Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PENGETAHUAN PEREMPUAN TERHADAP PERILAKU MELAKUKAN

PERNIKAHAN USIA DINI DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN


BONDOWOSO

Intan Arimurti, Ira Nurmala


Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga, Kampus C Mulyorejo Surabaya, Jawa Timur - 60115
Email: intanarimurtii@gmail.com

ABSTRACT
One of the problems that still exist in Indonesia was early marriage. Early marriage was a
marriage under years old 18 (UNICEF, 2014). Early marriage can be caused by many factors liked the
knowledge by women who do early age and her parents. The purpose of this study was to analyze of
knowledge of women on the attitude of early marriage in Wonosari, Bondowoso District. This research
was a descriptive research using qualitative approach, conducted in Wonosari, Bondowoso District.
Researchers use a purposive way to determine the subject to be studied. Based on research results, low
knowledge of early marriage in women has a relationship with the low education of parents, family,
environment, mass media, experience about early marriage and the impact on health. Based on the
results of the study could be concluded that the lower of knowledge of women have higher attitude of
tendency early marriage than higher knowledge.

Keywords: knowledge, early marriage, factors, parents

ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang masih ada di Indonesia adalah pernikahan usia dini. Pernikahan
usia dini merupakan pernikahan yang dilakukan dibawah usia 18 tahun (UNICEF, 2014). Pernikahan
usia dini dapat disebabkan oleh banyak faktor yang memengaruhi salah satunya adalah pengetahuan
yang dimiliki oleh perempuan yang melakukan usia dini serta orang tuanya. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis pengetahuan perempuan terhadap sikap melakukan pernikahan usia dini di Kecamatan
Wonosari Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, yang dilakukan di Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso. Peneliti
menggunakan cara purposive untuk menentukan subjek yang akan diteliti. Berdasarkan hasil penelitian,
rendahnya pengetahuan tentang pernikahan usia dini pada perempuan memiliki hubungan dengan
rendahnya pendidikan orang tua, keluarga, lingkungan, media masa, pengalaman tentang pernikahan
usia dini dan dampak bagi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian sikap memiliki kecenderungan dapat
disimpulkan bahwa semakin rendahnya pengetahuan perempuan tentang pernikahan usia dini maka
sikap kecenderungan menikah di usia dini semakin tinggi.

Kata kunci: pengetahuan, pernikahan usia dini, faktor, orang tua

PENDAHULUAN Pernikahan dikatakan sah, apabila dilakukan


Menurut Undang-Undang Nomor 1 berdasarkan hukum yang dipercaya oleh
tahun 1974 pada pasal 1 disebutkan bahwa masing-masing agama. Seseorang yang akan
pernikahan merupakan ikatan secara lahir melakukan suatu pernikahan apabila belum
batin antara laki-laki dan perempuan sebagai mencapai usia 21 tahun harus mendapatkan
suami dan istri dengan tujuan membentuk izin terlebih dahulu dari kedua orang tua.
keluarga atau rumah tangga bahagia dan Pernikahan dapat dilakukan dan diijinkan
kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. apabila laki-laki yang akan menikah telah

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. license doi: 10.20473/ijph.v12i1.2017.249-262


Received 3 August 2017, received in revised form 1 September 2017, Accepted 4 September 2017, Published online:
31 December 2017
250 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 249–262

mencapai usia 19 tahun dan pada perempuan


mencapai usia 16 tahun.
United Nations Children’s Fund
(UNICEF) berpendapat pernikahan usia
dini adalah pernikahan yang dilaksanakan
secara resmi atau tidak resmi yang
dilakukan sebelum usia 18 tahun (UNICEF,
2014). Sedangkan Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana (BKKBN)
berpendapat pernikahan yang sehat adalah Sumber: Riskesdas 2010
pernikahan yang dilakukan oleh laki-laki Gambar 1. Persentase Perempuan Usia
yang telah memiliki usia 25 tahun dan pada 10–59 Tahun menurut Usia
perempuan telah memiliki usia 20 tahun. Menikah Pertama di Indonesia
Hal ini dipertimbangkan atas dasar kesiapan Tahun 2010.
dan pentingnya sistem reproduksi dalam
pernikahan (BKKBN, 2010). Jadi pernikahan perempuan menikah usia dini yang tergolong
usia dini yang banyak dilakukan oleh tinggi yaitu Jawa Timur sebesar 39,43%,
masyarakat Indonesia yaitu pada perempuan Kalimantan Selatan sebesar 35,48%, Jambi
usia 16 sampai 20 tahun. sebesar 30,63%, dan Jawa Barat sebesar
Berdasarkan data United Nations 36%. (SDKI, 2007).
Development Economic and Social Affairs Hal tersebut juga di dukung dengan
(UNDESA), disebutkan bahwa Indonesia Hasil Laporan Analisis Data Perkawinan
merupakan salah satu negara dengan kejadian Usia Anak di Indonesia pada tahun 2016 yang
pernikahan dini yang tergolong tinggi yaitu menyebutkan bahwa Provinsi Jawa Timur
sebesar 34%. Indonesia menempati urutan merupakan Provinsi dengan jumlah remaja
ke 37 dari 158 negara di dunia tentang yang pernah menikah yaitu sebesar 236.404
pernikahan usia dini, sedangkan pada urutan jiwa. Kabupaten atau kota yang memiliki
Association of South East Asia Nations prevalensi tertinggi antara lain Kabupaten
(ASEAN), Indonesia menempati urutan ke Bondowoso, Kabupaten Probolinggo,
dua setelah negara Kamboja (UNDESA, dan Kabupaten Situbondo. Kabupaten
2011). Bondowoso menempati urutan pertama di
Menurut Riskesdas 2010, menunjukkan Provinsi Jawa Timur tentang pernikahan
bahwa persentase perempuan usia 10 sampai usia dini dengan jumlah persentase sebesar
59 tahun, didapatkan 4,8% dilakukan oleh 35%. Data ini di dukung dengan Laporan
anak usia 10 sampai 14 tahun sedangkan Data Teknis KUA Kecamatan Wonosari,
persentase terbesar dilakukan oleh usia 15 Kabupaten Bondowoso tahun 2015, terdapat
sampai 19 tahun sebesar 41,9%. Pernikahan 271 pernikahan yang telah terdaftar pada
dengan jumlah paling rendah dilakukan oleh bulan Januari–Desember. Pernikahan
usia 35 tahun ke atas dengan persentase 0,6%. terbanyak terjadi pada usia 10 sampai 19
Hal ini dapat dilihat dari Gambar 1. tentang tahun.
persentase perempuan menikah pada usia Pernikahan usia dini masih banyak
10 sampai 59 tahun berdasarkan Riskesdas terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
2010. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
Survei Demografi dan Kesehatan terjadinya pernikahan usia dini, antara
Indonesia (SDKI) menyebutkan bahwa lain pendidikan, lingkungan, media masa,
kasus pernikahan usia dini di Indonesia ekonomi, budaya setempat, serta pengetahuan.
telah mencapai 50 juta penduduk. Provinsi Berdasarkan penelitian Nurhayati tahun 2015
di Indonesia yang memiliki persentase pengetahuan memiliki kontribusi yang kuat
Intan Arimurti dan Ira Nurmala, Analisis Pengetahuan Perempuan… 251

dalam pengambilan sikap atau keputusan terhadap pernikahan usia dini sangat besar
yang akan diambil oleh seseorang. Semakin dalam membuat suatu keputusan. Hal ini
baik atau tinggi pengetahuan seseorang maka juga tidak terlepas dari pengetahuan yang
sikap terhadap pernikahan usia dini dapat di dimiliki orang tua itu sendiri.
cegah atau semakin kecil. Fenomena pernikahan usia dini masih
Pengetahuan menur ut Kamus banyak terjadi di Kecamatan Wonosari
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah khususnya pada daerah pedesaan, sehingga
segala sesuatu yang diketahui, dimana tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis
hal ini berhubungan dengan kepandaian adanya pengaruh pengetahuan yang dimiliki
seseorang. Pengetahuan adalah hasil perempuan melakukan pernikahan usia
dari pengindraan manusia, atau hasil dini di Kecamatan Wonosari Kabupaten
pengamatan terhadap objek melalui indera Bondowoso.
yang dimiliki, seperti mata, hidung, telinga
dan lainnya (Notoatmodjo, 2010). Serupa METODE PENELITIAN
dengan pengertian yang disampaikan oleh Penelitian ini merupakan penelitian
Notoatmodjo, Mubarak (2011) berpendapat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu kualitatif. Pengambilan sampel pada
yang diketahui berdasarkan pengalaman penelitian ini menggunakan purposive
yang didapatkan oleh setiap manusia. sampling untuk menentukan subjek yang
Faktor yang memengaruhi pengetahuan akan diteliti. Cara penentuan informan
adalah pendidikan, lingkungan, sosial budaya dalam penelitian ini menggunakan data dari
dan ekonomi, media masa, serta adanya KUA Kecamatan Wonosari serta informasi
pengalaman. Faktor yang memengaruhi yang diperoleh dari kepala desa setempat
pengetahuan juga merupakan faktor yang sebagai sumber informasi pendukung.
banyak terjadi pada pernikahan usia dini. Peneliti menggunakan data yang didapat
Pernikahan usia dini memiliki dampak yang sebagai acuan untuk melihat jumlah angka
dapat ditimbulkan pada kesehatan, baik pada kejadian pernikahan usia dini pada setiap
dampak fisik, mental, psikologi dan sosial. desa atau kelurahan. Pada Kecamatan
Menurut Alfiyah (2010), disebutkan Wonosari terdapat 12 desa atau kelurahan
bahwa kecenderungan pernikahan usia dini yang tersebar, peneliti mengambil 5 desa atau
yang akan terjadi, dipengaruhi oleh tingkat kelurahan yang ingin diteliti secara random,
pendidikan dan pengetahuan yang rendah
setelah terpilih 5 desa atau kelurahan.
yang dimiliki oleh seseorang yang melakukan
Peneliti mendatangi Kepala Desa pada
pernikahan usia dini. Hal ini sejalan dengan
setiap desa atau kelurahan terlebih dahulu
penelitian yang dilakukan oleh Nandang, et al
untuk memastikan di desa atau kelurahan
(2009) yang menyebutkan bahwa perempuan
tersebut terdapat perempuan yang memiliki
yang memiliki pengetahuan rendah lebih
riwayat melakukan pernikahan usia dini.
memiliki risiko tinggi untuk melakukan
Pada penelitian ini terdapat dua kelompok
pernikahan usia dini daripada perempuan
informan yaitu informan kunci dan informan
yang memiliki pengetahuan tinggi.
pendukung. Informan kunci merupakan
Pengetahuan yang dimiliki oleh
perempuan yang memiliki riwayat melakukan
perempuan yang melakukan pernikahan
pernikahan usia dini. Informan pendukung
usia dini juga berhubungan dengan
adalah orang tua, kepala desa atau kelurahan
pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua.
pada daerah tersebut.
Pada pernikahan usia dini orang tua sangat
Peneliti mencari informasi sebanyak
memiliki peranan yang besar terhadap
mungkin pada semua informan, baik
kejadian pernikahan usia dini. Hal ini sejalan
informan pendukung dan informan kunci
dengan penelitian yang dilakukan oleh Juspin
terkait dengan pengetahuan tentang
(2012), menyebutkan bahwa peran orang tua
252 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 249–262

pernikahan usia dini yang mereka miliki. Tabel 1. Karakteristik Informan Kunci
Informan kunci yaitu perempuan yang ingin
Usia
di wawancara harus sesuai degan kriteria Kategori
pertama
Usia Pendidikan
inklusi yang ditentukan. Informan saat ini Terakhir
menikah
Kriteria inklusi yang ditetapkan untuk
Informan 1 15 tahun 24 tahun SMP
menentukan informan yaitu bersedia di
Informan 2 14 tahun 30 tahun SD
wawancara, usia menikah pertama di bawah
18 tahun, mampu memberikan informasi Informan 3 17 tahun 19 tahun SMP
yang dibutuhkan, dan informan bertempat Informan 4 17 tahun 17 tahun SMP
tinggal di Kecamatan Wonosari Kabupaten Informan 5 15 tahun 15 tahun SD
Bondowoso. Jumlah informan yang
digunakan sebanyak 5 orang perempuan
sebagai informan kunci yang melakukan tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat
pernikahan usia dini. Informan pendukung yang lebih tinggi dikarenakan beberapa hal,
sebanyak 5 orang tua perempuan yang yaitu informan pernah melanjutkan sekolah
melakukan pernikahan usia dini, Camat di madrasah setelah lulus SD yang setara
Wonosari, Kepala Kua Kecamatan Wonosari dengan SMP, (informan 2). Informan tidak
dan 3 kepala desa. melanjutkan hingga tamat SMP dikarenakan
Pengumpulan data diperoleh secara orang tua yang memintanya untuk menikah.
langsung dengan menggunakan indepth Pengakuan informan dikutip dalam
interview atau wawancara secara mendalam percakapan sebagai berikut:
yang dilakukan kepada informan. Teknik
analisis data yang peneliti yaitu penarikan “Dulu saya sekolah di madrasah dek,
kesimpulan terhadap data-data yang telah yang setara dengan SMP, tapi waktu saya
diperoleh di lapangan baik pada pengolahan kenaikan kelas 2, orang tua meminta saya
data primer dan sekunder. untuk pulang ke rumah dan berhenti.
Karena saya disuruh menikah dengan orang
HASIL tua” (Informan 2, 30 tahun)
Karakteristik Subjek Penelitian
Data hasil penelitian diketahui jumlah Hal ini sejalan dengan yang dialami
usia pertama menikah dan pendidikan oleh informan 4. Informan 4 awalnya pernah
terakhir yang ditempuh oleh informan bersekolah SMA namun tidak melanjutkan
kunci di Kecamatan Wonosari Kabupaten sampai lulus. Pengakuan informan 4 dikutip
Bondowoso dengan total informan sebanyak dalam percakapan sebagai berikut:
5 orang didapatkan.
Informan dipilih berdasarkan usia “Saya sekolah kelas 2 SMA terus berhenti
menikah pertama sebelum 18 tahun yang mbak, karena sudah ga terlalu niat juga
dilaksanakan di Kecamatan Wonosari untuk sekolah. Orang tua menyuruh saya
Kabupaten Bondowoso. Tabel 1 menunjukkan menikah karena sudah sering keluar dengan
bahwa informan yang diwawancarai secara pasangan saya. Saya juga setuju dengan
mendalam berjumlah 5 orang dengan rentang pendapat orang tua mbak untuk menikah,...”
usia 14 sampai 17 tahun. Usia informan saat (Informan 4, 17 tahun).
ini di mulai dari usia 15 sampai 30 tahun.
Pendidikan terakhir informan yaitu tamatan Berdasarkan beberapa pernyataan
SD dan SMP. informan, dapat disimpulkan perempuan
Berdasarkan wawancara mendalam yang melakukan pernikahan usia dini tidak
dengan informan yang melakukan pernikahan memiliki kekuatan untuk menolak keinginan
di bawah usia 18 tahun, alasan informan sikap orang tua untuk menikahkan anaknya
Intan Arimurti dan Ira Nurmala, Analisis Pengetahuan Perempuan… 253

daripada sekolah. Selain diri sendiri tanya saya umur berapa sekarang, nduk
seharusnya orang tua memiliki peran dan kira-kira saja ya saya umur berapa” (Orang
dukungan yang besar untuk menyekolahkan tua Informan 5)
anaknya agar mendapat pendidikan yang
layak dan baik di masa depan. Orang tua dari informan 5 juga
Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa berpendapat tidak melanjutkan sekolah,
terdapat 5 orang tua dari informan kunci karena pada zaman dulu orang tua
yang diwawancarai secara mendalam. Kelima menyuruhnya menikah dengan alasan
orang tua tersebut memiliki pendidikan sudah dianggap dewasa. Berikut kutipan
terakhir tamatan SD dan SMP. Terdapat 1 pernyataan orang tua informan 5:
orang tua yaitu orang tua informan 2 yang
tidak memiliki riwayat pendidikan sekolah “Kalau zaman dulu kan memang jarang
normal, berdasarkan informasi, orang tua yang sekolah nduk, saya dulu berhenti
pernah bersekolah namun berhenti dan tidak sekolah ya karena orang tua tidak punya
sampai lulus. biaya untuk menyekolahkan jadinya saya
tidak melanjutkan sekolah, tempatnya juga
Tabel 2. Karakteristik Orang Tua Informan jauh nduk sekolah disini, nduk tau sendiri
Kunci jalan menuju ke sini saja susah dan jauh”
(Orang tua Informan 5)
Usia saat Pendidikan
Kategori Informan
ini Terakhir
Pernyataan di atas merupakan beberapa
Orang tua informan 1 71 tahun SMP
pendapat orang tua terkait karakteristik
Orang tua informan 2 85 tahun - usia dan pendidikan yang mereka miliki.
Orang tua informan 3 44 tahun SMP Menurut mereka pada zaman dahulu untuk
Orang tua informan 4 39 tahun SD mendapat pendidikan tinggi sangatlah susah,
Orang tua informan 5 - tahun SD didukung dengan faktor ekonomi dan orang
tua serta letak sekolah yang jauh di daerah
Berikut pernyataan yang diungkapkan pedesaan.
oleh orang tua informan 2 sebagai berikut :
Kontribusi Pengetahuan terhadap sikap
“Zaman dulu sekolah mahan nduk, pernah pernikahan usia dini
sekolah SD tapi kelas 3 berhenti, bantu Pengetahuan seseorang erat kaitannya
orang tua di rumah” (Orang tua Informan 2, dengan pendidikan yang dimiliki orang
85 tahun) tersebut. Informan perempuan maupun
orang tua yang melakukan pernikahan usia
Berbeda dengan orang tua informan dini, mayoritas memiliki pendidikan SMP.
5 yang tidak mengetahui pasti usia saat Pengetahuan informan tentang peraturan
ini. Orang tua informan 5 mengaku bahwa pernikahan usia dini baik pengertian
memang tidak tahu sejak kecil tahun berdasarkan Undang-Undang, serta batasan
kelahirannya secara pasti. Berikut kutipan umur, semua menjawab tidak tahu tentang
pernyataan orang tua informan 5: adanya Undang-Undang yang mengatur
pernikahan usia dini. Keseluruhan informan
“Saya tidak tahu nduk berapa umur saya juga masih banyak yang tidak mengerti
sekarang, di KTP umur hanya dikira-kira, batasan umur saat diperbolehkan menikah,
zaman dulu orang tua kan tidak mengerti baik pada laki-laki maupun perempuan.
hal seperti ini, jadi dari dulu orang tua saya Berdasarkan hasil wawancara
memang tidak memberi tahu secara jelas mendalam dengan informan 1 beserta
saya lahir di tahun berapa. Kalau nduk orang tuanya, jawaban dari informan 1
254 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 249–262

hanya mengira-ngira batasan umur yang dilakukan oleh perempuan yang menikah di
baik untuk menikah tanpa menyebutkan bawah usia 18 tahun.
secara rinci umur yang baik untuk laki-laki Akses ke daerah pedesaan juga
ataupun perempuan. Jawaban dari orang tua membuat perempuan menjadi kurang update
informan 1 ketika ditanya tentang batasan terhadap informasi ataupun berita yang
usia menikah pertama, orang tua informan sedang banyak dibahas di Indonesia maupun
menjawab dengan rincian umur yang baik dunia. Pada informan kunci, hanya terdapat
dan diperbolehkan menikah bagi laki- 2 informan yang memiliki telepon seluler,
laki maupun perempuan. Berikut kutipan namun telepon seluler yang dimiliki tidak
percakapan informan 1 dan orang tua dapat terhubung dengan internet. Sedangkan
informan 1 ketika ditanya tentang batasan orang tua dari informan semuanya mengaku
umur menikah menurut Undang-Undang tidak memiliki telepon seluler. Media
yang didapat ketika melakukan wawancara elektronik seperti televisi telah tersedia di
mendalam : rumah masing-masing, namun tontonan yang
paling diminati oleh masyarakat pedesaan
“Kalau umur yang baik saya kurang tahu di daerah Kecamatan Wonosari bukanlah
dek, waktu itu saya masih 15 tahun, itu ga berita, namun tayangan sinetron.
diizinkan menikah, ya mungkin sekitar segitu Pengalaman dari orang di sekitar atau
ya dek” (Informan 1, 24 tahun) lingkungan tentang pernikahan usia dini
yang menyebutkan bahwa dari 5 informan
“Tahu ndok, kalau cewek umur 17 tahun, kunci, 2 menjawab melakukan pernikahan
kalau cowok umur 20 tahun.” (Orang tua usia dini karena alasan pengalaman yang
Informan 1, 71 tahun) didapat dari orang tua dan keluarga. Pada
informan kunci yang lain menjawab bahwa
Jawaban di atas menggambarkan karena adanya rasa cinta terhadap calon
bahwa pengetahuan perempuan yang suami, dan 1 informan menjawab karena
melakukan pernikahan usia dini terhadap adanya paksaan dari orang tua sehingga
pengetahuan terkait batasan usia menikah ia mau melakukan pernikahan di usia dini
pertama jelas dapat tergambarkan bahwa walaupun hal tersebut tidak sesuai dengan
perempuan tersebut kurang mengetahui hal kemauannya. Pengalaman yang dirasakan
tersebut. Sedangkan pada orang tua informan oleh orang tua memiliki peranan besar
1 pengetahuan tentang batasan usia dapat sehingga membuat orang tua berani memilih
tergolong baik walaupun jawabannya masih sikap menikahkan anaknya pada usia yang
kurang tepat apabila dibandingkan dengan masih sangat dini.
batasan usia menikah pertama yang ada pada Dampak yang dirasakan setelah
Undang-Undang. perempuan melakukan pernikahan usia dini
Pengetahuan dalam penelitian ini juga antara lain adalah adanya sikap tertekan
berpengaruh terhadap lingkungan di sekitar. yang dirasakan oleh perempuan setelah
Rendahnya pengetahuan di lingkungan menikah, terdapat pemikiran-pemikiran yang
masyarakat Kecamatan Wonosari terhadap memaksakan perempuan yang melakukan
pernikahan usia dini menyebabkan pernikahan usia dini menjadi lebih dewasa
fenomena ataupun perilaku menikah usia sebelum waktunya, emosi yang masih tidak
dini yang dilakukan di daerah pedesaan stabil, komunikasi dengan lingkungan yang
tidak menjadi suatu permasalahan. Informan terbatas, serta pada masalah kesehatan yang
kunci berpendapat bahwa lingkungan pada dirasakan yaitu terdapat 3 informan yang
tempat tinggal mereka terhadap pernikahan telah memiliki anak, berdasarkan hasil
usia dini. Semua informan menjawab bahwa wawancara didapatkan masalah normal
tidak ada masalah dengan pernikahan yang yang sering dialami pada ibu hamil seperti
Intan Arimurti dan Ira Nurmala, Analisis Pengetahuan Perempuan… 255

bengkaknya kaki pada saat kehamilan, rasa memiliki pemikiran yang matang dalam
mual yang sering muncul, serta mudah membuat dan menentukan suatu keputusan
lelah. Pengetahuan rendah yang dimiliki dalam menghadapi dan memecahkan suatu
oleh informan tidak menjadikan informan permasalahan.
menutup telinga akan program yang diadakan Dalam menentukan suatu keputusan
oleh pemerintah. yang akan diambil baik atau buruk,
individu seharusnya memiliki pengetahuan
PEMBAHASAN yang berhubungan dengan pendidikan
Karakteristik Informan individu itu sendiri. Pendidikan yang
Pada penelitian ini informan yang dimiliki oleh perempuan yang melakukan
melakukan pernikahan usia dini masih pernikahan usia dini di Kecamatan
tergolong sangat muda, karena melakukan Wonosari Kabupaten Bondowoso tergolong
pernikahan pertama pada usia 14 sampai 17 rendah. Pada 5 informan yang melakukan
tahun. Informan juga memiliki pendidikan pernikahan usia dini, tidak ada satu pun
yang dapat digolongkan pendidikan yang yang melanjutkan sekolah ke jenjang yang
tidak mengikuti program pemerintah yaitu lebih tinggi. Berdasarkan hasil wawancara
wajib belajar 9 tahun. Hal ini dibuktikan dengan informan terdapat 3 informan yang
dengan pendidikan terakhir informan adalah pernah melanjutkan sekolah ke jenjang yang
SD dan SMP, terdapat informan yang pernah lebih tinggi namun perempuan tersebut
melanjutkan SMP namun berhenti atau putus lebih memilih untuk berhenti dan tidak
di tengah jalan yang diakibatkan karena melanjutkan sampai selesai atau lulus.
melakukan pernikahan usia dini sehingga Berdasarkan keterangan informan,
mereka tidak dapat melanjutkan sekolah. alasan informan tidak melanjutkan
Karakteristik pada informan juga tidak pendidikannya atau sekolah dikarenakan
jauh beda dengan karakteristik informan adanya paksaan, maupun desakan orang
kunci, dengan riwayat pernikahan juga tua untuk segera menikah. Kemudian
melakukan pernikahan usia dini. Pendidikan alasan ekonomi juga menjadikan informan
yang ditempuh oleh orang tua dari informan untuk tidak melanjutkan sekolah dan lebih
kunci juga SD dan SMP bahkan terdapat memilih untuk menikah. Kemauan dari
datu orang tua yaitu orang tua informan 2 diri sendiri yang rendah untuk sekolah juga
yang tidak melanjutkan sekolah pada tingkat menjadikan alasan untuk perempuan mau
SD sehingga tidak ada pendidikan terakhir segera dinikahkan.
yang ditempuh. Pengetahuan yang dimiliki dapat
berpengaruh terhadap rendahnya pendidikan
Kontribusi Pendidikan terhadap yang juga dimiliki oleh perempuan dan orang
Pengetahuan tua yang melakukan pernikahan usia dini.
Pernikahan usia dini bagi individu Perempuan yang melakukan pernikahan usia
yang ingin melakukannya haruslah memiliki dini cenderung memiliki status pendidikan
kesiapan baik secara fisik, psikologi, mental yang rendah, baik dalam keluarga maupun
dan sosial. Selain itu individu juga harus lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini
memiliki kesiapan secara emosi dalam berpengaruh terhadap kejadian pernikahan
menyikapi setiap tanggapan masyarakat baik usia dini yang dilakukan oleh perempuan di
itu negatif maupun positif. Kesiapan dalam Kecamatan Wonosari. Hal ini sejalan dengan
menghadapi setiap permasalahan yang akan penelitian yang dilakukan oleh Sriharyati
ada dan timbul pada saat berumah tangga yang menyatakan bahwa Rendahnya tingkat
dari permasalahan kecil sampai dengan pendidikan maupun pengetahuan anak,
permasalahan yang besar. Pernikahan usia orang tua dan masyarakat, menyebabkan
dini bagi individu yang melakukannya harus adanya kecenderungan menikahkan anak
256 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 249–262

perempuannya yang masih di bawah mudah terpengaruh dengan sikap atau


umur (Sriharyati, 2012). Penelitian ini kecenderungan yang ada di lingkungannya
juga sejalan dengan yang dilakukan Stang (Khaparistia & Edward, 2015).
yang berpendapat bahwa semakin rendah Hal ini juga sejalan dengan TPB yang
pendidikan seseorang kecenderungan untuk menyatakan lingkungan sosial di sekitar
melakukan pernikahan usia dini semakin yang berkaitan langsung dengan kehidupan
tinggi (Stang, 2011). seorang individu dapat memberikan
Hal ini juga sejalan dengan Theory pengaruh dalam pengambilan keputusan
of Planned Behavioural (TPB) yang pada individu, dalam hal ini yaitu pernikahan
menyebutkan pendidikan memiliki pengaruh usia dini (Ajzen, 2005).
terhadap pengambilan atau penentuan sikap,
norma subjektif serta kontrol perilaku dari Kontribusi Media Masa terhadap
individu maupun orang tua yang melakukan Pengetahuan
pernikahan usia dini (Ajzen, 2005). Pengetahuan tentang pernikahan
usia dini juga dapat diperoleh dari media
Kontribusi Lingkungan terhadap masa yang mudah dijumpai pada saat
Pengetahuan ini. Media masa merupakan salah satu
Pernikahan usia dini banyak hal yang menjadikan masyarakat kurang
dilakukan oleh perempuan yang bertempat mendapat pengetahuan tentang pernikahan
tinggal di daerah pedesaan. Hal ini juga usia dini. Media elektronik yang paling
berhubungan dengan adanya pengetahuan banyak digunakan untuk mendapatkan
yang ada pada lingkungan tentang informasi satu-satunya di masyarakat di
pernikahan usia dini. Berdasarkan hasil yang Kecamatan Wonosari adalah televisi. Namun
didapat pada wawancara bersama informan, televisi yang seharusnya digunakan untuk
respons lingkungan di Kecamatan Wonosari mendapatkan informasi menjadi kurang
terhadap pernikahan usia dini yaitu tidak berpengaruh karena terbatasnya saluran
menjadikan fenomena pernikahan usia dini televisi yang dimiliki oleh informan. Letak
sebagai hal yang dilarang. rumah informan yang rata-rata berada di
Perilaku menikah di usia dini telah daerah pedesaan menjadi salah satu hal yang
menjadi kebudayaan yang sudah ada sejak berpengaruh dalam pengetahuan terhadap
dahulu dan turun-temurun. Pengetahuan media masa.
yang rendah juga menjadikan masyarakat Kurangnya minat masyarakat untuk
terus-menerus mengikuti kebudayaan yang menonton atau mendengarkan berita di
ada. Pengaruh dari lingkungan dilakukan televisi membuat informasi yang mereka
tanpa melihat dampak yang akan dirasakan dapat menjadi kurang. Masyarakat
oleh perempuan yang melakukan pernikahan memanfaatkan televisi sebagai sarana
usia dini baik pada lingkungan itu sendiri hiburan setelah pekerjaan ataupun kesibukan
maupun kesehatan. selesai dilakukan. Saluran televisi yang
Sejalan dengan penelitian yang paling banyak ditonton oleh masyarakat
dilakukan oleh Khaparistia & Edward yang adalah sinetron.
menyatakan bahwa rendahnya pengetahuan Alat komunikasi telepon seluler
menyebabkan lingkungan mendukung merupakan alat yang paling mudah
terjadinya pernikahan usia dini. Pengalaman digunakan dan dimiliki oleh banyak orang.
dan kebiasaan yang sudah berjalan turun- Kenyataannya informan banyak yang tidak
temurun membuat remaja cenderung ingin memiliki telepon seluler. Hal ini dikarenakan
mengikuti perilaku menikah dini. Remaja pekerjaan yang dimiliki oleh informan
yang berada di lingkungan yang banyak sebagai ibu rumah tangga serta pekerjaan
melakukan pernikahan usia dini dapat suami yang di dominasi oleh petani membuat
Intan Arimurti dan Ira Nurmala, Analisis Pengetahuan Perempuan… 257

perekonomian informan tergolong rendah. pernah melakukan pernikahan usia dini. Pada
Telepon seluler yang dimiliki informan tidak penelitian ini informan kunci yakin bahwa
dapat terhubung dengan internet, sehingga pengalaman yang didapat dari melihat dan
untuk mendapatkan informasi tentang mendengarkan cerita dari orang tua, keluarga
pernikahan usia dini informan sulit untuk yang juga melakukan pernikahan usia dini
mendapatkannya. memiliki dampak yang baik terhadap masa
Hal ini juga menyebabkan salah satu depan mereka ketika mereka memilih untuk
pengetahuan yang dimiliki oleh informan melakukan pernikahan usia dini.
menjadi terbatas bahkan rendah. Apabila Berdasarkan hasil wawancara
pengetahuan yang dimiliki rendah maka mendalam dari lima informan kunci
perilaku pernikahan usia dini juga akan terdapat dua informan yang mengaku
masih ada di daerah pedesaan khususnya di melakukan pernikahan usia dini karena
Kecamatan Wonosari. melihat pengalaman dari teman dan keluarga
Menurut Naibaho (2014) menyebutkan yang telah melakukan pernikahan usia
pada masa modern ini media sangat mudah dini. Informan berpendapat bahwa setelah
untuk dijumpai baik media cetak, elektronik menikah, teman maupun keluarganya
dan lainnya. Media cetak maupun elektronik menjadi lebih bahagia dan tentram dalam
adalah media yang paling banyak digunakan menjalani kehidupan. Hal ini menjadikan
oleh masyarakat di daerah pedesaan maupun informan mau untuk segera menikah oleh
perkotaan. Media massa sering digunakan orang tua.
sebagai alat penyampaian pesan atau Berbeda dengan dua informan lain
informasi dua arah, baik dari media massa yang berpendapat bahwa pernikahan usia
kepada masyarakat, ataupun masyarakat dini dilakukan berdasarkan atas kemauan
dengan masyarakat itu sendiri. Namun hal ini orang tua. Pengalaman yang dialami orang
berbeda dengan penelitian yang dilakukan tua tentang pernikahan usia dini membuat
di Kecamatan Wonosari, di daerah tersebut dua informan ini diarahkan oleh orang tua
walaupun zaman sudah semakin maju tidak untuk segera menikah. Ada satu informan
menjadikan masyarakat mengikuti kemajuan yang berpendapat bahwa tidak semua
teknologi, hal ini dibuktikan dengan pengalaman yang didapatkan mendapatkan
banyaknya informan yang belum memiliki hal yang baik. Ada pula pengalaman maupun
telepon seluler. cerita buruk yang didapatkan. Informan 2,
Penelitian ini sejalan dengan TPB berpendapat bahwa pengalaman tentang
yang menyebutkan bahwa media masa juga pernikahan usia dini baik pada orang tua,
memiliki pengaruh terhadap pengetahuan keluarga, maupun lingkungan disekitarnya
atau informasi yang akan didapatkan. Hal tidak membuat informan ini memiliki
ini berhubungan dengan pengambilan atau pemikiran yang sama tentang pernikahan
penentuan sikap, norma subjektif serta usia dini. Ia berpendapat bahwa pernikahan
kontrol perilaku dari individu maupun orang usia dini merupakan suatu penyesalan, hal
tua terhadap perilaku pernikahan usia dini ini dikarenakan setelah menikah kehidupan
(Ajzen, 2005). yang didapat tidak seindah cerita ataupun
apa yang ia lihat pada orang lain.
Kontribusi Pengalaman atau riwayat Penelitian ini sejalan dengan TPB,
terhadap Pengetahuan bahwa pengalaman atau riwayat dari orang
Pengetahuan dalam pernikahan usia di sekitar atau lingkungan pada informan
dini pada perempuan juga didapat dari kunci dapat memengaruhi informan dalam
adanya pengalaman baik pada riwayat orang menentukan perilaku yang akan diambil oleh
tua, keluarga maupun lingkungan yang individu tersebut (Ajzen, 2005).
258 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 249–262

Kontribusi Pengetahuan terhadap tidak dapat memberikan Air Susu Ibu (ASI)
Kesehatan dikarenakan tidak terdapat ASI yang dapat
Dampak bagi kesehatan yang dapat diproduksi. Berdasarkan hasil wawancara
dirasakan pada perempuan yang melakukan dengan informan dampak biologis yang
pernikahan usia dini yang dilakukan dirasakan pada informan yang sudah
di Kecamatan Wonosari Kabupaten memiliki anak yaitu gejala-gejala normal
Bondowoso. Berdasarkan lima informan yang biasa atau sering dirasakan oleh ibu
yang diwawancarai oleh peneliti terdapat hamil pada umumnya seperti kaki bengkak
tiga informan telah memiliki anak dan dua pada saat kehamilan, tidak memilki nafsu
informan belum memiliki anak. Hal ini makan, mudah mual dan lainnya.
dikarenakan terdapat informan yang memilih Dampak biologis ini juga tidak hanya
untuk menunda memiliki anak dengan alasan dirasakan oleh informan kunci namun anak
tahu dampak yang akan dirasakan bagi yang dilahirkannya juga dapat merasakan
kesehatannya serta adanya nasihat dari orang dampaknya. Berdasarkan hasil dari
tua untuk menunda memiliki anak sebelum wawancara yang dilakukan oleh peneliti
berusia 20 tahun. Dampak Kesehatan yang terdapat anak dari salah satu informan
dimaksud adalah sebagai berikut : yang mengalami gangguan pada anggota
Dampak Kesehatan secara fisik yang badannya yaitu tidak dapat berbicara karena
dirasakan yaitu dewasa sebelum waktunya. anak tersebut tidak dapat mendengar, dengan
Adanya tanggung jawab dan kewajiban umur yang sudah 6 tahun hal ini membuat
menjadi seorang istri membuat informan informan menjadi khawatir. Berdasarkan
yang menikah pada usia 14 sampai 17 tahun keterangan dari informan, menurut tenaga
tidak dapat menolak kemauan suami untuk medis terdapat gangguan pada sistem
berhubungan seksual. Hal ini dirasakan oleh pendengarannya, sehingga membutuhkan alat
salah satu informan yang harus mengurus untuk membantu anak tersebut mendengar
suami dan belajar memasak. Pada umur yang dan berbicara.
masih muda, yaitu 14 tahun seharusnya anak Dampak biologis yang berbeda dialami
masih dapat bermain dan belajar bersama oleh anak dari salah satu informan yang lain.
teman-temannya. Berdasarkan keterangan yang dijelaskan oleh
Berdasarkan penelitian yang informan, anaknya mengalami keterlambatan
dilakukan Kusmiran (2011) dampak fisik untuk berpikir dan berkomunikasi dengan
dari pernikahan usia dini bagi kesehatan orang, daya tangkap yang dimiliki oleh
perempuan yaitu adanya kanker mulut anaknya sangatlah lama, sehingga dalam
rahim, perempuan yang hamil pertama kali berkomunikasi sedikit lama.
kurang dari 17 tahun memiliki kemungkinan Dampak psikologi yaitu mudah terjadi
2 kali lipat lebih besar untuk terkena kanker perceraian dan pertengkaran pada rumah
serviks di usia tuanya dari pada perempuan tangga, hal ini di akui oleh lima informan
yang menunda kehamilannya hingga usia kunci pada saat awal pernikahan sering
25 tahun atau lebih tua. Kejadian kanker terjadi pertengkaran yang membawa dampak
serviks lebih tinggi terjadi pada perempuan baik dan buruk. Dampak baik yang dirasakan
yang menikah daripada yang tidak menikah yaitu dari adanya perselisihan semakin
terutama pada gadis yang koitus pertama membuat informan dan suami semakin
(coitarche) dialami pada usia amat muda dewasa dalam menghadapi permasalahan,
kurang dari 16 tahun. apabila bisa menghadapi masalah tersebut.
Dampak Biologis yang dirasakan Namun apabila informan dan suami tidak
oleh informan kunci yaitu pada informan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut
yang memiliki anak di usia masih muda, hal ini menjadikan rumah tangga dapat
ketika melahirkan seorang anak, informan berujung pada perceraian.
Intan Arimurti dan Ira Nurmala, Analisis Pengetahuan Perempuan… 259

Pengalaman yang sama juga dialami dirasakan informan 3, yaitu terbatasnya


oleh informan 2, yaitu mengalami perceraian komunikasi dengan teman dan lingkungan
dalam rumah tangganya. Perceraian terjadi disekitarnya. Sehingga hal ini juga
karena kurangnya sikap saling pengertian menjadikan hilangnya masa remaja yang
antara pasangan, sehingga membuat dialami oleh informan 3.
informan memilih untuk bercerai. Berbeda Dampak Sosial terjadinya pernikahan
hal nya dengan informan 3 yang menjelaskan usia dini yaitu keterbatasan ruang lingkup
bahwa ketika ada pertengkaran, informan untuk bergaul dengan teman-teman
dan suami memiliki cara sendiri untuk seumuran, sehingga remaja kurang dapat
menyelesaikannya, yaitu dengan cara membicarakan masalah yang dihadapinya
keluar rumah dan menyelesaikan di luar (Erma, 2012).
rumah, agar orang tua dan keluarga tidak Penjelasan informan terhadap dampak
khawatir dengan pertengkaran yang mereka pernikahan usia dini yang dirasakan masih
alami, informan 3 memiliki kesepakatan banyak yang kurang mengetahui baik pada
bahwa setiap permasalahan harus segera orang tua dan masyarakat sehingga hal
diselesaikan agar tidak berlarut-larut. tersebut tanpa disadari dapat memberikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pengaruh pada perempuan yang menikah di
oleh Supriyati pada penelitiannya ia usia dini.
berpendapat bahwa tidak semua pernikahan
usia dini berdampak pada terjadinya SIMPULAN
perceraian. Tujuan pernikahan untuk Perempuan yang memiliki riwayat
membentuk keluarga yang bahagia dan menikah pertama di Kecamatan Wonosari
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Kabupaten Bondowoso berusia di bawah
Esa (Supriyati, 2011). 18 tahun. Pendidikan yang ditempuh baik
Dampak Mental yang dirasakan yaitu pada informan kunci maupun informan
lebih pendiam setelah menikah, karena pendukung adalah SD dan SMP.
merasa tertekan akibat keterpaksaan Kontribusi yang berpengaruh dalam
menikah di usia dini. Keterpaksaan dialami pernikahan usia dini pada penelitian
oleh informan 2 yang bertahan hingga usia ini yaitu rendahnya pengetahuan yang
pernikahan 6 tahun. Selama pernikahan dimiliki oleh informan kunci dan informan
informan merasa tertekan karena banyaknya pendukung. Hal ini berkaitan dengan riwayat
aturan yang di berikan oleh mertua serta pendidikan yang dimiliki oleh informan,
tidak adanya perlindungan dari suami rendahnya pengetahuan pada lingkungan
membuat informan 2 merasa tertekan dalam terhadap pernikahan usia dini, rendahnya
pernikahannya. pemanfaatan media masa sebagai sarana
Dampak mental berbeda dengan mencari informasi, pengalaman pada orang
yang dirasakan informan 3, yang merasa tua, keluarga maupun lingkungan hal
tertekan karena sifat cemburu dan aturan tersebut menjadikan perilaku pernikahan
suami yang melarang untuk keluar bersama usia dini biasa dilakukan. Pengetahuan yang
teman-teman seusianya, sehingga informan rendah yang dimiliki oleh informan terhadap
3 merasa kurang nyaman dan terbatas untuk dampak kesehatan yang akan dirasakan
berteman. setelah menikah di usia dini menjadikan
Dampak Sosial yang dapat dirasakan masyarakat terus-menerus melakukan
yaitu terbatasnya ruang lingkup yang kebiasaan menikah usia dini.
dirasakan informan untuk bergaul dan Saran yang dapat diberikan
berkomunikasi dengan lingkungannya berdasarkan kesimpulan yang disampaikan
menjadi berkurang, hal ini seperti yang oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu :
260 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 249–262

Bagi Masyarakat Arimurti, I. 2017. Analisis Penyebab


Harus adanya kesadaran dari Terjadinya Pernikahan Usia Dini Terhadap
masyarakat atau lingkungan tentang Kesehatan Masyarakat Di Kecamatan
peningkatan usia dini. Peningkatan wawasan Wonosari Kabupaten Bondowoso. Skripsi.
dan informasi tentang pernikahan usia dini, Universitas Airlangga.
dan pengaruh yang dapat dirasakan untuk BKKBN. 2010. Pendewasaan Usia
kehidupan ke depannya. Perkawinan dan Hak-hak Reproduksi
bagi Remaja Indonesia. Jakarta: http://
Bagi Tenaga Kesehatan cerita.bkkbn.go.id.
Adanya peran aktif dari tenaga BPS, Bappenas. 2016, Laporan Analisis Data
kesehatan untuk memberikan penyuluhan Perkawinan Usia Anak di Indonesia 2016,
kepada remaja tentang pernikahan usia dini. Jakarta: BPS, Bappenas.
Pada hal ini khususnya remaja perempuan Badan Penelitian Dan Pengembangan
tentang pentingnya pengetahuan pernikahan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
usia dini berdasarkan usia yang disarankan 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
berdasarkan peraturan Undang-Undang dan 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
usia yang baik bagi kesehatan reproduksi Desiyanti, I.W. 2015. Faktor-Faktor yang
serta dampak yang dapat dirasakan apabila Berhubungan Terhadap Pernikahan
melakukan pernikahan usia dini. Dini Pada Pasangan Usia Subur di
Kecamatan Mapanget Kota Manado.
Bagi Remaja Perempuan JIKMU, 5(3).
Perempuan dapat terus menambah Dwinanda, A.R., Wijayanti, A.C. Werdani,
wawasan dan pengetahuan tentang K.E. 2016. Hubungan Antara Pendidikan
pernikahan usia dini. Mengikuti kegiatan Ibu dan Pengetahuan Responden dengan
yang positif dan bermanfaat sebagai sarana Pernikahan Usia Dini. Jurnal Kesehatan
pemahaman untuk diri sendiri. Memilih Masyarakat Andalas, 10(1), pp.76-81.
teman bergaul secara benar agar tidak Fatusi, A.O. 2016. Young People’s Sexual
terjerumus pada pengambilan keputusan and Reproductive Health Interventions
yang salah untuk menikah usia dini. in Developing Countries: Making the
Investments Count. Journal of Adolescent
DAFTAR PUSTAKA Health, 59(3), S1-S3.
Abdulah, Z.A., Thata, R., Landing, J. 2009. Follona, W., Raksanagara, A.S., Purwara,
Studi kasus pernikahan dini pada masyarakat B. H. 2014. Perbedaan Pendidikan
Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Kelompok Sebaya tentang Pendewasaan
Toraja. Jurnal MKMI, 5(4). Usia Perkawinan di Perkotaan dan
Agtikasari, N. 2015. Hubungan Pengetahuan Perdesaan. Kesmas: National Public
tentang Pernikahan Usia Dini dengan Health Journal, 9 (2), 157–163.
Sikap Siswa terhadap Pernikahan Usia Hanum, Y. 2015. Dampak Pernikahan Dini
Dini di SMA Negeri 2 Banguntapan Terhadap Kesehatan Alat Reproduksi
Bantul Tahun 2015. STIKES’Aisyiyah Wanita. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera,
Yogyakarta. 13(26).
Aisyaroh, N., Kebidanan, S.P.P.D.I., Unissula, Januar, V., & Putri, D.E. 2011. Citra Tubuh
F.I.K. 2010. Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Putri Menikah Dan Memiliki
Remaja. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Anak. Jurnal Ilmiah Psikologi, 1 (1).
Agung. Kantor Kementerian Agama, Kabupaten
Ajzen, I. 2005. Attitudes, personality, Bondowoso. 2015. Laporan Data Teknis
and behavior. McGraw-Hill Education KUA Kecamatan Wonosari. Bondowoso
(UK).
Intan Arimurti dan Ira Nurmala, Analisis Pengetahuan Perempuan… 261

Khaparistia, E. and Edward, E. 2015. Puspitasari, R.D. and Waluyo, S.T.I.K.N.


Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya 2014. Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja
Pernikahan Usia Muda Studi Kasus di Putri tentang Dampak Pernikahan Usia
Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Muda Pada Kesehatan Reproduksi di
Sawit Seberang Kabupaten Langkat The Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem
Factors That Cause The Young Age Of Kabupaten Rembang. Jurnal STIKES.
Marriage In The Village Of Case Studies Roqib, M. 2010. Pernikahan Dini Dan
Across The Sawit Seberang Sub-Dis. Lambat: Merampas Hak-Hak Anak. Yin
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Vol. Yang, 5(2), pp. 298–311.
14. No. 1. Soejoeti, S.Z. 2001. Perilaku seks di kalangan
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan reproduksi remaja dan permasalahannya. Media
remaja dan wanita. Jakarta: Salemba Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Medika. 11(1 Mar).
Landung, J., et al . 2009. Studi Kasus Setiawan, E. 2014. Kamus Besar Bahasa
Kebiasaan Pernikahan Usia Dini Pada Indonesia (KBBI) Online-Definisi Kata
Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Interaktif.
Kabupaten Tana Toraja. Jurnal MKMI, Stang, M.E. 2011. Faktor yang Berhubungan
Vol. 5. No. 4. dengan Pernikahan Dini di Kelurahan
Maleong, L.J, 2003. Metodologi Penelitian Pangli Kecamatan Sesean Kabupaten
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, Toraja Utara. J MKMI, 7(1), pp.105–10.
Hal. 3. Supriyati, N. 2011. Pengaruh Perkawinan
McNicoll, G. 2006. United Nations Dini Terhadap Perilaku Pasangan
Department Of Economic and Social Suami Istri di Desa Pepe Kecamatan
Affairs, Population Division: Population, Tegowanu Kabupaten Grobongan. Skripsi.
Resources, Environment and Development Universitas Institut Keguruan Dan Ilmu
Database, Version 4.0. Population and Pendidikan.
Development Review, 32(4), 790-791. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Mubarak, I, W., 2012. Promosi Kesehatan (SDKI). 2007. Data Pernikahan Dini Di
Untuk Kebidanan. Salemba Medika. Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Jakarta. Syulasmi, A., Sihombing, P., Amprasto,
Naibaho, H., 2014. Faktor-Faktor yang M. and Fitriani, A. 2001. Pembelajaran
Memengaruhi Pernikahan Usia Muda Pengetahuan Lingkungan Menggunakan
(Studi Kasus Di Dusun IX Seroja Pasar Metode Pemecahan Masalah Atau Problem
VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Solving Untuk Mahasiswa Tpb Di Jurusan
Kabupaten Deli Serdang). Welfare StatE, Pendidikan Biologi. Jurnal Pengajaran
Vol. 2. No. 4. MIPA, 2(2), pp.18–26.
Nandang M., Ijun R. 2007. Faktor-faktor yang Teti, S. 2012. Faktor-Faktor Penyebab
berhubungan dengan Usia Menikah Muda Perkawinan di Bawah Umur di Desa
pada Wanita Dewasa Muda di Kelurahan Blandongan Kecamatan Banjarharjo
Mekarsari Kota Bandung.Jurnal Kesehatan Kabupaten Brebes. Skripsi. Yogyakarta
Kartika STIKES A. Yani. Yanti, E., Kebidanan, F.K.D. 2012. Gambaran
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Ilmu Pengetahuan Remaja Putri Tentang Risiko
Pengetahuan. Metodologi Penelitian Perkawinan Dini Dalam Kehamilan Di
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Kelurahan Tanjung Gusta Lingkungan Ii
Pemerintah Republik Indonesia. 1974. Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2012.
Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1974 Skripsi. Universitas Prima Indonesia
tentang Perkawinan. Jakarta: Pemerintah Medan.
RI.
262 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 249–262

Yunita, A. 2014. Faktor-faktor yang Pagerejo Kabupaten Wonosobo. Jurnal


berhubungan dengan kejadian pernikahan Ilmiah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,
usia muda pada remaja putri di desa Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai