Anda di halaman 1dari 7

HEMATOLOGI

41. Seruloplasmin (CP) Serum

Adalah tembaga yang mengandung glikoprotein dalam plasma dan

merupakan salah satu dari alfa globulin, dihasilkan di hati. Penurunan

seruloplasmin dalam serum menandakan adanya penigkatan ekskresi melalui

urine dan terjadi peningkatan deposit pada kornea, otak, hati, dan ginjal serta

menimbulkan kerusakan pada organ tersebut.

Hiposeruloplasmin dapat terjadipada penderita penyakit wilson’s,

malnutrisi protein dan sindrom nefrotik.

Peningkatan seruloplasmin terjadi pada penderita sirosis hati, hepatitis,

kehamilan, penyakit hodkin’s, infark jantung, SLE, artritis rheumatoid, dan

kanker pada tulang, usus, dan paru.

Kadar normal dalam serum:

 Dewasa : 18-45 mg/dl atau 180-450 mg/L

 Anak : 1-5 th: 26-55 mg/dl

 Bayi : < 23 mg/dl

42. Adolase Serum (ALD)

Merupakan enzin yang terdapat pada beberapa tipe sel terutama otot

jantung dan rangka. Pemeriksaan bertujuan untuk mendeteksi penyakit pada

sistem rangka, misalnya: distrofi otot, dermatomiositis dan trikinosis. Pada

distrofi otot progresif terjadi peningkatan adolase serum 10 kali atau lebih

pemeriksaan ini kurang sensitive untuk mendeteksi infark miokard dan

gangguan syaraf.
Nilai Rujukan:

 Dewasa : 3-8 U/dl atau 1-7,5 U/L

 Anak : 6-16 U/dl (2 x niai normal)

 Bayi : 12-24 U/dl (4 x nilai normal)

Penurunan adolase terjadi pada distrofi otot lanjut dan efek terapi

fenotiazid dosis besar. Peningkatan kadar adolase dapat terjadi pada distrofi

otot tahap awal dan progresif, trikinosis, dermatomiositis, hepatitis akut,

kanker gastrointestinal, leukemia dan kadang-kadang pada akut miokard

infark.

43. Aldosteron dalam Serum

Aldosteron adalah hormon mineralokortikoid yang dihasilkan oleh

kortek adrenal,dan paling potensial diantara mineralokortikoid yang lain.

Fungsi utama aldosteron adalah mengatur keseimbangan natrium, kalium

dan air dengan mempengaruhi absorpsi natrium, ekskresi kalium dan

hydrogen pada tubulus ginjal. Mekanisme kerjanya dipengaruhi oleh

ACTH dan system rennin-angiotensin. Pemeriksaan dilakukan pada

penyakit gangguan keseimbangan elektrolit darah terutama kalium dan

natrium.

Nilai rujukan:

 Dewasa : < 16 ng/dl (puasa), 4-30 ng/dl (posisi duduk)

 Urine : 6-20 ug/24 jam


44. Parathyroid Hormone dalam Serum (PTH)

PTH mengatur konsentrasi kalsium dan fosfat dalam cairan ekstra

selulerdengan meningkatkan reabsorpsi dan ekskresi fosfor. Ada 2 jenis

PTH yaitu PTH-C (inaktif) dan PTH-N (aktif). PTH-C merupakan

indikator utama gangguan paratiroid kronis dan PTH-N digunakan untuk

membedakan apakah hiperkalsemia disebabkan oleh malignansi atau

kelenjar paratiroid. Pemeriksaan PTH-C terjadi pada hipoparatiroid,

hiperkalsemia non paratiroid, dan tumor tertentu. Peningkatan PTH-C

terjadi pada heperparatiroid sekunder, tumor, hiperkalsemia primer, dan

gaga ginjal kronik.

Nilai rujukan:

 PTH-C : 400-900 pg/ml

 PTH : 200-600 pg/ml

45. Alfa 1 Antitripsin Serum (A1AT)

Alfa 1 AT adalah protein yang dihasilkan oleh hati dan menghambat

enzim proteolitik yang dikeluarkan oleh paru-paru. Peningkatan kadar

enzim ini terjadi pada kondisi inflamasi akut dan kronis, nekrosis,

kehamilan dan olah raga berat. Penurunan alfa 1 antitripsin terjadi pada

emfisema paru, kerusakan hati berat, malnutrisi, dan sindrom nefrotik.

Kekurangan antitripsin heriditer memungkinkan enzim ini merusak

jaringan paru sendiri, sehingga terjadi emfisema pulmonum.

Nilai normal:

 Dewasa : 78-200 mg/dl atau 0,78-2,0/ L

 BBL : 145-270 mg/dl


46. Alkohol dalam plasma

Pemeriksaan untuk mendeteksi intoksikasi alkohol dan dilakukan

untuk keperluanmedis dan hokum. Peningkatan kadar alcohol darah

melebihi 100 mg/dl tergolong dalam intoksiasi alkohol sedang-berat dan

dapat terjadi pada peminum alkohol kronis, sirosis hati, malnutrisi,

defisiensi asam folat, pankreatitis akut, gastritis dan hipoglikemia.

Nilai normal:

 0 mg/ % : tak ada alkohol

 5 mg/dl : tak ada pengaruh

 150 mg/dl : intoksikasi

47. Amonia dalam plasma

Ammonia adalah sisa metabolism protein yang diubah menjadi

urea oleh hati dan dikeluarkan melalui ginjal. Peningkatan kadar urea dala

darah menandakan adanya gangguan hati atau aliran darah ke hati.

Peningkatan kadar ammonia darah terjadi pada pasien gangguan hati,

koma hepatik, anastomosa forta kaval, sindrom reye, eritroblastosis

foetalis, korpulmonale kronikum, gagal jantung kongesti berat, diet tinggi

protein dengan kerusakan hati, dan asidosis. Obat-onbatan yang dapat

meningkatkan amonia: neomisin, kanamisin, tetrasiklin, MAOI,

difenhidramin, garam kalium dan natrium. Penurunan kadar urea darah

terdapat pada pasien gagal jantung, hiprtensi maligna, dan hipertensi

essential.
Nilai normal:

 Dewasa : 15-45 ug/dl, atau 11-35 umol/L uSI

 Anak : 21-50 ug/dl

 BBL : 64-107 ug/dl

48. Asam Laktat dalam Darah

Keberadaan asam laktat berlebihan dalam sirkulasi darah

menyebabkan asidosis metabolic. Latihan dan hipoksia yang berat,

dehidrasi dan shok dapat menyebabkan katabolisme sel dan akumulasi

asam laktat. Penurunan asam laktat terjadi pada pasien dengan LDH yang

tinggi. Peningkatan asam laktat juga terjadi pada trauma berat,

ketoasidosis, infeksi berat, neoplasma, gagal hati, penyakit ginjal,

alkoholis kronis, dan toksisitas salisilat berat.

Nilai normal:

 Darah arteri : 0,5-2,0 mEq/L atau 11,3 mg/dl

 Darah vena : 0,5-1,5 mEq/L atau 8,1-15,3 mg/dl

49. Kadar Asetaminofen dalam Serum

Asetaminofen atau parasetamol adalah obat analgetik antipiretik

yang tak menghambat agregasi trombosit tetapi kelebihan dosis

menyebabkan hepatotoksik yang berat. Jika dosis tunggal 10 gram atau 30

tb/325 mg, atau 20 tb/500 mg akan terjadi kerusakan hati. Kadar

asetaminofen dapat turun dengan makanan tinggi karbohidrat, obat

antikolinergik dan kolestiramin. Obat yang membantu peningkatan

asetaminofen adalah khloramfenikol dan fenobarbital. Pemeriksaan


dilakukan pada penderita gangguan hati berat yang diduga kelebihan dosis

asetaminofen.

Nilai normal:

 Dalam terapi : 5-20 ug/ml

 Toksik : 50 ug/ml

 Hepatotoksik : 200 ug/ml

50. Daya Ikat CO2 dalam Serum

Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendeteksi gangguan

kenormalan metabolism asam-basa. Apabila CO2 menurun, HCO2 juga

turun akan terjadi asidosismetabolik. Peningkatan CO2 serum berlebih,

HCO2 berkurang akan terjadi alkalosis metabolik. Penurunan CO2:

asidosis metabolic, diabetik ketoasidosis,malnutrisi, dehidrasi, diare hebat,

shok, gagal ginjal akut, keracunan salisilat, dan olah raga berat. Obat-

obatan yang menurunkan CO2: diuretic tazid, triamterene, antibiotic

tetrasikin, metisilin, nitrofurantoin dan paraldehid. Peningkatan kadar CO2

terjadi pada alkalosis metabolik, penggunaan NGT, ulkus peptikum,

hipotiroid, dan hipokalemia. Obat-obatan yang meningkatkan CO2 :

barbiturate, steroid dan diuretic high loop.

51. Human Growth Hormon Somatotropik Hormone (HGH/STH)

Hormon yang dihasilkan oleh hipofise anterior, berfungsi untuk

mengatur pertumbuhan tulang dan jaringan terutama pada masa

pertumbuhan. Peningkatan HGH pada masa pertumbuhan dapat

menyebabkan gigantisme dan pada masa selesai pertumbuhan terjadi

akromegali. Penurunan HGH pada masa anak menyebabkan kekerdilan


atau dwarfisme. Nilai HGH dapat meningkat dengan olah raga, diet tinggi

protein, dan tidur yang teratur. Nilai tertinggi terjadi selama tidur dan nilai

berkurang pada obesitas, terapi kortikosteroid dan fenotiazen. Peningkatan

kadar HGH dapat juga disebabkan karena pengobatan estrogen, insuin,

glukagon, metildopa dan amfetamin.

Nilai normal:

 Dewasa pria : < 5 ng/ml

 Wanita : < 10 ng/ml

 Anak : < 10 ng/ml

Anda mungkin juga menyukai