Anda di halaman 1dari 12

#1 https://ekbis.sindonews.

com/read/1376590/33/ancaman-stagnasi-ekonomi-inggris-di-tengah-
brexit-dan-kekhawatiran-global-1549464863

Ancaman Stagnasi Ekonomi Inggris di Tengah Brexit dan Kekhawatiran Global

LONDON - Sektor jasa Inggris mengalami stagnasi bulan lalu, seiring penyusutan permintaan untuk
pertama kalinya dalam dua setengah tahun berdasarkan indeks manajer pembelian (PMI) IHS
Markit/CIPS. Angka-angka terbaru menunjukkan 50,1 pada Januari, atau lebih rendah dari 51,2 di
Desember.

Seperti dilansir BBC, Chris Williamson dari IHS Markit mengatakan, hasil menunjukkan bahwa
ekonomi Inggris beresiko terhenti, stagnan atau bahkan lebih buruk. Dia menambahkan,
penyebabnya karena meningkatnya ketidakpastian negosiasi Brexit bertepatan dengan perlambatan
ekonomi global yang lebih luas.

Ekonom masih yakin dengan memperkirakan bakal tetap di angka 51 yang berarti di atas 50 masih
menunjukkan pertumbuhan. Sebelumnya data akhir pekan lalu, menunjukkan PMI untuk
manufaktur berada pada level 52,8 atau lebih rendah dan menjadi terlemah kedua sejak Juli 2016.

Angka-angka tersebut mengungkapkan bahwa produsen Inggris sedang mempersiapkan Brexit alias
keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa secara resmi dengan menimbun bahan baku dan ada
risiko sektor ini tergelincir ke dalam resesi.

Berbicara mengenai data sektor jasa, Williamson menerangkan, Pertumbuhan hampir terhenti pada
Januari, menyamai kabar mengecewakan serupa di sektor manufaktur dan konstruksi. "Tiga bulan
terakhir telah melihat ekonomi tergelincir ke pertumbuhan terlemah selama enam tahun dan
menunjukkan bahwa PDB cenderung stagnan pada awal 2019 setelah pertumbuhan bertambah
moderat hanya 0,1% pada kuartal keempat," paparnya.

Hasil survei menunjukkan bahwa perusahaan menjadi semakin enggan mengambil risiko dan ingin
mengurangi biaya overhead dalam menghadapi melemahnya permintaan pelanggan dan
meningkatnya ketidakpastian politik.

"Menurutnya kekhawatiran semacam itu pada gilirannya paling sering dikaitkan dengan kecemasan
Brexit yang meningkat, meskipun faktor-faktor politik dan ekonomi global yang lebih luas juga
terlihat telah mengambil peran atas tergerusnya permintaan," tandasnya.
#2 https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4407174/pengusaha-minta-brexit-ditunda

Pengusaha Minta Brexit Ditunda

Jakarta - Inggris akan keluar dari Uni Eropa atau Brexit pada 29 Maret mendatang. Pengusaha di
Inggris pun berharap agar keputusan tersebut dapat ditunda sementara.

"Banyak bisnis kita yang berdoa agar diperpanjang (waktu brexit). Walaupun banyak hal yang bisa
saja terjadi," jelas Kepala Brexit, James Stewart dikutip dari CNN, Rabu (30/1/2019).

Parlemen Inggris pun akan melakukan voting untuk anggota pengontrolan Brexit pada Selasa
mendatang. Namun, hal tersebut tak juga menjamin dapat menunda Brexit.

Keinginan pengusaha menunda Brexit dilakukan karena jeda waktu yang semakin dekat serta
buruknya kondisi ekonomi akibat persyaratan keluar yang tak jelas.

Pada dasarnya kelompok bisnis telah meminta kejelasan persyaratan dan hubungan kerja bila
nantinya Inggris keluar dari Uni Eropa. Namun saat ini, pengusaha fokus untuk menunda Brexit
terjadi.

Lebih lanjut, perusahaan makanan seperti MCD dan KFC telah memperingatkan parlemen gangguan
bisnis terkait rantai pasok, yang bisa terjadi bila mana Brexit benar-benar dilakukan pada Maret
mendatang.

Perusahaan menilai bahwa bisa saja pihaknya menimbun pasokan untuk mengantisipasi hal
tersebut. Namun, hal itu dianggap sulit ketika semua ruangan dingin mesti digunakan guna
menyimpan pasokan sehingga akan merugikan petani di Inggris.

Selain itu, Airbus (EADSF) juga menjelaskan harus kembali mengeluarkan investasi bila Inggris
memilih meninggalkan Uni Eropa. Kemudian perusahaan mobil Ford jug mesti menggelontorkan
dana hingga US$ 800 juta bila Brexit benar dilakukan.

Sementara itu, Kamar Dagang Inggris menerangkan Brexit akan menjadi bencana bagi ekonomi di
Inggris. Pasalnya, kondisi tersebut akan menimbulkan biaya baru bagi pengusaha dan hambatan
perdagangan untuk perusahaan di Inggris.

Direktur Kebijakan Publik di KPMG, Mark Essex menjelaskan saat ini supermarket tidak lagi
memikirkan dari mana dari mana roti dan pisang berasal. Namun, dari mana suku cadang lemari es
berasal.

"Apa yang mereka pikirkan dari mana suku cadang untuk lemari es mereka berasal jika rusak.
Bagaimana kalau itu macet di Jerman?" ungkap dia.

Berdasarkan, Federasi Usaha Kecil di Inggris mencatat sebanyak 41% perusahaan percaya Brexit yang
kacau bisa berdampak pada bisnis. Pengusaha sendiri disebut belum merencanakan dampak dari
kemungkinan tersebut.

Sebagai informasi, menurut data Kantor Statistik Nasional, investasi bisnis di Inggris turun selama
tiga kuartal berturut-turut dari Januari-September. Penurunan tersebut tercatat yang terpanjang
sejak krisis keuangan global.

Perbankan dan perusahaan-perusahaan keuangan lainnya telah memindahkan aset senilai paling
tidak £ 800 miliar atau US$ 1 triliun ke luar negeri dan masuk ke Uni Eropa karena Brexit.
#3 https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4383272/brexit-bikin-ekonomi-inggris-lesu

Brexit Bikin Ekonomi Inggris Lesu

akarta - Inggris akan keluar dari Uni Eropa resmi pada Maret 2019 nanti. Meskipun kesepakatan itu
belum terjadi, efek dari Brexit sudah terasa dan membuat perekonomian Inggris lesu, khususnya
industri keuangan.

Bahkan beberapa perusahaan dan industri jasa keuangan telah angkat kaki dan memindahkan
bisnisnya. Hal ini dikarenakan ketidakjelasan bisnis imbas Brexit.

Padahal, London sendiri saja telah menjadi ibu kota keuangan Eropa yang tak terbantahkan selama
beberapa dekade. Tempat itu merupakan rumah bagi markas internasional dari puluhan bank global.

Di sana industri jasa keuangan mempekerjakan 2,2 juta orang di seluruh negeri, dan memberikan
kontribusi 12,5% dari PDB alias menghasilkan US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.450 triliun dalam
pendapatan pajak setiap tahun, menurut City of London Corporation.
#4 https://www.wartaekonomi.co.id/read212130/jerman-ingin-inggris-tetap-jadi-bagian-uni-
eropa.html

Warta Ekonomi.co.id, London -

Anak didik Kanselir Jerman Angela Merkel mengimbau Inggris pada Jumat (18/1/2019), untuk tetap
di Uni Eropa, dengan menyatakan rekan-rekan senegaranya tak melupakan bagaimana Inggris
menyambut Jerman kembali sebagai negara berdaulat setelah Perang Dunia Dua.

Pemimpin konservatif Annegret Kramp-Karrenbauer, yang menggantikan Merkel sebagai pemimpin


Demokrat Kristen, bersama dengan politisi, pengusaha dan artis Jerman dalam permohonan di
menit-menit terakhir kepada pihak Inggris sementara jarum jam masih berputar dan masih tersisa
waktu 70 hari sebelum Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).

"Tanpa negara besar Anda, benua ini tidak akan jadi seperti apa yang ada hari ini," kata mereka
dalam sepucuk surat, yang disiarkan di surat kabar The Times.

"Setelah horor Perang Dunia Dua, Inggris tidak menyerah pada kami. Negara itu menyambut Jerman
kembali sebagai negara berdaulat dan kekuatan Eropa."

Selain perang dan perdamaian, mereka menulis garis besar beberapa hal yang lebih unik yang
mereka katakan akan kehilangan jika Inggris meninggalkan klub tersebut sejak bergabung tahun
1973.

"Kami akan rindu humor hitam Inggris yang legendaris dan pergi ke pub setelah jam kerja untuk
minum bir. Kami akan rindu teh dengan susu dan berkendaraan di sisi kiri jalan. Dan kami rindu
melihat pantomim di saat Natal." "Tapi lebih dari itu, kami rindu orang-orang Inggris sebagai teman-
teman kami," kata mereka.
#5 https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46878277

Pemerintah Inggris derita kekalahan terbesar dalam sejarah: Apa yang terjadi dengan Brexit?

Para anggota parlemen Inggris telah melakukan pemungutan suara Selasa malam (15/01) untuk
menentukan apakah akan mendukung usulan perjanjian Perdana Menteri Theresa May untuk
meninggalkan Uni Eropa atau Brexit.

Perdana Menteri Theresa May sebelumnya menyerukan kepada para anggota parlemen untuk
mendukung usulannya atau berisiko "mengecewakan rakyat Inggris."

Namun seperti diperkirakan sebelumnya, kesepakatan yang diajukan pemerintah itu ditolak dengan
suara meyakinkan dengan perbandingan 432 anggota parlemen menolak dan 202 setuju.

Selain menolak kesepakatan mengatur beragam aspek terkait proses Brexit pada 29 Maret
mendatang, Partai Buruh yang beroposisi kini mengajukan mosi tidak percaya terhadap pemerintah
pimpinan Perdana Menteri Theresa May yang bisa memicu pemilihan umum.

May menegaskan bahwa hasil pemungutan suara itu tidak memberitahu secara jelas bagaimana cara
parlemen mewujudkan hasil referendum pada 2016. Tak jelas pula apakah parlemen ingin
membatalkan hasil referendum 2016 yang menginginkan Inggris berpisah dari Uni Eropa.

Berikut hal-hal yang perlu Anda ketahui soal Brexit, mulai dari pembayaran Rp707 triliun untuk Uni
Eropa hingga peliknya perundingan antara kedua pihak.

Brexit dan Uni Eropa

Brexit adalah kependekan dari "British exit", keluarnya Inggris dari organisasi kerja sama regional Uni
Eropa.

Uni Eropa adalah wadah kerja sama politik dan ekonomi 28 negara Eropa. Semua negara di blok ini
sepakat bahwa warga negara dengan mudah tinggal dan bekerja di semua negara anggota.

Anggota Uni Eropa terdiri dari Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Siprus, Denmark, Republik Ceko,
Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Republik Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania,
Luxembourg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan
Inggris.

Inggris bergabung dengan Uni Eropa, ketika itu bernama Masyarakat Ekonomi Eropa, pada 1973.

Mengapa Inggris meninggalkan Uni Eropa?

Referendum digelar pada 23 Juni 2016 dengan satu pertanyaan, apakah Inggris sebaiknya tetap
menjadi anggota Uni Eropa atau mundur?

Kubu yang mendukung penarikan diri Inggris dari Uni Eropa didukung oleh sekitar 52% suara, setara
dengan 17,4 juta sementara yang menginginkan tetap sebagai anggota Uni Eropa didukung oleh 48%
suara atau sekitar 16,1 juta.

Tapi Inggris tak langsung mundur, ada beberapa tahapan dan proses yang harus dilewati.
Berdasarkan kesepakatan, Inggris dijadwalkan resmi mundur dari Uni Eropa pada 29 Maret 2019.
Apa yang terjadi sejauh ini?

Referendum 2016 hanyalah permulaan. Dari sini dilakukan negosiasi panjang antara pemerintah
Inggris dan negara-negara Uni Eropa tentang syarat dan ketentuan Brexit.

Fokus negosiasi adalah apa yang disebut sebagai "kesepakatan cerai" yang berisi mekanisme
mundurnya Inggris dari Uni Eropa dan apa yang terjadi setelahnya.

Apa yang telah disetujui sejauh ini?

Beberapa hal yang telah disepakati kedua pihak, antara lain besaran dana yang harus dibayar oleh
Inggris untuk bisa mundur dari Uni Eropa, sekitar £39 miliar atau sekitar Rp707 triliun.

Sudah pula disepakati apa yang akan terjadi terhadap warga Uni Eropa yang tinggal di Inggris dan
warga Inggris yang tinggal di negara-negara Uni Eropa.

Yang juga disetujui adalah periode transisi yang memberi kesempatan kepada kedua pihak agar tidak
terjadi gangguan terhadap sektor usaha dan perdagangan.

Dalam tataran praktis, tidak ada perubahan signifikan mulai 29 Maret 2019 hingga 31 Desember
2020.

Yang perlu digarisbawahi adalah, kesepakatan ini adalah deklarasi politik, artinya isinya bisa berubah
berdasarkan kesepakatan antara kedua pihak, meski sudah ada syarat-syarat tentang dasar
perundingan di masa depan.

Kritik terhadap perundingan Brexit

Salah satu kritik utama adalah perundingan yang selama ini berlangsung gagal mewujudkan apa yang
disebut sebagi "didapatkannya kembali kontrol penuh ke pemerintah Inggris, yang selama ini
dipegang oleh Uni Eropa".

Hal lain yang menjadi batu ganjalan adalah pengaturan perbatasan di wilayah Irlandia Utara.

Irlandia Utara, yang merupakan bagian dari Inggris, berbatasan langsung dengan Republik Irlandia.

Selama ini, tidak ada berbatasan fisik antara kedua wilayah dan sedari awal memang tidak diniatkan
ada perbatasan fisik sebagai bagian dari penyelesaian konflik politik di kawasan.

Jika Inggris resmi keluar dari Uni Eropa, Inggris berkewajiban untuk menerapkan semacam
mekanisme kontrol untuk mengecek arus barang dan orang, karena Republik Irlandia adalah anggota
Uni Eropa.

Mekanisme tanpa kontrol yang selama ini otomatis berlaku berdasarkan kesepakatan Uni Eropa
berhenti dengan sendirinya.

Ini belum disepakati dan menjadi salah satu ganjalan utama perundingan Brexit.

Apa yang terjadi bila parlemen Inggris menolak usulan pemerintah?

Tidak begitu jelas.


Namun opsi yang ada saat ini adalah Inggris akan keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan yang jelas
namun pemerintah memiliki tiga hari untuk membuat opsi alternatif yang perlu diajukan ke
parlemen lagi.

Kemungkinannya adalah PM May diizinkan untuk menyusun kesepakatan lagi yang dapat diterima
oleh parlemen.

Apakah Inggris memang akan keluar dari Uni Eropa pada 29 Maret 2019?

Undang-undang menyebutkan bahwa Inggris akan secara resmi mundur dari Uni Eropa pukul 23.00
pada 29 Maret 2019.

Perkembangan politik di dalam negeri bisa membuat jadwal ini dimundurkan. Bahkan, Mahkamah
Eropa sudah memutuskan Inggris bisa membatalkan proses Brexit secara sepihak, tanpa harus
mendapatkan persetujuan dari negara-negara Uni Eropa.

Apa yuang dimaksud dengan mundur tanpa kesepakatan?

Tanpa kesepakatan alias no deal dimungkinkan jika hingga detik-detik akhir kedua pihak tidak
menyepati perjanjian mundurnya Inggris dari Uni Eropa.

Itu berarti tidak akan ada periode transisi setelah 29 Maret 2019 dan berbagai peraturan Uni Eropa
tak lagi berlaku di Inggris.

Pemerintah Inggris sudah memulai merencanakan skenario dan sudah menerbitkan panduan, dari
mulai soal paspor hingga pasok listrik bagi warga.
#6 https://www.cnbcindonesia.com/news/20190203115206-4-53659/masalah-brexit-masih-alot-
apa-solusi-pm-inggris

Masalah Brexit Masih Alot, Apa Solusi PM Inggris?

London, CNBC Indonesia - Polemik terkait Brexit di Britania Raya masih terus berlanjut. Baru-baru ini,
PM Inggris Theresa May sedang berusaha membicarakan kembali masalah Brexit dengan Uni Eropa.

Ia mengaku akan mencari "solusi pragmatis" untuk mengatasi kebuntuan di parlemen Negeri Big Ben
terkait persyaratan demi persyaratan agar Inggris dapat meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret
nanti.
Kepada surat kabar The Sunday Telegraph, May menjelaskan sedikit terkait rencana menyelesaikan
masalah yang telah membuat perpecahan dalam anggota parlemen, yaitu masalah pengaturan
pasca-Brexit untuk perbatasan antara Inggris dan Irlandia (backstop).

Mengutip Reuters, bulan lalu May harus takluk di parlemen atas rencana Brexit yang telah disepakati
dengan UE. Dan pada hari Selasa (29/1/2019) anggota parlemen menyarankan kepada May untuk
kembali ke Brussels untuk menegosiasikan kembali aturan untuk Irlandia Utara.

Anggota parlemen "akan ... senang dengan backstop (penghalang) saat ini jika ada batas waktu atau
mekanisme Brexit sepihak," tulis May.

Namun, negosiator Irlandia dan Uni Eropa (UE) telah menolak perundingan terkait backstop
tersebut. Backstop merupakan upaya Brexit yang akan mempertahankan perbatasan Inggris-Irlandia
tetap terbuka jika Inggris dan Uni Eropa gagal mencapai perjanjian perdagangan jangka panjang
dalam pembicaraan di masa depan.

Para pendukung Brexit khawatir akan terjadi hambatan tak terbatas yang secara efektif akan
memberi Uni Eropa veto tentang pengaturan perdagangan Inggris dengan negara-negara lain di
masa depan. Hal itu melemahkan ikatan ekonomi antara Irlandia Utara dan seluruh Inggris.

May diperkirakan akan mengunjungi Brussels dalam beberapa hari mendatang.

"Ketika saya kembali ke Brussels, saya akan berjuang untuk Inggris dan Irlandia Utara, saya akan
dipersenjatai dengan mandat baru, ide-ide baru dan tekad yang diperbarui untuk menyetujui solusi
pragmatis yang memberikan Brexit yang rakyat Inggris akan pilih," kata May.
#7 https://investasi.kontan.co.id/news/terbebani-brexit-poundsterling-melemah-terhadap-dollar-
australia

Terbebani Brexit, poundsterling melemah terhadap dollar Australia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs poundsterling melemah terhadap dollar Australia. Mata uang Inggris
itu diperkirakan masih tertekan selama permasalahan Brexit belum berakhir.

Mengutip Bloomberg, pukul 17.58 WIB, Kamis (7/2), pairing GBP/AUD turun 0,27% ke level 1,8151.
Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi mengatakan, faktor utama pelemahan
poundsterling yaitu persoalan Brexit yang tak kunjung usai.

Dini bilang, saat ini saja, Perdana Menteri Inggris Theresa May sedang berkunjung ke Brusell untuk
membicarakan permasalahan Brexit dan dukungan politik Irlandia. “Kekhawatiran ini diperhatikan
pelaku pasar bahwa persoalan Brexit masih panjang,” ungkap Dini kepada KONTAN, Kamis (7/2).

Sebelumnya, May melakukan perjalanan ke Irlandia Utara untuk mencari dukungan terkait rencana
penarikan Inggris dari Uni Eropa yang terhambat. May dijadwalkan berbicara dengan sejumlah tokoh
bisnis dan juga akan bertemu dengan Arlene Foster, Ketua Partai Unionis Demokrat. May dikabarkan
mencari dukungan politik agar Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa perbatasan yang dijaga ketat oleh
Irlandia.

Sementara dari sisi fundamental ekonomi Australia, Dini melihat, tidak ada outlook yang
melemahkan mata uang Ausie. Sebelumnya ada outlook pengetatan moneter karena inflasi masih
stagnan dan Gubernur Bank Sentral Australia berencana memangkas tingkat suku bunga untuk
memicu inflasi.

“Padahal kalau dilihat tingkat pengangguran di Australia turun menjadi 5%. Jadi kalau segi
perekonomian masih cukup positif,” tambah Dini.

Besok, Dini memperkirakan, GBP/AUD akan bergerak dikisaran support 1,8065 – 1,7960 – 1,7860
dan resistance 1,8245 – 1,8350 – 1,8460. Dini melihat ada kemungkinan GBP/AUD turun kembali
selama persoalan Brexit belum tuntas.

Secara teknikalnya pairing mata uang berada di atas garis MA 50, 100 dan 200. Lalu indicator MACD
turun di level 0,0026, indicator RSI turun di area 55,07, juga indicator stochastic di area 46,30.
Semua indikasi menunjukkan pelemahan lebih lanjut. Dini merekomendasikan sell on rally.
#8 https://www.bbc.com/indonesia/dunia-44765502

Dua menteri penting arsitek Brexit mundur, pemerintah Inggris 'jatuh ke jurang krisis'

Pemerintah Inggris 'jatuh ke jurang krisis' setelah Menteri Luar Negeri Boris Johnson memilih
mundur hari Senin (09/07) terkait dengan rincian perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, yang
biasa dikenal dengan Brexit.

Sehari sebelumnya, menteri yang bertanggung jawab atas perundingan Brexit, David Davis, mundur.

Keduanya meninggalkan pemerintahan pimpinan Perdana Menteri Theresa May setelah kabinet
menyepakati dokumen yang memerinci Brexit pada akhir pekan.

Dokumen ini antara lain berisi posisi Inggris yang tetap memilih menjalin hubungan dagang yang erat
dengan Uni Eropa.

Davis mengatakan proposal baru yang akan dibawa PM May ke Uni Eropa memperlihatkan 'Inggris
terlalu cepat mengalah' dengan permintaan Uni Eropa.

Baik Johnson maupun Davis dikenal sebagai politisi penting kubu Leave, kelompok yang
menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa saat digelar referendum pada 2016.

Johnson diyakini tidak setuju dengan poin-poin Brexit yang disepakati kabinet, namun hingga Senin
siang ia tidak mengeluarkan kritikan secara terbuka.

Editor politik BBC, Laura Kuenssberg, mengatakan mundurnya Johnson 'mempermalukan PM May
dan membuat PM dalam posisi yang sangat sulit'.

Ia mengatakan Johnson bukan sekedar menteri dan perannya yang sangat instrumental selama
kampanye referendum membuka spekulasi ia ingin menjadi pemimpin Partai Konservatif dan
sekaligus sebagai PM Inggris.

Wakil ketua Partai Buruh yang beroposisi, Tom Watson, mengatakan bahwa pemerintah 'hancur'.

"Ini jelas-jelas kacau ... negara terbelah, pemerintah kacau balau," katanya.

Siapa Boris Johnson?

Johnson adalah politisi Partai Konservatif yang pernah menjabat sebagai wali kota London selama
dua periode sebelum diangkat menjadi Menteri Luar Negeri.

Ia dikenal sebagai figur yang flamboyan dan sejak awal tidak menginginkan Inggris berada di blok Uni
Eropa.

Ia aktif berkampanye di kubu Leave dan bersama Davis menggalang suara bagi kemenangan
kelompok yang pro-Brexit.

Ketika referendum dimenangkan oleh kubu Leave, yang diikuti dengan mundurnya PM saat itu,
David Cameron, Johnson dianggap sebagai salah satu kandidat kuat untuk menjadi PM.

Perkembangan internal di kubu Leave dan di Partai Konservatif mendorong Johnson memikirkan
ulang keinginannya menjadi PM dan ia memilih mendukung Theresa May untuk menjadi PM Inggris.
#9 https://www.bbc.com/indonesia/dunia-39261308

Skotlandia inginkan referendum kedua pemisahan dari Inggris

Pemerintah Inggris mengecam keras rencana Menteri Utama Skotlandia, Nicola Sturgeon, menggelar
referendum kedua soal kemerdekaan dari Inggris Raya, yang diumumkan hari Senin (13/03).

Perdana Menteri Inggris, Theresa May, menggambarkan rencana ini sangat disayangkan dengan
mengatakan rencana tersebut hanya akan menimbulkan ketidakpastian dan perpecahan.

Ia menuduh Sturgeon 'menggunakan politik untuk mempertaruhkan masa depan Inggris'.

"Daripada mempertaruhakn masa depan negara kita, pemerintah Skotlandia mestinya memfokuskan
diri pada peningkatan kinerja dan memberi layanan publik secara lebih baik untuk rakyat. Politik
bukan permainan," kata PM May.

Sebelumnya, Sturgeon mengatakan ada banyak hal yang berubah sejak referendum pertama pada
2014 ketika sebagian besar warga Skotlandia memilih tetap menjadi bagian Inggris.

Sturgeon mengatakan jika memang rakyat Skotlandia menginginkannya, maka referendum ini akan
diselenggarakan pada awal 2019, ketika rincian tentang rencana mundurnya Inggris dari Uni Eropa
(Brexit) sudah jelas.

Faktor Brexit

Ia menegaskan bahwa referendum dibutuhkan untuk menjamin kepentingan Skotlandia setelah


Inggris memilih meninggalkan Uni Eropa. Dalam referendum Uni Eropa tahun lalu, sebagian besar
rakyat Skotlandia memilih tetap menjadi anggota Uni Eropa.

Ia memaparkan perlunya pilihan bagi rakyat Skotlandia untuk tetap bersama Inggris keluar dari Uni
Eropa atau menjadi negara independen yang bisa mendapatkan status kemitraan yang sejajar
dengan Inggris dan dengan Eropa.

"Mandat dari pemerintah Skotlandia untuk memberikan tawaran ini jelas tak diragukan lagi," kata
Sturgeon.

Ia menambahkan bahwa ia akan meminta persetujuan dari parlemen Skotlandia untuk memulai
pembicaraan dengan pemerintah Inggris agar bisa memulai pembahasan prosedur dan peraturan
yang menjadi payung hukum pelaksanaan referendum kedua.

Anda mungkin juga menyukai