1. Rupture plak
Rupture plak dapat menyebabkan terjadinya oklusi subtotal atau total
dari pembuluh coroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan
yang minimal. Terjadinya rupture menyebabkan aktivasi, adhesi dan
agregasi platelet dan menyebabkan aktivasi terbentuknya thrombus.
Bila thrombus menutup pembuluh darah 100% akan terjadi infark
sedangkan bila thrombus tidak menyumbat 100% dan hanya
menimbulkan stenosis berat akan terjadi angina tak stabil.
2. hrombosis dan agregasi trombosit
Terjadinya thrombosis setelah plak tergaggu disebabkan karena
interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot polos dan sel busa yang
dalam plak berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak
tak stabil.
3. Vasospasme
Diperkirakan ada disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh platelet berperan dalam perubahan dalam tonus
pembuluh darah dan menyebabkan spasme. Adanya spasme sering
kali terjadi pada plak yang tak stabil dan mempunyai peran dalam
pembentukan trombus.
4. Erosi pada plak tanpa rupture
Terjadi proliferasi dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap
kerusakan endotel. Adanya perubahan bentuk dari lesi karena
bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan penyempitan
pembuluh darah.
c. Klasifikasi
Wasid (2007) mengatakan berat/ ringannya Sindrom Koroner Akut
menurut Braunwald (1993) adalah:
1. Kelas I: Serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progresif, berat,
dengan nyeri pada waktu istirahat, atau aktivitas sangat ringan,
terjadi >2 kali per hari.
2. Kelas II: Sub akut, yakni sakit dada antara 48 jam sampai dengan 1
bulan pada waktu istirahat.
3. Kelas III: Akut, yakni kurang dari 48 jam.
Secara Klinis:
1. Klas A: Sekunder, dicetuskan oleh hal-hal di luar koroner, seperti
anemia, infeksi, demam, hipotensi, takiaritmi, tirotoksikosis, dan
hipoksia karena gagal napas.
2. Kelas B: Primer.
3. Klas C: Setelah infark (dalam 2 minggu IMA). Belum pernah
diobati. Dengan anti angina (penghambat beta adrenergik, nitrat,
dan antagonis kalsium ) Antiangina dan nitrogliserin intravena.
e. Patofisiologi
f. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
2. Ekokardiogram
3. Marker jantung (troponin I, CK, CKMB, Mioglobin, Protein
reaktif C).
g. Penatalaksanaan
1. Fokus pada penjalaran nyeri, sesak, dan diaphoresis
2. Pemeriksaan EKG 12 sadapan dan lab marker jantung
3. MONA: Morfin, O2, NTG, dan aspirin 160-325 mg, per oral. Jika
alergi aspirin, berikan ticlopidin (ticlid) atau clopidogrel (Plavix)
4. Berikan O2 tambahan untuk mempertahankan SpO2 > 90 %
5. Berikan tablet NTG SL atau bentuk semprot
6. Berikan morfin IV 2-4 mg setiap 15 menit sampai nyeri terkontrol
(pantau adanya hipotensi dan depresi pernapasan)
h. Komplikasi
1. Syok Kardiogenik
2. Aritmia Malignant
3. Gagal jantung
4. Mechanical rupture, VSD
5. Gangguan hantaran
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Umum
Meliputi identitas klin dan identitas penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Meliputi keluhan utama, alasan masuk rumah sakit, riwayat penyakit.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (riwayat perawatan, operasi,
pengobatan), kecelakaan yang pernah dialami dan riwayat alergi
4. Riwayat Psikologi dan Spiritual
Meliputi riwayat psikologi (tempat tinggal, lingkungan rumah, hubungan
antar anggota keluarga), riwayat spiritual (xsupport system, kegiatan
keagamaan), riwayat hospitalisasi (pemahaman keluarga tentang sakit &
rawat inap di rumah sakit)
5. Pola Fungsi Kesehatan (11 pola fungsional Gordon)
Meliputi pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan, pola nutrisi, pola
eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola tidur dan istirahat, pola kognitif-
perseptual, pola persepsi diri/konsep diri, pola seksual dan reproduksi,
pola peran hubungan, pola manajemen coping stress dan pola keyakinan
nilai.
6. Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan umum klien, pemeriksaan fisik head to toe, pengkajian
data fokus, data penunjang.
B. Data fokus
Meliputi Data Subjektif (data yang didapatkan langsung dari klien), Data
Objektif (data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indra).
C. Diagnosa Keperawatan
1. Dx1 : Nyeri b/d agen cidera injuri (biologis, kimia, psikologis, fisik)
2. Dx2 : Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung
3. Dx3 : Pola nafas tidak efektif b/d kelelahan otot pernafasan
4. Dx4 : Kelebihan volume cairan b/d asupan cairan berlebih
5. Dx5 : Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
6. Dx6 : Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan
7. Dx7 : Kurang Pengetahuan b/d keterbatasan kognitif
D. Intervensi
1. Dx1 : Nyeri akut b/d agen cidera injuri (biologis, kimia, psikologis,
fisik)
Tujuan dan kriteria hasil :
NOC : Pain level, Pain Control, Comfort Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x 24 jam. Pasien tidak
mengalami nyeri, dengan kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal
f. Tidak mengalami gangguan tidur
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri klien.
b. berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur.
c. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
d. Kolaborasi: Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
2. Dx2 : Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung
Tujuan dan Kriteria Hasil :
NOC :
a. Cardiac Pump effectiveness
b. Circulation Status
c. Vital Sign Status
d. Tissue perfusion: perifer
Setelah dilakukan asuhan selama x 24 jam. Penurunan kardiak output
klien teratasi dengan kriteria hasil :
a. Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
b. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
c. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
d. Tidak ada penurunan kesadaran
e. AGD dalam batas normal
f. Tidak ada distensi vena leher
g. Warna kulit normal
Intervensi :
a. Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
b. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan.
c. Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen.
d. Kolaborasi dengan tim medis lainya untuk theraphy selanjutnya.
Arif Mansjoer, dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III. Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius.