PENDAHULUAN
1
dari berbagai hasil kegiatan manusia, sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami
penurunan (Alaerts & Santika, 1994).
Salah satu badan air yang merupakan kekayaan sumberdaya air adalah sungai. Sungai
merupakan sebuah fenomena alam yang terbentuk secara alamiah. Fungsi sungai adalah sebagai
penampung, penyimpan irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang
alirannya. Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatic yang mempunyai peran penting
dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah
di sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki
oleh lingkungan di sekitarnya (Connell & Gregory, 1995).
Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat juga pembangunan,
terutama yang mengarah pada bidang industrilisasi, disatu sisi memberikan dampak positif bagi
pemenuhan kebutuhan, akan tetapi disisi lain juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan
dan masyarakat disekitarnya (Ricki, 2005).
Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan
lingkungan, semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Akan tetapi, peningkatan kebutuhan
air bersih tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan ketersediaan air bersih. Ketersediaan
air bersih cenderung menurun, terutama kualitas air dari suatu sistem instalasi pengolahan air
yang semakin hari semakin memburuk (Harjadi, 1990).
Salah satu acuan air yang dibutuhkan betul-betul bersih ialah tidak terkandung atau
sedikit kandungan nitritnya. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis
perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah (Day &
Underwood, 1986).
Berdasarkan hal diatas untuk memahami, mencegah dan mengatasi kebutuhan oksigen
dalam air, maka penulis mengambil judul “Uji Kandungan Nitrit (NO2-) dalam Sampel Air
Bersih (AB), Air Minum (AM) dan Air Badan Air (ABA) dengan Spektrofotometri UV-
Vis” sehingga penulis berharap dapat memahami pemeriksaan kadar nitrit (NO2-) pada air
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis yang berguna untuk meningkatkan mutu
kebersihan air dan meminimalisir terjadinya gangguan kesehatan kepada manusia akibat
mengkonsumsi air yang mengandung nitrit.
2
06-6989.9-2004 yang digunakan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BTKLPP) Kelas I Manado.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk melatih serta
mengkaji materi-materi yang diperoleh secara teori dan penerapannya, seperti bagaimana
menguji kandungan nitrit (NO2-) dalam setiap sampel, yang di lakukan sesuai dengan metode
standard Baku Mutu yang digunakan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan,
industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
5
Limbah cair adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah, bisnis dan industri.
Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang
telah dipergunakan dengan hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda padat yang terdiri
dari zat organik dan an-organik. Pelimbahan akan berbeda kekuatan dan komposisinya dari
suatu kota ke kota yang lain disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang nyata dalam
kebiasaankebiasaan masyarakat yang berbeda-beda, sifat makanan dan pemakaian air
perkapita. Tidak ada dua jenis sampah yang benar-benar sama. Pelimbahan pada kota-kota non
industri, kebanyakan terdiri dari sampah domestik yang murni (Odum, 1996).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini
terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat
bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah
(Wardoyo, 1978).
6
Sungai yang menerima bahan pencemar mampu memulihkan diri (self purification)
dengan cepat, terutama terhadap limbah penyebab penurunan kadar oksigen (oxygen
demanding wastes) dan limbah panas. Kemampuan sungai dalam memulihkan diri dari
pencemaran tergantung pada ukuran sungai dan laju aliran air sungai dan volume serta frekuensi
limbah yang masuk (Alaerts and Santika, 1994).
Kemampuan sungai untuk memulihkan diri sendiri dari pencemaran dipengaruhi oleh (1)
laju aliran air sungai, (2) berkaitan dengan jenis bahan pencemar yang masuk ke dalam badan
air. Senyawa nonbiodegradable yang dapat merusak kehidupan di dasar sungai, menyebabkan
kematian ikan-ikan secara masif, atau terjadi magnifikasi biologis pada rantai makanan (Alaerts
and Santika, 1994).
7
Menurut Effendi (2003), pemantauan kualitas air memiliki tiga tujuan utama sebagai
berikut:
1. Envoiromental Surveilance, yakni tujuan mendeteksi dan mengukur pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan
kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan.
2. Establishing Water-Quality Criteria, yakni tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat
antara perubahan variabel-variabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan kimia,
untuk mendapatkan baku mutu kualitas air.
3. Appraisal of Resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air pada suatu
tempat secara umum.
2.5 Nitrogen
Nitrogen dan senyawanya tersebar secara luas dalam biosfer. Lapisan atmosfer bumi
mengandung sekitar 78% gas nitrogen. Bebatuan juga mengandung nitrogen. Pada tumbuhan,
hewan senyawa nitrogen ditemukan sebagai penyusun protein dan klorofil. Di perairan,
nitrogen berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas amonia (NH3),
ammonium (NH4), nitrit (NO2) dan molekul gas N2, sedikit nitrogen organik berupa protein,
asam amino dan urea (Effendi, 2003).
Menurut Effendi (2003), bentuk-bentuk nitrogen tersebut mengalami transformasi
sebagai bagian dari siklus nitrogen. Transformasi nitrogen dapat melibatkan atau tidak
melibatkan makrobiologi dan mikrobiologi. Adapun transformasi nitrogen mikrobiologis
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Nitrifikasi, yaitu oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat. Proses oksidasi ini dilakukan oleh
bakteri aerob. Nitrifikasi berjalan secara optimum pada pH 8 dan pH<7 berkurang secara
nyata. Bakteri nitrifikasi bersifat mesofilik yang menyukai suhu 30 °C.
2. Denitrifikasi, yaitu reduksi nitrat menjadi nitrit (NO2),dinitrogen oksida(N2O) dan molekul
nitrogen (N2). Proses reduksi nitrat berjalan optimum pada kondisi anoksi (tak ada oksigen).
Proses ini juga melibatkan bekteri dan jamur. Dinitrogen oksida adalah produk utama dari
denitrifikasi pada perairan dengan kadar oksigen sangat rendah, sedangkan molekul nitrogen
adalah produk utama dari proses denitrifikasi pada perairan dengan kondisi anaerob.
8
2.6 Nitrit (NO2-)
Menurut Effendi (2003), Nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat
sedikit lebih sedikit daripada nitrat, karena tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit
merupakan bentuk peralihan (Intermediate) antara amonia dan nitrat (Nitrifikasi). Proses
nitrifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi :
N organik O2 NH3-N O2 NO2-N O2 NO3-N
Reduksi nitrat (Denitrifikasi) oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob, yang merupakan
proses yang biasa terjadi pada pengolahan limbah, juga menghasilkan gas amonia dan gas-gas
lain, misalnya N2O, NO2, NO dan N2. Proses denitrifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi:
9
merah, tepatnya di dalam Hemoglobin (Hb).Telah kita ketahui bahwa salah satu tugas
hemoglobin adalah mengikat oksigen untuk disalurkan ke seluruh organ tubuh. Ikatan nitrit
dengan hemoglobin, disebut Methemoglobin, mengakibatkan hemoglobin tidak mampu
mengikat oksigen. Jika jumlah methemoglobin mencapai lebih dari 15% dari total hemoglobin,
maka akan terjadi keadaan yang disebut Sianosis, yaitu suatu keadaan dimana seluruh jaringan
tubuh manusia kekurangan oksigen. Dengan dosis yang lebih kecil akan dapat membahayakan
bayi yang berusia 28 hari karena belum lengkapnya pembentukan dan regenerasi hemoglobin
didalam tubuh mereka. Kebanyakan kasus membuktikan bahwa bayi yang berusia 28 hari
langsung mengalami methemoglobinemia setelah minum air formula yang tinggi kadar nitrit.
Jika hal ini terjadi pada bayi dikenal dengan nama “Blue Baby” (Khopkar, 2003).
Nitrit juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah karena efek
vasodilatasinya.Gejala klinis yang timbul dapat berupa mual, muntah, sakit perut , sakit kepala,
penurunan tekananan darah dan denyut nadi lebih cepat (takikardi), selain itu sianosis dapat
muncul dalam jangka waktu beberapa menit sampai 45 menit. Pada kasus yang ringan, gejala
hanya tampak disekitar bibir dan membran mukosa. Adanya sianosis sangat tergantung dari
jumlah total hemoglobin dalam darah, saturasi oksigen, pigmentasi kulit dan pencahayaan saat
pemeriksaan. Bila mengalami keracunan yang berat, korban dapat tidak sadar seperti,
berkurangnya kesadaran (stupor) koma atau kejang sebagai akibat turunnya konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (hipoksia) (Khopkar, 2003).
Mula-mula timbul gangguan pelebaran saluran cerna (gastrointestinal) dan sianosis tanpa
sebab akan sering dijumpai. Pada kasus yang berat, koma dan kematian dapat terjadi dalam satu
jam pertama akibat timbulnya hipoksia dan kegagalan sirkulasi. Akibatnya, terjadi penurunan
aliran darah ke sel atau organ sehingga berkurangnya fungsi pemeliharaan organ (iskemia)
terutama organ-organ yang vital (Khopkar, 2003).
10
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer
UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-
Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam
larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Menurut Rohman (2007), hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linearitas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam
hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu :
a. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
b. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
c. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam
larutan tersebut
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar)
11
Menurut Khopkar (2003), Alat-alat instrumentasi Spektrofotometer UV-Visible terdiri
dari:
1. Sistem Optik
Pada umumnya konfigurasi dasar setiap spektrofotometer UV-Vis berupa susunan
peralatan optik yang terkonstruksi sebagai berikut :
2. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki pancaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :
a) Lampu Tungsten (Wolfram) digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak
(visible). Bentuk lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang
gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis
lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian.
12
b) Lampu Deuterium dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energi
radiasinya lurus dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah
UV. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
4. Monokromator
Gambar 4. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya
tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu.
13
Bagian-bagian monokromator, yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan
resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi pectr keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan
disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil pectrum akan lebih baik. Selain itu
kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber
radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui
prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan
merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.
5. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah
menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder akan ditampilkan dalam bentuk
spectrum pada Visual display/recorder. Detektor dapat memberikan respon terhadap radiasi
pada berbagai panjang gelombang.
Menurut Muldja (2005), Persyaratan kualitas dan fungsi detektor di dalam
spektrofotometer UV-Vis antara lain :
a) Detektor harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi yang diterima, tetapi
harus memberikan derau (noise) yang sangat minimum.
b) Detektor harus mempunyai kemampuan untuk memberikan respons terhadap radiasi pada
daerah panjang gelombang yang lebar (UV-Vis).
c) Detektor harus memberikan respons terhadap radiasi dalam waktu yang serempak.
d) Detektor harus memberikan jaminan terhadap respons kuantitatif dan sinyal elektronik
yang dikeluarkan harus berbanding lurus dengan sinyal yang diterima.
e) Sinyal elektronik yang diteruskan oleh detektor harus dapat diamplifikasikan oleh
penguat (amplifier) ke rekorder (pencatat).
14
6. Visual display/recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam
bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.
Prinsip Kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu : Cahaya yang berasal dari lampu
deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke
monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator
kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal).
Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang
mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap
(diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima
oleh detector. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui
cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang
terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara
kuantitatif dengan membandingkan absorbansi sampel dan kurva standar BSA (Bovine Serum
Albumine) (Triyati, 1985).
15
BAB III
PELAKSANAAN PKL
10. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
17
3.3 Struktur Organisasi
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor :
2349/MENKES/PER/XI/2011, BTKL-PP Kelas I Manado berada di wilayah kategori II, yaitu
Sulawesi, dengan Susunan Organisasi sebagai berikut:
Kepala Seksi
Kepala Seksi Analisis Dampak Kepala Seksi
Pengembangan
Kesehatan Lingkungan Surveilans Epidemiologi
Teknologi dan Laboratorium
(ADKL) Rusen Tombi, SKM, M.Kes
Abdul Azis Hunta, SKM, M.Si
Oktovianus Kambu, SKM
18
3.4 Visi dan Misi
Setiap organisasi selalu memiliki visi dan misi yang digunakan sebagai arah
pembangunan dan pengembangan organisasi. Begitu juga dengan sebuah unit pelaksana di
Kementerian Kesehatan juga perlu memiliki visi dan misi yang digunakan untuk acuan dan
tujuan yang hendak dicapai dalam penentuan keberhasilan program kerja. Visi dan Misi di
BTKLPP Kelas I Manado adalah sebagai berikut:
Visi BTKLPP Kelas I Manado :
“ Menjadi sentra regional pengendalian penyakit dan faktor risikonya”.
Misi BTKLPP Kelas I Manado :
1. Pengembangan sistem surveilans epidemiologi.
2. Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).
3. Pengembangan profesionalisme sumber daya manusia dalam peningkatan kinerja.
4. Pengembangan kemitraan lintas progam, lintas sektor dan swasta.
5. Pengembangan laboratorium rujukan dan IPTEK/kajian kesehatan lingkungan dan
pemberantasan penyakit menular.
6. Meningkatkan kualitas manajemen.
19
Untuk melaksanakan program tersebut didukung dengan instalasi yang ada, sebagai berikut :
1. Instalasi Pelayanan Teknik
2. Instalasi Laboratorium Biologi Lingkungan
3. Instalasi Laboratorium Fisika, Kimia Cair, Padat dan B3
4. Instalasi Laboratorium Fisika, Kimia Udara dan Radiasi
5. Instalasi Media dan Reagensia
6. Instalasi Laboratorium dan Biomarker, Klinis dan PTM
7. Instalasi Pengembangan Teknologi Tepat Guna
8. Instalasi Kendali Mutu dan Kalibrasi.
3.9.2 Bahan
Aquades
Larutan NED (1-NaptilEtilen Diamin Dihidroklorida)
Larutan Sulfanil Amida
Masker
Nitrit Standard Solution, CRM 40 mg/L
Sampel
Sarung Tangan
Waterone
21
3.10 Prosedur Kerja
3.10.1 Pembuatan larutan kerja nitrit
a) Dipipet 0,0 mL; 0,1 mL; 0,5 mL; 1 mL; 5 mL; dan 10 mL larutan intermedia
nitrit masing-masing kedalam labu ukur 50 mL
b) Ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar nitrit
0,0 mL; 0,1 mL; 0,5 mL; 1 mL; 5 mL; dan 10 mL
3.10.2 Pembuatan kurva kalibrasi
a) Dioptimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat
b) Kedalam masing-masing 50 mL larutan kerja ditambahkan 1 mL larutan
sulfanilamida, dihomogenkan dan dibiarkan 2 menit sampai dengan 8 menit
c) Ditambahkan 1 mL larutan NED, dihomogenkan dan dibiarkan selama 10
menit dan segera dilakukan pengukuran absorbansi (pengukuran tidak boleh
dilakukan lebih dari 2 jam)
d) Dibaca masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm
e) Dibuat kurva kalibrasinya
3.11 Perhitungan
3.11.1 Kadar nitrit
a) Dimasukkan hasil pembacaan absorbansi contoh uji ke dalam kurva
kalibrasi
b) kadar nitrit adalah hasil pembacaan larutan konsentrasi contoh uji dari
kurva kalibrasi
22
3.11.2 Persen temu balik (%Recovery)
Pembuatan spike matrix :
a) 50 mL contoh uji ditambahkan larutan baku NO2-N 0,5 mg/L.
b) Ditambahkan 1 mL larutan sulfanilamida,dikocok dan dibiarkan 2 menit sampai 8
menit.
c) Ditambahkan 1 mL larutan NED, dikocok dan dibiarkan selama 10 menit, kemudian
segera dilakukan pengukuran (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam).
d) Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm.
Spike − 40⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
0,1
Dengan pengertian :
- Spike adalah hasil konsentrasi setelah spike
- Unspike adalah hasil konsentrasi sampel yang digunakan sebagai uji spike
- 0,1 adalah ketetapan dari 0,5 mg/L larutan intermedia yang dikalikan dengan 10/50.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit
Tabel 2. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel
24
Tabel 3. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit
No. Sampel ID Type Konsentrasi Absorbansi
1. Std 1 Standard 0,0000 -0,0003
2. Std 2 Standard 0,0010 0,0040
3. Std 3 Standard 0,0050 0,0180
4. Std 4 Standard 0,0100 0,0430
5. Std 5 Standard 0,0500 0,1531
6. Std 6 Standard 0,1000 0,3298
Tabel 4. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakanspektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel
25
Tabel 5. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit
No. Sampel ID Type Konsentrasi Absorbansi
1. Std 1 Standard 0,0000 -0,0021
2. Std 2 Standard 0,0010 0,0004
3. Std 3 Standard 0,0050 0,0096
4. Std 4 Standard 0,0100 0,0237
5. Std 5 Standard 0,0500 0,1438
6. Std 6 Standard 0,1000 0,3329
Tabel 6. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakanspektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel
26
Tabel 7. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit
Tabel 8. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel
27
Tabel 9. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit
Tabel 10. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakanspektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel
28
Tabel 11. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit
Tabel 12. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakanspektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel
29
Tabel 13. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit
Tabel 14. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakanspektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel
30
14. Jum’at, 8 Februari Duplo 0331 0,0144 0,0480
Keterangan :
AB : Air Bersih
AM : Air Minum
ABA : Air Badan Air
31
4.2 Pembahasan
Air merupakan kebutuhan semua organisme, yang dapat menyehatkan. Agar dapat
tercapainya kualitas air yang di inginkan maka perlu pengujian kualitas air. Salah satunya
adalah uji kandungan nitrit. Kandungan nitrit (NO2-N) adalah kandungan yang memiliki nilai
absorbansi tinggi, karena pada penambahan reagen NED terjadi proses pengkompleksan logam,
sehingga mengakibatkan perubahan warna pada sampel menjadi berwarna merah muda
(perbandingan warnanya lebih menonjol dibandingkan warna sampel yang lain).
Penentuan kadar nitrit dilakukan dengan metode spektrofotometer (SNI 06-6989.9-2004)
dengan menggunakan metode nitrit bereaksi dengan asam sulfanilamida membentuk garam
diazonium, dengan reaksinya sebagai berikut:
S O 2N H 2 S O 2N H 2
NO 2
- 2H + 2H 2O
N H2 N N
Dan NED dalam suasana asam membentuk senyawa azo yang berwarna merah
keunguan, dengan reaksinya sebagai berikut:
SO 2N H 2 H N C H2 C H2 N H2
H 2N O 2S N N NH H+
C H2
N N C H2
garam diazonium N -(1-N aphthyl)-
ethylendiam in sen yaw a azo N H2
(m erah keungu an)
Intensitas warna yang terjadi diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 543 nm. Konsentrasi nitrit dalam sampel diperoleh dengan cara absorbansi
sampel yang diukur dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus larutan standar nitrit. Untuk
itu sebelum sampel air diuji, terlebih dahulu dibuat larutan standar dengan konsentrasi masing-
masing 0,00; 0,001; 0,005; 0,01; 0,05; 0,1 mg/L dari larutan standar nitrit 0,5 mg/L. Larutan
standar ini berguna sebagai interval atau rentangan untuk menentukan apakah nilai absorbansi
sampel berada dalam rentangan larutan standar tersebut atau tidak. Untuk pembuatan kurva
kalibrasi masing-masing dari larutan standar yang telah dibuat kemudian diberi perlakuan yang
sama dengan blanko dan sampel air yang dianalisis. Setelah diukur dengan alat
spektrofotometer UV-Vis double beam atau berkas ganda maka dapat diketahui absorbansi
masing-masing larutan standar dan sampel air.
32
Kurva kalibrasi pada gambar 1 memiliki persamaan garis regresi linear y = 3,3217 x +
0,0003 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9999. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung dengan
cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut. Hasil
analisis sampel uji dilakukan pada beberapa sampel uji dengan kode sampel 0003, 0004, 0031,
0034, 0035, 0036, 0037 dan 0038. Kurva kalibrasi pada gambar 2 memiliki persamaan garis
regresi linear y = 3,2374 x + 0,0017 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9975. Kemudian
kadar nitrit dapat dihitung dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam
persamaan garis tersebut. Hasil analisis sampel uji dilakukan pada beberapa sampel uji dengan
kode sampel 0137, 0138, 0139, 0140, 0141, 0142, 0143, 0144 dan 0145. Kurva kalibrasi pada
gambar 3 memiliki persamaan garis regresi linear y = 3,3236 x - 0,0072 dan memiliki nilai
korelasi sebesar 0,9962. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung dengan cara memasukkan
absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut. Hasil analisis sampel uji
dilakukan pada beberapa sampel uji dengan kode sampel 0180, 0182, 0183, 0184, 0185, 0193
dan 0194. Kurva kalibrasi pada gambar 4 memiliki persamaan garis regresi linear y = 3,3236 x
- 0,0072 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9962. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung
dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut.
Hasil analisis sampel uji dilakukan pada beberapa sampel uji dengan kode sampel 0211, 0212,
0213, 0214, 0215, 0216, 0217, 0218, 0219 dan 0220. Kurva kalibrasi pada gambar 5 memiliki
persamaan garis regresi linear y = 2,5796 x + 0,0013 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9998.
Kemudian kadar nitrit dapat dihitung dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca
dalam persamaan garis tersebut. Hasil analisis sampel uji dilakukan pada beberapa sampel uji
dengan kode sampel 0236, 0237, 0241, 0244, 0245, 0246 dan 0247. Kurva kalibrasi pada
gambar 6 memiliki persamaan garis regresi linear y = 2,9024 x + 0,001 dan memiliki nilai
korelasi sebesar 0,9998. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung dengan cara memasukkan
absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut. Hasil analisis sampel uji
dilakukan pada beberapa sampel uji dengan kode sampel 0239, 0262, 0265, 0269, 0270, 0286
dan 0287. Kurva kalibrasi pada gambar 7 memiliki persamaan garis regresi linear y = 3,3217 x
+ 0,0003 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9999. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung
dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut.
Hasil analisis sampel uji dilakukan pada beberapa sampel uji dengan kode sampel 0312, 0313,
0314, 0322, 0323, 0325, 0326, 0327, 0328, 0329, 0330 dan 0331.
Semua sampel yang telah di analisis memiliki kadar nitrit dibawah ambang batas yang
berbeda yaitu kadar maksimal nitrit yang diperbolehkan didalam air bersih adalah 1,0 mg/L
berdasarkan PERMENKES RI No: 32/2017 sedangkan kadar maksimal nitrit yang
diperbolehkan didalam air minum adalah 3 mg/L yang telah ditetapkan yaitu No:
33
492/MENKES/PER/IV/2010 dan terakhir kadar maksimal nitrit yang diperbolehkan didalam
air badan air 0,06 mg/L yang telah ditetapkan yaitu PP No. 82 Thn 2001. Menurut Millero,
rendahnya konsentrasi nitrit disebabkan karena nitrit diperairan hanya sebagai peralihan
(intermediate product) dari reduksi senyawa nitrat atau oksidasi senyawa amonia.
Untuk mendapatkan data analisis yang akurat, diperlukan beberapa langkah penting
yang kadang-kadang kurang mendapatkan perhatian selama ini diantaranya pengawetan sampel
dan metode analisis yang digunakan untuk memeriksa sampel. Banyaknya gangguan yang
timbul selama penyimpanan dan pengangkutan sampel dari lapangan ke laboratorium dapat
menyebabkan perubahan sampel dari keadaan aslinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
terhadap sampel yang akan dianalisis baik secara fisik maupun secara kimia agar keadaannya
tetap stabil. Cara pengawetan sampel tergantung dari jenis analisis yang akan dilakukan,
misalnya untuk pemeriksaan nitrit dalam air, pemeriksaan harus segera dilakukan setelah
pengambilan sampel. Kalau terpaksa diawetkan perlu penambahan asam sulfat pekat sampai
pH 2 kemudian didinginkan dalam lemari pendingin khusus pada suhu 40C dan sampel harus
diperiksa maksimal 48 jam setelah dilakukan penyamplingan. Hal ini disebabkan adanya
oksigen terlarut dan bakteri-bakteri yang dapat mengoksidasi nitrit (NO2-N) menjadi nitrat
(NO3-).
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Metode analisis yang digunakan dalam proses pengujian telah didasarkan pada
parameter standar sesuai dengan SNI yang terakreditasi yaitu SNI 06-6989.9-2004.
Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini, untuk menganalisis nitrit (NO2-) dalam
sampel secara Spektrofotometer UV-Vis ditambahkan Larutan NED dan
Sulfanilamida kedalam sampel, agar terbentuk senyawa berwarna ungu yang
menandakan adanya nitrit dalam sampel.
5.2 Saran
Dalam pengujian nitrit ini, disarankan agar dapat menggunakan metode SNI atau
instrumen yang lain yang dapat digunakan untuk mendukung validasi data tentang
kandungan zat pencemar dalam sampel air tersebut
Disarankan agar dalam pengujian ini, digunakan air suling sesuai yang diharuskan agar
hasil yang didapat lebih akurat.
Kiranya Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I
Manadao agar dapat mempertahankan rasa tanggung jawab dalam menjalankan setiap
pekerjaan yang ada serta dapat memberikan dan meningkatkan pelayanan yang terbaik
demi kepuasan pelanggan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G., & Santika S.S. 1994. Metode Penelitian Air. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional.
Connell & Gregory, J.M. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Darsono, V. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Universitas Atmajaya.
Day, R.A., & Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius.
Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Hipokrates.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit Gramedia.
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Jakarta : Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia.
Muldja, M. 2005. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga.
Mulyanto, H.R. 2007. Sungai, Fungsi dan Sifat-Sifatnya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Odum, E. P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ricki, M. 2005. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
Robert, J. K., & Roestam, S. 2005. Pengolahan Sumber Daya Alam Terpadu. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suriawiria, U. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung : Penerbit
Alumni.
Sutrisno, T. 2006. Teknologi Penediaan Air Bersih.Cetakan Keenam. Jakarta : Rhineka Cipta.
Sawyer, C.N. 1994. Chemistry For Environment Engineering, Fourth Edition. Singapore :
McGraw-Hill.
Triyati, E. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya dalam
Oseanologi. Jakarta : LIPI.
Wardoyo, S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan.
36
LAMPIRAN
Minggu
Waktu Kegiatan
Ke -
Apel pagi.
Jum’at, 4 Januari
Kerja Bakti.
2019
Kamis , 10 Januari Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
Minggu 2019 fosfat (PO4) secara spektrometer HACH. Pengujian air
II dan air limbah menggunakan media Lauryl Tryptose
Broth (LTB) dan membuat media bglg,ltb dan EC. Broth.
37
Pengujian coliform menggunakan media Brilliant – green
bile Lactose Broth (BGLB) dan EC. Broth dan pengujian
Jum’at, 11 Januari
air dan air limbah dengan menggunakan uji sulfat (SO4)
2019
dan uji nitrit (NO2) secara spectrometer.
Selasa, 15 Januari Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
2019 nitrat (NO3) secara spektrometer HACH.
Selasa, 22 Januari Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
2019 sulfat (SO4) secara spectrometer.
Rabu, 23 Januari Pengujian air dan air limbah secara Biochemical Oxygen
2019 Demand (BOD).
38
Kamis, 24 Januari Pengujian air limbah dengan menggunakan uji nitrit
2019 (NO2) dan uji sulfat (SO4) secara spectrometer.
Selasa, 29 Januari Pengujian Fisika air dan air limbah (pH, Temperatur,
2019 DHL, TDS dan Kekeruhan).
Rabu, 30 Januari Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
2019 nitrit (NO2) secara spectrometer.
Kamis, 31 Januari Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
2019 nitrit (NO2) secara spectrometer.
Minggu 2019
V Senin, 4 Februari Pengujian Fisika air dan air limbah (pH, Temperatur,
2019 DHL, TDS dan Kekeruhan).
Rabu, 6 Februari Pengujian air dan air limbah secara Biochemical Oxygen
2019 Demand (BOD).
Senin, 11 Februari
2019
0.2
0.15 Absorbansi
0.1 Linear (Absorbansi)
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi
0.2
Absorbansi
0.15
Linear (Absorbansi)
0.1
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
-0.05
Konsentrasi
0.2
Series1
0.15
Linear (Series1)
0.1
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
-0.05
Konsentrasi
40
Kurva Kalibrasi Larutan Standar Nitrit
0.35
25/01/2019
0.3 y = 3.3236x - 0.0072
R² = 0.9962
0.25
Absorbansi
0.2
0.15 Series1
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
-0.05
Konsentrasi
0.2
Absorbansi
0.15 Series1
Linear (Series1)
0.1
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi
0.2 Series1
Linear (Series1)
0.15
0.1
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi
41
Kurva Kalibrasi Larutan Standar Nitrit
8/02/2019
0.35
0.3 y = 3.3217x + 0.0003
0.25 R² = 0.9999
Absorbansi
0.2
0.15 Absorbansi
0.1 Linear (Absorbansi)
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi
42
Lampiran III. Diagram Alir Pembuatan Larutan Kerja Nitrit (NO2-)
40 mg/L NO2-N
- Diambil 25 mL
- Diencerkan pada labu 250 mL
4 mg/L NO2-N
- Diambil 25 mL
- Diencerkan pada labu 200 mL
43
Lampiran IV. Diagram Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi
Spektrofotometer
UV-VIS
Larutan Kerja
Masing-masing ditambahkan 1 mL
larutan Sulfanilamida, dihomogenkan
Lalu masing-masing larutan kerja
ditambahkan 1 mL larutan NED,
dihomogenkan
Dibaca absorbansinya
Kurva Kalibrasi
Contoh Uji
Hasil analisis
kadar nitrit
44
Lampiran VI. Diagram Alir Pembuatan Spike
Larutan
Intermedia 0,5
mg/L NO2-N
Diambil 10 mL
Dimasukkan dalam labu ukur 50
mL
Diencerkan dengan sampel
sebanyak 40 mL yang dipakai
untuk spike
Ditambahkan 1 mL larutan
sulfanilamida, homogenkan
Ditambahkan 1mL larutan NED,
homogenkan
Diamkan 20 menit,
Dibaca absorbansinya
Contoh uji
yang di-spike
45
Lampiran VII. Perhitungan Pengenceran Larutan Standar Nitrit
Diketahui : konsentrasi larutan induk nitrit 40 ppm, dipipet sebanyak 5 mL pada labu ukur
50 mL
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 40 .5
M2 = = = 4 ppm
V2 50
Diketahui : konsentrasi larutan induk nitrit 4 ppm dipipet sebanyak 25 mL pada labu ukur
200 mL
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 4 .25
M2 = = = 0,5 ppm
V2 200
Diketahui : konsentrasi larutan induk nitrit 0,5 ppm pada labu ukur 200 mL
Ditanya : konsentrasi larutan standar (M2) jika volume standar induk (V1) 0; 0,1; 0,5; 1;
5 dan 10 mL
1. V1 = 0
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .0
M2 = = = 0,000 ppm
V2 50
2. V2 = 0,1
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .0,1
M2 = = = 0,001 ppm
V2 50
3. V3 = 0,5
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .0,5
M2 = = = 0,005 ppm
V2 50
4. V4 = 1
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .1
M2 = = = 0,01 ppm
V2 50
5. V5 = 5
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .5
M2 = = = 0,05 ppm
V2 50
46
6. V6 = 10
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .10
M2 = = = 0,1 ppm
V2 50
= 1,0575 × 100%
= 105,75 %
2. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 21/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0140
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0865)−(0,2×0,0026)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0865)−(0,00052)
= × 100%
0,08
0,08598
= × 100%
0,08
= 1,07475 × 100%
= 107,47 %
3. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 24/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0180
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0808)−(0,2×0,0033)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0808)−(0,00066)
= × 100%
0,08
47
0,08014
= × 100%
0,08
= 1,00175 × 100%
= 100,175%
4. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 25/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0220
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0806)−(0,2×0,0041)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0806)−(0,00082)
= × 100%
0,08
0,07978
= × 100%
0,08
= 9,9725 × 100%
= 997,25%
5. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 30/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0236
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0857)−(0,2×0,0032)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0857)−(0,00064)
= × 100%
0,08
0,08506
= × 100%
0,08
= 1,06325× 100%
= 106,325%
6. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 31/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0286
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0853)−(0,2×0,0027)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0853)−(0,00054)
= × 100%
0,08
0,08476
= × 100%
0,08
= 1,0595× 100%
= 105,95%
48
7. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 8/2/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0312
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0788)−(0,2×0,0025)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0788)−(0,0005)
= × 100%
0,08
0,0783
= × 100%
0,08
= 0,97875× 100%
= 97,875%
49
Lampiran IX. Skema Uji Nitrit Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
a. Skema tahapan pembuatan larutan kerja dan pembacaan kurva standar Nitrit (NO2)
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
Larutan Larutan
NO2 4 Intermedia
Diambil 25 mL lalu
ppm NO20,5
di encerkan dengan
akuades dalam labu
ukur 200 mL
Ditambahkan 1mL
larutan
sulfanilamida,
homogenkan, lalu
ditambahkan 1mL
larutan NED,
dihomogenkan
Larutan
Kerja NO2
Diambil 0,0; 0,5; 1; 5; 10; 20; 30; dan
50 mL ke dalam labu ukur 50mL dan
ditambahkan aquades sampai tanda
tera, homogenkan
50
b. Skema tahapan uji nitrit (NO2) pada sampel menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Ditambahkan 1mL
Sampel larutan
Uji sulfanilamida,
homogenkan, lalu
ditambahkan 1mL
larutan NED,
Sampel Uji
dihomogenkan
Diambil 50 mL, di masukkan
didalam gelas piala 200 mL
Sampel Uji
siap diukur
51
Lampiran X. Dokumentasi Pengujian Nitrit
52
Alat-alat yang digunakan dalam Spektrofotometer UV-Visible
uji nitrit (NO2)
53
Pembuatan Larutan Kerja Larutan Kerja Nitrit (NO2)
Spike
54
Pembacaan Contoh Uji di Spektrofotometer
55