PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
1
III. TUJUAN
Tujuan Umum :
Sebagai pedoman bagi manajemen Rumah sakit Tebet untuk dapat melaksanakan
pelayanan jenazah dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Tebet.
Tujuan Khusus :
Sebagai pedoman pelaksanaan pelayan di ruang transit jenazah yang merupakan salah
satu upaya Rumah Sakit dalam mencegah infeksi Nosokomial
Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien, keluarga dan masyarakat.
Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah sebelum ditunjukkan
dan dibawa pulang oleh keluarga.
Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang.
V. BATASAN OPERASIONAL
Sebagai acuan Rumah Sakit Tebet dalam memberikan mutu pelayanan yang baik
keluarga pasien. Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagai manusia,
karena ia adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini adalah perawatan kebersihan
sebagai manan kepercayaan agama / Adatnya. Perlakuan sopan dan tidak merusak
badan, termasuk kerahasiaannya. Oleh karena itu kamar transit jenazah harus bersih
dan bebas kontaminasi khususnya hal yang membahayakan petugas, aman bagi
petugas yang bekerja, termasuk resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit
mematikan.
2
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 106 / MENKES / SK / 1 / 2004 tentang
System Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT )
4. Permenkes No. 986 / Menkes / Per / XI / 1992 tentang penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 983 / Menkes / SK / X / 1992 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit.
6. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial Tahun 2001
7. Standart Pelayanan Rumah Sakit Tahun 1999
3
STANDAR KETENAGAAN RUANG TRANSIT JENAZAH
I. KUALIFIKASI SDM
Status Kesehatan
Seluruh tenaga ruang transit jenazah yang bekerja di ruang transit jenazah semua
berbadan sehat.
Petugas Ruang transit jenazah antara lain :
1. Kepala ruang transit jenazah
2. Staff / Petugas ruang transit jenazah di rangkap oleh security yang sedang bertugas
pada saat shift dinas.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
I. DENAH
R. Dekontaminasi
R. Isolasi
Kamar dokter
Resusitasi
Resusitasi
Tindakan
Tindakan
Meja
Konsu
ltasi
Non.
Non. Bedah
Bedah
Pon
ek
Ruang Tindakan
Non bedah
Toilet
Kamar Jenazah
5
II. STANDAR FASLITAS
Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan pelayanan ruang
transit jenazah. Mengingat
I. STANDAR FASILITAS
Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisien kerja dan pelayanan instalasi
ruang transit jenazah. Mengingat tugas pokok ruang transit jenazahadalah melayani pasien
yang sudah meninggal dengan atau tanpa penyakit menular, maka diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai. Guna mencegah infeksi silang.
Lokasi
Lokasi berada di bagian samping Rumah Sakit Tebet , berada di bagian belakang
ruangan IGD
6
b. Apron plastic
c. Masker
d. Tutup kepala
e. Surat kematian
f. Kain penutup jenajah
g. Waslap
h. Kapas minyak
i. Verban gulung besar
7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pasien dari ruang perawatan yang sudah dinyatakan meninggal ( jenazah ) dikirim ke ruang
transit jenazah, yang terlebih dahulu di rapikan dari ruang perawatan ( di bersikan /
dirapikan )
BAB V
LOGISTIK
9
Ruang transit jenazah di Rumah Sakit Tebet sebagai salah satu bagian penting
rumah sakit untuk mencegah resiko infeksi dan menunjang pelayanan medis baik untuk
petugas, pasien dan pengunjung. Apabila alat dan bahan untuk pemrosesan linen habis maka
petugas atau staf menulis permintaan barang kepada gudang logistik . Kepala ruang transit
jenazah memberikan formulir permintaan bahan dan alat kepada bagian gudang logistik.
Untuk pengajuan kebutuhan logistik serta keperluan gudang ruang transit jenazah
selama satu bulan dibuatkan dalam satu anggaran pada satu bulan berjalan. Setiap anggaran
yang dibuat diharapkan dapat digunakan secara optimal dalam bulan berjalan. Sistem Logistik
yang digunakan mengacu pada panduan logistik yang dibuat oleh Bagian Logistik dan
Inventaris dengan mengacu pada sistem yang baku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
10
Keseimbangan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi. (KKP-RS)
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
terciptan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan. (KKP-RS)
11
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan
pada system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas)
dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan
keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.
12
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
13
kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin;
- Tidak tersedia alat-alat pengaman;
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.
a. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan yang menangani linen kotor harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan setiap saat dan:
o Memeriksa suhu dua kali sehari dan mewaspadai munculnya gejala
pernapasan terutama batuk
o Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami. Catatan tidak
boleh dibawa ke dalam area isolasi
14
o Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri dari area
umum. Segera lapor kepada Tim Dalin / Pandalin, Tim Kesehatan
kerja (K3) dan dokter poliklinik RS, adanya kemungkinan terinfeksi
penyakit menular yang sedang ditangani.
b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan
Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara kontak,
droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di unit
perawatan intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.
Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan pernapasan
dalam jangka waktu 10 hari setelah terpajan penyakit menular melalui udara,
maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.
Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan pernapasan
tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan pajanan yang dialami
segera kepada Tim Dalin.
Surveilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan gangguan
pernapasan setiap hari kepada petugas kesehatan yang terpajan. Petugas
diinstruksikan untuk mewaspadai timbulnya demam, gangguan pernapasn dan
atau peradangan konjungtiva selama 10 hari setelah terpajan dengan penyakit
menular melalui udara.
15
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan
untuk mengukur mutu pelayanan.
Adapun pengendalian mutu Ruang transit jenazahharus sesuai dengan protap yang
telah ditentukan. Setiap proses pelayanan jenazah berjalan petuga selalu mengenakan APD.
Dan tidak ada kejadian infeksi yang terjadi.
16
BAB IX
PENUTUP
17
PANDUAN KAMAR JENAZAH
RUMAH SAKIT TEBET
18
RUMAH SAKIT TEBET
Jalan Let. Jend. Haryono MT. No 8 Jakarta, Telp. 021-8307540, Fax . 021-8311750
19