Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UUSPN NO.

20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 10). Definisi ini menjadi landasan yuridis

formal tentang teknis pelaksanaan pembelajaran bahwa pembelajaran

harus dilakukan secara interaktif, hal ini dapat dipahami karena secara

psikologis setiap individu terlahir sebagai manusia yang aktif dalam

belajar, oleh karena itu pembelajaran harus dibangun di atas paradigma

student centered dan meminimalisir peran teacher centered yang akhirnya

memfasilitasi siswa belajar.1

Perubahan paradigma pembelajaran dari teacher centered menuju

student centered menjadikan siswa lebih aktif dan belajar kontekstual

bukan hanya belajar khayalan atau dongeng semata. Maka dari itu untuk

menghasilkan belajar, harus ada situasi eksternal yang dirancang

sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan

proses internal yang terdapat dalam setiap permasalahan belajar pada

siswa. Oleh karena itu pembelajaran harus dibuat untuk mendorong siswa

belajar secara aktif agar siswa akan mendapatkan hasil belajar yang baik.

Pembelajaran tematik merupakan deviasi dari pada kurikulum

tematik yang muaranya pada tema. Kurikulum tematik secara terorganisir

1
Asep. E. Latif, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: UIN JKT PRESS, 2013), hal 1

1
baru disusun pada kurikulum 2013, tetapi secara praktis sudah mulai di uji

cobakan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk jenjang

kelas awal yaitu kelas 1,2, dan 3. Secara etimologi pembelajaran tematik

merupakan gabungan dari istilah pembelajaran, tematik dan integratif.2

Maka pada kurikulum 2013 untuk jengjang sekolah dasar (SD) dan

sederajat sudah menggunakan pembelajaran tematik yang sudah

diterapkan pada tiap-tiap kelasnya.

Pada pembelajaran tematik diajarkan kepada peserta didik pada

usia MI/SD pada perkembangannya mereka masih melihat segala sesuatu

sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik), sehingga kegiatan belajar

mengajar menjadi lebih bermakna. Di dalam pembelajaran tematik

pembelajaran tidak lagi terkotak-kotak dalam mata pelajaran-mata

pelajaran secara terpisah. Namun muatan masingmasing mata pelajaran itu

sudah diramu secara utuh dan dipadu oleh guru dalam sebuah tema

tertentu. Dan peserta didik pada usianya 7 sampai 12 tahun siswa memiliki

pola pikir yang nyata dalam lingkungan sekitar.

Pada kurikulum 2013 sekolah dasar di Indonesia sudah disajikan

dalam pembelajaran tematik, termasuk di MIN Desa Durian Kawan,

Kecamatan kluet Timur Kabupaten Aceh Selatan. Hasil dari observasi

guru wali kelas V menyatakan bahwa dengan adanya pembelajaran

tematik siswa terlihat jelas karakter dan bakatnya lebih muncul, namun

siswa kurang fokus dalam materi. Maka dari itu peneliti ingin membangun

2
Ibid, Hal 7

2
siswa untuk fokus dalam menerima materi, agar siswa akan mendapatkan

hasil belajar yang baik. Peneliti mengambil penelitian pada pembelajaran

tematik dengan tema organ gerak hewan dan manusia untuk pembahasan

dalam penelitian disekolah tersebut.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya.3 Pada faktanya salah satu dari

siswa di kelas V di MIN Desa durian Kawan, dengan hasil observasi

bahwa hasil belajar siswa di kelas V belum memuaskan karena nilai hasil

belajar siswa belum mencapai nilai KKM 70, serta adanya beberapa faktor

yang membuat hasil belajar siswa kurang baik yaitu: minat belajar kurang,

lingkungan rumah yang sangat bebas, didikan orang tua kurang karena

kedua orang tuannya bekerja, serta kurang perhatian dari orang tua atau

keluarga yang ada dirumahnya.

Guru juga perlu melakukan pendekatan pada proses pembelajaran

tematik sudah dijelaskan dalam Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang

standar proses dijelaskan bahwa:

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran


mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah
kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis)
yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan
diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan
lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar

3
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar (Bandung:PT Rosda, 1989),
hal 22.

3
proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik
terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk
mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning).4

Dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran

tematik di kelas V tersebut guru ada kesulitan dalam menerapkannya,

karena kurangnya dipahami proses penilaian yang dianggapnya rumit dan

belum memperdalam cara mengajarnya dengan menggunakan kurikulum

2013 serta guru kelas juga belum menerapkan model pembelajaran inkuiri

maupun model-model pembelajaran lainnya di kelas. Dalam proses

pembelajaran guru kelas tersebut hanya menggunakan metode ceramah,

metode tanya jawab, dan sarana prasarana dari sekolah saja, maka guru

kelas V belum optimal dalam penggunaan penerapan model pembelajaran

inkuiri. Dengan demikian dalam proses pelaksanaan pembelajaran tematik

untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka peneliti menggunakan

penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tematik.

Dengan model ini bisa membantu proses pembelajaran siswa lebih aktif

dan menyenangkan.

Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan

analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah

4
Kemendikbud, Permendikbud, Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar
Proses Pendidikan dan Menengah, (Jakarta:Kemendikbut, 2016)

4
yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui

tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi ini sering dinamakan strategi

heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang berarti

saya menemukan.5

Dalam proses pembelajaran dikelas dalam pembelajaran tematik

guru kelas V belum menerapkan model pembelajaran inkuiri, maka

peneliti ingin menggunakan penerapan model pembelajaran inkuiri dalam

pembelajaran tematik dikelas V dalam penelitiannya, agar siswa dapat

belajar secara aktif dan dapat meningkatan hasil belajarnya karena model

pembelajaran inkuiri membuat siswa beperan secara aktif dan guru hanya

sebagai fasilitator dan juga membuat suasana menjadi menyenangkan.

Pembelajaran tematik sudah dilakukan oleh beberapa sekolah,

termasuk di MIN Desa Durian Kawan, namun dikelas V guru kelas belum

optimal dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri. Hal ini yang

menarik perhatian peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas

melalui model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tematik di

sekolah terutama di MIN Desa Durian Kawan. Dimulai dari kondisi

tersebut diperlukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran

inkuiri. Pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

dan hasil belajar siswa serta tinggi rendahnya kualitas pembelajaran

merupakan hasil dari sebuah proses yaitu proses kegiatan belajar

mengajar. Di samping itu, kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh

5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Pranamedia Group, 2006), hal
195.

5
kondisi orang-orang yang terlibat dalam proses tersebut serta cara mereka

bekerjasama dengan menggunakan model pembelajaran yaitu model

pembelajaran inkuiri. Maka dari itu peneliti ingin meningkatkan prestasi

belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui model pembelajaran

inkuiri.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan penelitian

tindakan kelas ini dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar dalam

Pembelajaran Tematik pada Siswa Kelas V Melalui Model Pembelajaran

Inkuiri di MIN Desa Durian Kawan Kecamatan Kluet Timur”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan

hasil belajar pada pembelajaran tematik dengan penerapan model

pembelajaran inkuiri di MIN Desa Durian Kawan Kecamatan Kluet timur

Kabupaten Aceh Selatan.

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan

penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar dalam pembelajaran

tematik dengan penerapan model pembelajaran inkuiri pada kelas V MIN

Desa Durian Kawan.

6
D. Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian

ini diharapkan memberikan kegunaan penelitian. Adapun kegunaan

penelitian adalah:

1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini dapat menguatkan teori yang menyatakan bahwa

pembelajaran tematik merupakan pembelajaran integratif yang

menjadikan pembelajaran sebagai bentuk sikap, pengetahuan, dan

keterampilan, dengan melalui penerapan model pembelajaran inkuiri

pembelajaran lebih menyenangkan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi siswa

Hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran tematik tema organ gerak hewan dan manusia melalui

model pembelajaran inkuiri.

b. Bagi guru

Dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran serta meningkatkan

kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

c. Bagi sekolah

Mendorong guru dan peserta didik agar lebih aktif dalam

melaksanakan pembelajaran tematik dalam model pembelajaran

inkuiri di dalam kelas.

7
BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Benyamin Bloom

menyatakan hasil belajar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah

kongnitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.6

Menurut Suprijono hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan

menurut Supratiknya mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi objek

penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa

setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran

tertentu.7 Menurut Annurrahman mengemukakan bahwa hasil belajar

merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya

nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran.8

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh

siswa setelah siswa itu menerima suatu ranah sikap, pengetahuan, dan

keterampilan dalam aktivitas siswa. Pada aktivitas siswa mempunyai peranan

6
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Rosda,
1989)
7
Widodo, Lusi Widayanti, Peningkatan Aktivitas Belajar dan hasil Belajar Siswa
dengan Merode Problem Besed Learning pada Siswa Kelas VII A Mts Negeri Domomulyo
Kulon Progo Tahun 2012/2013, Vol XVII, No 49, 2013, hal 34
8
Zukira, dkk, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Alkhairaat
Towera Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Time Number Head Together (NHT) Pada
Mata Pelajaran PKn, Vol 3, No 4, hal 2

8
yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas

siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik,

akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita

bedakan menjadi tiga macam yaitu:9

a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa.

b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan

mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving

terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal)

umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang

sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang

berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari

orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar

yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh

faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswa yang hight-achievers

9
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2015), hal
145-146.

9
(berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama

sekali.

Dalam hal ini, seseorang guru yang kompeten dan profesional

diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan muncul

kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha

mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah ada 3 faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu:10

a) Faktor internal

Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri

(internal), baik secara fisiologi maupun psikologis, beserta usaha yang

dilakukannya. Faktor fisiologis, berkaitan dengan kondisi jasmani atau

fisik seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan

fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, sedangkan faktor

psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti intelegensi, minat,

dan sikap. Selain faktor-faktor tersebut, prestasi belajar juga

dipengaruhi oleh waktu (time) dan kesempatan (engagement). Waktu

dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga

akan berpengaruhi terhadap perbedaan kemampuan peserta didik.

10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan ,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2013), hal
129-136.

10
b) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta

didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Faktor

sosial menyangkut hubungan anatar manusia yang terjadi dalam

berbagai situasi sosial. Ke dalam faktor ini termasuk lingkungan

keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan

faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial

seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya: keadaan rumah, ruang

belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.

c) Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

mempelajari materimateri pelajaran. Faktor pendekatan belajar dapat

dipahami keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa

dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi

tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional

yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau

mencapai tujuan belajar tertentu.

Disamping fator-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang

telah dijelaskan bahwa faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap

taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

11
3. Obyek Evaluasi Hasil Belajar

Menurut Mukhtar dalam buku Sudaryono hasil belajar ada tiga ranah

yaitu:11

a) Ranah Kongnitif

Ranah kongnitif adalah ranah yang mencakupi kegiatan otak.

Artinya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke

dalam ranah kongnitif. Ada enam tingkat ranah kongnitif terdiri dari

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b) Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai,

dan sikap seseorang dapat diramalkan perubahan apabila ia telah

memiliki penguasaan kongnitif tingkat tinggi. Ada lima meningkatkan

kedisiplinan terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian/penetuan

sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Pengukuran ranah

efektif tidak dapat dilakukan setiap hari karena perubahan tingkah laku

siswa dapat berubah sewaktu-waktu.

c) Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seorang

menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotorini

sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kongnitif

(memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (kecenderungan untuk

11
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012), hal 43.

12
berperilaku). Ada tujuhmeningkatkan pada keterampilan terdiri dari

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan yang

kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.

Menurut Slameto membedakan antara hasil belajar kognitif, afektif dan

psikomotor yakni:12

a) Kognitif, pengetahuan, keterampilan akademik dan kemampuan serta

pengertian akademik yang dicapai siswa.

b) Afektif, sikap pikiran yang disenangi, nilai keyakinan yang mempribadi

pada diri siswa.

c) Psikomotor, keterampilan kemahiran, mengkoordinasikan pada tingkat

kekuatan/kualitas keterampilan yang diminati oleh siswa serta hasil-

hasil lainnya, seperti: Kelakuan lain, seperti kebiasaan, penampilan

serta respon yang ditampilkan oleh siswa. Hasil belajar yang bersifat

sosial, lingkungan dan keorganisasian yang dimiliki dan ditampilkan

siswa.

Dalam penilaian hasil belajar yaitu suatu proses pengumpulan informasi

tentang capaian hasil pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek

pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan

sistematis untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil

12
Zukira, dkk, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Alkhairaat
Towera Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Pada
Mata Pelajaran PKn, Vol 3, No 4, hal 2.

13
belajar melalui penguasaan dan penilaian hasil belajar selama dan setelah

proses pembelajaran.13

Maka hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa

bertambah dari hasil sebelumnya. Suatu proses belajar mengajar pada

akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan,

sikap dan keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan

indicator untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa. Dengan demikian

hasil belajar siswa dapat diukur dengan tiga ranah yaitu ranah kongnitif,

afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penelitian

dalam hasil belajar.

B. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Istilah pembelajaran tematik sering disebut juga dengan pembelajaran

terpadu dan dipersamakan dengan integrated teaching and learning, integrated

curriculum approach, a coherent curriculum approach. Konsep ini telah lama

dikemukakan oleh John Dewey dalam buku Sugiyar sebagai upaya untuk

mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa-siswi dan

kemampuan pengetahuannya. Ia memberikan pengertian bahwa pembelajaran

terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa-siswi

dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan

lingkungan dan pengalaman kehidupannya.

13
Saur M. Tampubolon, Penelitian Pendidikan & Karya tulis Ilmiah Berbasis
Kurikulum 2013, (Depok : Khalifah Mediatama, 2016), hal 34.

14
Sedangkan menurut Rakajoni dalam buku Sugiyar, pembelajaran

tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa-

siswi secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan

menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan

otentik.14 Menurut John tematik adalah organisasi dari kurikulum di sekitar

tema sentral. Dengan kata lain adalah serangkaian pelajaran yang

mengintegrasikan mata pelajaran di kurikulum, seperti matematika,

membaca, seni bahasa, ilmu sosial, ilmu pengetahuan dan lain-lain.15

Berdasarkan pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran tematik merupakan gabungan mata pelajaran yang dapat

dipadukan dalam kehidupan nyata serta membangkitkan siswa untuk berfikir

kritis dan berwawasan luas. Pembelajaran tematik, sebagai model

pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta

didik, antara lain:16

Pertama, pembelajaran tematik lebih menekankankan pada keterlibatan

siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga

siswa dapatmemperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat

menemukan sendiri sebagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui

pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka

pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

Teori pembelajaran ini dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt, termasuk

14
Sugiyar, Pembelajaran Tematik, ( Surabaya : LAPIS-PGMI, 2009 ) cet ke 1,hal.1-6.
15
Yvonne J. John, 2015, A “New” Thematic, Integrated Curriculum for Primary
Schools of Trinidad and Tobago: A Paradigm Shift, Thematic Unit, Vol 4, No 3, hal 175.
16
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik,( Jakarta : Prestasi
Pustaka,2009), hal 86-87.

15
piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan

berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep

belajar sambil melakukan (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu

mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi

kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan

unsurunsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan

konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema,

sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.

Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan

sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa

yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic).

Maka dalam pembelajaran tematik berperan sangat penting dalam

proses belajar mengajar. Dengan pembelajaran tematik ini guru hanya

merancang proses belajar mengajarnya saja, sedangkan siswa dapat berfikir

aktif serta siswa juga dapat berinteraksi dengan lainnya.

2. Tujuan Pembelajaran Tematik

Berdasarkan tujuan pembelajaran tematik berarti sebagai berikut:17

a) Pembelajaran dengan pemusatan perhatian pada suatu tema tertentu.

b) Pembelajaran dengan pengetahuan dan pengembangan berbagai

kompetensi dasar atau isi mata pelajaran dalam tema yang sama.

17
Sugiyar, Pembelajaran Tematik, ( Surabaya : LAPIS-PGMI, 2009 ) cet ke 1,hal.1-8

16
c) Pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan setiap kompetensi dasar

mata pelajaran yang dikaitkan dengan pengalaman pribadi siswa-siswi

yang disajikan secara tematik.

d) Pembelajaran yang mendorong gairah belajar siswa karena dapat

berkomunikasi dalam situasi nyata, dan mengembangkan suatu

kemampuan yang terintergrasi dengan mata pelajaran lain

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran

tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:18

a) Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini

sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak

menempatkan siswa belajar sebagai subyek belajar, sedangkan guru

lebih banayak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan

kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada

siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa

dihadapkan pada susatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk

memahami hal-hal yang lebih abstrak.

18
Kusnandar, Guru Profesional, ( Jakarta : PT Graha Grafindo, 2011), hal 341-342

17
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan anatar mata pelajaran menjadi

tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan

tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata

pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa

mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini

diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran

lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keberadan

lingkungan tempat sekolah dan siswa berada.

f) Hasil pemebelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang

dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Dan menggunakan

prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

4. Strategi Pembelajaran Tematik

Strategi pembelajaran berkenaan dengan kegiatan pembelajaran secara

konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi

pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan

18
indikator, dan kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembuka, inti, dan

penutup.

Dick and Carey dalm Trianto mengemukakan bahwa suatu strategi

pembelajaran menjelaskan komponen umum dari suatu set bahan

pembelajaran dan prosedur-proseduryang akan digunakan bersama bahan-

bahan tertentu untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada peserta didik.19

Komponen set bahan dan prosedur yang akan digunakan dalam

pembelajaran. Dick and Carey menyebutkan lima komponen utama yaitu:20

a) Kegiatan pra-pembelajaran

b) Penyajian informasi

c) Partisipasi malam

d) Tes

e) Tindakan lanjut

Senada dengan pendapat di atas, Suciati dan Irawan dalam Trianto

mengajukan sembilan peristiwa pembelajaran untuk membantu proses belajar

dalam peserta didik, sebagai berikut:21

a) Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian siswa dengan

mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontrakdiksi atau kompleks.

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa dapat memahami apa

yang diharapakan dari dirinya.

19
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA
& Anak Usia SD/MI, (Jakarta : Kencana, 2011) hal 207.
20
Ibid, hal 207
21
Ibid, hal 208

19
c) Mengingat kembali konsep/prinsip atau informasi yang sebelumnya

telah dipelajari untuk dapat mempelajari materi baru dengan baik.

d) Menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan contoh,

penekanan untuk menunjukkan perbedaan atau bagian yang penting,

baik secara verbal maupun nonverbal.

e) Memberikan bimbingan belajar melalui pertanyaan yang membimbing

proses atau berfikir siswa.

f) Memperoleh unjuk kerja siswa terhadap apa yang telah dipelajari.

g) Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas.

h) Mengukur/mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian tes atau

melakukan suatu tugas.

i) Memperkuat retensi dengan berkali-kali berlatih menggunakan prinsip

yang dipelajari dalam konteks yang berbeda, dan transfer belajar

dengan meningkatkan perbedaan antara situasi waktu belajar dan situasi

transfer.

5. Tahap Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan

menggunakan tiga tahapan kegiatan, yaitu: kegiatan

pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi

waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan lebih kurang 5-10%

waktu pelajaran yang disediakan, kegiatan ini lebih kurang 80% dari waktu

pelajaran yang telah disediakan, sedangkan kegiatan penutup dilaksanakan

20
dengan alokasi waktu lebih kurang 10-15% dari waktu pelajaran yang

disediakan.22

Tahap pelaksanaan pembelajaran tematik yang akan dijelaskan pada

dasarnya terbagi atas tiga tahap utama kegiatan pembelajaran, yaitu:23

a) Kegiatan pendahuluan/awal/pembukaan

Kegiatan ini terutama dilakukan untuk menciptakan suasana awal

pembelajaran untuk mendorong siswa memfokuskan dirinya agar

mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik, dimaksudnyakan

untuk mempersiapkan siswa agar secara mental siap mempelajari

pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Sifat dari kegiatan

pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini, dapat

dilakukan panggilan anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa

contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah berdoa sebelum belajar,

bercerita, kegiatan fisik/ jasmani, dan menyanya

b) Kegiatan inti/ penyajian

Dalam kegiatan ini difokuskan pada kegiatan yang bertujuan untuk

pengembangan kemampuan baca, tulis, dan hitung. Penyajian bahan

pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode

yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil,

dan perorangan. Pada kegiatan pengajar dalam penyajian bahan,

diharapkan memberikan contoh benda atau kegiatan yang relevan dan

terdapat dalam kehidupan siswa. Contohnya yang relevan dapat

22
Ibid, hal 210
23
Ibid, hal 211-212

21
berbentuk uraian lisan, tulisan, media audio visual,poster, benda nyata,

dan sebagainya. Uraian dan contoh ini merupakan tanda-tanda dan

kondisi belajar yang merangsang siswa untuk memberikan respons

terhadap isi pelajaran yang sedang dipelajarinya.

c) Kegiatan penutup/akhir tidak lanjut

Sifat dari kegiatan penutup ini adalah untuk menenangkan. Beberapa

contoh kegiatan penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/

mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, membaca

ayatayat pendek al-Quran, mendongeng, membaca cerita/kisah-kisah

teladan dari buku, pantonim, pesan-pesan moral, dan musik/apresiasi

musik. Pada kegiatan penutup ini, dapat pula diajukan tes dalam bentuk

lisan, di samping untuk mengukur kemajuan siswa, tes merupakan,

bagian, dari kegiatan belajar siswa yang secara aktif membuat respons.

Hasil tes harus diberitahukan kepada siswa, dan diikuti dengan

penjelasan tentang kemajuan siswa. Hal ini penting artinya bagi siswa

agar proses belajar mengajar menjadi efektif, efesien, dan

menyenangkan.

22
C. Kerangka Teori

Peningkatan Hasil Belajar

Pada Pembelajaran Temarik Dengan tema organ gerak Dengan model pembelajaran
hewan dan manusia inkuiri
subtema 1&2

Di kelas V menggunakan pembelajaran tematik


melalui metoade pembelajaran inkuiri sehingga
pembelajarannya menjadi lebih bermakna,
menarik dan menyenangkan

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah sebagai model pendekatan penelitian yang

sekaligus juga merupakan rancangan analisis data. Di samping itu dengan

adanya rancangan penelitian, penemuan sampel sudah diberi arah oleh

rancangan penelitian.24 Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini

adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena penelitian ini menyelesaikan

masalah yang ada didalam kelas.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu percematan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja di munculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersam. Tujuan utama penelitian tindakan

kelas adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan

meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan

profesinya.25 Maksud tindakan di sini yaitu tindakan yang diberikan oleh guru

dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari rangkaian empat kegiatan

yang dilakukan dalam siklus berulang. Dalam siklus tersebut terdapat empat

kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah perencanaan (planning),

tindakan (acting), pengamatan (observasi), refleksi (reflecting). Dari uraian

24
Darsono Wisadirana, Metade penelitian dan pedoman penulisan Skripsi untuk ilmu
Sosial (Malang : UMM Press, 2015 ),h. 71
25
Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012),h. 45

24
tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa untuk melakukan PTK

diperlukan rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.

B. Subjek Penelitian

Tempat penelitian ini bertempat di MIN Desa Durian kawan. Adapun

proses pembelajaran belajar mengajar siswa di MIN Desa Durian Kawan

berlangsung pada pagi hari sampai siang hari. Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa kelas V MIN Desa Durian Kawan. Jumlah subjek penelitian

adalah sebanyak 15 siswa. Yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 6 siswa

laki-laki. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar

siswa pada pembelajaran tematik tema 3 subtema 1 pelajaran 2.

C. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam

penelitian, karena dalam tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan

data. Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:

1) Observasi

Lembar obsevasi mengadakan pengamatan secara langsung terhadap

gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan

didalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan yang

khusus diadakan. Obsesvasi adalah memperhatikan sesuatu dengan

pengamatan langsung, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap

suatu objek, dengan menggunakan seluruh alat indra melalui penglihatan,

penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap.26 Observasi dalam

26
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogjakarta: UGM, 1997), h. 56

25
penelitian ini dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan aktivitas

siswa selama proses pembelajaran.27 Adapun tujuan dari observasi ini

adalah mengetahuai aktivitas guru dan siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan PBL. Dalam hal ini, yang menjadi guru

adalah peneliti dan yang menjadi pengamat adalah guru wali kelas v (lima)

2) Tes

Tes merupakan suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

menggukur pencapai tingkat atau nilai ketuntasan pembelajaan. Tes

berfungsi untuk mengukur hasil belajar siswa, dalam bentuk nilai atau

skor. Tes yang digunakan berupa post-tes (tes akhir)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu perangkat yang digunakan

untuk mencari data dalam penelitian. Instrumen menentukan kualitas data

yang dapat di kumpulkan, dan kualitas data itu menentukan kualitas

penelitiannya. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Lembar Obsevasi

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh imformasi dalam kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning

Pada tema 3 subtema 1 pembelajaran 2. Lembar observasi terbagi kepada

dua bahagian, lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi siswa.

Pengisian lembar pengamatan dilakukan dengan membubuhkan dengan

tanda chek-list dalam kolom yang sesuai gambaran yang diamati. Lembar

27
Riyanto Yatim, Metodologi Penelitian,(Surabaya:SIC, 2010).h. 56

26
observasi diberikan kepada pengamat untuk mengamati setiap kegiatan

selama proses pembelajaran berlangsung.

2) Soal Tes

Soal tes yang digunakan berbentuk tes objektif yang sesuai dengan

indikator yang digunakan didalam RPP. Post-test dilakukan untuk

mengetahui kemampuan siswa setelah menggunakan pendekatan Problem

Based Learning. Soal tes ini sudah terlebih dahulu dilakukan bimbingan

dan validasi oleh guru yang mengajar dikelas V (lima) MIN 17 Aceh

Selatan.

E. Teknik Analisa Data

Tahap teknik analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam

penelitian, karena dalam tahap ini hasil penelitian dapat dirumuskan setelah

semua data tergumpul. Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian

dianalisis, data di dianalisis yaitu:

1) Analisis Data Lembaran Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Setelah keseluruan data terkumpul, maka tahap berikutnya adalah

pengolahan data atau hasil penelitian untuk memperoleh sebuah

kesimpulan. Untuk menganalisis data hasil belajar siswa, penulis

mengunakan rumus presentase, yang bertujuan untuk mengetahuai apakah

pendekatan yang digunakan sesuai dengan yang telah direncanakan.

27
Analisis ini digunakan dengan rumus persentase

Tabel 3.1 Kategori Kriteria Penilaian Hasil Pengamatan Guru dan Siswa

No Nilai & Kategori Penilaian

1 80-100 Baik Sekali


2 66-79 Baik
3 56-65 Cukup
4 40-55 Kurang
5 30-39 gagal
Sumber : Suharsimi Arikunto28

2) Analisis Hasil Belajar Siswa

Efektifitas pembelajaran dapat ditentukan dengan menggunakan analisis

data hasil belajar siswa secara deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa. Data yang dianalisis untuk

mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa adalah data post-test dan

quis. Berdasarkan kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di MIN 17 Aceh

Selatan, setiap siswa dikatakan tuntas belajar (ketuntasan individu) jika

siswa tersebut sudah mencapai nilai KKM Tematik tema 3 suptema 1

pelajaran 2 adalah 75, sedangkan tuntas belajar secara klasikal, apabila

dikelas tersebut nilai siswa mencapai ≥ 80 siswa yang suadah tuntas

belajar.

Analisis ini dilakukan mengetahuai apakah terjadi peningkatan hasil

belajar melalui penerapan pendekatan Problem Based Learning. Dalam

28
Suharsim, Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi
aksara,2015),h. 245

28
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik tema 3

suptema 1 pelajaran 2. Untuk mengetahuai adanya ketuntasan belajar

siswa, maka dapat dianalisis dengan menggunakan rumus presentase.

Presentase hasil belajar yang tuntas maupun yang tidak tuntas, di rumus

sebagai berikut :

29

Anda mungkin juga menyukai