Anda di halaman 1dari 6

TONSILITIS

Tonsilitis dapat disebabkan oleh infeksi virus atau infeksi bakteri di dalam tenggorokan. Infeksi
bakteri seperti streptococcus bisa menyebabkan amandel bengkak dan bernanah. Infeksi virus
seperti Epstein Barr Virus, adenovirus atau measles bisa juga menyebabkan pembengkakan
tonsil ini.

Stadium pembesaran tonsil:


To : tonsil masuk dalam fossa / tonsil tidak membesar
T1 : <>
T2 : 25-50 % volume tonsil dibandingkan dengan orofaring
T3 : 50-75 % volume tonsil dibandingkan dengan orofaring
T4 : > 75 % volume tonsil dibandingkan dengan orofaring

Gejala radang amandel:


1. Sakit tenggorokan
2. Tidak bisa menelan atau sakit saat menelan
3. Demam sangat tinggi
4. Sakit kepala dan sakit-sakit badan
5. Suara garau atau hilang suara
6. Bengkak pada leher.
7. Mulut berbau busuk
8. Mendengkur saat tidur

1. Tonsilitis Akut
Tonsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsila yang
biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan bakteri pathogen dalam
kripta.
Tonsilitis bakterial supurativa akut paling sering disebabkan oleh stretokokus beta
hemolitikus grup A. Meskipun pneumokokus, stafilokokus dan Haemophilus influenzae juga
virus patogen dapat dilibatkan. Kadang-kadang streptokokus non hemolitikus atau streptokokus
viridans, ditemukan pada biakan, biasanya pada
kasus-kasus berat.

Infeksi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang
berupa keluarnya lekosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupakan
kumpulan lekosit, bakteri yang mati, dan epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi
kripta tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis folikularis, bila
bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur maka akan terjadi tonsillitis
lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membrane semu
(Pseudomembran) yang menutupi tonsil.
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan, nyeri waktu
menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lelu, rasa nyeri pada sendi-sendi, tidak
nafsu makan dan nyeri pada telinga. Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih melalui n
Glosofaringeus. Seringkali disertai adenopati servikalis disertai nyeri tekan. Pada pemeriksaan
tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna, atau
tertutup oleh membrane semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
Pada umumnya penderita dengan tonsillitis akut serta demam sebaiknya tirah baring,
pemberian cairan adekuat serta diet ringan. Analgetik oral efektif untuk mengurangi nyeri.
Terapi antibiotik dikaitkan dengan biakan dan sensitivitas yang tepat. Penisilin masih
merupakan obat pilihan, kecuali jika terdapat resistensi atau penderita sensitive terhadap
penisilin. Pada kasus tersebut eritromisin atau antibiotik spesifik yang efektif melawan
organisme sebaiknya digunakan. Pengobatan sebaiknya diberikan selama lima sampai sepuluh
hari. Jika hasil biakan didapatkan streptokokus beta hemolitikusterapi yang adekuat
dipertahankan selama sepuluh hari untuk menurunkan kemungkinan komplikasi non supurativa
seperti nefritis dan jantung rematik.

2. Tonsilitis Kronis
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari semua penyakit
tenggorokan yang berulang. Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan
yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisk dan pengobatan tonslitis akut yang tidak adekuat. Radang pada tonsil dapat
disebabkan kuman Grup A Streptococcus beta hemolitikus, Pneumococcus, Streptococcus
viridans dan Streptococcus piogenes. Gambaran klinis bervariasi dan diagnosa sebagian besar
tergantung pada infeksi.

3.1 Patogenesa
Pada umumnya tonsilitis kronis memiliki dua gambaran, yaitu terjadi pembesaran tonsil
dan pembentukan jaringan parut. Terlihat gambaran pembesaran kripta pada beberapa kasus
tonsilitis kronis. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil dalam waktu lama akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya sel limfosit dan basofil sehingga timbul detritus.
Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara
klinis, detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning. Bercak detritus ini,
dapat melebar sehingga terbentuk membran semu (pseudomembran) yang menutupi tonsil.
Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan
dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Dari hasil biakan tonsil, pada tonsilitis kronis
didapatkan bakteri dengan virulensi rendah dan jarang ditemukan Streptococcus beta
hemolitikus.

3.2 Gejala dan Tanda


Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa mengganjal pada
tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu menelan, bau mulut , demam dengan
suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di
telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini dikarenakan nyeri alih (referred pain) melalui n.
Glossopharingeus (n.IX). Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan
terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar
submandibula membengak dan nyeri tekan.

3.3 Terapi
Thymol gargle atau Difflam gargle juga bisa diberikan untuk mengurangi peradangan
dengan cara berkumur (untuk anak-anak). Pemberian obat seperti paracetamol atau ibuprofen
untuk tujuan menahan sakit.
Obat antibiotik akan diberikan jika amandel itu disebabkan oleh infeksi bakteri. Biasanya
antibiotik yang diberi adalah dari jenis penicillin seperti amoxycillin atau ampicillin.
Pada keadaan dimana tonsilitis sangat sering timbul dan pasien merasa sangat terganggu, maka
terapi pilihan adalah pengangkatan tonsil (tonsilektomi).
Indikasi Absolut Tonsilektomi :
1.Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan nafas yang kronis
2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apneu waktu tidur
3. Hipertofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penuruna berat badan penyerta.
4. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan atau limfoma
5. Abses perotinsiler yang berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya.
Pembedahan membuang tonsil atau tonsillectomy adalah jalan terakhir untuk menghindari
radang amandel dari berulang-ulang.

3.4 Komplikasi
Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa
Rhinitis kronis, Sinusitis atau Otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi
secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis, nefritis,
uveitis, irdosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria dan furunkulosis.

RESEP

dr. Franciska A
SIP. 1765050375
Jalan Mayjen Sutoyo No 2 Jakarta Timur
081210401234
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jakarta, 17 Januari 2019


R/ Ibuprofren tab 500 mg No. V
S 3 dd I tab
-------------------------------------- v
R/ Amoksisilin syr 125 mg / 5 ml No. III lag
S 3 dd II cth
------------------------------------- v
R/ Thymol gargle No. I lag
S 3 dd I garg
-------------------------------------- v
Pro: An. X
Umur: 15 tahun

Anda mungkin juga menyukai