Siapa yang kalau menonton suatu pertandingan olah raga tidak bersorak-
sorak? Apalagi kalau yang menang adalah atlet (tim) yang dijagokan. Masakan ada
penggila bola menonton pertandingan bola dengan sikap tenang dan khidmat?? Kalau
anda penggemar bola fanatik coba saja menonton pertandingan tim sepak bola favorit
anda dengan sikap tenang, penuh khidmat.
Ketika timnya andalan mampu mencetak gol pasti dengan serta merta si
penonton (supporter) akan bersorak-sorai, akan berteriak kegirangan, sambil
menyanyikan yel-yel mungkin. Si penonton bersorak-sorai dengan girang, emosi yang
meluap-luap dipicu setelah melihat aksi permainan yang tidak mengecewakan
menurut selera penonton. Ribuan sanjungan untuk para atlet jika mereka menang,
tetapi ribuan makian jika kalah bahkan tak terima dengan kekalahan supporter fanatik
akan demo dengan anarkis. Begitulah cara pandang kebanyakan orang kita (Indonesia)
kekalahan dipandang sebagai kegagalan yang diharamkan, padahal mana ada
pertandingan tanpa menang-kalah.
Mungkin demikianlah juga gambaran perilaku kekristenan. Kalau kita anggap
Allah mengecewakan, ribuan keluhan kita lontarkan, tetapi kalau kita anggap Allah
tidak mengecewakan lidah kita bersorak-sorai dengan sukacita seperti supporter bola
fanatik. Supporter yang fanatik bersorak-sorai dengan emosi yang meluap-luap karena
pemain jagoannya berhasil menunjukkan aksi yang memukau. Demikian juga
mungkin kita suka berekspresi di dalam ibadah yang penuh sorak-sorai. Namun
apakah demikian cara pemazmur bersorak-sorai untuk mengungkapkan sukacitanya
terhadap Tuhan?