Oleh:
Igam Aditya Prasada
1871121010
Pembimbing:
dr. I Made Sudarjana, Sp.KK
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, refleksi kasus yang berjudul “Acne Vulgaris pada Kehamilan”
dapat penulis selesaikan.
Dalam peyusunan refleksi kasus ini, penulis memperoleh banyak bimbingan,
petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. I Made Sudarjana,Sp.KK yang telah banyak memberikan gambaran, bimbingan
dan masukan kepada penulis sehingga refleksi kasus ini bisa diselesaikan dengan
baik.
2. Seluruh staff yang ada di bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan teman-
teman dokter muda, yang telah memberikan masukan dan dukungan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan refleksi kasus ini. Semoga refleksi
kasus ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
2.1 Definisi...................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi ............................................................................................ 2
2.3 Etiologi...................................................................................................... 3
2.4 Patofisiologi.............................................................................................. 3
2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................... 5
2.6 Diagnosis................................................................................................... 5
2.7 Penatalaksanaan ....................................................................................... 5
2.8 Hubungan Kehamilan dengan Acne Vulgaris........................................... 6
2.9 Pengobatan Acne Vulgaris pada Kehamilan .......................................... 10
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ yang tersusun dari empat jaringan dasar yaitu jaringan epitel,
jaringan ikat, jaringan otot dan jaringan saraf. Kulit terdiri atas dua lapisan utama yakni
epidermis dan dermis dengan fungsinya melindungi tubuh manusia dari pengaruh
lingkungan. Acne vulgaris menjadi salah satu masalah kulit yang sering ditemui dan
mengganggu penampilan seseorang.1,2
Acne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik yang terjadi pada unit
pilosebaseus. Penyakit ini terjadi terutama pada usia dewasa muda dan dapat sembuh
sendiri. Etiologi dari acne vulgaris dibagi menjadi yaitu, factor intrinsik (genetik, ras,
hormonal) dan factor ekstrinsik (stress, iklim, suhu, kelembaban, kosmetik, diet, obat-
obatan). Patofisiologi Acne Vulgaris terjadi karena adanya empat faktor yang saling
berpengaruh yaitu hiperkeratinisasi folikuler, kolonisasi bakteri, peningkatan produksi
sebum, dan inflamasi.1,2,3
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Selama masa kehamilan terjadi
perubahan hormonal, psikologi, dan metabolik pada wanita. Pada masa kehamilan
diperlukan perlakuan kusus dalam bidang farmakologi karena terdapat beberapa jenis
obat yang dapat menganggu proses kehamilan.4
Prevalensi penderita Acne Vulgaris di dunia berkisar 80 – 85% pada remaja
dengan puncak insidens usia 15 – 18 tahunPerempuan ras Afrika Amerika dan Hispanik
memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu 37% dan 32%. Sedangkan di Indonesia kususnya
monado terdapat 3,59% kasus Acne Vulgaris dari keseluruhan pasien yang terdiagnosis
penyakit kulit. Kasus acne vulgaris pada kehamilan ditemukan sebanyak 40%.1,3,5
Tujuan dari refleksi kasus ini adalah untuk membahas mengenai proses
terjadinya acne vulgaris yang disebabkan oleh perubahan kondisi tubuh selama
kehamilan dan untuk menentukan terapi acne vulgaris yang aman serta efektif pada
masa kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Acne vulgaris merupakan kelainan kulit kronik pada folikel pilosebasea yang banyak
terjadi pada remaja. Gambaran klinis acne vulgaris sering berupa polimorfik, yaitu
berupa papul, pustul, kista, nodul dan jaringan parut. Acne vulgaris dapat terjadi pada
wajah, leher, punggung, dada, bahu dan lengan atas. Acne vulgaris biasanya timbul pada
masa pubertas dan merupakan tanda awal peningkatan produksi hormon seks.1,2,4
2.2 Epidemiologi
Acne vulgaris secara primer merupakan penyakit yang diderita pada usia dewasa muda,
dimana onset acne vulgaris pada perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa
pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki. Prevalensi penderita Acne
Vulgaris di dunia berkisar 80 – 85% pada remaja dengan puncak insidens usia 15 – 18
tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun dan 3% pada usia 35– 44 tahun. Perempuan ras
Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu 37% dan 32%,
sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%. Sedangkan di
Indonesia kususnya monado terdapat 3,59% kasus Acne vulgaris dari keseluruhan
pasien yang terdiagnosis penyakit kulit. Pasien akne vulgaris di dominasi pasien
perempuan (61,9%), kelompok usia terbanyak padausia 15 –24 tahun (62,8%),
status pendidikan terbanyak pada kelompok pelajar yaitu (60,3%). Penelitian di
Perancis menemukan 40% pasien hamil menderita acne vulgaris. Belum banyak laporan
kasus acne vulgaris pada kehamilan, dikarenakan wanita lebih memfokusan untuk
merawat kesehatan dibandingkan estetika. 1,3,5,6
2.3 Etiologi
Acne vulgaris masih belum diketahui. Beberapa etiologi yang diduga terlibat berupa
faktor intrinsik yaitu genetik, ras, dan hormonal. Selain itu faktor ekstrinsik juga terlibat
berupa stress, iklim/suhu/kelembaban, kosmetik, diet, dan obat-obatan.1,2,3
2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang tepat dari proses Acne vulgaris tidak sepenuhnya dipahami, namun
secara umum dapat diidentifikasikan ke dalam beberapa faktor, yaitu hiperproliferasi
epidermis folikular, produksi sebum yang berlebihan, aktivitas Propionibacterium
acnes dan inflamasi.1,2,3
tersebut. Acne mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif
menghasilkan dehidroepiandrosteron sulfat, prekursor testosteron. Penderita acne
memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan
orang normal wanita (8-60 ng/dL) dan laki-laki (300-450 ng/dL), meskipun kadar androgen
serum penderita acne masih dalam batas normal. Androgen akan meningkatkan
ukuran kelenjar sebasea dan merangsang produksi sebum, selain itu juga
merangsang proliferasi keratinosit pada duktus seboglandularis dan akroinfundibulum.
Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam linoleat
kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa. 1,2 Epitel Folikel rambut bagian atas,
yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi keratinosit bertambah,
sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut. Selanjutnya di dalam folikel
rambut tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum, dan bakteri, dan menyebabkan
dilatasi folikel rambut bagian atas, membentuk mikrokomedo. Mikrokomedo yang
berisi keratin, sebum, dan bakteri, akan membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi
mikrokomedo yang keluar akan menimbulkan respons infl amasi. Akan tetapi,
terdapat bukti bahwa infl amasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan
komedo. 1,3,8
Aktivitas Propionibacterium acnes dan inflamasi pada patogenesi Acne vulgaris.
P. acnes, bakteri positif gram dan anaerob yang merupakan fl ora normal kelenjar
pilosebasea. Remaja dengan acne memiliki konsentrasi P. acnes lebih tinggi
dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi tidak terdapat korelasi antara jumlah P.
acnes dengan berat acne. Peranan P. acnes pada patogenesis acne adalah memecah
trigliserida, salah satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga
terjadi kolonisasi P. acnes yang memicu inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap
antigen dinding sel P. acnes meningkatkan respons inflamasi. 1,2,3
2.6 Diagnosis
Diagnosis acne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat
subyektif, biasanya pasien mengeluh timbul bintik-bintik, terkadang disertai gatal dan
nyeri. Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi yang khas berupa komedo dan terdapat
lesi berupa papul, pustul, nodul dan kista apabila terdapat peradangan. Pada
pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi
untuk pemeriksaan terhadap mikroorganisme.1,2
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal, obat
sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.1,2,3,7
a) Pengobatan topikal.
Pengobatan topikal merupakan standar penanganan acne vulgaris derajat ringan
hingga sedang. Pemilihan bentuk sediaan topikal yang tepat akan menurunkan
efek samping dan meningkatkan kepatuhan pasien serta memberikan hasil yang
lebih baik. Secara umum, prinsip terapi topikal pada acne vulgaris terkait dengan
tiga hal, yaitu etio-patogenesis, tipe lesi dan derajat keparahan, serta keadaan
kulit penderita. Bahan topikal untuk terapi acne vulgaris sangat beragam, bahan
aktif yang sering digunakan adalah retinoid, benzoil peroksida, asam salisilat,
sulfur, asam azaleat, dan beberapa antibiotik seperti eritromisin, klindamisi,
tetrasiklin dan metronidazole
b) Pengobatan sistemik.
Terapi sistemik menjadi pilihan terapi acne vulgaris pada keadaan terapi topikal
sudah tidak responsif atau pada derajat acne vulgaris sedang hingga berat. Obat
ini langsung bekerja pada keempat patogenesis utama. Beberapa obat sistemik
acne vulgaris, diantaranya retinoid oral, antibiotik dan terapi hormonal.
Pengobatan acne vulgaris pada ibu hamil dibagi menjadi dua kriteria yaitu
inflamasi dan non- inflamasi. Pada kasus akne vulgaris sering dijumpai pemberian
retinoid dan isotetrinoin topikal maupun sistemik. Tetapi pada ibu hamil dilarang karena
merupakan kategori X yang menunjukan peningkatan kejadian bayi lahir cacat.
Pemilihan antibiotik pada kasus dapat disesuaikan dengan faktor resiko resistensi
maupun bakteri penyebab.6,12
Antibiotik yang dilarang pemberiannya pada kasus kehamilan adalah tetrasiklin
dan minosiklin atau dosisiklin karena menunjukan efek yang dapat menganggu
pertumbuhan gigidan tulang fetus.
Berdasarkan pertimbangan efek samping obat dibuatkan rekomendasi pemberian
obat pada kasus acne vulgaris dalam masa kehamilan. Untuk lesi non-inflamasi, azelaic
acid topical atau benzoil peroksida direkomendasikan sebagaiterapi dasar. Untuk lesi
inflamasi, dimulai dengan kombinasi topical eritromisin atau klindamisin dengan
benzoil peroksida. Inflamasi sedang sampai berat dengan eritromisin oral atau
cephalexin, yang aman bila digunakan hanya untuk satu sampai minggu. Prednisolon
oral kurang dari sebulan berguna untuk mengobati fulminant nodular cystic acne
setelah trimester pertama. Secara umum, antibiotik topikal dan oral tidak boleh
digunakan sebagai monoterapi, tetapi harus dikombinasikan dengan topical benzoil
peroksida untuk menurunkan resistensi bakteri. Selain itu harus dipertimbangkan
berdasarkan respon pasien dan pilihan yang tersedia. Untuk rekomendasi secara rinci
sudah tertera dalam dalam.6,12
BAB III
KESIMPULAN
Acne Vulgaris (AV) merupakan kelainan kulit kronik pada folikel pilosebasea yang
banyak terjadi pada remaja. Gambaran klinis acne vulgaris sering berupa polimorfik,
yaitu berupa papul, pustul, kista, nodul dan jaringan parut. Acne vulgaris dapat terjadi
pada wajah, leher, punggung, dada, bahu dan lengan atas. Mekanisme yang tepat dari
proses acne vulgaris tidak sepenuhnya dipahami, namun secara umum dapat
diidentifikasikan ke dalam beberapa faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis folikular,
produksi sebum yang berlebihan, aktivitas Propionibacterium acnes dan inflamasi.
Kasus acne vulgaris pada ibu hamil dilaporkan sebanyak 40%. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya acne vulgaris pada kehamilan adalah peningktan hormone
androgen, peningkatan trigleserida, stress yang dialami selama kehamilan. Ketiga faktor
tersebutlah yang memungkinkan terjadinya kasus acne vulgaris pada kehamilan.
Pengobatan acne vulgaris pada kehamilan harus memperhatikan pedoman keamanan
obat kehamilan yang dibedakan berdasarkan kategori A-X. Pemilihan obat selain
berdasarkan pedoman tersebut harus memperhatikan respon dari pasien dan
ketersediaan obat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Siregar RS. 2014. Saripati Penyakit Kulit edisi 3. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal 107-116
3. Movita T. 2013. Acne Vulgaris. Kalbemed Erha Clinic & Erha Apothecary, Kelapa
Gading, Jakarta, Indonesia. Journal : CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013. Avaiable at
: http://www.kalbemed.com/
4. Cunningham,F.Gay et all. 2006. Obstetri WilliamsJakarta:EGC
5. Mizwar M, Kapantow MG, Suling PL. 2011. PROFIL AKNE VULGARIS DI
RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2009-2011. Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. Avaiable at : https://ejournal.unsrat.ac.id/
6. Awan SZ, Lu J. 2017. Management of severe acne during pregnancy: A case
report and review of the literature. Department of Dermatology, University of
Connecticut Health Center, Farmington, CT. Avaiable at :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
7. Ramdani R, Sibero HT. 2015. TREATMENT FOR ACNE VULGARIS. Medical
Faculty of Lampung University, Dermatovenerologist Division of Abdoel
Moeloek Hospital, Faculty of Medicine, Universitas Lampung. Avaiable at :
juke.kedokteran.unila.ac.id/
8. Kurokawa I, Danby FW, Ju Q et al. 2011. New developments in our understanding
of acne pathogenesis and treatment. Experimental Dermatology. Avaiable at :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
9. Makieva S, Philippa T.K, Jane E. 2014. Androgens in pregnancy: roles in
parturition. Human Reproduction Update, Vol.20, No.4 pp. 542–559, 2014.
Avaiable at : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
10. Adam S, Andrew K, Jeffrey A. 2010. Maternal Androgen Levels During
Pregnancy are Associated with Early-life Growth in Geoffroy’s Marmosets,
Callithrix geoffroyi. Department of Biology, University of Nebraska at Omaha,
Omaha, Nebraska. Aviable at : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
11. Sherwood L. 2012. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta:
EGC.
12. Anna L, Barbara R, Yolanda R. Helfrich. 2016. Treatment of Acne in Pregnancy.
JABFM March–April 2016 Vol. 29 No. 2. Avaiable at : http://www.jabfm.org