Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ASEAN ECONOMICCOMMUNITY (AEC) / MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN (MEA)

(Tugas Mata Kuliah Manajemen Operasi)

M. Azka Kesuma Wardana


H251180211

PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN


PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesadaran akan ketergantungan yang meningkat di sector ekonomo antar
negara di ASEAN, membuat seluruh negara di ASEAN berkomitmen untuk
membentuk suatu terobosan yang dapat menjembatani berbagai
urusan/kepentingan yang menyangkut ekonomi antar negara di ASEAN. Blueprint
tentang Asean Economic Community telah disahkan oleh seluruh Kepala Negara di
Kawasan ASEAN pada Deklarasi ASEAN Concord II di Bali, Indonesia, pada 7
Oktober 2003. Ini merupakan blueprint/tonggak awal terbentuknya Asean
Economic Community selanjutnya. Selain itu, seluruh negara di ASEAN mengakui
bahwa berbagai tingkat pembangunan di ASEAN membutuhkan fleksibilitas ketika
ASEAN bergerak menuju masa depan yang lebih terintegrasi dan saling tergantung.

Selanjutnya, dikemukakan pada blueprint tentang Asean Economic


Community (AEC) bahwa harus memiliki kerangka kerja kelembagaan yang
diperkuat dan identitas hukum yang terintegrasi sebagaimana diatur dalam Piagam
ASEAN dengan menerapkan sistem berbasis aturan untuk mewujudkan
pembentukan MEA pada tahun 2015. Asean Economic Community (AEC)
diharapkan sebagai salah satu sarana bagi negara-negara di ASEAN dalam
meningkatkan perekonomian mereka, contohnya melalui UKM agar produk-
produk yang dihasilkan oleh UKM di negara-negara ASEAN dapat bersaing di
pasar dunia.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah – masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud Asean Economic Community ?


2. Pengaruh Asean Economic Community (AEC) pada bidang UKM di
ASEAN?

1.3 Tujuan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan:
1. Mengetahui secara jelas tentang sejarah, perkembangan Asean Economic
Community (AEC)
2. Mengetahui pengaruh Asean Economic Community (AEC) pada bidang
UKM di ASEAN
2

PEMBAHASAN

2.1 Asean Economic Community (AEC)

Berbagai kerjasama digalang oleh negara-negara anggota ASEAN, sampai


tiba momentum penting di tahun 2003 dalam pertemuan puncak ke-9 mereka di
Bali, di mana seluruh pemimpin negara anggota mendeklarasikan kesepakatannya
untuk membentuk Asean Economic Community (AEC) atau dalam bahasa Indonesia
disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tujuan pembentukannya adalah
untuk menjadikan ASEAN sebuah wilayah yang stabil, sejahtera, dan kompetitif
dengan perkembangan ekonomi yang merata, kemiskinan yang berkurang, sosio
ekonomi yang beragam namun semuanya meningkat secara tandem bersama-sama
dalam sebuah komunitas sosio kultural dan politik yang aman (Sudomo, 2018).
Asean Economic Community (AEC) adalah realisasi dari tujuan akhir
integrasi ekonomi sebagaimana dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada
konvergensi kepentingan Negara-negara Anggota ASEAN untuk memperdalam
dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan
inisiatif yang ada dan baru dengan jadwal yang jelas. Dalam membangun Asean
Economic Community (AEC) , ASEAN akan bertindak sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi yang terbuka, berwawasan ke luar, inklusif, dan didorong pasar
yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem berbasis
aturan untuk kepatuhan yang efektif dan implementasi komitmen ekonomi.

Menurut Fact of sheet Pembentukan , Asean Economic Community (AEC)


pada tahun 2015 adalah tonggak utama dalam agenda integrasi ekonomi regional di
ASEAN, menawarkan peluang dalam bentuk pasar besar US $ 2,6 triliun dan lebih
dari 622 juta orang. Pada tahun 2014, Asean Economic Community (AEC) secara
kolektif adalah ekonomi terbesar ketiga di Asia dan terbesar ketujuh di dunia.

Berdasarkan blueprint , Asean Economic Community (AEC) yang


ditandatangani oleh semua kepala negara di ASEAN menetapkan Program dan
langkah-lagkah yang akan dilakukan yaitu :

Tabel 1. Tinjauan Umum Cetak Biru AEC


Representasi Model
Elemen Penting Tindakan

A. Pasar Tunggal dan Basis Produksi


1. Barang • Menghilangkan tarif masuk dan keluar • Tarif yang lebih
• Menyederhanakan kebijakan rendah
• Fasilitasi perdagangan, integrasi bea cukai • Barang lebih rendah
melalui satu jendela
• Harmonisasi standar dan peraturan
3

2. Pelayanan  Hapus pembatasan perdagangan layanan • Layanan lebih rendah


 Izinkan setidaknya 70% partisipasi • Aliran FDI yang
ekuitas/penanaman modal lebih tinggi
 Jadwalkan komitmen untuk Mode 4
 Memperpanjang MRA, meliberalisasi
layanan keuangan
3. Investasi  Perlindungan investasi, fasilitasi, • Aliran FDI yang
promosi, liberalisasi lebih tinggi
 Tidak ada dikriminasi
4. Modal  Harmoniskan peraturan
 Mempromosikan peningkatan modal
lintas batas
5. Tenaga Kerja  Memfasilitasi pergerakan tenaga kerja Pelayanan yang
terampil dan profesional dalam lebih rendah biaya
perdagangan lintas batas
 Meningkatkan peran pelajar
 Berusahalah menyelaraskan kualifikasi
6. Sektor Proyek-proyek pada 12 sektor prioritas
Prioritas
7. Makanan,  Harmonisasi praktik terbaik, SPS, Barang lebih
pertanian, standar keselamatan dan kualitas, rendah, hambatan
kehutanan penggunaan bahan kimia, regulasi non-tarif
produk yang berasal dari bioteknologi
 Pengenalan transfer teknologi
B. Wilayah Ekonomi yang Kompetitif
1. Kebijakan Memperkenalkan kebijakan persaingan Barang lebih
Persaingan dan mengembangkan jaringan dan rendah, hambatan
pedoman regional non-tarif
2. Perlindungan Mengembangkan jaringan dan pedoman
Konsumen regional
3. Hak Kekayaan • Melaksanakan Rencana Aksi HKI • Aliran FDI yang
Intelektual ASEAN lebih tinggi
• Mempromosikan kerja sama regional
4. Infrastruktur • Memfasilitasi transportasi multimoda Lower service non-
• Lengkapi jalur kereta Singapura- tariff barriers
Kunming
• Transportasi Maritim Terpadu,
kebijakan penerbangan, pasar
penerbangan tunggal
• Interkoneksi IT berkecepatan tinggi
• Jaringan listrik ASEAN, pipa gas
5. Pajak • Lengkapi perjanjian bilateral
4

6. E-commerce Adopsi praktik-praktik terbaik dan selaraskan Lower service non-


infrastruktur hukum tariff barriers
C. Pembangunan Ekonomi yang Adil
1. UKM Pengaplikasian dari blueprint ASEAN
2. inisiatif untuk • Bantuan teknis dan pengembangan kapasitas
terintegrasi di negara-negara CLMV
D. Integrasi ke dalam Ekonomi Global
1. Pendekatan • Tinjau komitmen FTA / CEP FTAs with other
yang koheren • Membangun koordinasi dan mungkin economies
pendekatan eksternal yang umum
2. Jaringan • Praktik dan standar terbaik
penawaran internasional
• Bantuan teknis

Untuk keberhasilan pelaksanaan program-program dan langkah-langkah ini,


lembaga atau mekanisme, sumber daya, kapasitas dan politik yang diperlukan akan
diberikan pada proses pembangunan. Sementara badan-badan pemerintah terkait
akan bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan dan persiapan rencana yang
lebih rinci di tingkat nasional. Pengaturan kemitraan dengan sektor swasta, asosiasi
industri dan komunitas yang lebih luas di tingkat regional dan nasional juga akan
dicari secara aktif jika diperlukan untuk memastikan partisipasi semua pemangku
kepentingan dalam proses integrasi.

2.2 Kebijakan UKM di ASEAN Pasca Asean Economic Community (AEC)

UKM berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia maupun


ASEAN. Sampai saat ini, sekitar 96 persen bentuk usaha di ASEAN adalah Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan kontribusi pada produk domestik
bruto (PDB) sekitar 30% sampai 57%; dan menyerap tenaga kerja sekitar 50%
sampai 95%. Sementara di Indonesia, UKM menyumbang 99,98% unit usaha
dengan kontribusi pada PDB nasional sebesar 57% PDB nasional dan menyerap
lebih dari 97% tenaga kerja domestik. Dalam kerangka ini, peran UMKM menjadi
sangat penting sebagai pendorong utama penciptaan lapangan pekerjaan dan
pertumbuhan ekonomi, baik pada tataran nasional maupun regional. Salah satu
kelebihan UMKM adalah daya tahannya dalam menghadapi kondisi krisis. Di
Indonesia, UKM telah terbukti mampu bertahan dari goncangan ekonomi dan
menjadi penyelamat bagi perekonomian pada krisis keuangan tahun 1997 dan krisis
global 2008. Hal ini antara lain di– sebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam
melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal
sendiri, serta tidak bergantung pada hutang luar negeri.

Analisis yang dilakukan oleh U.S. International Trade Commission


(USITC) pada 2010 menyatakan bahwa UKM di Amerika Serikat yang melakukan
5

aktivitas ekspor mempunyai kinerja yang lebih baik daripada yang melakukan jenis
usaha yang sama yang terfokus pada pasar domestik. Kinerja direfleksikan oleh
rata-rata pendapatan per perusahaan, pertumbuhan pendapatan, dan pendapatan per
pekerja. Hasil analisis menjelaskan bahwa UKM yang melakukan aktivitas ekspor
memiliki kinerja lebih tinggi daripada UKM yang berfokus pada pasar domestik.

Dilansir dari 1st ASEAN SME Advisory Board Meeting pada KTT ASEAN
ke-17 di Ha Noi, Vietnam, Deputy Secretary-General of ASEAN for the ASEAN
Economic Community, H.E. S. Pushpanathan, mengatakan bahwa para Pemimpin
ASEAN mendesak badan-badan terkait untuk menggandakan upaya mereka untuk
mengejar sektor UKM yang kuat, dinamis dan efisien. Ini akan membantu
memastikan pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan, inklusif dan
berbasis luas di ASEAN. Para Pemimpin lebih lanjut mendorong para mitra dialog
dan pembangunan ASEAN untuk melanjutkan dukungan dan bantuan mereka
dalam mempromosikan pengembangan UKM di kawasan ini
Para Pemimpin ASEAN juga menyetujui Rencana Aksi Strategis untuk
Pengembangan UKM ASEAN 2010-2015. Inisiatif kebijakan ini mencakup 5
bidang penting kerjasama regional - yaitu, (i) akses UKM ke keuangan, (ii)
internasionalisasi UKM, (iii) mendirikan Pusat Layanan UKM, (iv) meningkatkan
keterampilan pemasaran dan TIK UKM, dan (v) memperkuat pengembangan
sumber daya manusia UKM dan pengembangan kapasitas.
Rancangan rencana juga berupaya memastikan bahwa pada 2015, UKM
ASEAN akan menjadi perusahaan kelas dunia yang mampu berintegrasi ke dalam
rantai pasokan regional dan global, mampu mengambil keuntungan dari manfaat
pembangunan komunitas ekonomi ASEAN, dan beroperasi dalam lingkungan
kebijakan yang kondusif untuk pengembangan, ekspor, dan inovasi UKM.
Tabel 2. Perbandingan Kontribusi UMKM terhadap Perekonomian di Negara
ASEAN
Penyerapan Kontribusi
Unit Usaha Ekspor
Tenaga Kerja terhadap PDB
Negara
Share Share Share Share
Tahun Tahun Tahun Tahun
(%) (%) (%) (%)
Brunei 98,2 2010 59 2010 24 2010 n/a n/a
Darussalam
Kamboja 99,8 2014 71,8 2014 n/a n/a n/a n/a
Indonesia 99,9 2013 96,9 2013 57,6 2013 15,7 2013
Laos 99,8 2013 82,9 2013 n/a n/a n/a n/a
Malaysia 97,3 2011 57,5 2013 33,1 2013 19 2010
Myanmar 87,4 2014 n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Filipina 99,6 2012 64,9 2012 36 2006 10 2010
Singapura 99,4 2012 68 2012 45 2012 n/a n/a
Thailand 97,2 2013 81 2013 37,4 2013 25,5 2013
Vietnam 97,7 2012 46,8 2012 n/a n/a n/a n/a
6

Sumber: Asian Development Bank dan Kementerian Koperasi dan UMKM

Dari sisi kontribusi UMKM terhadap PDB nasional, UMKM di Indonesia


mampu menyumbang 57,6 persen, sedangkan UMKM di Brunei Darussalam,
Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand berturut-turut adalah 24; 33,1; 36; 45;
dan 37,4 persen. Namun, Kontribusi UMKM Indonesia terhadap ekspor masih
relatif rendah jika dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. UMKM di
Thailand berkontribusi terhadap 25,5 persen total ekspor dan UMKM Malaysia
sekitar 19 persen, sedangkan UMKM Indonesia berkontribusi terhadap 15,7 persen
total ekspor.
Kebijakan dan program untuk UMKM di ASEAN saat ini difokuskan
kepada pengembangan kewirausahaan dan SDM peningkatan kapasitas SDM
terkait manajemen, pemasaran, jaringan rantai pasok, teknologi dan inovasi serta
advokasi dan dukungan informasi melalui kerja sama dengan berbagai kementerian,
badan sektoral dan lembaga guna menciptakan pemahaman UMKM terhadap
produk keuangan dan membantu UMKM meraih manfaat dari kerja sama ASEAN
di bidang ekonomi lainnya. Sebagai suatu proses, kerja sama UMKM di ASEAN
akan terus berkembang guna mendukung integrasi ekonomi Kawasan yang
berkelanjutan. Untuk itu, ASEAN sepakat untuk membentuk Strategic Action Plan
for SME Development 2016 – 2025 dengan fungsi merumuskan visi dan tujuan
strategis guna mewujudkan visi UMKM ASEAN 2025 itu sendiri; mendefinisikan
secara eksplisit hasil yang diinginkan dari masing-masing tujuan strategis;
menyediakan seperangkat indikator kebijakan kunci (key performance indicator)
untuk mengukur hasil dan mengevaluasi capaian tujuan; menyelaraskan langkah
aksi dari perspektif regional dengan langkah aksi nyata guna mencapai tujuan yang
ditetapkan; menetapkan roadmap untuk mengklarifikasi langkah aksi dan
merancang mekanisme sehingga negara anggota ASEAN dapat melakukan evaluasi
berkala serta menyampaikan hasilnya pada pertemuan Small Medium Enterprises
Working Group (SMEWG).
7

KESIMPULAN

Asean Economic Community (AEC) adalah upaya yang sangat ambisius untuk
meningkatkan daya saing global ASEAN. Melalui arus bebas barang, jasa, dan
tenaga kerja terampil, proyek bermaksud untuk membangun "pasar tunggal dan
basis produksi" yang efisien yang mencakup hampir 600 juta orang.
Sebagai salah satu sarana ASEAN untuk meningkatkan nilai perekonomian di
kawasannya, AEC memiliki proyek-proyek yang akan digalakkan. Aspek-aspek
proyek AEC, pergerakan bebas tenaga kerja terampil, kerja sama yang luas dalam
pengembangan pasar modal, dan implikasi dari peningkatan kekuatan ASEAN bagi
negosiasi internasional bahkan lebih sulit untuk dinilai.
Pengembangan UKM di ASEAN merupakan salah satu langkah kongkret dari
terbentuknya Asean Economic Community (AEC). Kesadaran yang sama akan
pentingnya UKM bagi pembangunan dan penyokong perekonomian di negara-
negara ASEAN membuat Asean Economic Community (AEC) menjadi salah satu
fasilitas untuk tujuan tersebut. . Kebijakan investasi menjadi hal penting dalam
pengembangan sebuah UKM karena investasi/modal menjadi hal krusial dalam
pengembangan UKM di ASEAN, selanjutnya persamaan persepsi tentang
teknologi, pekerja dan aturan lain memudahkan UKM untuk terus berinovasi
sehingga dapat bersaing dengan pasar di kawasan lain.
8

DAFTAR PUSTAKA

ASEAN, S. 2015. A Blueprint for Growth, AEC 2015: Progress & Key
Achievement. Jakarta: ASEAN Secretariat.

ASEAN, S. 2015. ASEAN VISION 2025. Jakarta: ASEAN Secretariat.

ASEAN, S. 2015. AEC. dari www.asean.org: http://www.asean.org/wp


content/uploads/2012/05/56.-December-2015-Fact-Sheet-on-ASEAN-
Economic Community-AEC-1.pdf

Secretariat. Desember 2015. ASEAN Economic Community. Diambil kembali dari


http://www.asean.org/wp-content/uploads/2012/05/56.-December-2015-
Fact-Sheet-on-ASEAN-Economic-Community-AEC-1.pdf

Sudomo, Agus. 2018. Gaung Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Di Lingkungan


Profesi Sekretaris. Journal Widya Mandala Catholic University Surabaya

---------_ https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/asean/Pages/Masyarakat-
Ekonomi-ASEAN-(MEA).aspx (diakses pada 9 Februari 2019)

---------_ Majalah Masyarakat ASEAN, 2016. Direktorat Kementrian Luar Negeri

Anda mungkin juga menyukai