
palpasi adanya hepatomegali/splenomegali
7) Perkemihan : pola BAK, warna urin, produksi urin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, nyeri, hipoventilasi.
2. Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d kebocoran plasma darah
4. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penekanan intra abdomen)
5. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
6. Risiko syok (hypovolemic) b.d perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler

81
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang
tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan menurun
8. Risiko perdarahan b.d penurunan faktor-faktor pembekuan darah
(trombositopenia)
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan pola nafas NOC NIC
b.d jalan nafas terganggu  Respiratory status Airway managment
akibat spasme otot-otot ventilation  Buka jalan
pernafasan, nyeri,  Respiratory status : nafas, gunakan
hipoventilasi airway aptency tehnik chinlif
 vital sign status atau jaw thrust
Kriteria hasil : bila perlu
 Mendemonstrasikan  Posisikan pasien
batuk efektif dan suara untuk
nafas bersih, tidak ada memaksimalkan
sianosis dan dyspneu ventilasi
 Menunjukan jalan nafas  Identifikasi
yang paten pasien perlunya
 Tanda-tanda vital dalam pemasangan alat
rentang normal jalan nafas
buatan
 Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
 Keluarkan secret
sengan batuk
atau suction
 Auskultasi suara
nafas, cacat
adanya suara
tambahan
 Berikan
bronchodilator
bila perlu
 Monitor
respirasi dan
status O2

82
Oxygen therapy
 Bersihkan mulut,
hidung, dan
secret trakea
 Pertahankan
jalan nafas yang
paten
 Monitor aliran
oksigen
pertahankan
posisi pasien
 Monitor adanya
kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
Vital sign monitoring
 Monitor TD,
nadi, suhu, RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor kualitas
dari nadi
 Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
 Monitor suhu
paru
 Monitor sianosis
perifer
2 Hipertermia b.d proses NOC NIC
infeksi virus dengue Thermoregulation Fever treatment
 Suhu tubuh dalam  Monitor suhu
rentang normal sesering
 Nadi dan RR dalam mungkin
rentang normal  Monitor warna
 Tidak ada perubahan dan suhu kulit
warna kulit dan pusing  Monitor tekanan
darah, nadi dan

83
RR
 Monitor
penurunan
tingkat
kesadaran
 Monitor WBC,
Hb, dan Hct
 Monitor intake
dan output
 Berikan
antipiretik
 Berikan cairan
intravena
 Kompres pasien
pada lipat paha
dan aksila
 Tingkatkan
intake cairan dan
nutrisi
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor hidrasi
seperti turgor
kulit,
kelembaban,
membran
mukosa
Temperature regukation
 Monitor suhu
tiap 2 jam
 Monitor TD,
nadi dan RR
 Monitor warna
dan suhu tubuh
 Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan

84
kemungkinan
efek negative
dari kedinginan

3 Kekurangan volume cairan NOC NIC


b.d pindahnya cairan  Fluid balance  Pertahankan
intravaskuler ke  Hydration catatan intake
ekstravaskuler  Nutrition status : food dan output yang
dan fluid intake akurat
Kriteria hasil :  Monitor status
 Terbebas dari edema, hidrasi
efusi (kelembaban
 Bunyi nafas bersih, tidak membran
ada dispneu/ortopneu mukosa, nadi
 Terbebas dari distensi adekuat, tekanan
nyeri venajugularis darah ortostatik)
 Terbebas dari kelelahan  Monitor hasil lab
 Menjelaskan indikator yang sesuai
kelebihan cairan dengan retansi
cairan (BUN,
hematokrit,
osmolaritas urin,
albumin, total
protein)
 Monitor vital
sign setiap 15
menit – 1 jam
 Monitor status
nutrisi
 Berikan cairan
oral
 Berikan
pengganti
nasogastrik
sesuai output
 Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
 Atur
kemungkinan

85
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi
 Pasang kateter
jika perlu
 Monitor intake
dan urin output
setiap 8 jam
 Kolaborasi
dengan dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
 Kolaborasi
pemberian
cairan IV
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan tubuh  Nutrition status : food an Nutrition Managment
b.d intake nutrisi yang tidak fluid intake  Kaji adanya
adekuat akibat mual dan  Weight control alergi makanan
nafsu makan menurun Kriteria hasil :  Kolaborasi
Faktor yang berhubungan :  Adanya peningkatan dengan ahli gizi
 Faktor biologis berat badan sesuai untuk
 Faktor ekonomi tujuan menentukan
 Ketidkmampuan  Mampu jumlah kalori
untuk mengabsorbsi mengidentifikasi dan nutrisi yang
nutrient kebutuhan nutrisi dibutuhkan
 Ketidakmampuan  Tidak ada tanda-tanda pasien
untuk mencerna malnutrisi  Yakinkan diet
makanan  Menunjukkan yang dimakan
 \ketidakmampuan peningkatan fungsi mengandung
menelan makanan pengecapan dari tinggi serat
 Faktor psikologis menelan untuk mencegah
 Tidak terjadi penurunan konstipasi
berat badan yang berarti  Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam

86
batas normal
 Monitor adanya
penurunan BB
 Monitor mual
dan muntah
 Monitor pucat,
kemerahan,
kekeringan
jaringan
konjungtiva
 Monitor intake
nutrisi
 Kolaborasi
dengan dokter
tentang
kebutuhan
suplemen
makanan seperti
NGT sehingga
intake cairan
yang adekuat
dapat
dipertahankan
 Atur posisi
semifowler atau
fowler selama
makan
 Anjurkan
banyak minum
 Pertahankan
terapi IV line
 Catat adanya
edema,
hiperemik,
hiperyonik
papila lidah dan
cavitas oral

87
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi 3, EGC : Jakarta


Hidayat alimul aziz. 2006. P e n g a n t a r i l m u k e p e r a w a t a n a n a k . Jakarta : salemba medika
Nanda Internasional. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. 2012. Jakarta :
EGC
Nurarif, A.H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC.
Jogjakarta : MediAction
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak . Jakarta : salemba medika

88

Anda mungkin juga menyukai