Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Kimia adalah salah satu syarat dalam
mata kuliah wajib dan menjadi syarat akademis yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini, dapat dilaksanakan di Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Manado yang merupakan salah
satu pelayanan kesehatan.
Adanya kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, diharapkan setiap mahasiswa
mendapatkan pengalaman secara langsung dibidangnya, serta memperdalam ilmu yang
telah diperoleh saat kuliah. Selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) siswa dituntut untuk dapat
menjalankan tugas dan mengatasi segala persoalan-persoalan yang membutuhkan kreatifitas
serta solusi atas apa yang telah didapatselama Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini berlangsung.
Praktek kerja lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap, kemampuan dan
keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Dengan mengikuti praktek kerja
lapangan diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mahasiswa
dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di
bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia
dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat
didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri,
untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya
(Darsono, 1992).
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan lingkungan hidup menjadi
buruk sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia serta mahluk hidup
lainnya. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya
dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan
sumberdaya alam. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini
menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah

1
dari berbagai hasil kegiatan manusia, sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami
penurunan (Alaerts & Santika, 1994).
Salah satu badan air yang merupakan kekayaan sumberdaya air adalah sungai. Sungai
merupakan sebuah fenomena alam yang terbentuk secara alamiah. Fungsi sungai adalah sebagai
penampung, penyimpan irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang
alirannya. Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatic yang mempunyai peran penting
dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah
di sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki
oleh lingkungan di sekitarnya (Connell & Gregory, 1995).
Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat juga pembangunan,
terutama yang mengarah pada bidang industrilisasi, disatu sisi memberikan dampak positif bagi
pemenuhan kebutuhan, akan tetapi disisi lain juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan
dan masyarakat disekitarnya (Ricki, 2005).
Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan
lingkungan, semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Akan tetapi, peningkatan kebutuhan
air bersih tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan ketersediaan air bersih. Ketersediaan
air bersih cenderung menurun, terutama kualitas air dari suatu sistem instalasi pengolahan air
yang semakin hari semakin memburuk (Harjadi, 1990).
Salah satu acuan air yang dibutuhkan betul-betul bersih ialah tidak terkandung atau
sedikit kandungan nitritnya. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis
perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah (Day &
Underwood, 1986).
Berdasarkan hal diatas untuk memahami, mencegah dan mengatasi kebutuhan oksigen
dalam air, maka penulis mengambil judul “Uji Kandungan Nitrit (NO2-) dalam Sampel Air
Bersih (AB), Air Minum (AM) dan Air Badan Air (ABA) dengan Spektrofotometri UV-
Vis” sehingga penulis berharap dapat memahami pemeriksaan kadar nitrit (NO2-) pada air
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis yang berguna untuk meningkatkan mutu
kebersihan air dan meminimalisir terjadinya gangguan kesehatan kepada manusia akibat
mengkonsumsi air yang mengandung nitrit.

1.2 Perumusan Masalah


Dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ini, yang menjadi permasalahannya yaitu
tentang bagaimana cara menguji kandungan nitrit (NO2-) dalam setiap sampel yaitu Air Bersih
(AB), Air Minum (AM) dan Air Badan Air (ABA) yang dilakukan sesuai dengan metode SNI

2
06-6989.9-2004 yang digunakan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BTKLPP) Kelas I Manado.

1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk melatih serta
mengkaji materi-materi yang diperoleh secara teori dan penerapannya, seperti bagaimana
menguji kandungan nitrit (NO2-) dalam setiap sampel, yang di lakukan sesuai dengan metode
standard Baku Mutu yang digunakan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Air


Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air
untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan
generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber
daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi
oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang
terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun, kegiatan
industri, domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan
bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Sutrisno, 2006).
Air adalah salah satu dari materi yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup
mahluk hidup dan juga menjadi salah satu sumber penyebab dari penyakit yang menyerang
manusia. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam mengolah air yang akan dikonsumsi
adalahmenyediakan air yang aman dikonsumsi dari segi kesehatan. Sumber air, baik air
permukaan maupun air tanah, akan terus mengalami peningkatan kontaminasi pencemar yang
disebabkan meningkatnya aktivitas pertanian dan industri. Air hasil produksi yang diharapkan
konsumen adalah air yang bebas dari warna, kekeruhan, rasa, bau, nitrat, ion logam berbahaya
dan berbagaimacam senyawa kimia organik seperti pestisida dan senyawa terhalogenasi.
Permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan kontaminan tersebut diatas meliputi kanker,
gangguan pada bayi yang lahir, kerusakan jaringan saraf pusat, dan penyakit jantung (Sawyer,
1994).
Menurut Effendi (2003), penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai
berikut:
1. Golongan A, yaitu yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan,
industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

2.2 Sumber Air Limbah


Pengertian limbah menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001. Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang karena sifat atau konsentrasi dan jumlahnya baik secara langsung atau tidak
langsung akan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk lain (Mulyanto, 2007).
Air limbah yang masih baru, secara relatif berkadar Amonia bebas rendah dan berkadar
Nitrogen organik tinggi. Urine dan kotoran manusia mengandung sejumlah Klorida yang
diperoleh dari garam yang terdapat di dalam makanan dan minuman, sehingga turut dibuang
dalam sampah tubuh. Tubuh manusia mengeluarkan 8-15 gram Sodium Khlorida seharinya.
Oleh karena itu, air limbah mengandung khlorida yang lebih tinggi (Mulyanto, 2007).
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan misalnya danau atau sungai, dapat
mengakibatkan pencemaran air permukaan. Sebagai contoh bahan organik yang terdapat dalam
air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang
terlarut didalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan didalam air
yang membutuhkan oksigen akan terganggu (Ricki, 2005).
Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan
semula, baik yang mengandung kotoran manusia atau dari aktifitas dapur dan kamar mandi. Air
limbah domestik mengandung lebih dari 90 % cairan. Zat yang terdapat dalam buangan
diantaranya adalah unsur-unsur organic tersuspensi maupun terlarut dan juga unsur-unsur
anorganik serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut memberikan corak kualitas air buangan
dalam sifat fisik kimiawi maupun biologi (Robert & Roestam, 2005).
Air limbah industri umumnya terjadi sebagai akibat adanya pemakaian air dalam proses
produksi. Di industri fungsi dari air antara lain : Sebagai air pendingin. Berfungsi untuk
memindahkan panas yang terjadi dari proses industry. 2) Untuk mentransportasikan produk
atau bahan baku. 3) Sebagai air proses , misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman.
4) Untuk mencuci dan membilas produk atau gedung serta instalasi (Mulyanto, 2007).
Berbeda dengan air limbah rumah tangga, zat yang terkandung didalam air limbah
industri sangat bervariasi sesuai dengan pemakaiannya di masing masing industri. Oleh sebab
itu, dampak yang diakibatkan juga bervariasi. Bergantung kepada zat yang terkandung di
dalamnya (Ricki, 2005).

5
Limbah cair adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah, bisnis dan industri.
Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang
telah dipergunakan dengan hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda padat yang terdiri
dari zat organik dan an-organik. Pelimbahan akan berbeda kekuatan dan komposisinya dari
suatu kota ke kota yang lain disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang nyata dalam
kebiasaankebiasaan masyarakat yang berbeda-beda, sifat makanan dan pemakaian air
perkapita. Tidak ada dua jenis sampah yang benar-benar sama. Pelimbahan pada kota-kota non
industri, kebanyakan terdiri dari sampah domestik yang murni (Odum, 1996).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini
terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat
bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah
(Wardoyo, 1978).

2.3 Sumber Air Sungai


Sungai merupakan perairan mengalir (lotik) yang dicirikan oleh arus yang searah dan
relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh
waktu, iklim, bentang alam (topografi dan kemiringan), jenis batuan dasar dan curah hujan.
Semakin tinggi tingkat kemiringan, semakin besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak
curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat. Sungai bagian
hulu dicirikan dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair
jernih dan mengalir cepat. Badan sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya curam
atau landai badan air dalam, keruh dan aliran air lambat (Mulyanto, 2007).
Menurut Odum (1996), sungai merupakan bagian lingkungan yang paling cepat
mengalami perubahan jika terdapat aktifitas manusia di sekitarnya. Sungai sebagai penampung
dan penyalur air yang datang dari daerah hulu atas, akan sangat terpengaruh oleh tata guna
lahan dan luasnya daerah aliran sungai, sehingga pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air
sungai.
Perkembangan penduduk dan kegiatan manusia telah meningkatkan pencemaran sungai-
sungai, terutama sungai – sungai yang melintasi daerah perkotaan dimana sebagian air bekas
kegiatan manusia dibuang ke sistem perairan yang sedikit atau tanpa pengolahan sama sekali
terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas air sungai (Darsono, 1992).

6
Sungai yang menerima bahan pencemar mampu memulihkan diri (self purification)
dengan cepat, terutama terhadap limbah penyebab penurunan kadar oksigen (oxygen
demanding wastes) dan limbah panas. Kemampuan sungai dalam memulihkan diri dari
pencemaran tergantung pada ukuran sungai dan laju aliran air sungai dan volume serta frekuensi
limbah yang masuk (Alaerts and Santika, 1994).
Kemampuan sungai untuk memulihkan diri sendiri dari pencemaran dipengaruhi oleh (1)
laju aliran air sungai, (2) berkaitan dengan jenis bahan pencemar yang masuk ke dalam badan
air. Senyawa nonbiodegradable yang dapat merusak kehidupan di dasar sungai, menyebabkan
kematian ikan-ikan secara masif, atau terjadi magnifikasi biologis pada rantai makanan (Alaerts
and Santika, 1994).

2.4 Pencemaran Air


Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 82 tahun 2001
menyebutkan : Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya (Robert & Roestam, 2005).
Pencemaran air dapat semakin luas, tergantung dari kemampuan badan air penerima
polutan untuk mengurangi kadar polutan secara alami. Apabila kemampuan badan air tersebut
rendah dalam mereduksi kadar polutan, maka akan terjadi akumulasi polutan dalam air
sehingga badan air akan menjadi tercemar (Robert & Roestam, 2005)
Menurut Gabriel (2001), akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air adalah
terganggunya kehidupan organisme air, Pendangkalan dasar perairan, Punahnya biota air
seperti ikan, Menjalarnya wabah penyakit seperti muntaber, dan Banjir akibat tersumbatnya
saluran air.
Penyebab pencemaran air berdasarkan sumbernya secara umum dapat dikategorikan
sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi effluent
yang keluar dari industri, TPA (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber
tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer
berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti
pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu
pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Penyebab pencemaran air dapat juga
digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu
limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian (Suriawiria, 1996).

7
Menurut Effendi (2003), pemantauan kualitas air memiliki tiga tujuan utama sebagai
berikut:
1. Envoiromental Surveilance, yakni tujuan mendeteksi dan mengukur pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan
kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan.
2. Establishing Water-Quality Criteria, yakni tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat
antara perubahan variabel-variabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan kimia,
untuk mendapatkan baku mutu kualitas air.
3. Appraisal of Resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air pada suatu
tempat secara umum.

2.5 Nitrogen
Nitrogen dan senyawanya tersebar secara luas dalam biosfer. Lapisan atmosfer bumi
mengandung sekitar 78% gas nitrogen. Bebatuan juga mengandung nitrogen. Pada tumbuhan,
hewan senyawa nitrogen ditemukan sebagai penyusun protein dan klorofil. Di perairan,
nitrogen berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas amonia (NH3),
ammonium (NH4), nitrit (NO2) dan molekul gas N2, sedikit nitrogen organik berupa protein,
asam amino dan urea (Effendi, 2003).
Menurut Effendi (2003), bentuk-bentuk nitrogen tersebut mengalami transformasi
sebagai bagian dari siklus nitrogen. Transformasi nitrogen dapat melibatkan atau tidak
melibatkan makrobiologi dan mikrobiologi. Adapun transformasi nitrogen mikrobiologis
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Nitrifikasi, yaitu oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat. Proses oksidasi ini dilakukan oleh
bakteri aerob. Nitrifikasi berjalan secara optimum pada pH 8 dan pH<7 berkurang secara
nyata. Bakteri nitrifikasi bersifat mesofilik yang menyukai suhu 30 °C.
2. Denitrifikasi, yaitu reduksi nitrat menjadi nitrit (NO2),dinitrogen oksida(N2O) dan molekul
nitrogen (N2). Proses reduksi nitrat berjalan optimum pada kondisi anoksi (tak ada oksigen).
Proses ini juga melibatkan bekteri dan jamur. Dinitrogen oksida adalah produk utama dari
denitrifikasi pada perairan dengan kadar oksigen sangat rendah, sedangkan molekul nitrogen
adalah produk utama dari proses denitrifikasi pada perairan dengan kondisi anaerob.

8
2.6 Nitrit (NO2-)
Menurut Effendi (2003), Nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat
sedikit lebih sedikit daripada nitrat, karena tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit
merupakan bentuk peralihan (Intermediate) antara amonia dan nitrat (Nitrifikasi). Proses
nitrifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi :
N organik O2 NH3-N O2 NO2-N O2 NO3-N
Reduksi nitrat (Denitrifikasi) oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob, yang merupakan
proses yang biasa terjadi pada pengolahan limbah, juga menghasilkan gas amonia dan gas-gas
lain, misalnya N2O, NO2, NO dan N2. Proses denitrifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi:

NO3- NO2- NH3 (Gas)


(Nitrat) (Nitrit) N2(Gas)
N2O (Gas)
Pada denitrifikasi, gas N2 yang dapat terlepas dilepaskan dari dalam air keudara, ion nitrit
dapat berperan sebagai sumber nitrogen bagi tanaman, keberadaan nitrit menggambarkan
berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen
terlarut rendah. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit
pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Garam-garam nitrit
digunakan sebagai penghambat terjadinya proses korosi pada industri. Manusia yang
mengkonsumsi nitrit berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen
oleh hemoglobin darah membentuk met-hemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen.
Untuk menganalisis nitrit dalam air sungai, dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri
(Effendi, 2003).

2.7 Gejala Klinis yang Disebabkan Oleh Nitrit


Nitrit dapat mengakibatkan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi), hal ini mungkin
diakibatkan karena adanya perubahan nitrit menjadi nitrit oksida (NO) atau NO- yang
mengandung molekul yang berperan dalam membuat relaksasi otot-otot polos. Selain itu, nitrit
di dalam perut akan berikatan dengan protein membentuk Nnitroso, komponen ini juga dapat
terbentuk bila daging yang mengandung nitrit dimasak dengan panas yang tinggi. Sementara
itu, komponen ini sendiri diketahui menjadi salah satu bahan karsinogenik seperti timbulnya
kanker perut pada manusia (Khopkar, 2003).
Dosis yang dapat menyebabkan kematian dari nitrit pada orang dewasa bervariasi antara
0.7 dan 6 g NO2- (atau sekitar10 sampai 100 mg NO2-/kg). Efek toksik (meracuni tubuh) yang
ditimbulkan oleh Nitrit bermula dari reaksi oksidasi Nitrit dengan zat besi dalam sel darah

9
merah, tepatnya di dalam Hemoglobin (Hb).Telah kita ketahui bahwa salah satu tugas
hemoglobin adalah mengikat oksigen untuk disalurkan ke seluruh organ tubuh. Ikatan nitrit
dengan hemoglobin, disebut Methemoglobin, mengakibatkan hemoglobin tidak mampu
mengikat oksigen. Jika jumlah methemoglobin mencapai lebih dari 15% dari total hemoglobin,
maka akan terjadi keadaan yang disebut Sianosis, yaitu suatu keadaan dimana seluruh jaringan
tubuh manusia kekurangan oksigen. Dengan dosis yang lebih kecil akan dapat membahayakan
bayi yang berusia 28 hari karena belum lengkapnya pembentukan dan regenerasi hemoglobin
didalam tubuh mereka. Kebanyakan kasus membuktikan bahwa bayi yang berusia 28 hari
langsung mengalami methemoglobinemia setelah minum air formula yang tinggi kadar nitrit.
Jika hal ini terjadi pada bayi dikenal dengan nama “Blue Baby” (Khopkar, 2003).
Nitrit juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah karena efek
vasodilatasinya.Gejala klinis yang timbul dapat berupa mual, muntah, sakit perut , sakit kepala,
penurunan tekananan darah dan denyut nadi lebih cepat (takikardi), selain itu sianosis dapat
muncul dalam jangka waktu beberapa menit sampai 45 menit. Pada kasus yang ringan, gejala
hanya tampak disekitar bibir dan membran mukosa. Adanya sianosis sangat tergantung dari
jumlah total hemoglobin dalam darah, saturasi oksigen, pigmentasi kulit dan pencahayaan saat
pemeriksaan. Bila mengalami keracunan yang berat, korban dapat tidak sadar seperti,
berkurangnya kesadaran (stupor) koma atau kejang sebagai akibat turunnya konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (hipoksia) (Khopkar, 2003).
Mula-mula timbul gangguan pelebaran saluran cerna (gastrointestinal) dan sianosis tanpa
sebab akan sering dijumpai. Pada kasus yang berat, koma dan kematian dapat terjadi dalam satu
jam pertama akibat timbulnya hipoksia dan kegagalan sirkulasi. Akibatnya, terjadi penurunan
aliran darah ke sel atau organ sehingga berkurangnya fungsi pemeliharaan organ (iskemia)
terutama organ-organ yang vital (Khopkar, 2003).

2.8 Spektrofotometer UV-Visible


Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang
gelombang antara 200- 400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang
400-750 nm. Spektrofotometri digunakan untuk mengukur besarnya energi yang diabsorbsi
atau diteruskan. Sinar radiasi monokromatik akan melewati larutan yang mengandung zat yang
dapat menyerap sinar radiasi tersebut (Harmita, 2006).

10
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer
UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-
Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam
larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Menurut Rohman (2007), hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linearitas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam
hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu :
a. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

b. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama

c. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam

larutan tersebut

d. Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi

e. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam persamaan :


A = a.b.c atau A = ε . b . c
Keterangan :
A = absorbansi

b = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)

c = konsentrasi larutan yang diukur

ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar)

a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).

Dilihat dari segi spektrofotometer dapat digolongkan tiga macam yaitu :


1. Sistem optik radiasi berkas tungal (single beam)

2. Sistem optik radiasi berkas ganda (double beam)

3. Sistem optik radiasi berkas terpisah (spliter beam)

11
Menurut Khopkar (2003), Alat-alat instrumentasi Spektrofotometer UV-Visible terdiri
dari:
1. Sistem Optik
Pada umumnya konfigurasi dasar setiap spektrofotometer UV-Vis berupa susunan
peralatan optik yang terkonstruksi sebagai berikut :

Gambar 1. Alat Spektrofotometer UV-VIs Double Beam

Gambar 2. Skema Instrumen Spektrofotometer UV-Vis

2. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki pancaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :
a) Lampu Tungsten (Wolfram) digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak
(visible). Bentuk lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang
gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis
lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian.

12
b) Lampu Deuterium dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energi
radiasinya lurus dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah
UV. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

3. Wadah Sampel (kuvet)


Wadah yang digunakan untuk sampel dalam pengukuran menggunakan alat
spektrofotometer disebut dengan kuvet. Kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis.
Kuvet dari leburan silika (kuarsa) dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif pada daerah
pengukuran 190 – 1100 nm, dan kuvet dari bahan gelas dipakai pada daerah pengukuran 380 –
1100 nm karena bahan dari gelas mengabsorbsi radiasi UV.

Gambar 3. Kuvet kaca


Kuvet kaca digunakan untuk analisis senyawa menggunakan sinar tampak
(Visible). Sedangkan kuvet kuarsa dan kuvet kaca silika digunakan untuk analisis
menggunakan sinar ultraviolet.

4. Monokromator

Gambar 4. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya
tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu.

13
Bagian-bagian monokromator, yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan
resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi pectr keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan
disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil pectrum akan lebih baik. Selain itu
kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber
radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui
prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan
merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.

5. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah
menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder akan ditampilkan dalam bentuk
spectrum pada Visual display/recorder. Detektor dapat memberikan respon terhadap radiasi
pada berbagai panjang gelombang.
Menurut Muldja (2005), Persyaratan kualitas dan fungsi detektor di dalam
spektrofotometer UV-Vis antara lain :
a) Detektor harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi yang diterima, tetapi
harus memberikan derau (noise) yang sangat minimum.
b) Detektor harus mempunyai kemampuan untuk memberikan respons terhadap radiasi pada
daerah panjang gelombang yang lebar (UV-Vis).
c) Detektor harus memberikan respons terhadap radiasi dalam waktu yang serempak.
d) Detektor harus memberikan jaminan terhadap respons kuantitatif dan sinyal elektronik
yang dikeluarkan harus berbanding lurus dengan sinyal yang diterima.
e) Sinyal elektronik yang diteruskan oleh detektor harus dapat diamplifikasikan oleh
penguat (amplifier) ke rekorder (pencatat).

14
6. Visual display/recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam
bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

Prinsip Kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu : Cahaya yang berasal dari lampu
deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke
monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator
kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal).
Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang
mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap
(diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima
oleh detector. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui
cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang
terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara
kuantitatif dengan membandingkan absorbansi sampel dan kurva standar BSA (Bovine Serum
Albumine) (Triyati, 1985).

Menurut Rohman (2007), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis


Spektrofotometri UV- Vis :
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut.
Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan
pereaksi tertentu.
2. Waktu Operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya
adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan
dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.
3. Pemilihan Panjang Gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang
yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal,
dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang
dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

15
BAB III
PELAKSANAAN PKL

3.1 Wilayah dan Waktu Praktek


Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA) Universitas Sam Ratulangi dilaksanakan di Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Manado berkedudukan di Manado,
selama 27 hari pada tanggal 3 Januari sampai 11 Februari 2019 dengan menyesuaikan waktu
kerja, yaitu pukul 07.30 – 16.00 WITA.
Peta wilayah kerja dapat dilihat dibawah ini:

Sumber : http://btkl manado.or.id/index.php/profil

Gambar 5. Peta Wilayah Kerja BTKL-PP Manado


16
3.2 Tugas dan Fungsi Balai
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I
mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan surveilans`epidemiologi, kajian dan penapisan
teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan,
pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini, dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB) di bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta
kesehatan matra. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I menyelenggarakan fungsi :

1. Pelaksanaan surveilans epidemiologi.

2. Pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL).

3. Pelaksanaan laboratorium rujukan.

4. Pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna.

5. Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi.

6. Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini, dan penanggulangan

KLB/wabah dan bencana.

7. Pelaksanaan surveilans faktor resiko penyakit tidak menular.

8. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.

9. Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pengendalian penyakit, kesehatan

lingkungan, dan kesehatan matra.

10. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I.

17
3.3 Struktur Organisasi
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor :
2349/MENKES/PER/XI/2011, BTKL-PP Kelas I Manado berada di wilayah kategori II, yaitu
Sulawesi, dengan Susunan Organisasi sebagai berikut:

Kepala BTKLPP Kelas I Manado


Suharto, SKM, M.Kes

Kepala Sub. Bagian Tata Usaha


Sarman, SPd. M.Kes

Kepala Seksi
Kepala Seksi Analisis Dampak Kepala Seksi
Pengembangan
Kesehatan Lingkungan Surveilans Epidemiologi
Teknologi dan Laboratorium
(ADKL) Rusen Tombi, SKM, M.Kes
Abdul Azis Hunta, SKM, M.Si
Oktovianus Kambu, SKM

Kelompok Jabatan Fungsional


INSTALASI
 Sanitarian
 Instalasi Pelayanan Teknik
 Pranata Laboratorium
 Instalasi Laboratorium Biologi
 DLL
 Instalasi Laboratorium Fisika, Kimia, Air, Padat
dan B3
 Instalasi Laboratorium Fisika, Kimia Gas dan
Radiasi
 Instalasi Media dan Reagensia
 Instalasi Laboratorium dan Biomarker, Klinis
dan PTM
 Instalasi Pengembangan Teknologi Tepat Guna
 Instalasi Kendali Mutu Pengujian dan Kalibrasi

Sumber : Kepmenkes No.2349/MENKES/Per/XI/2011


Gambar 6. Struktur Organisasi BKLPP Kelas I Manado.

18
3.4 Visi dan Misi
Setiap organisasi selalu memiliki visi dan misi yang digunakan sebagai arah
pembangunan dan pengembangan organisasi. Begitu juga dengan sebuah unit pelaksana di
Kementerian Kesehatan juga perlu memiliki visi dan misi yang digunakan untuk acuan dan
tujuan yang hendak dicapai dalam penentuan keberhasilan program kerja. Visi dan Misi di
BTKLPP Kelas I Manado adalah sebagai berikut:
Visi BTKLPP Kelas I Manado :
“ Menjadi sentra regional pengendalian penyakit dan faktor risikonya”.
Misi BTKLPP Kelas I Manado :
1. Pengembangan sistem surveilans epidemiologi.
2. Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).
3. Pengembangan profesionalisme sumber daya manusia dalam peningkatan kinerja.
4. Pengembangan kemitraan lintas progam, lintas sektor dan swasta.
5. Pengembangan laboratorium rujukan dan IPTEK/kajian kesehatan lingkungan dan
pemberantasan penyakit menular.
6. Meningkatkan kualitas manajemen.

3.5 Mitra Kerja


Penguatan jejaring dalam melaksanakan program di BTKLPP dalam hal ini :
1. Lembaga Pemerintah dan Swasta yang bergerak di bidang Kesehatan dan Lingkungan
Hidup.
2. Lembaga Pendidikan Pemerintah dan Swasta
3. Dunia Industri dan Pertambangan
4. Konsultan dibidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup
5. Organisasi Profesi Kesehatan dan Lingkungan Hidup

3.6 Fasilitas Kerja


Fasilitas kerja yang dimiliki adalah berupa sarana laboratorium, yaitu laboratorium Kimia
Fisika Cair, Padat, dan B3, Laboratorium Kimia Fisika Gas dan Udara, Laboratorium Biologi
dan Lingkungan, serta Laboratorium Klinik dan Biomarker yang dilengkapi dengan fasilitas
penunjang, seperti peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian. Sumber daya
manusia yang dimiliki adalah ahli kesehatan lingkungan, laboratoran, ahli epidemologi,
sanitarian dan ahli entomologi.

19
Untuk melaksanakan program tersebut didukung dengan instalasi yang ada, sebagai berikut :
1. Instalasi Pelayanan Teknik
2. Instalasi Laboratorium Biologi Lingkungan
3. Instalasi Laboratorium Fisika, Kimia Cair, Padat dan B3
4. Instalasi Laboratorium Fisika, Kimia Udara dan Radiasi
5. Instalasi Media dan Reagensia
6. Instalasi Laboratorium dan Biomarker, Klinis dan PTM
7. Instalasi Pengembangan Teknologi Tepat Guna
8. Instalasi Kendali Mutu dan Kalibrasi.

3.7 Uraian Hasil Kegiatan


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 1 bulan lebih, yaitu pada
tanggal 3 Januari – 11 Februari 2019 di laboratorium Kimia Fisika Cair, Padat dan B3. Kegiatan
utamanya adalah pemeriksaan sampel Air Bersih (AB), Air Minum (AM), Air Badan Air
(ABA), dan Air Limbah (AL) berdasarkan parameter Kimia dan Fisika.
Parameter Kimia yang diuji diantaranya : BOD (Biological Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand), Kesadahan dan Cl-, H2S, NH3, F, PO4, CN, NO3-, Cl2, NO2-, SO42-
, NO3-, TOC (Total Oxygen Demand), TDS (Total Disolved Solid), TSS (Total Suspended
Solid), (Logam : As, Cd, Cr, Mn, Fe, Cu, Ni, Zn, Pb, Hg) serta minyak & Lemak sedangkan
Parameter Fisika yang diuji diantaranya : pH, DHL (Daya Hantar Listrik), Suhu, dan
Kekeruhan.
Salah satu parameter yang akan dibahas yaitu Uji kandungan Nitrit (NO2-) dalam sampel
Air Bersih (AB), Air Minum (AM), Air Badan Air (ABA) dan Air Limbah (AL) bilamana
sampel air yang diperiksa berasal dari berbagai tempat seperti Hotel, Pemukiman Desa, PLN,
dan lainnya.

3.8 Metode Pemeriksaan Sampel


Pada pemeriksaan sampel, metode yang digunakan yaitu cara uji nitrit dengan
Spektrofotometri UV-VIS berdasarkan buku petunjuk SNI 06-6989.9-2004
3.8.1 Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk penentuan nitrit dalam air bersih secara spektrofotometri
pada kisaran kadar 0,01 mg/L sampai dengan 1,00 mg/L NO2-. Jika menggunakan kuvet
1(satu) cm dalam penentuan kadar nitrit, NO2- dapat diperoleh kadar sampai dengan 0,18
mg/L NO2-N. Untuk meningkatkan ketelitian pembacaan dapat digunakan kuvet yang lebih
panjang lintasannya (5 cm atau 10 cm).
20
3.8.2 Prinsip
Nitrit dalam suasana asam pada pH 2,0 – 2,5 akan bereaksi dengan sulfanilamide (SA)
dan N-(1-naphthyl)ethylenediamine dihydrochloride (NED dihydrochloride) (C12H14N2)
membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan. Warna yang terbentuk diukur
absorbansinya secara spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm.

3.9 Alat dan Bahan


3.9.1 Alat
 Botol Semprot
 Buret
 Erlenmeyer 100 mL
 Filler
 Gelas piala
 Labu ukur: 50 mL, dan 200 mL
 Neraca analitik
 Pipet mikro
 Pipet tetes
 Pipet volume 5 mL
 Spektrofotometri sinar tampak dengan kuvet silica

3.9.2 Bahan
 Aquades
 Larutan NED (1-NaptilEtilen Diamin Dihidroklorida)
 Larutan Sulfanil Amida
 Masker
 Nitrit Standard Solution, CRM 40 mg/L
 Sampel
 Sarung Tangan
 Waterone

21
3.10 Prosedur Kerja
3.10.1 Pembuatan larutan kerja nitrit
a) Dipipet 0,0 mL; 0,1 mL; 0,5 mL; 1 mL; 5 mL; dan 10 mL larutan intermedia
nitrit masing-masing kedalam labu ukur 50 mL
b) Ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar nitrit
0,0 mL; 0,1 mL; 0,5 mL; 1 mL; 5 mL; dan 10 mL
3.10.2 Pembuatan kurva kalibrasi
a) Dioptimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat
b) Kedalam masing-masing 50 mL larutan kerja ditambahkan 1 mL larutan
sulfanilamida, dihomogenkan dan dibiarkan 2 menit sampai dengan 8 menit
c) Ditambahkan 1 mL larutan NED, dihomogenkan dan dibiarkan selama 10
menit dan segera dilakukan pengukuran absorbansi (pengukuran tidak boleh
dilakukan lebih dari 2 jam)
d) Dibaca masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm
e) Dibuat kurva kalibrasinya

3.10.3 Pembacaan kandungan nitrit secara spektrofotometri UV-Vis


a) Dipipet 50 mL contoh uji, dimasukkan kedalam erlenmeyer 200 mL
b) Ditambahkan 1 mL larutan sulfanilamida, dikocok dan dibiarkan 2 menit
sampai 8 menit
c) Ditambahkan 1 mL larutan NED, dikocok dan dibiarkan selama 10 menit,
kemudian segera dilakukan pengukuran (pengukuran tidak boleh dilakukan
lebih dari 2 jam)
d) Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm.

3.11 Perhitungan
3.11.1 Kadar nitrit
a) Dimasukkan hasil pembacaan absorbansi contoh uji ke dalam kurva
kalibrasi
b) kadar nitrit adalah hasil pembacaan larutan konsentrasi contoh uji dari
kurva kalibrasi

22
3.11.2 Persen temu balik (%Recovery)
Pembuatan spike matrix :
a) 50 mL contoh uji ditambahkan larutan baku NO2-N 0,5 mg/L.
b) Ditambahkan 1 mL larutan sulfanilamida,dikocok dan dibiarkan 2 menit sampai 8
menit.
c) Ditambahkan 1 mL larutan NED, dikocok dan dibiarkan selama 10 menit, kemudian
segera dilakukan pengukuran (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam).
d) Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm.
Spike − 40⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
0,1
Dengan pengertian :
- Spike adalah hasil konsentrasi setelah spike
- Unspike adalah hasil konsentrasi sampel yang digunakan sebagai uji spike
- 0,1 adalah ketetapan dari 0,5 mg/L larutan intermedia yang dikalikan dengan 10/50.

3.12 Pengendalian Mutu


a) Gunakan bahan kimia pro analisis(pa)
b) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi
c) Gunakan alat ukur yang terkalibrasi
d) Lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui batas waktu simpan
maksimum 48 jam
e) Linieritas kurva kalibrasi(r) harus > 0.99
f) Lakukan analisis blanko untuk control kontaminasi. Kadar nitrit dalam larutan blanko
harus lebih kecil dari batas deteksi.
g) Lakukan analisis duplo untuk kontrol ketelitian. Perbedaan hasil analisis duplo tidak
boleh lebih dari 5%.

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit

No. Sampel ID Type Konsentrasi Absorbansi

1. Std 1 Standard 0,0000 -0,0000


2. Std 2 Standard 0,0010 0,0059
3. Std 3 Standard 0,0050 0,0163
4. Std 4 Standard 0,0100 0,0327
5. Std 5 Standard 0,0500 0,1651
6. Std 6 Standard 0,1000 0,3332

Tabel 2. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel

1. Std 0,05 0,0506 0,1684

2. 0003 AM 0,0035 0,0118

3. 0004 AB 0,0004 0,0018

4. 0031 AM 0,0000 0,0004

5. 0034 ABA 0,0037 0,0125


Juam’at, 11 Januari
6. 0035 ABA 0,0040 0,0136
2019
7. 0036 AB -0,0004 -0,0011

8. 0037 AB 0,0014 0,0050

9. 0038 AB 0,0501 0,1668

10. Duplo 0038 0.0501 0,1668

11. Spike 0003 0,0853 0,2836

24
Tabel 3. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit
No. Sampel ID Type Konsentrasi Absorbansi
1. Std 1 Standard 0,0000 -0,0003
2. Std 2 Standard 0,0010 0,0040
3. Std 3 Standard 0,0050 0,0180
4. Std 4 Standard 0,0100 0,0430
5. Std 5 Standard 0,0500 0,1531
6. Std 6 Standard 0,1000 0,3298

Tabel 4. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakanspektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel

1. Std 0,005 0,0055 0,0195

2. 0137 AB 0,0095 0,0323

3. 0138 AB 0,0001 0,0019

4. 0139 AB 0,0061 0,0214

5. 0140 AB 0,0026 0,0099

6. Senin, 21 Januari 0141 AB 0,0021 0,0083

7. 2019 0142 AB 0,0055 0,0196

8. 0143 AB 0,0030 0,0112

9. 0144 AB 0,0029 0,0110

10. 0145 AB 0,00014 0,0062

11. Duplo 0142 0,0055 0,0194

12. Spike 0140 0,0865 0,2818

25
Tabel 5. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit
No. Sampel ID Type Konsentrasi Absorbansi
1. Std 1 Standard 0,0000 -0,0021
2. Std 2 Standard 0,0010 0,0004
3. Std 3 Standard 0,0050 0,0096
4. Std 4 Standard 0,0100 0,0237
5. Std 5 Standard 0,0500 0,1438
6. Std 6 Standard 0,1000 0,3329

Tabel 6. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakanspektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel

1. Std 0,1 0,1023 0,3328

2. 0180 AB 0,0033 0,0037

3. 0181 AB 0,0020 -0,0006

4. 0182 AB 0,0020 -0,0006

5. 0183 AB 0,0023 0,0004


Kamis, 24 Januari
6. 0184 AB 0,0020 -0,0007
2019
7. 0185 AB 0,0021 -0,0003

8. 0193 AB 0,0023 0,0004

9. 0194 AB 0,0028 0,0020

10. Duplo 0194 0,0028 0,0020

11. Spike 0180 0,0808 0,2614

26
Tabel 7. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit

No. Sampel ID Type Konsentrasi Absorbansi

1. Std 1 Standard 0,0000 -0,0021


2. Std 2 Standard 0,0010 0,0004
3. Std 3 Standard 0,0050 0,0096
4. Std 4 Standard 0,0100 0,0237
5. Std 5 Standard 0,0500 0,1438
6. Std 6 Standard 0,1000 0,3329

Tabel 8. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel

1. Std 0,5 0,0454 0,1436

2. 0211 ABA 0,0036 0,0046

3. 0212 ABA 0,0048 0,0086

4. 0213 ABA 0,0048 0,0087

5. 0214 ABA 0,0180 0,0526

6. 0215 ABA 0,0265 0,0808


Jum’at, 25 Januari
7. 0216 AB 0,0029 0,0023
2019
8. 0217 AB 0,0029 0,0025

9. 0218 AB 0,0032 0,0034

10. 0219 AB 0,0034 0,0039

11. 0220 AB 0,0041 0,0065

12. Duplo 0220 0,0041 0,0065

13. Spike 0220 0,0806 0,2606

27
Tabel 9. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit

No. Sampel ID Type Konsentrasi Absorbansi

1. Std 1 Standard 0,0000 0,0008


2. Std 2 Standard 0,0010 0,0043
3. Std 3 Standard 0,0050 0,0143
4. Std 4 Standard 0,0100 0,0288
5. Std 5 Standard 0,0500 0,1276
6. Std 6 Standard 0,1000 0,2605

Tabel 10. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakanspektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel

1. Std 0,1 0,1042 0,2700

2. 0236 AB 0,0032 0,0095

3. 0237 AM 0,0184 0,0487

4. 0241 AB -0,0000 0,0012

5. 0244 AB 1,1783 3,0407


Rabu, 30 Januari
6. 5x 0244 AB 0,1964 0,5079
2019
7. 0245 AB 0,0027 0,0084

8. 0246 AB 0,0004 0,0024

9. 0247 AB 0,0024 0,0076

10. Duplo 0247 0,005 0,0077

11. Spike 0236 0,0857 0,2224

28
Tabel 11. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit

No. Sampel ID Type Konsentrasi Absorbansi

1. Std 1 Standard 0,0000 0,0031

2. Std 2 Standard 0,0010 0,0032

3. Std 3 Standard 0,0050 0,0146

4. Std 4 Standard 0,0100 0,0307

5. Std 5 Standard 0,0500 0,1439

6. Std 6 Standard 0,1000 0,2923

Tabel 12. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakanspektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel

1. Std 0,1 0,1096 0,3190

2. 0239 AB 0,0008 0,0034

3. 0262 AB 0,0512 0,1496

4. 0265 AB 0,0010 0,0039

5. Rabu, 31 Januari 0269 AB 0,0005 0,0025

6. 2019 0270 AB 0,0010 0,0040

7. 0286 AM 0,0027 0,0088

8. 0287 AM 0,0026 0,0087

9. Duplo 0287 0,0027 0,0087

10. Spike 0286 0,0853 0,2485

29
Tabel 13. Hasil Absorbansi Larutan Standar Nitrit

No. Sampel ID Type Konsentrasi Absorbansi

1. Std 1 Standard 0,0000 -0,0000


2. Std 2 Standard 0,0010 0,0059
3. Std 3 Standard 0,0050 0,0163
4. Std 4 Standard 0,0100 0,0327
5. Std 5 Standard 0,0500 0,1651
6. Std 6 Standard 0,1000 0,3332

Tabel 14. Hasil analisis uji kadar nitrit pada sampel menggunakanspektrofotometer UV-Vis
Jenis Sampel
No. Hari/ Tanggal Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel Sampel

1. Std 0,05 0,0506 0,1684

2. 0312 AM 0,0025 0,0087

3. 0313 AB 0,0007 0,0025

4. 0314 AB -0,0007 -0,0020

5. 0322 AB 0,0000 0,0004

6. 0323 AB -0,0010 -0,0030


Jum’at, 8 Februari
7. 0325 ABA 0,0063 0,0213
2019
8. 0326 ABA 0,0111 0,0373

9. 0327 ABA 0,0073 0,0247

10. 0328 AB -0,0007 -0,0020

11. 0329 AB -0,0005 -0,0012

12. 0330 ABA 0,0234 0,0779

13. 0331 AB 0,0144 0,0481

30
14. Jum’at, 8 Februari Duplo 0331 0,0144 0,0480

15. 2019 Spike 0312 0,0788 0,2621

Keterangan :
AB : Air Bersih
AM : Air Minum
ABA : Air Badan Air

31
4.2 Pembahasan
Air merupakan kebutuhan semua organisme, yang dapat menyehatkan. Agar dapat
tercapainya kualitas air yang di inginkan maka perlu pengujian kualitas air. Salah satunya
adalah uji kandungan nitrit. Kandungan nitrit (NO2-N) adalah kandungan yang memiliki nilai
absorbansi tinggi, karena pada penambahan reagen NED terjadi proses pengkompleksan logam,
sehingga mengakibatkan perubahan warna pada sampel menjadi berwarna merah muda
(perbandingan warnanya lebih menonjol dibandingkan warna sampel yang lain).
Penentuan kadar nitrit dilakukan dengan metode spektrofotometer (SNI 06-6989.9-2004)
dengan menggunakan metode nitrit bereaksi dengan asam sulfanilamida membentuk garam
diazonium, dengan reaksinya sebagai berikut:
S O 2N H 2 S O 2N H 2

NO 2
- 2H + 2H 2O

N H2 N N

S ulfanilam ida garam diazonium

Dan NED dalam suasana asam membentuk senyawa azo yang berwarna merah
keunguan, dengan reaksinya sebagai berikut:

SO 2N H 2 H N C H2 C H2 N H2

H 2N O 2S N N NH H+
C H2
N N C H2
garam diazonium N -(1-N aphthyl)-
ethylendiam in sen yaw a azo N H2
(m erah keungu an)
Intensitas warna yang terjadi diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 543 nm. Konsentrasi nitrit dalam sampel diperoleh dengan cara absorbansi
sampel yang diukur dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus larutan standar nitrit. Untuk
itu sebelum sampel air diuji, terlebih dahulu dibuat larutan standar dengan konsentrasi masing-
masing 0,00; 0,001; 0,005; 0,01; 0,05; 0,1 mg/L dari larutan standar nitrit 0,5 mg/L. Larutan
standar ini berguna sebagai interval atau rentangan untuk menentukan apakah nilai absorbansi
sampel berada dalam rentangan larutan standar tersebut atau tidak. Untuk pembuatan kurva
kalibrasi masing-masing dari larutan standar yang telah dibuat kemudian diberi perlakuan yang
sama dengan blanko dan sampel air yang dianalisis. Setelah diukur dengan alat
spektrofotometer UV-Vis double beam atau berkas ganda maka dapat diketahui absorbansi
masing-masing larutan standar dan sampel air.

32
Kurva kalibrasi pada gambar 1 memiliki persamaan garis regresi linear y = 3,3217 x +
0,0003 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9999. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung dengan
cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut. Hasil
analisis sampel uji dilakukan pada beberapa sampel uji dengan kode sampel 0003, 0004, 0031,
0034, 0035, 0036, 0037 dan 0038. Kurva kalibrasi pada gambar 2 memiliki persamaan garis
regresi linear y = 3,2374 x + 0,0017 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9975. Kemudian
kadar nitrit dapat dihitung dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam
persamaan garis tersebut. Hasil analisis sampel uji dilakukan pada beberapa sampel uji dengan
kode sampel 0137, 0138, 0139, 0140, 0141, 0142, 0143, 0144 dan 0145. Kurva kalibrasi pada
gambar 3 memiliki persamaan garis regresi linear y = 3,3236 x - 0,0072 dan memiliki nilai
korelasi sebesar 0,9962. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung dengan cara memasukkan
absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut. Hasil analisis sampel uji
dilakukan pada beberapa sampel uji dengan kode sampel 0180, 0182, 0183, 0184, 0185, 0193
dan 0194. Kurva kalibrasi pada gambar 4 memiliki persamaan garis regresi linear y = 3,3236 x
- 0,0072 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9962. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung
dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut.
Hasil analisis sampel uji dilakukan pada beberapa sampel uji dengan kode sampel 0211, 0212,
0213, 0214, 0215, 0216, 0217, 0218, 0219 dan 0220. Kurva kalibrasi pada gambar 5 memiliki
persamaan garis regresi linear y = 2,5796 x + 0,0013 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9998.
Kemudian kadar nitrit dapat dihitung dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca
dalam persamaan garis tersebut. Hasil analisis sampel uji dilakukan pada beberapa sampel uji
dengan kode sampel 0236, 0237, 0241, 0244, 0245, 0246 dan 0247. Kurva kalibrasi pada
gambar 6 memiliki persamaan garis regresi linear y = 2,9024 x + 0,001 dan memiliki nilai
korelasi sebesar 0,9998. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung dengan cara memasukkan
absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut. Hasil analisis sampel uji
dilakukan pada beberapa sampel uji dengan kode sampel 0239, 0262, 0265, 0269, 0270, 0286
dan 0287. Kurva kalibrasi pada gambar 7 memiliki persamaan garis regresi linear y = 3,3217 x
+ 0,0003 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9999. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung
dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut.
Hasil analisis sampel uji dilakukan pada beberapa sampel uji dengan kode sampel 0312, 0313,
0314, 0322, 0323, 0325, 0326, 0327, 0328, 0329, 0330 dan 0331.
Semua sampel yang telah di analisis memiliki kadar nitrit dibawah ambang batas yang
berbeda yaitu kadar maksimal nitrit yang diperbolehkan didalam air bersih adalah 1,0 mg/L
berdasarkan PERMENKES RI No: 32/2017 sedangkan kadar maksimal nitrit yang
diperbolehkan didalam air minum adalah 3 mg/L yang telah ditetapkan yaitu No:
33
492/MENKES/PER/IV/2010 dan terakhir kadar maksimal nitrit yang diperbolehkan didalam
air badan air 0,06 mg/L yang telah ditetapkan yaitu PP No. 82 Thn 2001. Menurut Millero,
rendahnya konsentrasi nitrit disebabkan karena nitrit diperairan hanya sebagai peralihan
(intermediate product) dari reduksi senyawa nitrat atau oksidasi senyawa amonia.
Untuk mendapatkan data analisis yang akurat, diperlukan beberapa langkah penting
yang kadang-kadang kurang mendapatkan perhatian selama ini diantaranya pengawetan sampel
dan metode analisis yang digunakan untuk memeriksa sampel. Banyaknya gangguan yang
timbul selama penyimpanan dan pengangkutan sampel dari lapangan ke laboratorium dapat
menyebabkan perubahan sampel dari keadaan aslinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
terhadap sampel yang akan dianalisis baik secara fisik maupun secara kimia agar keadaannya
tetap stabil. Cara pengawetan sampel tergantung dari jenis analisis yang akan dilakukan,
misalnya untuk pemeriksaan nitrit dalam air, pemeriksaan harus segera dilakukan setelah
pengambilan sampel. Kalau terpaksa diawetkan perlu penambahan asam sulfat pekat sampai
pH 2 kemudian didinginkan dalam lemari pendingin khusus pada suhu 40C dan sampel harus
diperiksa maksimal 48 jam setelah dilakukan penyamplingan. Hal ini disebabkan adanya
oksigen terlarut dan bakteri-bakteri yang dapat mengoksidasi nitrit (NO2-N) menjadi nitrat
(NO3-).

34
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Metode analisis yang digunakan dalam proses pengujian telah didasarkan pada
parameter standar sesuai dengan SNI yang terakreditasi yaitu SNI 06-6989.9-2004.
 Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini, untuk menganalisis nitrit (NO2-) dalam
sampel secara Spektrofotometer UV-Vis ditambahkan Larutan NED dan
Sulfanilamida kedalam sampel, agar terbentuk senyawa berwarna ungu yang
menandakan adanya nitrit dalam sampel.

5.2 Saran
 Dalam pengujian nitrit ini, disarankan agar dapat menggunakan metode SNI atau
instrumen yang lain yang dapat digunakan untuk mendukung validasi data tentang
kandungan zat pencemar dalam sampel air tersebut
 Disarankan agar dalam pengujian ini, digunakan air suling sesuai yang diharuskan agar
hasil yang didapat lebih akurat.
 Kiranya Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I
Manadao agar dapat mempertahankan rasa tanggung jawab dalam menjalankan setiap
pekerjaan yang ada serta dapat memberikan dan meningkatkan pelayanan yang terbaik
demi kepuasan pelanggan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G., & Santika S.S. 1994. Metode Penelitian Air. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional.
Connell & Gregory, J.M. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Darsono, V. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Universitas Atmajaya.
Day, R.A., & Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius.
Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Hipokrates.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit Gramedia.
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Jakarta : Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia.
Muldja, M. 2005. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga.
Mulyanto, H.R. 2007. Sungai, Fungsi dan Sifat-Sifatnya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Odum, E. P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ricki, M. 2005. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
Robert, J. K., & Roestam, S. 2005. Pengolahan Sumber Daya Alam Terpadu. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suriawiria, U. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung : Penerbit
Alumni.
Sutrisno, T. 2006. Teknologi Penediaan Air Bersih.Cetakan Keenam. Jakarta : Rhineka Cipta.
Sawyer, C.N. 1994. Chemistry For Environment Engineering, Fourth Edition. Singapore :
McGraw-Hill.
Triyati, E. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya dalam
Oseanologi. Jakarta : LIPI.
Wardoyo, S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan.

36
LAMPIRAN
Minggu
Waktu Kegiatan
Ke -

Apel pagi.

Kamis, 3 Januari Orientasi lingkungan kerja BTKLL-PP Kelas I Manado,

2019 serta mendapatkan bimbingan dari Kepala TU BTKL-


PP Kelas I Manado dan orientasi laboratorium (Udara,
Kimia air dan Mikrobiologi) oleh Andre Karundeng.

Jum’at, 4 Januari
Kerja Bakti.
2019

Senin, 7 Januari 2019 Apel Pagi.


Minggu
Selasa, 8 Januari
I Ibadah Syukur Awal Tahun.
2019

Membersihkan Laboratorium Fisika, kimia air, padat,


cair. Membuat larutan KHP serta pengujian Fisika air
dan air limbah (pH, Temperatur, DHL, TDS dan
Kekeruhan).
Rabu, 9 Januari 2019
Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
ammonia secara spektometer HACH dan pengujian air
dan pengujian air limbah secara Biochemical Oxygen
Demand (BOD).

Kamis , 10 Januari Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
Minggu 2019 fosfat (PO4) secara spektrometer HACH. Pengujian air
II dan air limbah menggunakan media Lauryl Tryptose
Broth (LTB) dan membuat media bglg,ltb dan EC. Broth.

37
Pengujian coliform menggunakan media Brilliant – green
bile Lactose Broth (BGLB) dan EC. Broth dan pengujian
Jum’at, 11 Januari
air dan air limbah dengan menggunakan uji sulfat (SO4)
2019
dan uji nitrit (NO2) secara spectrometer.

Senin, 14 Januari Apel Pagi.


Minggu 2019
Pembuatan media double Lauryl Tryptose Broth (LTB).
II

Selasa, 15 Januari Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
2019 nitrat (NO3) secara spektrometer HACH.

Pembuatan larutan Phosphate Buffered dan Pengujian air


Rabu, 16 Januari
dan air limbah dengan menggunakan uji sianida (CN)
2019
secara spektrometer HACH.

Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji


sulfat (SO4) secara spectrometer dan membuat larutan
Kamis, 17 Januari standard nitrit (NO2) solution.
2019
Pembuatan larutan induk sulfat (SO4) dan larutan penyerap
oksidan.

Jum’at, 18 Januari Pembuatan larutan Lead Standard Solution dengan


2019 menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
Minggu
III Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji

Senin, 21 Januari nitrit (NO2) secara spectrometer dan pembuatan larutan

2019 NO3 & HCl.

Pengujian sampel Pb menggunakan Microwave.

Selasa, 22 Januari Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
2019 sulfat (SO4) secara spectrometer.

Rabu, 23 Januari Pengujian air dan air limbah secara Biochemical Oxygen
2019 Demand (BOD).

38
Kamis, 24 Januari Pengujian air limbah dengan menggunakan uji nitrit
2019 (NO2) dan uji sulfat (SO4) secara spectrometer.

Kerja bakti dan senam pagi.


Jum’at, 25 Januari
2019 Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
nitrit (NO2) secara spectrometer.
Minggu
Senin, 28 Januari Apel Pagi.
IV
2019 Tidak ada sampel.

Selasa, 29 Januari Pengujian Fisika air dan air limbah (pH, Temperatur,
2019 DHL, TDS dan Kekeruhan).

Rabu, 30 Januari Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
2019 nitrit (NO2) secara spectrometer.

Kamis, 31 Januari Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji
2019 nitrit (NO2) secara spectrometer.

Jum’at, 1 Februari Tidak ada sampel.

Minggu 2019

V Senin, 4 Februari Pengujian Fisika air dan air limbah (pH, Temperatur,
2019 DHL, TDS dan Kekeruhan).

Rabu, 6 Februari Pengujian air dan air limbah secara Biochemical Oxygen
2019 Demand (BOD).

Kamis, 7 Februari Tidak ada sampel.


2019

Pengujian air dan air limbah dengan menggunakan uji


Minggu Jumat, 8 Februari nitrit (NO2) secara spectrometer dan pengujian Fisika air
VI 2019 dan air limbah (pH, Temperatur, DHL, TDS dan
Kekeruhan).

Senin, 11 Februari
2019

Lampiran I. Kegiatan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) berlangsung


39
Lampiran II. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Nitrit

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Nitrit


11/01/2019
0.35
0.3 y = 3.3217x + 0.0003
0.25 R² = 0.9999
Absorbansi

0.2
0.15 Absorbansi
0.1 Linear (Absorbansi)
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Nitrit


21/01/2019
0.35
y = 3.2374x + 0.0017
0.3 R² = 0.9975
0.25
Absorbansi

0.2
Absorbansi
0.15
Linear (Absorbansi)
0.1
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
-0.05
Konsentrasi

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Nitrit


24/01/2019
0.35
0.3 y = 3.3236x - 0.0072
R² = 0.9962
0.25
Absorbansi

0.2
Series1
0.15
Linear (Series1)
0.1
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
-0.05
Konsentrasi

40
Kurva Kalibrasi Larutan Standar Nitrit
0.35
25/01/2019
0.3 y = 3.3236x - 0.0072
R² = 0.9962
0.25
Absorbansi

0.2
0.15 Series1

0.1 Linear (Series1)

0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
-0.05
Konsentrasi

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Nitrit


0.3
30/01/2019
y = 2.5796x + 0.0013
0.25 R² = 0.9998

0.2
Absorbansi

0.15 Series1
Linear (Series1)
0.1

0.05

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Nitrit


31/01/2019
0.35

0.3 y = 2,9024x + 0,001


R² = 0,9998
0.25
Absorbansi

0.2 Series1
Linear (Series1)
0.15

0.1

0.05

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi

41
Kurva Kalibrasi Larutan Standar Nitrit
8/02/2019
0.35
0.3 y = 3.3217x + 0.0003
0.25 R² = 0.9999
Absorbansi

0.2
0.15 Absorbansi
0.1 Linear (Absorbansi)
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi

42
Lampiran III. Diagram Alir Pembuatan Larutan Kerja Nitrit (NO2-)

40 mg/L NO2-N

- Diambil 25 mL
- Diencerkan pada labu 250 mL

4 mg/L NO2-N

- Diambil 25 mL
- Diencerkan pada labu 200 mL

0,5 mg/L NO2-N

0,000 0,001 0,005 0,01 0,05 0,1


mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
NO2-N NO2-N NO2-N NO2-N NO2-N NO2-N

Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan


kerja siap kerja siap kerja siap kerja siap kerja siap kerja siap
diukur diukur diukur diukur diukur diukur

43
Lampiran IV. Diagram Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi

Spektrofotometer
UV-VIS

 Dioptimalkan sesuai petunjuk


penggunaan alat

Larutan Kerja

 Masing-masing ditambahkan 1 mL
larutan Sulfanilamida, dihomogenkan
 Lalu masing-masing larutan kerja
ditambahkan 1 mL larutan NED,
dihomogenkan
 Dibaca absorbansinya

Kurva Kalibrasi

Lampiran V. Diagram Alir prosedur

Contoh Uji

 Dipipet 50mL, dimasukkan


dalam gelas piala 200 mL
 Ditambahkan 1 mL larutan
sulfanilamida, homogenkan
 Ditambahkan 1 mL larutan
NED, homogenkan
 Dibaca absorbansinya

Hasil analisis
kadar nitrit

44
Lampiran VI. Diagram Alir Pembuatan Spike

Larutan
Intermedia 0,5
mg/L NO2-N

 Diambil 10 mL
 Dimasukkan dalam labu ukur 50
mL
 Diencerkan dengan sampel
sebanyak 40 mL yang dipakai
untuk spike
 Ditambahkan 1 mL larutan
sulfanilamida, homogenkan
 Ditambahkan 1mL larutan NED,
homogenkan
 Diamkan 20 menit,
 Dibaca absorbansinya

Contoh uji
yang di-spike

45
Lampiran VII. Perhitungan Pengenceran Larutan Standar Nitrit
Diketahui : konsentrasi larutan induk nitrit 40 ppm, dipipet sebanyak 5 mL pada labu ukur
50 mL
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 40 .5
M2 = = = 4 ppm
V2 50
Diketahui : konsentrasi larutan induk nitrit 4 ppm dipipet sebanyak 25 mL pada labu ukur
200 mL
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 4 .25
M2 = = = 0,5 ppm
V2 200
Diketahui : konsentrasi larutan induk nitrit 0,5 ppm pada labu ukur 200 mL
Ditanya : konsentrasi larutan standar (M2) jika volume standar induk (V1) 0; 0,1; 0,5; 1;
5 dan 10 mL
1. V1 = 0
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .0
M2 = = = 0,000 ppm
V2 50
2. V2 = 0,1
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .0,1
M2 = = = 0,001 ppm
V2 50
3. V3 = 0,5
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .0,5
M2 = = = 0,005 ppm
V2 50
4. V4 = 1
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .1
M2 = = = 0,01 ppm
V2 50
5. V5 = 5
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .5
M2 = = = 0,05 ppm
V2 50

46
6. V6 = 10
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 0,5 .10
M2 = = = 0,1 ppm
V2 50

Lampiran VIII. Perhitungan Spike


1. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 11/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0003
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0853)−(0,2×0,0035)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0853)−(0,0007)
= × 100%
0,08
0,0846
= × 100%
0,08

= 1,0575 × 100%
= 105,75 %
2. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 21/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0140
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0865)−(0,2×0,0026)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0865)−(0,00052)
= × 100%
0,08
0,08598
= × 100%
0,08

= 1,07475 × 100%
= 107,47 %
3. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 24/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0180
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0808)−(0,2×0,0033)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0808)−(0,00066)
= × 100%
0,08

47
0,08014
= × 100%
0,08

= 1,00175 × 100%
= 100,175%
4. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 25/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0220
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0806)−(0,2×0,0041)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0806)−(0,00082)
= × 100%
0,08
0,07978
= × 100%
0,08

= 9,9725 × 100%
= 997,25%
5. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 30/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0236
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0857)−(0,2×0,0032)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0857)−(0,00064)
= × 100%
0,08
0,08506
= × 100%
0,08

= 1,06325× 100%
= 106,325%
6. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 31/1/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0286
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0853)−(0,2×0,0027)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0853)−(0,00054)
= × 100%
0,08
0,08476
= × 100%
0,08

= 1,0595× 100%
= 105,95%
48
7. contoh uji yang digunakan untuk spike dengan hasil konsentrasi yang baik dan tidak dibawah
nol pada Tanggal 8/2/2019. Contoh uji yang dipakai yaitu kode sampel 0312
Spike − 10⁄50 unspike
%Recovery = × 100%
40⁄ 𝑥 𝑠𝑡𝑑 0,1
50
(0,0788)−(0,2×0,0025)
= × 100%
0,8 x 0,1
(0,0788)−(0,0005)
= × 100%
0,08
0,0783
= × 100%
0,08

= 0,97875× 100%
= 97,875%

49
Lampiran IX. Skema Uji Nitrit Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
a. Skema tahapan pembuatan larutan kerja dan pembacaan kurva standar Nitrit (NO2)
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

40 ppm larutan NO2 standar


(MERCK) diambil 25 mL,
diencerkan pada labu ukur
250 mL dengan akuades

Larutan Larutan
NO2 4 Intermedia
Diambil 25 mL lalu
ppm NO20,5
di encerkan dengan
akuades dalam labu
ukur 200 mL

Ditambahkan 1mL
larutan
sulfanilamida,
homogenkan, lalu
ditambahkan 1mL
larutan NED,
dihomogenkan
Larutan
Kerja NO2
Diambil 0,0; 0,5; 1; 5; 10; 20; 30; dan
50 mL ke dalam labu ukur 50mL dan
ditambahkan aquades sampai tanda
tera, homogenkan

50
b. Skema tahapan uji nitrit (NO2) pada sampel menggunakan spektrofotometer UV-Vis

Ditambahkan 1mL
Sampel larutan
Uji sulfanilamida,
homogenkan, lalu
ditambahkan 1mL
larutan NED,
Sampel Uji
dihomogenkan
Diambil 50 mL, di masukkan
didalam gelas piala 200 mL

Sampel Uji
siap diukur

51
Lampiran X. Dokumentasi Pengujian Nitrit

Larutan (NED) N-(1- Larutan Sulfanilamida


naphthyl) ethylene diamine
dihydrochloride

Larutan Nitrit Standar 40 mg/L Kuvet silika

Sampel – sampel yang diuji

52
Alat-alat yang digunakan dalam Spektrofotometer UV-Visible
uji nitrit (NO2)

Proses Pembuatan Larutan standard Nitrit

Pengenceran larutan nitrit 40 mg/L


menjadi 0,5 mg/L dan 4 mg/L

53
Pembuatan Larutan Kerja Larutan Kerja Nitrit (NO2)

Larutan Kerja Nitrit (NO2) Contoh Uji (Sampel)

Spike

54
Pembacaan Contoh Uji di Spektrofotometer

55

Anda mungkin juga menyukai