DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................................
i DAFTAR ISI ..............................................................................................................
ii I.
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A.
BAB I PENDAHULUAN
A.
Kebudayaan merupakan salah satu hasil oleh pikir manusia yang mempunyai
manfaat bagi perkembangan suatuu bangsa. Bangsa yang baik adlaah bangsa
yang menjaga kelestarian budayanya karena di dalam kebudayaan terdapat nilai-
nilai yang mampu memberikan kesejahtreraan dan menjadikan suatu bangsa
mendapat predikat bangsa yang berperadaban. Bangsa Inca di Peru terkenal
sebgaai salah satu bangsa berperadaban karena memiliki tradisi yang terjaga
dengan baik sejak zaman purba, begitu pula dengan bangsa Mesir dan Cina yang
terkenal sejak dulu karena mereka memiliki kebudayaan yang terjaga. Sebgaai
bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa Indonesia mewarisi
banyak kebudayaan lokal yangmenjadi akar kebudayaan nasional. Jika bangsa
Indonesia senantiasa menjaga warisan budaya maka bangsa ini akan dikenal
sebgaai bangsa yang mumpuni di dunia seperti halnya bangsa Mesir dan Cina. Di
dalam budaya terdapat substansi etika, moral, nilai pendidikan sehingga hal itu
secara tidak langsung akan mendidik bangsa Indonesia manjadi bangsa yang
beradab. Bangsa yang beradab tidak tercipta secara instan, akan tetapi tercipta
melalui proses yang panjang. Proses ini dimulai pada tatanan pendidikan terkecil,
yaitu keluarga. Kemudian berkembvangan pada lingkungan yang lebih luas di
masyarakat. Salah satunya dapat diciptakan melalui lingkungan pendidikan
formal yaitu sekolah. Kondisi ini memunculkan asumsi bahwa sekolah merupakan
institusi satu-satunya pencetak kader bangsa. Di era globalisasi ini, budaya
merupakan salah satu warisan yang harus dlindungi sekaligus bnenteng terhadap
masuknya budaya dari luar yang berpengaruh negatif. Budaya yang sesuai
dengan norma dan nilai budaya asli dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari sedangkan budaya yang memberikan dampak negatif harus ditinggalkan.
Bangsa Indonesia boleh mengadposi budaya dari luar selama budaya itu mampu
memperkaya budaya Indonesia serta memberikan manfaat, misalnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Sastra sebagai salah
satu warisan budaya dapat digunakan secara efektif untuk mendidik dan
membentengi bangsa dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai
kehidupan masyarakat Indonesia. Sastra dapat merekam nilai-niai yang dianggap
penting oleh suatu bangsa, seperti nilai moral, etka, sikap, keagaman,
kemasyarakatan, keindahan, kebahasaan, dan sebagainya. Inilai yang membuat
sastra memiliki peranan penting dalam pengajaran. Pembelajaran cerita rakyat di
sekolah dapat melestarikan cerita rakyat yang semakin lama semakin
ditinggalkan masyarakat. Masuknya cerita dari luar negeri menyebabkan cerita
rakyat kurang mendapat tempat di hati orang Indonesia. Melighat kenyataan
bahwa kebudayaan yang ada di Indonesia sangatlah banyak ragamnya, maka
seharusnya masyarakat memandang bahwa cerita rakyat bukan hanya sebagai
cerita pengantar tidur, melainkan sebagai cerita yang sarat makna dan nilai-nilai
pekerti yang luhur. Pengenalan cerita rakyat dari seluruhpenjuru nusantara akan
menjadikan siswa memiliki pemahaman yang sama terhadap kebudayaan
multikultural yang dimiliki bangsa Indonesia.dengan dimikian kebanggaan dan
rasa cinta tanah air terhadap bangsa akan semakin kuat. Mengangkat cerita
rakyat sebgaai materi pengajaran berarti juga mengangkat dan memajukan
kebudayaan nasional. Jadi, pada akhirnya pengetahuan siswa akan budaya
Indonesia manjadi luas dan menjaga cerita rakyat dan budaya daerah dari
kepunahan. Melalui pembelajaran cerita rakyat diharapkan siswa mampu
mengambil nilai moral, nilai etika, nilai religius yang menambah wawasan
daninformasi tentang kepercayaan, pandangan hidup, adat istiadat, dan
peradaban bangsa serta nilai-nilai positif lainnya. Oleh karena itu, Pusat
Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional mencantumkan materi cerita rakyat
sebagai salah satu materi sastra untuk diajarkan di SD kelas V. Demikian halnya
dengan siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi. Pada mata pelajaran Bahasa dan sastra
Indonesia, mereka mendapatkan materi tantang cerita rakyat. Seperti pada
uraian sebelumnya peserta didik diharapkan dapat mengambil nila-nilai yang
terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih dahulu mengidentifikasi unsur
cerita rakyat. Secara singkat, pembelajaran cerita rakyat melatih mereka memiliki
kemampuan berbahasa yang memadai. Namun, kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa keterampilan kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada proses meupun
hasil pembelajaran cerita rakyat. Dilihat pada proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru kurang menunjukkan suasana yang memungkinkan siswa
dapat belajar dengan baik. Dari kegiatan pembelajaran cerita rakyat sebelumnya,
saat proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat pasif. Beberapa siswa
memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula
siswa yang menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendiri dan tidak
memperhatikan penjelasan guru. Sehingga hasil dari pembelajaran tersebut
kurang maksimal. Pada dasarnya kemampuan untuk memahami sesuatu yang
dimiliki oleh masing-masing siswa tdak ada yang sama, hal ini menunjukkan
bahwa pada masing-masing siswa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
kemampuan pemahaman tersebut. Di antara faktor tersebut secara garis besar
dapat terbagi menjadi dua faktor utama, yaitu faktor internal yang ada pada diri
siswa meliputi kemampuan awal, intelegensi, motivasi, dan bakat serta faktor
eksternal yang meliputi lingkungan sekolah, sosial, dan keluarga. Selain itu Gino
(1999: 25-26) juga menambahkan bahwa ada unsur-unsur yang terkait dalam
proses belajar, salah satunya berupa alat belajar di antaranya alat peraga audio-
visual. Dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan siswa
untuk memahami unsur intrinsik adalah motivasi dan alat peraga audi-visual.
Dipilihnya media audio visual karena dalam pembelajaran cerita rakyat
dibutuhkan sesuatu untuk memotivasi siswa, daripada siswa hanya sekedar
menyimak guru yang bercerita rakyat cenderung monoton. Diharapkan dengan
diterapkannya media pembelajaran audi visual dapat mengurangi kebosanan,
serta dapat menarik minat siswa sehingga mampu membangun motivasi untuk
berpartisi aktif dalam pembelajaran.
B.
Identifikasi Masalah
Agar siswa dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan
terlebih dahulu mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat; 3.
C.
Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti dapat terarah dan tidak terlalu luas
jangkauannya maka penulis membatasi masalah ini sebagai berikut: 1.
Objek Penelitian a.
Penggunaan media audio visual untuk membangun motivasi siswa; b.
Masalah motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, khususnya materi unsur intrinsik cerita rakyat; c.
Kemampuan siswa memahami unsur intrinsik cerita rakyat, dalam hal Ini agar
siswa dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan
terlebih dahulu mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat.
D.
Perumusan Masalah
3.Apakah terdapat interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar
dalam mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik?
E.Tujuan Penelitian
Terdapat tidaknya interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar
dalam mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik.
F.
Manfaat Penelitian
sebagai fakta pembelajaran cerita rakyat menggunakan media audio visual dapat
meningkatkan kemampuan siswa memahami unsur intrinsik cerita rakyat; b.
bagi siswa 1)
bagi sekolah 1)
bagi peneliti 1)
melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan
pembelajaran cerita rakyat dengan media audio visual yang dapat dilaksanakan
sesuai dengan kondisi sekolah; 2)
A.
Tinjauan Pustaka
1.
a.
Hakikat cerita rakyat cerita rakyat merupakan salah satu dari adat istiadat suatu
daerah yang berupa kisah atau dongeng dan penyebarannya secara lisan.
Demikian pula yang diungkapkan James Danandjaja (1991:5) bahwa folklore atau
cerita rakyat merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya pada
umumnya melalui tutur kata atau lisan
(oral tradition).
Kemudian ada juga yang menyatakan cerita rakyat adalah cerita yang
disampaikan secraa lisan di dalam suatu masyarakat, bisa berbentuk cerita, teka-
teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. b.
Bentuk-bentuk cerita rakyat Cerita rakyat atau floklor memiliki tiga bentuk yang
berbeda. Brunvand (dalam James Danandjaja, 1991: 21) menggolongkan floklor
ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu: (a) floklor bukan lisan
(verbal folklore).
Floklor bukan lisan biasanya berupa hasil kebudayan, seperti: material (benda
atau kerajinan daerah) dan bukan material (kesenian rakyat). Floklor sebagian
lisan adalah campuran antara unsure lisan dan bukan lisan. Floklor ini biasanya
menyangkut adat istiadat dan sejenisnya. Sedangkan folklore lisan ialah cerita
yang disampaikan turun temurun secara tradisional dari mulut k mulut. Floklor
ini dappat berwujud nyanyian, puisi maupun prosa rakyat seperti mite, legenda,
dan dongeng. c.
Fungsi cerita rakyat Cerita rakyat memiliki fungsi yang beragam dalam kehidupan
masyarakat, fungsi tersebut berbeda-beda sesuai dengan sifatnya. (Bascom
dalam James Danandjaja,1991:9). Fungsi utama cerita rakyat adalah memberi
nasihat. Oleh karena itu, diharapkan juga bahwa cerita asli Indonesia lebih
dikenal, lebih dipahami, dan lebih dihayati serta dapat diambil menfaatnya yang
diantaranya siswa harus mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam cerita
rakyat. d.
Hakikat unsur intrinsik Sebuah kisah atau cerita rakyat itu mengandung unsur-
unsur yang membangun. Unsur pembangun tersebut dibagi menjadi dua, yaitu
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur
yangmembangun karya itu sendiri. Secara umum Burhan (1995: 23)
menyebutkan hal-hal yang terdapat dalam unsur intrinsik adalah tema, amanat,
plot atau alur cerita, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan latar atau
setting. Sedangkan menurut TIM Primagama (2007: 96) yang dimaksud unsur
ekstrinsik adalah unsur yang mendukung dari luar karya itu sendiri. Yang
termasuk unsur esktrinsik di antaranya ialah mengenai riwayat pribadi pengarang
dan kehidupan masyarakat tempat karya sastra itu diciptakan. 2.
a.
media
berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata
medium
yang secara harfiah berarti perantara. Media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi. (Arief Sadiman, 1993:6-7). b.
Motivasi Belajar
a.