Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
daerah tropis seperti Indonesia adalah penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah
tubuh, dan dapat menular dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke
manusia. Salah satu penyebab adalah bakteri, dan dapat berakibat buruk bagi
pada tubuh manusia, namun bakteri tersebut bisa menjadi patogenik dalam
adalah lemahnya imunitas tubuh inang, ukuran patogenitas bakteri (virulensi), dan
jumlah bakteri yang menginfeksi (Bota et al., 2015). Selain itu, faktor lingkungan
jenis penyakit yang beragam, sesuai dengan organ yang terinfeksi (Bota et al.,
2015).
Penyakit infeksi oleh bakteri dapat diobati dengan antibiotik. Ada dua
macam antibiotik, yaitu antibiotik sintesis dan antibiotik dari zat biokimia yang
2
pemakaiannya yang luas dan berlebihan, bakteri yang seharusnya dapat dibasmi
penggunaannya.
Laporan tahun 2006 menyatakan bahwa lebih dari 70% dari infeksi
disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap satu atau lebih pengobatan yang
biasanya digunakan untuk melawan bakteri tersebut (Muto, 2006). Menurut World
pengobatan dan resiko kematian yang meningkat. Oleh karena itu, diperlukan
bahwa efek samping dari penggunaan obat herbal relatif lebih kecil dibanding
Dari berbagai tanaman herbal yang ada, bawang putih (Allium sativum)
senyawa Allicin, yang terbentuk ketika bawang putih (Allium sativum) ditumbuk
atau diiris. Menurut Salima (2015), senyawa inilah yang akan menghambat secara
3
total sintesis RNA bakteri, serta menghambat sintesis DNA dan protein bakteri
secara parsial.
aktif dan minyak atsiri. Minyak atsiri sereh wangi (Citronella oil) diyakini
membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna
(Bota et al., 2015). Proses ini akan mengakibatkan pertumbuhan bakteri menjadi
lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak bawang putih (Allium sativum) dan
minyak atsiri sereh wangi (Citronella oil) sebagai antibakteri. Pada penelitian ini
aureus sebagai perwakilan bakteri gram positif dan Escherichia coli yang
mewakili bakteri gram negatif secara in vitro. Hasil penelitian yang diperoleh
diharapkan dapat menjadi acuan penggunaan bawang putih (Allium sativum) dan
minyak atsiri sereh wangi (Citronella oil) sebagai alternatif obat antibakteri.
minyak atsiri sereh wangi (Citronella oil) mempunyai aktivitas terhadap bakteri
putih (Allium sativum) dan minyak atsiri sereh wangi (Citronella oil) terhadap
antibakteri ekstrak bawang putih (Allium sativum) dan minyak atsiri sereh wangi
(Citronella oil) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dan
memacu penelitian lebih lanjut agar dapat dibuat dalam bentuk sediaan farmasi.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
macam bakteri. Bawang putih adalah herba semusim berumpun dengan ketinggian
sekitar 60 cm, memiliki daun berupa helai-helai berujung runcing, berbatang semu
dan berakar serabut. Beberapa manfaat bawang putih bagi kesehatan antara lain
putih juga mempunyai sifat protektif bagi sistem kardiovaskular dan diyakini
efektif terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Komponen utama
(ajoene), Dithiin, S-allycysteine, dan kandungan enzim yang ada di dalam bawang
aktivitas antibakteri paling besar, dan hanya akan muncul apabila bawang putih
dipotong atau dihancurkan (Putri dan Rahayu, 2014). Pemotongan bawang putih
ini akan mengakibatkan kerusakan membran sel dan mengaktifkan enzim allinase.
Enzim ini membantu proses metabolisme allin yang terkandung dalam sel lain,
menjadi allicin. Allicin termasuk ke dalam senyawa yang tidak stabil karena
dalam waktu beberapa jam akan kembali dimetabolisme menjadi senyawa sulfur
lain, seperti Vinyldithiines dan Diallyl disulfide (ajoene). Kedua senyawa ini juga
RNA bakteri, serta menghambat sintesis DNA dan protein bakteri secara parsial
(Salima, 2015).
adalah minyak atsiri. Cara kerja minyak atsiri adalah dengan menghambat
pembentukan membran sel bakteri. Namun, minyak atsiri lebih dikenal sebagai
(Salima, 2015).
bakteri. Flavonoid merupakan turunan dari senyawa fenol yang dapat berinteraksi
kompleks protein dengan ikatan lemah pada kadar yang rendah, dan akan segera
terurai lalu diikuti oleh penetrasi fenol ke dalam sel. Proses ini akan menyebabkan
presipitasi dan denaturasi protein. Selain itu, fenol dapat menghambat aktivitas
gram negatif seperti Escherichia coli. Adapun rincian hasil penelitian tersebut
Tabel 2.1. Kadar hambat beberapa pelarut ekstrak bawang putih terhadap bakteri
patogenik (Salima, 2015)
Pelarut Hasil Bakteri Uji Sumber
Air Menghambat Staphylococcus Safithri et al.,
pertumbuhan bakteri uji aureus, 2004
pada konsentrasi 15-25% Escherichia coli
Air Menghambat Staphylococcus Shokrzadeh et
pertumbuhan bakteri uji aureus al., 2006
pada konsentrasi 4% dan
membunuh pada
konsentrasi 10%
Ethanol Menghambat bakteri uji, Staphylococcus Deresse, 2010
dengan diameter hambat aureus
22,5 mm
Air Menghambat Staphylococcus El-Mahmood,
pertumbuhan bakteri uji aureus, 2009
pada konsentrasi 40-70% Escherichia coli
Ethanol Menghambat dan Escherichia coli Ramadanti,
membunuh bakteri uji 2012
pada konsentrasi 50%
Ethanol Menghambat bakteri uji Staphyloccus Onyeagba, 2004
dalam konsentrasi 30- aureus,
50% Escherichia coli
Air Menghambat bakteri uji Staphylococcus Uzodike dan
dengan diameter hambat aureus Igwe, 2005
31,25 mm
dengan diameter hambat 22,5 mm. Penelitian serupa yang menggunakan pelarut
ethanol juga dilakukan terhadap bakteri Escherichia coli, dimana ekstrak ethanol
bawang putih mampu menghambat dan membunuh bakteri uji, namun dalam
dimiliki ekstrak bawang putih. Selain itu, selubung bakteri gram negatif lebih
proses penetrasi agen antimikroba ke dalam dinding sel bakteri gram negatif.
Sebaliknya, bakteri gram positif memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap
ekstrak bawang putih, karena bakteri ini tidak memiliki struktur yang tidak bisa
(Salima, 2015).
digunakan sebagai obat tradisional. Ekstrak sereh wangi sering diminum untuk
mengobati radang tenggorokan, radang usus, radang lambung, diare, obat kumur,
sakit perut, batuk, pilek, dan sakit kepala (Bota et al., 2015). Sereh wangi
Minyak atsiri merupakan hasil penyulingan daun dan batang sereh wangi
titik didih yang rendah, serta merupakan suatu substansi alami yang diketahui
atsiri sereh wangi (Citronella oil) yaitu sitronellal, geraniol dan sitronellol.
Kandungan kimia dalam minyak atsiri sereh wangi (Citronella oil) ini
dibentuk oleh unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Perannya sangat
penting di bidang industri bahan baku farmasi, industri pangan, bahan baku
al., 2015).
dalam fraksi minyak atsiri. Minyak atsiri sereh wangi (Citronella oil) merupakan
membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Simic et al. (2008), minyak atsiri
Hasil uji antibakteri oleh Simic et al. (2008) yang tercantum pada Tabel
kisaran 2,0-6,0 𝜇𝐿/𝑚𝐿. Minyak atsiri dari Cymbopogon nardus ini menunjukkan
luteus, dan Staphylococcus aureus dengan kadar bunuh minimum 4,0 𝜇𝐿/𝑚𝐿 dan
konsentrasi hambat minimum 2,0 𝜇𝐿/𝑚𝐿. Sedangkan pada bakteri gram negatif
oil tidak aktif pada konsentrasi yang diuji. Hanya bakteri Escherichia coli yang
mempunyai kadar hambat minimum yang cukup tinggi yaitu 6,0 𝜇𝐿/𝑚𝐿 ,
sedangkan bakteri gram negatif lainnya tidak bereaksi terhadap Citronella oil.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa bakteri gram positif lebih sensitif
tersusun dari campuran isomer bioaktif nerol dan geraniol (Bota et al., 2015).
12
Menurut Griffin et al. (1999), geraniol dan nerol merupakan senyawa yang aktif
terhadap bakteri Escherichia coli, sedangkan sitronellol tidak. Hal ini dikarenakan
tidak adanya ikatan ganda pada struktur sitronellol sehingga tidak dapat
sitronellal. Jadi dapat disimpulkan bahwa, efisien dan tidaknya aktivitas minyak
atsiri sereh wangi (Citronella oil) sebagai agen antibakteri ditandai oleh asosiasi
fakultatif berbentuk bulat dengan ukuran 0,7-1,2 𝜇𝑚. Bakteri ini bereproduksi
dengan pembelahan biner dan tumbuh optimal pada suhu 370C (Salim, 2016).
Bakteri ini hidup berkelompok seperti buah anggur dan bersifat saprofit di dalam
yang rusak atau luka pada organ tubuh jika mengalahkan mekanisme pertahanan
tubuh (Bota et al., 2015). Bakteri ini dikenal sebagai bakteri yang paling sering
1998).
beta-laktamase.
biak pada makanan, dan dapat menyebabkan gejala muntah berak (keracunan
keracunan, infeksi kulit ringan seperti jerawat dan bisul, infeksi berat seperti
banyak ditemukan dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Namun, jika
kesehatan menurun bakteri dapat bersifat patogen akibat toksin yang dihasilkan
𝜇m, dan lebar 0,4-0,7 𝜇m, serta memiliki flagela sehingga dapat bergerak bebas.
Bakteri ini membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang
beragam, seperti EPEC, ETEC, EIEC dan EAEC yang dapat menghasilkan
enterotoksin terhadap sel epitel usus dan menyebabkan diare. Bakteri ini
dan saluran otak. Selain itu, bakteri Escherichia coli dapat menginvasi sel mukosa
(Salima, 2015).
infeksi primer pada usus, misalnya diare, serta infeksi saluran kemih, dan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
daerah tropis seperti Indonesia. Penyebab dari penyakit infeksi ini adalah
masuknya agen biologis yang membawa bibit penyakit ke dalam tubuh manusia.
Salah satu contoh agen biologis tersebut adalah bakteri. Walaupun secara alami
bakteri terdapat pada tubuh manusia, namun bakteri tersebut bisa menjadi
penyakit yang beragam sesuai dengan organ yang diserang. Umumnya, penyakit
infeksi oleh bakteri dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun seiring dengan
pemakaian antibiotik yang luas dan berlebihan, terjadi suatu mekanisme resistensi
oleh bakteri yang menyebabkan penggunaan antibiotik sintetis tidak lagi efektif.
lebih dari antibiotik sintetis. Bawang putih dan sereh wangi merupakan contoh
tanaman herbal yang memiliki daya antibakteri dan sering digunakan sebagai obat
tradisional. Kedua bumbu dapur ini bisa digunakan sebagai kandidat antibiotik
alternatif.
menghambat sintesis RNA bakteri dan menghambat sintesis DNA dan protein
17
bakteri secara parsial. Selain itu, adapun sereh wangi yang mengandung suatu
komponen bernama minyak atsiri (Citronella oil) yang mampu merusak dinding
sel bakteri sehingga sel bakteri akan kekurangan nutrisi dan pertumbuhan bakteri
menjadi terhambat atau mati. Sudah ada penelitian mengenai daya hambat kedua
tanaman herbal ini terhadap bakteri patogen, dan hasilnya membuktikan bahwa
ekstrak bawang putih dan minyak atsiri sereh wangi memiliki aktivitas
ekstrak bawang putih dan minyak atsiri sereh wangi sebagai antibakteri.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bota, W., Martosupono, M. & Rondonuwu, F.S. 2015. Potensi senyawa minyak
sereh wangi (citronella oil) dari tumbuhan Cymbopogon nardus L. sebagai agen
antibakteri. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi FTUMJ. [Online].
Tersedia di: https://jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek/article/view/548/514
[diunduh: 20 Juli 2016].
Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J.S. & Morse, S.A. 2007. Jawetz, Melnick,
Adelberg’s Medical Microbiology. London:McGraw-Hill Medical.
Cowan, M.M. 1999. Plant product as antimicrobial agents, Clinical Microbiology
Reviews, 12 (4) : 564-582.
Delespaul, Q., Billerbeck, V.G., Roques, C.G., Michel, G., Marquier-Vi ̃nuales,
C. & Bessi`ere, J.M. 2000. The antifungal activity of essential oils as determined
by different screening methods. J Essent Oil Res 12: 256– 266.
Garzoni, C. & Kelley, W.L. 2009. Staphylococcus aureus: New Evidence for
Intracellular Persistence. Trends in Microbiology. 2(17): 59-65.
Gonçalves, T.B., Erlânio, O., De Sousa, Fabíola, F., Rodrigues, G. & José Da
Costa G.M. 2010. Chemical Composition and Antibacterial Evaluation of the
Essential Oil from Cymbopogon winterianus Jowitt (Gramineae). Journal of
Essential Oil Bearing Plants, 13 (4): 426-431.
Griffin, S.G., Wylle, S.G., Markham, J.L. & Leach, D.N. 1999. The role of
structure and molecular properties of terpenoids in determining their
antimicrobial activity. Flavour Fragr J 14: 322–332.
Harmita dan Radji, M., 2008. Kepekaan Terhadap Antibiotik. Dalam: Buku Ajar
Analisis Hayati. Ed. 3. Jakarta: EGC.
Janssen, A.M., Tsai Sioe, W.H.T., Sheffer, J.J.C. & Baerheim-Svendsen A. 1988.
Citronellal and citronellol, a case of antimicrobial antgonism? Flavour Fragr J
3: 137–140.
Jawetz E., Melnick, J. L., Adelberg, E.A., Brooks, G.F., Butel, J.S. & Ornston,
L.N. 1995. Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, University of California, San
Francisco.
Kaper, J.B., Nataro J.P. & Mobley H.L. 2004. Pathogenic Escherichia coli. Nat.
Rev. Microbiol. 2:123-140.
19
Lowy, F.D. 1998. Staphylococcus aureus Infections. The New England Journal of
Medicine, 339 (8): 520–32.
Puspawati, N.M., Suirta, I.W. & Bahri, S. 2016. Isolasi, identifikasi, serta uji
aktivitas antibakteri pada minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon winterianus
Jowitt). Journal of Chemistry. [Online] 10(2), 219-227. Tersedia di:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/view/21438/14170 [diunduh: 20 Juli
2016].
Putri, D.A. & Rahayu, T. 2014. Aktivitas antibakteri ekstrak bawang putih
(Allium sativum) dan black garlic terhadap Escherichia coli sensitif dan
multiresisten antibiotik. Prosiding Seminar Nasional Biologi. [Online] 11(1), 390-
394. Tersedia di:
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/view/4807/3329 [diunduh: 21
Juli 2016].
Simic, A., Rancic, A., Sokovic, M.D., Ristic, M., Grujic-Jovanovic, S.,
Vukojevic, J., & Marin, P.D. 2008. Essential Oil Composition of Cymbopogon
winterianus and Carum carvi and Their Antimicrobial Activities. Pharmaceutical
Biology, 46(6) 437-441.