PENDAHULUAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Dayak
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
No. RM : 26. 65. 58
Alamat : jl. Tjilik Criwut km. 8 Dayak Permai no. 03
Ruangan : Bougenville
Tanggal Masuk RS : 28 Juli 2017
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : nyeri perut kanan atas sejak 3 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 3 hari sebelum masuk RS.
Nyeri dirasakan terus menerus terasa sepeti ditusuk-tusuk dan semakin lama keluhan nyeri
yang dirasa semakin memberat. Pasien merasa lebih enak jika membungkuk saat duduk
ataupun berjalan untuk mengurangi rasa sakit.
Demam juga dirasakan timbul bersamaan dengan keluhan nyeri perut yaitu 3 hari
sebelum MRS. Demam yang dirasakan hilang timbul, timbul pada saat nyeri datang. Pasien
juga mengeluhkan rasa mual yang tidak disertai muntah. Makan dan minum berkurang bila
dibandingkan saat penderita sehat. Buang air kecil yang tidak nyeri dan berwarna pekat
seperti teh sejak 1 hari sebelum MRS. Buang air besar normal berwarna coklat, buang air
besar tiap 1-2 hari sekali.
Pasien mengaku pernah mengonsumsi alkohol dari sejak masih muda dan baru
berhenti minum sekitar 1 tahun yang lalu. Riwayat penggunaan jarum suntik ataupun obat-
obatan terlarang disangkal. Riwayat kontak seksual dengan multipartner disangkal. Pasien
memiliki kebiasaan makan makanan yang dibelinya di luar rumah. Pasien belum pernah
berobat ke dokter untuk mengobati penyakitnya. Pasien mengaku membeli obat-obatan
warung saat demam dan pernah minum obat pereda nyeri namun nyeri perut masih dirasakan
pasien.
Riwayat Keluarga :
- Ada riwayat kanker hati pada keluarga
- Tidak ada riwayat DM pada keluarga
- Tidak ada riwayat hipertensi pada keluarga
Riwayat Pengobatan:
- Pasien pernah berobat ke puskesmas sejak nyeri yang dirasakan 3 hari SMRS.
- Pasien biasanya minum obat yang dibeli di warung untuk mengatasi demam dan
mengurangi nyeri perut.
Riwayat Kebiasaan :
- Riwayat merokok sebanyak 1 bungkus sampai sekarang dan berhenti saat sakit
- Riwayat minum alcohol sejak masih muda dan berhenti sejak 1 tahun terakhir
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang, lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/100 mmHg
Nadi : 80 x/m, regular, kuat angkat, isi cukup
Pernapasan : 20 x/m, tipe torakoabdominal
Suhu : 36,50C (Axilla)
Kepala:
- Konjungtiva : anemis (-/-)
- Sklera : ikterik (-/-)
- Palpebral : edema (-/-)
- Mulut : Tidak ditemukan kandidiasis oral
Leher
- Kelenjar KGB : tidak ada perbesaran
- Tiroid : tidak ada perbesaran
- JVP : tidak ada peningkatan
Thoraks:
Bentuk : Simetris
Pembuluh darah : Tidak tampak pelebaran pembuluh darah
Payudara : ginekomastia (-), benjolan (-)
Paru – Paru
Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris, retraksi -/- Simetris, retraksi -/-
Kanan Simetris, retraksi -/- Simetris, retraksi -/-
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Fremitus raba dan vokal - Fremitus raba dan vokal
normal normal
Kanan - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Fremitus raba dan vokal - Fremitus raba dan vokal
normal normal
Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang Sonor di seluruh lapang
paru paru
Kanan Sonor pada lapang paru Sonor pada lapang paru
Batas paru-
ICS V Linea midclavicula dextra
hepar
Batas paru- ICS VI Linea axilaris anterior sinistra
gaster
Auskultasi Kiri - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)
Kanan - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V midclavikula sinistra
Perkusi : pekak
- Batas kanan jantung : ICS V Linea parasternal dextra
- Batas kiri jantung : ICS V Linea midclavicula sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, distensi (-), caput medusa (-) Spider nevi (+)
Eritem palmaris (+)
Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit
Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-), Murphy sign (-)
Palpasi : NT (+) regio hipochondrium dextra
- Hepatomegali (+) : Hepar teraba ± 3 jari di bawah arcus costa, konsistensi kenyal,
permukaan rata, tepi tumpul, nyeri tekan (+)
Ekstremitas
Akral hangat : (+/+)
CRT : <2 detik
Pitting edema : (-/-)
D. DIAGNOSIS BANDING
- Sirosis Hepatis
- Abses hepar
- Hepatitis virus akut
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaaan Darah Lengkap (03/8/2017)
No. Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
1 Leukosit 12.700 / mm3 4.500 1 11.000
2 Eritrosit 4,4 Juta / mm3 4 – 6 juta / mm3
3 Hemoglobin 13,5 g% L: 13,5 – 18,0 ; P: 11,5 – 16,0
4 Hematokrit 39 % 37-48
5 Trombosit 561.000 / mm3 150.000 – 400.000
F. DIAGNOSIS
Susp. Hepatoma
G. PENATALAKSANAAN
Diet tinggi karbohidrat tinggi protein rendah lemak
- Infus D5% : Aminofusin 1:1 20 tpm
- Injeksi cefotaxime 2 x 1 gr
Po. Sistenol 3x1
Hepamax 3x1
Domperidon 3x1
Plan: konsul spesialis penyakit dalam konsultan Gastroenterohepatologi
H. PROGNOSIS
Dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam. Beberapa di antaranya yaitu:2
i. Pembentukan dan ekskresi empedu
Dalam hal ini terjadi metabolisme pigmen dan garam empedu. Garam empedu penting
untuk pencernaan dan absopsi lemak serta vitamin larut-lemak di dalam usus.
ii. Pengolahan metabolik kategori nutrien utama (karbohidrat, lemak, protein)
setelah penyerapan dari saluran pencernaan
a. Metabolisme karbohidrat: menyimpan glikogen dalam jumlah besar, konversi
galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis, serta pembentukan
banyak senyawa kimia dari produk antara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak: oksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi
tubuh yang lain, sintesis kolesterol,fosfolipiddan sebagian besar lipoprotein, serta
sintesis lemakdari protein dan karbohidrat
c. Metabolisme protein: deaminasi asam amino, pembentukan ureum untuk
mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma, serta
interkonversi beragam asam amino dan sintesis senyawa lain dari asam amino.
iii. Penimbunan vitamin dan mineral
Vitamin larut-lemak ( A,D,E,K ) disimpan dalam hati, juga vitamin B12, tembaga, dan
besi dalam bentuk ferritin. Vitamin yang paling banyak disimpan dalam hati adalah
vitamin A, tetapi sejumlah besar vitamin D dan B12 juga disimpan secara normal.
Hati menyimpan besi dalam bentuk ferritin
Sel hati mengandung sejumlah besar protein yang disebut apoferritin, yang dapat
bergabung dengan besi baik dalam jumlah sedikit maupun banyak. Oleh karena itu,
bila besi banyak tersedia dalam cairan tubuh, maka besi akan berikatan dengan
apoferritin membentuk ferritin dan disimpan dalam bentuk ini di dalam sel hati
sampai diperlukan. Bila besi dalam sirkulasi cairan tubuh mencapai kadar rendah,
maka ferritin akan melepaskan besi.
Hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah banyak
Zat-zat yang dibentuk di hati yang digunakan pada proses koagulasi meliputi
fibrinogen, protrombin, globulin akselerator, faktor VII, dan beberapa faktor
koagulasi lainnya. Vitamin K dibutuhkan oleh proses metabolisme hati, untuk
membentuk protrombin dan faktor VII, IX, dan X.
iv. Hati mengeluarkan atau mengekskresikan obat-obatan, hormon, dan zat lain
Hati memiliki kemampuan dalam melakukan detoksifikasi atau ekskresi berbagai
obat-obatan meliputi sulfonamid, penisilin, ampisilin, dan eritromisin ke dalam empedu.
Beberapa hormon yang disekresi oleh kelenjar endokrin diekskresi atau dihambat secara
kimia oleh hati meliputi tiroksin dan terutama semua hormon steroid seperti estrogen,
kortisol, dan aldosteron.
3.3 Epidemiologi
Hepatoma atau karsinoma hepatoseluler (Hepatocellular Carcinoma/HCC)
merupakan kanker hati primer yang berasasl dari hepatosit. HCC meliputi 5,6% dari seluruh
kasus kanker pada manusia serta menempati peringkat kelima pada laki-laki dan kesembilan
pada perempuan sebagai kanker tersering di dunia, dan urutan ketiga dari kanker system
saluran cerna setelah kanker kolorectal dan kanker lambung. Tingkat kematian (rasio antara
mortalitas dan insidensi) HCC juga sangat tinggi, di urutan kedua setelah kanker pancreas.
Secara geofrafis, tingkat kekerapan tertinggi terletak di Asia Timur dan Tenggara setelah
Afrika Tengah, Sekitar 80% dari kasus HCC di dunia berada di Negara berkembang seperti
Asia Timur dan Asia tenggara serta Afrika Tengah (Sub-Sahara), yang dikenal sebagai
wilayah dengan prevalensi Hepatitis virus yang tinggi, endemik hepatitis B dan hepatitis C
yang merupakan predisposisi kuat untuk perkembangan penyakit hati kronis yang kemudian
berkembang menjadi HCC. Sedangkan yang terendah di Eropa Utara, Amerika Tengah,
Australia dan Selandia Baru. Faktor risiko lain dari HCC adalah NASH, penggunaan alkohol
yang berlebihan, obesitas, alfatoxins, diabetes mellitus tipe dua, kontrasepsi oral, dan
senyawa-senyawa kimia mutagenik (thorotrast, nitrosamine, vinil klorida, arsen, insektisida
organoklorin, dan asam tanik).
3.4 Klasifikasi
Karsinoma hati primer dibedakan atas:
1. Karsinoma yang berasal dari :
- sel-sel hati disebut karsinoma hepatoselular
- sel-sel saluran empedu disebut karsinoma kolangioselular
- campuran kedua sel tersebut disebut kolangiohepatoma
2. Kasinoma yang berasal dari jaringan ikat :
- Fibrosarkoma
- Hemangioma-endotelioma maligna
- Limfoma maligna
- Leiomiosarkoma
3.6 Patofisiologi
Mekanisme karsinogenesis HCC belum sepenuhnya diketahui. Apapun agen
penyebabnya, tansformasi maligna hepatosit dapat terjadi melalui peningkatan perputaran
(turnover) sel hati yang diinduksi oleh cedera (injury) dan regenerasi konik dalam bentuk
inflamasi dan kerusakan oksidatif DNA. Hal ini dapat menimbulkan perubahan genetik
seperti perubahan kromosom, aktivasi onkogen selular atau inaktivasi gen supresor tumor,
yang mungkin bersama dengan kurang baiknya penanganan DNA mismatch, aktivasi
telomerase, serta induksi faktor-faktor pertumbuhan dan angiogenik. Hepatitis virus kronik,
akohol dan penyakit hati metabolik seperti hemokromatosis dan defisisiensi antitripsin-alfal,
mungkin menjalankan peranannya terutama melalui jalur ini (cedera kronik, regenerasi, dan
sirosis). Dilaporkan bahwaHBV dan mungkin jugaHCV dalam keadaan tertentu juga
berperan langsung pada patogenesis molecular HCC. Aflatoksin dapat menginduksi mutasi
pada gen supresor tumor p53 dan ini memunjukkan bahwa faktor lingkungan juga berperan
pada tingkat molekular untuk berlangsungnya proses hepatokarsinogenesis.
Hilangnya satu salinan (kopi) dari bagian tertentu suatu genom juga dihubungkan
dengan inaktivasi gen supresor tumor. Infeksi HBV dihubungkan dengan kelainan di
kromosom 17 atau pada lokasi di dekat gen p53. Pada kasus HCC, lokasi integrasi HBV
DNA di dalam kromosom sangat bervariasi (acak). Oleh karena itu, HBV mungkin berperan
sebagai agen mutagenik insersional non-selektif. Integrasi acap kali menyebabkan terjadinya
beberapa perubahan dan selanjutnya mengakibatkan proses translokasi, duplikasi terbalik,
penghapusan (delesi) dan rekombinasi. Semua perubahan ini dapat berakibat hilangnya gen-
gen supresi tumor maupun gen-gen selular penting lain. Infeksi kronik HCV dapat berujung
pada HCC setelah berlangsung puluhan tahun dan umumnya didahului oleh terjadinya sirosis.
Ini menunjukkan peranan penting dari proses cedera hati kronik diikuti oleh regenerasi dan
sirosis pada proses hepatokarsinogenesis oleh HCV.
(1) Nyeri abdomen kanan atas: hepatomastadium sedang dan lanjut sering datingberobat
karena kembung dan tak nyamanatau nyeri samar di abdomen kanan atas.
Nyeri umumnya bersifat tumpul( dullache) ataumenusuk intermiten atau kontinu,
sebagianmerasa area hati terbebat kencang, disebabkan tumor tumbuh dengan
cepathingga menambah regangan pada kapsulhati. Jika nyeri abdomen bertambah
hebatatau timbul akut abdomen harus pikirkanruptur hepatoma.
(2) Massa abdomen atas: hepatoma lobuskanan dapat menyebabkan batas atashati bergeser
ke atas, pemeriksaan fisikmenemukan hepatomegali di bawaharkus kostae berbenjol
benjol; hepatomasegmen inferior lobus kanan seringdapatlangsung teraba massa di
bawaharkus kostae kanan; hepatoma lobus kiritampil sebagai massa di bawah
prosesusxifoideus atau massa di bawah arkus kostae kiri.
(3) Perut kembung: timbul karena massatumor sangat besar, asites dan gangguanfungsi hati.
(4) Anoreksia: timbul karena fungsi hatiterganggu, tumor mendesak salurangastrointestinal,
perut tidak bisa menerma makanan dalam jumlah banyak karena terasa begah.
(5) Letih, mengurus: dapatdisebabkanmetabolit dari tumor ganas danberkurangnya masukan
makanan dll, yangparah dapat sampai kakeksia.
(6) Demam: timbul karena nekrosis tumor,disertai infeksi dan metabolit tumor, jikatanpa
bukti infeksi disebut demam kanker,umumnya tidak disertai menggigil.
(7) Ikterus: tampil sebagai kuningnya scleradan kulit, umumnya karena gangguanfungsi hati,
biasanya sudah stadium lanjut,juga dapat karena sumbat kanker di saluranempedu atau
tumor mendesak saluranempedu hingga timbul ikterusobstruktif.
(8) Asites: juga merupakan tanda stadiumlanjut. Secara klinis ditemukan perutmembuncit
dan pekak bergeser, seringdisertai udem kedua tungkai.
(9) Lainnya: selain itu terdapat kecenderungan perdarahan, diare, nyeri bahu belakang
kanan, udem kedua tungkai bawah, kulitgatal dan lainnya, juga manifestasi sirosis
hati seperti splenomegali, palmar eritema,lingua hepatik, spider nevi, venodilatasi
dinding abdomen dll. Pada stadium akhirhepatoma sering timbul metastasis paru,
tulang dan banyak organ lain.
3.8 Penyebaran
Metastasis intrahepatik dapat melalui pembuluh darah, saluran limfe atau infiltrasi
langsung. Metastasis ekstrahepatik dapat melibatkan vena hepatika, vena porta atau vena
kava. Dapat terjadi metastasis pada varises esofagus dan di paru. Metastasis sistemik seperti
ke kelenjar getah bening di porta hepatis tidak jarang terjadi, dan dapat juga sampai di
mediastinum. Bila sampai di peritoneum, dapat menimbulkan asites hemoragik, yang berarti
sudah memasuki stadium terminal.
6. Biopsi hati
Biopsi hati perkutan dapat diagnostik jika sampel diambil dari daerah lokal dengan
ultrasound atau CT. Karena tumor ini cenderung akan ke pembuluh darah, biopsi perkutan
harus dilakukan dengan hati-hati. Pemeriksaan sitologi cairan asites selalu negatif untuk
tumor. Kadang-kadang laparoskopi atau minilaparatomi, untuk biopsi hati dapat digunakan.
pendekatan ini memiliki keuntungan tambahan kadang mengidentifikasi pasien yang
memiliki tumor cocok untuk hepatectomy parsial. 11
3.11 Diagnosis
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati
Indonesia), yaitu :
1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
2. AFP ( Alphafetoprotein ) yang menigkat lebih dari 500 mg/ml.
3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scan (CT Scan),
Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiogrphy, ataupun Positron Emission
Tomography (PET) yang menunjukkan adanya Kanker Hati Selular.
4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya Kanker Hati Selular.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan adanya Kanker Hati
Selular.
Diagnosa kanker hati selular didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau
hanya satu kriteria empat atau lima.2
Untuk tumor dengan diameter lebih dari 2 cm, adanya penyakit hati kronik,
hipervaskularisasi arterial dari nodul (dengan CT atau MRI) serta kadar AFP serum > 400
ng/mL adalah diagnostik (Tabel 2).
Diagnosis histologis diperlukan bila tidak ada kontraindikasi (untuk lesi berdiameter
>2 cm) dan diagnosis pasti diperlukan untuk menetapkan pilihan terapi. Untuk tumor
berdiameter kurang dari 2 cm, sulit menegakkan diagnosis secara non-invasif karena berisiko
tinggi terjadinya diagnosis negatif palsu akibat belum matangnya vaskularisasi arterial pada
nodul. Bila dengan cara imaging dan biopsi tidak diperoleh diagnosis definitif, sebaiknya
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan imaging serial setiap 3 bulan sampai diagnosis dapat
ditegakkan.
3.12 Sistem Staging
Dalam staging klinis HCC terdapat pemilahan pasien atas kelompok-kelompok yang
prognosisnya berbeda, berdasarkan parameter klinis, biokimiawi dan radiologis pilihan yang
tersedia. Sistem staging yang ideal seharusnya juga mencantumkan penilaian ekstensi tumor,
derajat gangguan fungsi hati, keadaan umum pasien serta keefektifan terapi. Beberapa sistem
yang dapat dipakai untuk staging HCC adalah:
. Tumor-Node-Metastases (TNM) Staging System
. Okuda Staging System
. Cancer of the Liver ltalian Program (CUP) Scoring System
. Chinese University Prognostic Index (CUPI)
. Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) Staging System
3.13 Diagnosa Banding
1. Hemangioma
Hemangioma merukapakan tumor terlazim dalam hati, tumor ini biasanya subkapsular
pada konveksitaslobus hepatis dexter dan kadang-kadang berpedunkulasi. Ultrasonografi
memperlihatkan bercak-bercak ekogenik soliter dengan batas licin berbatas tegas. Pada foto
polos biasanya memperlihatkan kapsul berkalsifikasi.16
2. Abses hepar
Sangat sukar dibedakan anatara abses piogenik dan amebik. Biasanya sangat besar,
kadang-kadang multilokular. Struktur eko rendah sampai cairan (anekoik) dengan adanya
bercak-bercak hiperekoik (debris) di dalamnya. Tepinya tegas, irregular yang makin lama
makin bertambah tebal.9
3. Tumor metastasis
Hepar adalah organ yang paling sering menjadi tempat tumor metastasi setelah
kelenjar limfe. Gambaran eko bergantung pada jenis asal tumor primer. Jadi dapat berupa
struktur eko yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah daripada jaringan hati normal.8
3.14 Terapi
Terapi Operasi
1. Reseksi Hepatik
Untuk pasien dalam kelompok non sirosis yang biasanya mempunyai fungsi hati normal
pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun untuk pasien sirosis diperlukan kriteria
seleksi karena operasi dapat memicu timbulnya gagal hati yang dapat menurunkan angka
harapan hidup. Kontra indikasi tindakan ini adalah metastasis ekstrahepatik, hepatoseluler
karsinoma difus atau multifokal, sirosis stadium lanjut dan penyakit penyerta yang dapat
mempengaruhi ketahanan pasien menjalani operasi. 1
2. Transplantasi Hati
Transplantasi hati memberikan kemungkinan untuk menyingkirkan tumor dan
menggantikan parenkim hati yang mengalami disfungsi. Kematian pasca transplantasi
tersering disebabkan oleh rekurensi tumor di dalam maupun di luar transplant. Tumor yang
berdiameter kurang dari 3 cm lebih jarang kambuh dibandingkan dengan tumor yang
diameternya lebih dari 5 cm. 1
3. Terapi Operatif non Reseksi
Karena tumor menyebar atau alasan lain yang tidak dapat dilakukan reseksi, dapat
dipertimbangkan terapi operatif non reseksi mencakup injeksi obat melalui kateter transarteri
hepatik atau kemoterapi embolisasi saat operasi, kemoterapi melalui keteter vena porta saat
operasi, ligasi arteri hepatika, koagulasi tumor hati dengan gelombang mikro, ablasi
radiofrekuensi, krioterapi dengan nitrogen cair, efaforisasi dengan laser energi tinggi saat
operasi, injeksi alkohol absolut intratumor saat operasi.3
Terapi Lokal
1. Ablasi radiofrekuensi (RFA)
Ini adalah metode ablasi local yang paling sering dipakai dan efektif dewasa ini. Elektroda
RFA dimasukkan ke dalam tumor, melepaskan energi radiofrekuensi hingga jaringan tumor
mengalami nekrosis koagulatifn panas, denaturasi, jadi secara selektif membunuh jaringan
tumor. Satu kali RFA menghasilkan nekrosis seukuran bola berdiameter 3-5 cm sehingga
dapat membasmi tuntas mikrohepatoma, dengan hasil kuratif.3
2. Injeksi alkohol absolut intratumor perkutan
Di bawah panduan teknik pencitraan, dilakukan pungsi tumor hati perkutan, ke dalam
tumor disuntikkan alkohol absolut. Penggunaan umumnya untuk hepatoma kecil yang tak
sesuai direseksi atau terapi adjuvant pasca kemoembolisasi arteri hepatik.3
Kemoembolisasi arteri hepatik perkutan
Kemoembolisasi arteri hepatik transketer (TAE, TACE) merupakan cara terapi yang
sering digunakan untuk hepatoma stadium sedang dan lanjut yang tidak sesuai dioperasi
reseksi. Hepatoma terutama mendapat pasokan darah dari arteri hepatik, setelah embolisasi
arteri hepatik, nodul kanker menjadi iskemik, nekrosis, sedangkan jaringan hati normal
mendapat pasokan darah terutama dari vena porta sehingga efek terhadap fungsi hati secara
keseluruhan relative kecil. Sesuai digunakan untuk tumor sangat besar yang tak dapat
direseksi, tumor dapat direseksi tapi diperkirakan tak tahan operasi, hepatoma rekuren yang
tak dapat direseksi, hepatoma rekuren yang tak dapat direseksi, pasca reseksi hepatoma,
suksek terdapat residif, dll.3
Kemoterapi
Hepatoma relatif kurang peka terhadap kemoterapi, efektivas kemoterapi sistemik kurang
baik. Yang tersering dipaki adalah 5FU, ADR, MMC, karboplatin, MTX, 5-FUDR, DDP,
TSPA, kamtotesin, dll.3
Radioterapi
Radioterapi eksternal sesuai untuk pasien dengan lesi hepatoma yang relatif terlokalisasi,
medan radiasi dapat mencakup seluruh tumor, selain itu sirosis hati tidak parah, pasien dapat
mentolerir radioterapi. Radioterapi umumnya digunakan secara bersama metode terapi lain
seperti herba, ligasi arteri hepatik, kemoterapi transarteri hepatik, dll. Sedangkan untuk kasus
metastasis stadium lanjut dengan metastasis tulang, radiasi lokal dapat mengatasi nyeri.
Dapat juga memakai biji radioaktif untuk radioterapi internal terhadap hepatoma.3
The Barcelona-Clinic Liver Cancer (BCL\C) approach to hepatocellular carcinoma management. Adapted from Llovet JM, Fuster J,
Bruix J, Barcelona-Clinic Liver Cancer Group. The Barcelona approach: diagnosis, staging, and t
3.15 Prognosis
Prognosis tergantung atas stadium penyakit dan penyebaran pertumbuhan tumor.
Tumor kecil (diameter < 3 cm) berhubungan dengan kelangsungan hidup satu tahun 90.7%, 2
tahun 55% dan 3 tahun 12.8%. kecepatan pertumbuhan bervariasi dari waktu kewaktu. Pasien
tumor massif kurang mungkin dapat bertahap hidup selama 3 bulan. Kadang-kadang dengan
tumor yang tumbuh lambat dan terutama yang berkapsul kecil, kelanngsungan hidup 2-3
tahun atau bahkan lebih lama. Jenis massifperjalanannya lebih singakat dibandingkan yang
nodular. Metastasis paru dan peningkatan bilirubin serum mempengaruhi kelangsungan
hidup.pasien berusia < 45 tahun bertahan hidup lebih lama dibandingkan usia tua. Ukuran
tumor yang melebihi 50% ukuran hati dan albumin serul < 3 g/dl merupakan gambaran yang
tidak menyenangkan. 10
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Budihusodo U, Karsinoma Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. PAPDI 2016, Hal 455-
459.
2. Rasyad A. 2016. Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini dan Pengobatan
Kanker Hati USU. Sumatera.
3.